FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM. docx
FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM, SUBSTANSI FILSAFAT PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN FILSAFAT
DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun oleh :
Muhammad Ibnu Rusdi Rokan
Mhd.Fiqih Aditama Sitorus
Nova Rizayanti Nst
Jefri Hutahuruk
Herbet Pangaribuan
unimedFT.gif
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmah Nyalah, sehingga Tugas ini
dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Akhir kata, sebagaimana layaknya manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan, apabila
terdapat kesalahan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar selanjutnya
dapat lebih baik. Harapan dan tujuan saya dalam menyelesaikan makalah adalah agar dapat berguna dan
dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya. Atas segala perhatian, do’a dan dukungan
semua rekan, saya mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2014
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B.
Tujuan Pembuatan Makalah .......................................................................... 1
BAB II Pembahasan.................................................................................................. 2
A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem .............................................................. 2
B.
Substansi Filsafat Pendidikan ....................................................................... 3
C.
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ............................................ 3
BAB III Penutup....................................................................................................... 7
Kesimpulan ........................................................................................................ 7
Daftar Pustaka ................................................................................................... 8
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk mengetahui segala
sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada dibalik
yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di
lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji (Tim Pengajar Filsafat Pendidikan Unimed).
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran atas
keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum
tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan
yang seakan tak terbatas.
Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada tiga peran
utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing (Jan Hendrik Rapar dalam
Diktat Filsafat Pendidikan). Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam
studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
B.
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Agar mahasiswa tahu tentang apa yang dimaksud dengan substansi filsafat pendidikan.
2.
Agar para mahasiswa dapat memahami tentang hubungan filsafat dan pendidikan.
3.
Agar mahasiswa dapat memahami tentang perkembangan aliran filsafat pendidikan.
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami urgensi filsafat dalam dunia pendidika
BAB II
Pembahasan
A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti “cara,
strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system, susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan
“suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir”.
Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta
penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari
keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris
serta bertanggung jawab.Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda,
kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan
kehidupan,kognitif, piskomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.
Seperti dikatakan di buku ajar Filsafat Pendidikan Unimed Filsafat pendidikan terujud ddengan menarik
garis linier, antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung
dalam pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang
atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Bila konsep dasar tentang kenyataan yang pada hakikatnya,
menurut idealism, adalah sama dengan hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis
dengan itu, maka pendidikan itu adalam mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan
kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi masalah atau
keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti memerlukan jawabn yang tidak semata-mata berada
dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini
memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab dengan menggunakan ilmu pengetahuan
yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinankemungkinan tersebut dengan mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional
akan sangat memadai dalam mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu
pendidikan umumnya.
B.
Substansi Filsafat Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Yang berarti
bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau
landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya
Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta
norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan,
baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan Pancasila sebagai
filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat atau filsafat pendidikan
yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar
pad hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat substansi dari pada filsafat pendidikan
telah berada pada peringkat lanjut.
Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan praksis dan praktik pendidikan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah dan tujuan pendidikan
yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan pendidikan
bermutu bagi setiap warga negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan minimal
sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuaan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi
dan arahnyayakni menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.
C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan pandangan hidup
oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas atau pedoman yang
melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat tersebut atau bangsa itu sendiri,
termasuk didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau aktifitas yang dilakukan dengan
mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis yang menjiwai seluruh
kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat.
Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha
mewujudkan citra tersebut. Formula tentang hakekat dan martabat manusia serta masyarakat terutama
di Indonesia dilandasi oleh filsafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan
sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
agama sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan
dan pembelajaran.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia
dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan
dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan
perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan
kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya
terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasikannya
3. .Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya
berlainan.
Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam hal
ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya
jawab dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena berisfat filosofis,
dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis
terhadap lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap
orang yang memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga
pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian para ahli
masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejathteraan lahir dan batin
masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli
yang satu mempengaruhi gagasan ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering
timbul dari ahli-pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat
mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang diketemukan secara
eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan merupakan bekal untuk
meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa berfilsafat adalah
berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat pendidikan mempunyai kemampuan
semacam itu.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1) Esensialis
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya.
Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran
esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku
klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari
kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak peserta didik
akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat
sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
2) Perenialis
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana cara
menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar tidaklah jauh
berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.
3) Progresivis
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan
perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang
pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam
kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi
kehidupan manusia hari ini.
Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah
mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini bisa
tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena
itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga
menekankan prinsip mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan
individual juga sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.
4) Rekonstruksionis
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi
manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali
kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang
ektrim. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan
hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu
bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran Progresivis.
5) Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adala eksistensi atau
adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan
menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan
oleh keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberikesempatan
untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab
sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif
sendiri, merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi
yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta didik perlu
mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat
demokratis dengan teknik mengajar langsung.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya
relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Filsafat
menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara dari suatu
bangsa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam lingkungan
masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan
perbuatan mendidik.
Substansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari
fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang konsepkonsep dasa pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang
dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan
kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan
pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya
mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak bolah
bertentangan dengan filsafat.
DAFRAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya
Tim Pengajar. 2011. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan
http://www.google /Filsafat
van88.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
http://widanaputra.blogsome.com/2007/01/14/hello-world/ yang direkam pada 8 Jul 2007
http://pend-antropologi09.blogspot.com/2011/11/kaitan-filsafat-pendidikan-dan-guru.html
DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun oleh :
Muhammad Ibnu Rusdi Rokan
Mhd.Fiqih Aditama Sitorus
Nova Rizayanti Nst
Jefri Hutahuruk
Herbet Pangaribuan
unimedFT.gif
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmah Nyalah, sehingga Tugas ini
dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Akhir kata, sebagaimana layaknya manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan, apabila
terdapat kesalahan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar selanjutnya
dapat lebih baik. Harapan dan tujuan saya dalam menyelesaikan makalah adalah agar dapat berguna dan
dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya. Atas segala perhatian, do’a dan dukungan
semua rekan, saya mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2014
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B.
Tujuan Pembuatan Makalah .......................................................................... 1
BAB II Pembahasan.................................................................................................. 2
A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem .............................................................. 2
B.
Substansi Filsafat Pendidikan ....................................................................... 3
C.
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ............................................ 3
BAB III Penutup....................................................................................................... 7
Kesimpulan ........................................................................................................ 7
Daftar Pustaka ................................................................................................... 8
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk mengetahui segala
sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada dibalik
yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di
lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji (Tim Pengajar Filsafat Pendidikan Unimed).
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran atas
keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum
tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan
yang seakan tak terbatas.
Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada tiga peran
utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing (Jan Hendrik Rapar dalam
Diktat Filsafat Pendidikan). Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam
studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
B.
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Agar mahasiswa tahu tentang apa yang dimaksud dengan substansi filsafat pendidikan.
2.
Agar para mahasiswa dapat memahami tentang hubungan filsafat dan pendidikan.
3.
Agar mahasiswa dapat memahami tentang perkembangan aliran filsafat pendidikan.
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami urgensi filsafat dalam dunia pendidika
BAB II
Pembahasan
A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti “cara,
strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system, susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan
“suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir”.
Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta
penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari
keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris
serta bertanggung jawab.Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda,
kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan
kehidupan,kognitif, piskomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.
Seperti dikatakan di buku ajar Filsafat Pendidikan Unimed Filsafat pendidikan terujud ddengan menarik
garis linier, antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung
dalam pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang
atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Bila konsep dasar tentang kenyataan yang pada hakikatnya,
menurut idealism, adalah sama dengan hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis
dengan itu, maka pendidikan itu adalam mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan
kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi masalah atau
keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti memerlukan jawabn yang tidak semata-mata berada
dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini
memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab dengan menggunakan ilmu pengetahuan
yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinankemungkinan tersebut dengan mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional
akan sangat memadai dalam mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu
pendidikan umumnya.
B.
Substansi Filsafat Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Yang berarti
bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau
landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya
Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta
norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan,
baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan Pancasila sebagai
filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat atau filsafat pendidikan
yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar
pad hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat substansi dari pada filsafat pendidikan
telah berada pada peringkat lanjut.
Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan praksis dan praktik pendidikan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah dan tujuan pendidikan
yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan pendidikan
bermutu bagi setiap warga negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan minimal
sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuaan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi
dan arahnyayakni menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.
C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan pandangan hidup
oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas atau pedoman yang
melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat tersebut atau bangsa itu sendiri,
termasuk didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau aktifitas yang dilakukan dengan
mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis yang menjiwai seluruh
kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat.
Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha
mewujudkan citra tersebut. Formula tentang hakekat dan martabat manusia serta masyarakat terutama
di Indonesia dilandasi oleh filsafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan
sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
agama sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan
dan pembelajaran.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia
dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan
dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan
perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan
kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya
terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasikannya
3. .Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya
berlainan.
Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam hal
ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya
jawab dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena berisfat filosofis,
dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis
terhadap lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap
orang yang memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga
pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian para ahli
masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejathteraan lahir dan batin
masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli
yang satu mempengaruhi gagasan ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering
timbul dari ahli-pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat
mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang diketemukan secara
eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan merupakan bekal untuk
meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa berfilsafat adalah
berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat pendidikan mempunyai kemampuan
semacam itu.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1) Esensialis
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya.
Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran
esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku
klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari
kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak peserta didik
akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat
sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
2) Perenialis
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana cara
menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar tidaklah jauh
berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.
3) Progresivis
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan
perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang
pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam
kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi
kehidupan manusia hari ini.
Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah
mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini bisa
tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena
itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga
menekankan prinsip mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan
individual juga sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.
4) Rekonstruksionis
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi
manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali
kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang
ektrim. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan
hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu
bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran Progresivis.
5) Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adala eksistensi atau
adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan
menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan
oleh keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberikesempatan
untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab
sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif
sendiri, merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi
yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta didik perlu
mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat
demokratis dengan teknik mengajar langsung.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya
relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Filsafat
menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara dari suatu
bangsa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam lingkungan
masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan
perbuatan mendidik.
Substansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari
fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang konsepkonsep dasa pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang
dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan
kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan
pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya
mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak bolah
bertentangan dengan filsafat.
DAFRAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya
Tim Pengajar. 2011. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan
http://www.google /Filsafat
van88.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
http://widanaputra.blogsome.com/2007/01/14/hello-world/ yang direkam pada 8 Jul 2007
http://pend-antropologi09.blogspot.com/2011/11/kaitan-filsafat-pendidikan-dan-guru.html