KEBIASAAN JELEK dan SIKAP ORANG INDONESI
KEBIASAAN JELEK dan SIKAP ORANG INDONESIA KEBANYAKAN YANG
TIDAK PATUT DITIRU DALAM ASPEK SOSIAL MASYARAKAT, EKONOMI
DAN POLITIK dan SAAT MENJADI TURIS DIKALA BERLIBUR KE LUAR
NEGERI : SUATU ANALISA
Indonesia, negara yang kita cintai ini, memiliki banyak
perbedaan baik dari segi kultural, agama, ras, hingga suku
dan golongan yang beraneka ragam, serta memiliki pulau
yang banyak dan memiliki keindahan alam yang tiada tara.
Kita seharusnya bangga dengan hal ini dengan saling
menghargai dan menghormati satu sama lain, bukan menyianyiakannya.
Sikap & Perilaku Sosial, Ekonomi & politik masyarakat
Indonesia sudah sangat mudah sekali untuk diprediksi dan
diketahui, namun kita lebih cenderung “nyaman dan cuek”
dengan hal-hal yang jelek saja untuk lebih dipertahankan dan
dibanggakan
untuk
dilakukan
daripada
mengutamakan
melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Yang seringkali
hanya menjadi retorika dan wacana kosong saja. Itu hal-hal
yang
saat ini
harus
kita
kurangi
atau
lebih
kasarnya
diberantas habis.
Banyak sekali contoh kebiasaan jelek Orang Indonesia
yang sering diperlihatkan baik didalam negeri maupun diluar
negeri. Bisa disebut dan dihitung pakai jari. Contohnya di
dalam negeri, kesalahan umum yang sering terlihat adalah
sering tidak mau Antri, sering menyelak, jika ditegur dikala
itu sering tidak terima/tersinggung atau emosi sehingga
kadangkala mengajak adu jotos dan debat dikarenakan
masalah sepele seperti ini, tidak punya sopan santun di jalan
raya
dengan
memotong
jalan
orang
seenaknya
tanpa
menggunakan tangan untuk permisi atau memakai lampu sen,
jika salah satu itu dilakukan, pasti orang akan iba dan
toleransi untuk memberikan jalan.
Lalu, kebanyakan orang indonesia pelit, temparemental,
dan
memiliki
arogansi
yang sangat
tinggi.
“MERASA
JAGOAN”, dan rasa Individualisme yang tinggi. Selanjutnya,
orang indonesia itu seringkali menggunakan frase-frase kebun
binatang jika mengutarakan kekesalan mereka terhadap
sesuatu
dan
orang
lain.
Seringkali
menggunakan
rasa
humornya berlebihan serta sering juga menggunjing serta
menggosip tentang orang lain dibelakang dengan secara tidak
langsung.
Yang tidak kalah pentingnya, perilaku KKN dan main
curang juga sikut-menyikut antar kepentingan masih sangat
rentan
terjadi
di
semua
kalangan
masyarakat,
baik
masyarakat biasa maupun elite pejabat/pemerintah. Sikap
seperti ini juga harus di hilangkan, oleh karena itu, Para
politisi
dan
birokrat
seharusnya
memikirkan
rakyat
&
generasi berikutnya seperti negarawan sejati, bukan hanya
memikirkan
dirinya
sendiri
dan
memenangkan
pemilu
selanjutnya.
Penyakit orang Indonesia yang sudah menjalar selain
korupsi, kolusi dan nepotisme adalah SELFIE! Saya setuju ini
disebut penyakit, karena ini
terkait dengan peningkatan
narsisme dan penyakit mental. Saya menolak keras untuk
selfie di setiap saat dan memberi peringatan kepada semua
orang agar nggak banyak orang mengidap penyakit mental.
Jujur, saya merasa begitu risih melihat orang terutama wanitawanita yang tiada henti melakukan selfie setiap saat. Studi
mengatakan Pria narsis memiliki kecenderungan menjadi
psikopat. Mereka cenderung kurang berempati dan impulsif.
Studi: Selain Narsis, Pria yang Hobi Selfie Cenderung
Antisosial, cewek paling sering melakukan selfie, terutama di
mobil, Kenapa orang, terutama wanita, senang foto selfie?
alasannya untuk selfie itu simple sekali menurut mereka,
percaya diri dan merasa paling cantik, pamer kecantikan,
ingin mendapatkan pujian, menarik perhatian, membuat mood
lebih baik, kebiasaan umum, menonjolkan watak dan ciri khas
wanita.
1
Menurut psikolog Diana Parkinson, selfie kini menjadi
cara baru untuk berkomunikasi yang bisa diterima secara
luas. "Ini adalah bentuk modern dari trik menarik perhatian
karena sekarang ini sebagian besar orang bertemu dan
berkomunikasi secara online, begitulah kita menggambarkan
dan menempatkan diri," ujar Diana dalam wawancara dengan
Stylist. Menurut Diana, memang sudah naluri manusia untuk
selalu mencari perhatian lawan jenis atau sesamanya. Jika di
zaman dulu, orang melakukannya dengan lukisan, kini dibuat
dengan memasang foto selfie di situs jejaring sosial.
Psikolog klinis Salma Prabhu sependapat dengan Diana.
Menurutnya foto selfie memang cara baru untuk menarik
perhatian. Foto tersebut merupakan cara untuk menunjukkan
pada dunia seberapa keren diri kita."Anak-anak muda mencari
pujian instan. Membangun kepercayaan diri melalui nilai
akademis tidak lagi cukup untuk mereka," tambahnya seperti
dikutip Times of India.
1http://log.viva.co.id/frame/read/IGh0dHA6Ly93d3cucGVsYW5naWJsb2cuY29t
LzIwMTUvMDEvNy1hbGFzYW4tbWVuZ2FwYS13YW5pdGEtc3VrYS1mb3RvLXNl
bGZpZS5odG1s
Di satu sisi foto selfie ini memang bisa berdampak positif
pada diri kita. Ketika mendapat pujian dan banyak like dari
pengguna situs jejaring sosial, orang yang memamerkan foto
selfie itu menjadi lebih percaya diri. Meski demikian, aktivitas
pamer foto selfie ini juga memiliki dampak negatif. "Ketika
orang ketergantungan untuk mendapatkan komentar dan
likes, komentar yang menyakitkan bisa melukai kepercayaan
dirinya, bukan malah meningkatkannya," ucap Salma. Diana
menambahkan, jika Anda terus-menerus memamerkan foto
apa yang Anda punya, artinya orang tersebut dalam kondisi
insecure. "Mereka butuh pengakuan dari pihak lain," katanya.
Apakah ini juga yang jadi alasan Anda berfoto selfie? 2
Orang indonesia terlalu boros, hedonisme dan konsumtif
yang tinggi, terlalu egois, tidak pernah merasa cukup dengan
apa sudah dimiliki, cenderung hidup mewah dan terlalu
memanjakan diri dengan fasilitas yang ada. Segala sesuatu
bisa diukur dan dibeli dengan uang. Seakan uang tidak akan
jadi masalah dan tidak pernah habis. Jarang sekali saya lihat
orang indonesia yang hidup hemat dan sederhana, seringkali
mereka memamerkan kesombongan-kesombongan yang saya
nilai tidak seharusnya dilakukan. Percuma.
Plesiran adalah hal yang paling digemari oleh semua
orang, apalagi kalau tujuannya adalah luar negeri. Selain
menikmati pemandangan di negara tujuan, ada banyak
kegiatan yang biasa dilakukan oleh turis. Seharusnya ketika
sedang liburan di luar negeri, maka turis harus menjaga etika.
2 http://wolipop.detik.com/read/2013/12/11/082024/2438401/852/inialasan-psikologis-wanita-suka-foto-selfie/
Sayangnya, sejumlah turis tak melakukannya. Berjalan kaki Di
tanah
air sendiri,
berjalan
kaki
jauh
bukanlah
sebuah
kebiasaan yang sering dilakukan. Ditambah lagi, turis-turis
Indonesia yang sering bergaya kecentilan dengan pakai
sepatu hak tinggi supaya tingginya sepadan dengan orang
asing.
Ada beberapa perilaku khas Turis Indonesia di LN yang
sering saya ketahui dan lihat, diantaranya Toilet kering,
nampaknya sering dikeluhkan turis Indonesia yang jalan-jalan
ke luar negeri. Tak cuma mengeluh, banyak dari mereka yang
kemudian melabeli orang asing itu sebagai orang yang jorok
karena
hanya
menggunakan
tissue
untuk
bersih-bersih.
Kadang kita dengan mudahnya melabeli manusia lain kurang
baik
dengan
kita,
tanpa
tahu
bagaimana
mereka
membersihkan dirinya dan tanpa mau tahu bahwa toilet kita
mungkin lebih jorok daripada pantat orang asing. Tengoklah
bandara kita Soekarno Hatta yang masih juga jorok hingga
sekarang. Sadar diri aja lah.
Kedua, Lucunya, turis Indonesia seringkali menjadi
disiplin di luar negeri. Jadi anti jaywalking, jadi rajin buang
sampah
di
tempat
sampah,
merokok
di
tempat
yang
disediakan dan jadi patuh aturan. Takut dimarahin orang
asing kali ya. Walaupun, ada juga yang memalukan Indonesia,
kasus di Singapura, Hong-Kong dan Vandalisme di Gunung
Fuji Jepang contohnya.
Ketiga, Turis Indonesia juga suka mengeluh tentang
harga mahal. Dari Transportasi umum mahal, untuk makan
mahal, tapi kalau beli oleh-oleh ataupun belanja keperluan
pribadi seperti parfum, aftershave, coklat, kaos, hiasan
rumah, dll jarang sekali muncul komplain karena mahal. Tapi
barang-barang yang relatif mahal ini sering dibeli dengan
dalih kualitasnya lebih bagus daripada di negeri sendiri.
Terakhir, saya sempat mendengar dari keluarga yang satu
pesawat dengan saya saat itu dengan bangganya beli parfum
di Singapura yang katanya kualitasnya jauh daripada di
Indonesia. Kalau menurut saya mah, sama aja kok, asal pada
saat membelinya barang tersebut asli.
Keempat, Saya perhatikan turis Indonesia kalau di luar
negeri lebih repot foto-foto heboh ketimbang menikmati
suasana sebuah tempat wisata dan membaca informasi
sebuah tempat bersejarah. Jarang banget saya lihat turis
Indonesia yang ngorek informasi ke guide, padahal, guide itu
punya banyak informasi. Foto-foto tersebut tentunya akan
berakhir di social media untuk bahan pamer karena sudah
jalan-jalan ke luar negeri. Heran saya, sewajarnya aja lah..
jangan berlebihan
Kelima, Kalau sudah di LN mereka cenderung arogan dan
memiliki individualisme yang tinggi. Meskipun mereka sadar,
melihat dan mendengar ada sesama orang Indonesia didekat
mereka, jarang sekali dan bahkan tidak mau mereka menegur
kita, sedikitpun. Berfoto di bandara beramai-ramai; Hal ini
berkaitan dengan kebiasaan bergerombol di atas. Saya sering
melihatnya di bandara.Bukan sesuatu yang salah, hanya saja
saat saya melihat segerombolan orang berfoto di bandara
saya merasa lega,’oh, masih ada “keluarga” sendiri di sini,’
karena hampir bisa dipastikan mereka dari Indonesia.
Keenam, mereka sering tampil aneh dengan berdandan
yang bukan semestinya yaitu Memakai kacamata hitam dan
syal di pesawat. Saya pernah menjumpai hal semacam ini saat
salah satu penerbangan saya menuju Singapura. Saya melihat
seorang wanita muda berambut hitam, kacatama hitam dan
syal coklat tebal di leher. Saya terheran-heran dengan wanita
ini saat bepergian memiliki pola pikir “pendapat orang
Indonesia itu luar negeri = pasti dingin dan bersalju.”
Ketujuh, orang Indonesia selalu pergi bergerombol; Solo
traveling (bepergian sendiri) keluar negeri belum terlalu
membudaya bagi orang Indonesia, jadi kebanyakan mereka
pergi bergerombol, baik melalui trip yang direncanakan
sendiri atau menggunakan agen tur. Cukup mencolok saat
saya melihat gerombolan turis Indonesia di Orchard Road,
Singapura dan Hong-Kong. Kedelapan, mengincar Toko oleholeh adalah salah satu destinasi utama yang paling dicari,
Sebagian besar turis asal Indonesia melakukan ini, karena
saat di toko oleh-oleh di Belanda dan Singapura, toko
bernuansa Eropa dan Asia itu dipenuhi oleh turis-turis asal
Indonesia.
Kegiatan wisatawan pergi liburan ke kota atau negara lain
bisa menggerakan pariwisata. Hanya saja, wisatawan bisa
membawa sisi negatif ketika mereka berulah, bertindak
sembarangan
Responsible
dan
nakal.
traveler,
Semua
traveler
pihak
yang
kena
getahnya.
bertanggung
jawab.
Belakangan istilah ini marak digaungkan menyusul banyaknya
kejadian turis nakal di berbagai belahan dunia dalam 5 tahun
terakhir. Beritanya muncul di berbagai media massa dan
beberapa malah viral di social media. Menjadi wisatawan yang
bertanggung jawab, artinya hormat dan menghargai dengan
budaya sekitar, ikut menjaga objek wisata dengan sikap dan
perilaku yang mendukung. Sebabnya, banyak sekali turis yang
bersikap sebaliknya.
Di Indonesia, yang sering menjadi masalah adalah
kelakuan buang sampah sembarangan. Menjaga objek wisata
tetap bersih tanpa sampah makanan dan plastik rasanya sulit
benar. Tapi itu belum mungkin belum ada apa-apanya dengan
yang terjadi di luar negeri. Vandalisme objek wisata, berupa
tindakan corat-coret, terjadi baik di Indonesia dan luar negeri.
Nah, kalau yang dicorat-coret adalah objek wisata berusia
ribuan tahun, terbayangkah berapa juta nilai kerugiannya.
Perilaku serampangan juga bikin warga lokal kesal bahkan
sampai bisa mengundang polisi datang. Apalagi jika perilaku
yang terkait perbuatan asusila. Ada turis yang nekat bugil di
tempat wisata atau bercinta di tempat sepi di kawasan wisata.
Waduh, benar-benar deh!
Yang terakhir adalah masalah respek terhadap warga lokal
serta adat istiadat setempat. Banyak juga berita soal turis
menendang lonceng doa, berfoto bersama patung Buddha
dengan pose mesum atau pipis sembarangan di kawasan suci.
Tentu
hal
itu
bukan.Traveling
bisa
menyakiti
adalah
hati
kesempatan
warga
bagi
setempat
seseorang
berkenalan dengan budaya lain, orang-orang baru, dan
menambah
pengalaman
hidupnya.
Seharusnya,
hal
itu
membuat kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan
tahu diri, bukan sebaliknya. Dimana bumi dipijak, di situ
langit dijunjung.3
Kedatangan turis tidak selalu memberikan dampak positif.
Banyak
dari
mereka
yang
melakukan
aksi
vandalisme.
Termasuk turis Indonesia juga pernah mencorat-coret objek
wisata di Jepang, Tiongkok & Arab Saudi! Dikumpulkan
detikTravel, Jumat (13/3/2015) bukti aksi vandalisme yang
diduga dilakukan oleh orang Indonesia ada di Gunung Fuji,
Jepang, Tembok Besar di Tiongkok dan Jabal Rahmah di Arab
Saudi. Tindakan ini tentunya dapat membuat malu turis
Indonesia di mata dunia.4
Sudah cukup Indonesia dilecehkan dan diremehkan oleh
dunia. Jangan lah mengharapkan suatu perubahan jika kita
tidak berbuat sesuatu untuknya! Jujur, saya malu sekali
melihat perilaku Sosial orang-orang indonesia seperti ini yang
bukan makin maju malah makin mundur, dan kemunduran ini
cenderung diagung-agungkan untuk dipertahankan. menurut
saya semua hal ini sangat tidak perlu dan perlu dihilangkan.
Kesadaran untuk berubah memang datang dari diri sendiri
dan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun.
Kita harus bina dan bentuk mental kita agar bisa menyadari
kesalahan-kesalahan kita serta menentukan cara bersikap
dengan cepat sebelum penyesalan datang.
DITULIS OLEH: SHENDY FEBRIANO
Penulis adalah Alumnus FISIP UNPAR angkatan 2008 jurusan Ilmu
Hubungan Internasional
3 http://travel.detik.com/read/2015/03/13/071004/2857554/1382/turisberulah-semua-kena-getah/
4 http://travel.detik.com/read/2015/03/13/124514/2857924/1382/aksivandalisme-turis-indonesia-di-luar-negeri-yang-bikin-malu/
TIDAK PATUT DITIRU DALAM ASPEK SOSIAL MASYARAKAT, EKONOMI
DAN POLITIK dan SAAT MENJADI TURIS DIKALA BERLIBUR KE LUAR
NEGERI : SUATU ANALISA
Indonesia, negara yang kita cintai ini, memiliki banyak
perbedaan baik dari segi kultural, agama, ras, hingga suku
dan golongan yang beraneka ragam, serta memiliki pulau
yang banyak dan memiliki keindahan alam yang tiada tara.
Kita seharusnya bangga dengan hal ini dengan saling
menghargai dan menghormati satu sama lain, bukan menyianyiakannya.
Sikap & Perilaku Sosial, Ekonomi & politik masyarakat
Indonesia sudah sangat mudah sekali untuk diprediksi dan
diketahui, namun kita lebih cenderung “nyaman dan cuek”
dengan hal-hal yang jelek saja untuk lebih dipertahankan dan
dibanggakan
untuk
dilakukan
daripada
mengutamakan
melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Yang seringkali
hanya menjadi retorika dan wacana kosong saja. Itu hal-hal
yang
saat ini
harus
kita
kurangi
atau
lebih
kasarnya
diberantas habis.
Banyak sekali contoh kebiasaan jelek Orang Indonesia
yang sering diperlihatkan baik didalam negeri maupun diluar
negeri. Bisa disebut dan dihitung pakai jari. Contohnya di
dalam negeri, kesalahan umum yang sering terlihat adalah
sering tidak mau Antri, sering menyelak, jika ditegur dikala
itu sering tidak terima/tersinggung atau emosi sehingga
kadangkala mengajak adu jotos dan debat dikarenakan
masalah sepele seperti ini, tidak punya sopan santun di jalan
raya
dengan
memotong
jalan
orang
seenaknya
tanpa
menggunakan tangan untuk permisi atau memakai lampu sen,
jika salah satu itu dilakukan, pasti orang akan iba dan
toleransi untuk memberikan jalan.
Lalu, kebanyakan orang indonesia pelit, temparemental,
dan
memiliki
arogansi
yang sangat
tinggi.
“MERASA
JAGOAN”, dan rasa Individualisme yang tinggi. Selanjutnya,
orang indonesia itu seringkali menggunakan frase-frase kebun
binatang jika mengutarakan kekesalan mereka terhadap
sesuatu
dan
orang
lain.
Seringkali
menggunakan
rasa
humornya berlebihan serta sering juga menggunjing serta
menggosip tentang orang lain dibelakang dengan secara tidak
langsung.
Yang tidak kalah pentingnya, perilaku KKN dan main
curang juga sikut-menyikut antar kepentingan masih sangat
rentan
terjadi
di
semua
kalangan
masyarakat,
baik
masyarakat biasa maupun elite pejabat/pemerintah. Sikap
seperti ini juga harus di hilangkan, oleh karena itu, Para
politisi
dan
birokrat
seharusnya
memikirkan
rakyat
&
generasi berikutnya seperti negarawan sejati, bukan hanya
memikirkan
dirinya
sendiri
dan
memenangkan
pemilu
selanjutnya.
Penyakit orang Indonesia yang sudah menjalar selain
korupsi, kolusi dan nepotisme adalah SELFIE! Saya setuju ini
disebut penyakit, karena ini
terkait dengan peningkatan
narsisme dan penyakit mental. Saya menolak keras untuk
selfie di setiap saat dan memberi peringatan kepada semua
orang agar nggak banyak orang mengidap penyakit mental.
Jujur, saya merasa begitu risih melihat orang terutama wanitawanita yang tiada henti melakukan selfie setiap saat. Studi
mengatakan Pria narsis memiliki kecenderungan menjadi
psikopat. Mereka cenderung kurang berempati dan impulsif.
Studi: Selain Narsis, Pria yang Hobi Selfie Cenderung
Antisosial, cewek paling sering melakukan selfie, terutama di
mobil, Kenapa orang, terutama wanita, senang foto selfie?
alasannya untuk selfie itu simple sekali menurut mereka,
percaya diri dan merasa paling cantik, pamer kecantikan,
ingin mendapatkan pujian, menarik perhatian, membuat mood
lebih baik, kebiasaan umum, menonjolkan watak dan ciri khas
wanita.
1
Menurut psikolog Diana Parkinson, selfie kini menjadi
cara baru untuk berkomunikasi yang bisa diterima secara
luas. "Ini adalah bentuk modern dari trik menarik perhatian
karena sekarang ini sebagian besar orang bertemu dan
berkomunikasi secara online, begitulah kita menggambarkan
dan menempatkan diri," ujar Diana dalam wawancara dengan
Stylist. Menurut Diana, memang sudah naluri manusia untuk
selalu mencari perhatian lawan jenis atau sesamanya. Jika di
zaman dulu, orang melakukannya dengan lukisan, kini dibuat
dengan memasang foto selfie di situs jejaring sosial.
Psikolog klinis Salma Prabhu sependapat dengan Diana.
Menurutnya foto selfie memang cara baru untuk menarik
perhatian. Foto tersebut merupakan cara untuk menunjukkan
pada dunia seberapa keren diri kita."Anak-anak muda mencari
pujian instan. Membangun kepercayaan diri melalui nilai
akademis tidak lagi cukup untuk mereka," tambahnya seperti
dikutip Times of India.
1http://log.viva.co.id/frame/read/IGh0dHA6Ly93d3cucGVsYW5naWJsb2cuY29t
LzIwMTUvMDEvNy1hbGFzYW4tbWVuZ2FwYS13YW5pdGEtc3VrYS1mb3RvLXNl
bGZpZS5odG1s
Di satu sisi foto selfie ini memang bisa berdampak positif
pada diri kita. Ketika mendapat pujian dan banyak like dari
pengguna situs jejaring sosial, orang yang memamerkan foto
selfie itu menjadi lebih percaya diri. Meski demikian, aktivitas
pamer foto selfie ini juga memiliki dampak negatif. "Ketika
orang ketergantungan untuk mendapatkan komentar dan
likes, komentar yang menyakitkan bisa melukai kepercayaan
dirinya, bukan malah meningkatkannya," ucap Salma. Diana
menambahkan, jika Anda terus-menerus memamerkan foto
apa yang Anda punya, artinya orang tersebut dalam kondisi
insecure. "Mereka butuh pengakuan dari pihak lain," katanya.
Apakah ini juga yang jadi alasan Anda berfoto selfie? 2
Orang indonesia terlalu boros, hedonisme dan konsumtif
yang tinggi, terlalu egois, tidak pernah merasa cukup dengan
apa sudah dimiliki, cenderung hidup mewah dan terlalu
memanjakan diri dengan fasilitas yang ada. Segala sesuatu
bisa diukur dan dibeli dengan uang. Seakan uang tidak akan
jadi masalah dan tidak pernah habis. Jarang sekali saya lihat
orang indonesia yang hidup hemat dan sederhana, seringkali
mereka memamerkan kesombongan-kesombongan yang saya
nilai tidak seharusnya dilakukan. Percuma.
Plesiran adalah hal yang paling digemari oleh semua
orang, apalagi kalau tujuannya adalah luar negeri. Selain
menikmati pemandangan di negara tujuan, ada banyak
kegiatan yang biasa dilakukan oleh turis. Seharusnya ketika
sedang liburan di luar negeri, maka turis harus menjaga etika.
2 http://wolipop.detik.com/read/2013/12/11/082024/2438401/852/inialasan-psikologis-wanita-suka-foto-selfie/
Sayangnya, sejumlah turis tak melakukannya. Berjalan kaki Di
tanah
air sendiri,
berjalan
kaki
jauh
bukanlah
sebuah
kebiasaan yang sering dilakukan. Ditambah lagi, turis-turis
Indonesia yang sering bergaya kecentilan dengan pakai
sepatu hak tinggi supaya tingginya sepadan dengan orang
asing.
Ada beberapa perilaku khas Turis Indonesia di LN yang
sering saya ketahui dan lihat, diantaranya Toilet kering,
nampaknya sering dikeluhkan turis Indonesia yang jalan-jalan
ke luar negeri. Tak cuma mengeluh, banyak dari mereka yang
kemudian melabeli orang asing itu sebagai orang yang jorok
karena
hanya
menggunakan
tissue
untuk
bersih-bersih.
Kadang kita dengan mudahnya melabeli manusia lain kurang
baik
dengan
kita,
tanpa
tahu
bagaimana
mereka
membersihkan dirinya dan tanpa mau tahu bahwa toilet kita
mungkin lebih jorok daripada pantat orang asing. Tengoklah
bandara kita Soekarno Hatta yang masih juga jorok hingga
sekarang. Sadar diri aja lah.
Kedua, Lucunya, turis Indonesia seringkali menjadi
disiplin di luar negeri. Jadi anti jaywalking, jadi rajin buang
sampah
di
tempat
sampah,
merokok
di
tempat
yang
disediakan dan jadi patuh aturan. Takut dimarahin orang
asing kali ya. Walaupun, ada juga yang memalukan Indonesia,
kasus di Singapura, Hong-Kong dan Vandalisme di Gunung
Fuji Jepang contohnya.
Ketiga, Turis Indonesia juga suka mengeluh tentang
harga mahal. Dari Transportasi umum mahal, untuk makan
mahal, tapi kalau beli oleh-oleh ataupun belanja keperluan
pribadi seperti parfum, aftershave, coklat, kaos, hiasan
rumah, dll jarang sekali muncul komplain karena mahal. Tapi
barang-barang yang relatif mahal ini sering dibeli dengan
dalih kualitasnya lebih bagus daripada di negeri sendiri.
Terakhir, saya sempat mendengar dari keluarga yang satu
pesawat dengan saya saat itu dengan bangganya beli parfum
di Singapura yang katanya kualitasnya jauh daripada di
Indonesia. Kalau menurut saya mah, sama aja kok, asal pada
saat membelinya barang tersebut asli.
Keempat, Saya perhatikan turis Indonesia kalau di luar
negeri lebih repot foto-foto heboh ketimbang menikmati
suasana sebuah tempat wisata dan membaca informasi
sebuah tempat bersejarah. Jarang banget saya lihat turis
Indonesia yang ngorek informasi ke guide, padahal, guide itu
punya banyak informasi. Foto-foto tersebut tentunya akan
berakhir di social media untuk bahan pamer karena sudah
jalan-jalan ke luar negeri. Heran saya, sewajarnya aja lah..
jangan berlebihan
Kelima, Kalau sudah di LN mereka cenderung arogan dan
memiliki individualisme yang tinggi. Meskipun mereka sadar,
melihat dan mendengar ada sesama orang Indonesia didekat
mereka, jarang sekali dan bahkan tidak mau mereka menegur
kita, sedikitpun. Berfoto di bandara beramai-ramai; Hal ini
berkaitan dengan kebiasaan bergerombol di atas. Saya sering
melihatnya di bandara.Bukan sesuatu yang salah, hanya saja
saat saya melihat segerombolan orang berfoto di bandara
saya merasa lega,’oh, masih ada “keluarga” sendiri di sini,’
karena hampir bisa dipastikan mereka dari Indonesia.
Keenam, mereka sering tampil aneh dengan berdandan
yang bukan semestinya yaitu Memakai kacamata hitam dan
syal di pesawat. Saya pernah menjumpai hal semacam ini saat
salah satu penerbangan saya menuju Singapura. Saya melihat
seorang wanita muda berambut hitam, kacatama hitam dan
syal coklat tebal di leher. Saya terheran-heran dengan wanita
ini saat bepergian memiliki pola pikir “pendapat orang
Indonesia itu luar negeri = pasti dingin dan bersalju.”
Ketujuh, orang Indonesia selalu pergi bergerombol; Solo
traveling (bepergian sendiri) keluar negeri belum terlalu
membudaya bagi orang Indonesia, jadi kebanyakan mereka
pergi bergerombol, baik melalui trip yang direncanakan
sendiri atau menggunakan agen tur. Cukup mencolok saat
saya melihat gerombolan turis Indonesia di Orchard Road,
Singapura dan Hong-Kong. Kedelapan, mengincar Toko oleholeh adalah salah satu destinasi utama yang paling dicari,
Sebagian besar turis asal Indonesia melakukan ini, karena
saat di toko oleh-oleh di Belanda dan Singapura, toko
bernuansa Eropa dan Asia itu dipenuhi oleh turis-turis asal
Indonesia.
Kegiatan wisatawan pergi liburan ke kota atau negara lain
bisa menggerakan pariwisata. Hanya saja, wisatawan bisa
membawa sisi negatif ketika mereka berulah, bertindak
sembarangan
Responsible
dan
nakal.
traveler,
Semua
traveler
pihak
yang
kena
getahnya.
bertanggung
jawab.
Belakangan istilah ini marak digaungkan menyusul banyaknya
kejadian turis nakal di berbagai belahan dunia dalam 5 tahun
terakhir. Beritanya muncul di berbagai media massa dan
beberapa malah viral di social media. Menjadi wisatawan yang
bertanggung jawab, artinya hormat dan menghargai dengan
budaya sekitar, ikut menjaga objek wisata dengan sikap dan
perilaku yang mendukung. Sebabnya, banyak sekali turis yang
bersikap sebaliknya.
Di Indonesia, yang sering menjadi masalah adalah
kelakuan buang sampah sembarangan. Menjaga objek wisata
tetap bersih tanpa sampah makanan dan plastik rasanya sulit
benar. Tapi itu belum mungkin belum ada apa-apanya dengan
yang terjadi di luar negeri. Vandalisme objek wisata, berupa
tindakan corat-coret, terjadi baik di Indonesia dan luar negeri.
Nah, kalau yang dicorat-coret adalah objek wisata berusia
ribuan tahun, terbayangkah berapa juta nilai kerugiannya.
Perilaku serampangan juga bikin warga lokal kesal bahkan
sampai bisa mengundang polisi datang. Apalagi jika perilaku
yang terkait perbuatan asusila. Ada turis yang nekat bugil di
tempat wisata atau bercinta di tempat sepi di kawasan wisata.
Waduh, benar-benar deh!
Yang terakhir adalah masalah respek terhadap warga lokal
serta adat istiadat setempat. Banyak juga berita soal turis
menendang lonceng doa, berfoto bersama patung Buddha
dengan pose mesum atau pipis sembarangan di kawasan suci.
Tentu
hal
itu
bukan.Traveling
bisa
menyakiti
adalah
hati
kesempatan
warga
bagi
setempat
seseorang
berkenalan dengan budaya lain, orang-orang baru, dan
menambah
pengalaman
hidupnya.
Seharusnya,
hal
itu
membuat kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan
tahu diri, bukan sebaliknya. Dimana bumi dipijak, di situ
langit dijunjung.3
Kedatangan turis tidak selalu memberikan dampak positif.
Banyak
dari
mereka
yang
melakukan
aksi
vandalisme.
Termasuk turis Indonesia juga pernah mencorat-coret objek
wisata di Jepang, Tiongkok & Arab Saudi! Dikumpulkan
detikTravel, Jumat (13/3/2015) bukti aksi vandalisme yang
diduga dilakukan oleh orang Indonesia ada di Gunung Fuji,
Jepang, Tembok Besar di Tiongkok dan Jabal Rahmah di Arab
Saudi. Tindakan ini tentunya dapat membuat malu turis
Indonesia di mata dunia.4
Sudah cukup Indonesia dilecehkan dan diremehkan oleh
dunia. Jangan lah mengharapkan suatu perubahan jika kita
tidak berbuat sesuatu untuknya! Jujur, saya malu sekali
melihat perilaku Sosial orang-orang indonesia seperti ini yang
bukan makin maju malah makin mundur, dan kemunduran ini
cenderung diagung-agungkan untuk dipertahankan. menurut
saya semua hal ini sangat tidak perlu dan perlu dihilangkan.
Kesadaran untuk berubah memang datang dari diri sendiri
dan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun.
Kita harus bina dan bentuk mental kita agar bisa menyadari
kesalahan-kesalahan kita serta menentukan cara bersikap
dengan cepat sebelum penyesalan datang.
DITULIS OLEH: SHENDY FEBRIANO
Penulis adalah Alumnus FISIP UNPAR angkatan 2008 jurusan Ilmu
Hubungan Internasional
3 http://travel.detik.com/read/2015/03/13/071004/2857554/1382/turisberulah-semua-kena-getah/
4 http://travel.detik.com/read/2015/03/13/124514/2857924/1382/aksivandalisme-turis-indonesia-di-luar-negeri-yang-bikin-malu/