dakwah rasullulah periode di madinah

TUGAS AGAMA ISLAM

Dakwah Rasulullah Periode Madinah

Kelompok 3

Favian Katon ( )
Faisal R ( )
Hamzah (16)
Nadia Khairunisa (24)
Noni Ilminda (26)
Putri Ghassani (28)
Putty Erwina (29)

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena
dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah Agama Islam
tentang “Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah”.
Makalah ini dibuat berdasarkan materi agama islam kelas 10. Insyaallah makalah ini
dapat berguna dan menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi pembacanya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih telah membaca makalah kami dan semoga

makalah ini dapat bermanfaat. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini.

Jakarta, November 2010

I

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena
dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah Agama Islam
tentang “Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah”.
Makalah ini dibuat berdasarkan materi agama islam kelas 10. Insyaallah makalah ini
dapat berguna dan menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi pembacanya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih telah membaca makalah kami dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini.
Jakarta, November 2010

II


Daftar isi
Kata Pengantar............................................................................II
Daftar Isi.....................................................................................III
Bab 1 : Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................1
B. Dasar Pemikiran.......................................................1
C. Ruang Lingkup..........................................................1
Bab 2 : Perang pada masa Rasulullah SAW
A. Perang Badar.........................................................2-8
B. Perang Uhud........................................................9-12
C. Perang Khandak.................................................13-16
D. Perjanjian Hudaibiyah.......................................17-30
Bab 3 : Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
A. Seruan Masuk Islam..........................................31-34
B. Pembebasan Kota Makkah...............................35-37
C. Perang Huna’in.................................................38-39
D. Perang Tabuk.........................................................40
E. Haji Perpisahan.................................................41-46
F. Nabi Muhammad Orang Saleh..........................47-48
G. Nabi Muhammad Wafat...................................49-50

Bab 4 : Kesimpulan Dan Penutup
A. Kesimpulan.............................................................51
B. Penutup..................................................................51
Daftar Pustaka

Dakwah Rasulullah periode madinah
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi
Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di
Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun
merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Pembunuhan itu
direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya
yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta
mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati
tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar
dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy.
Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari
Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka

bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena
mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari
persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu
Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan
sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri
pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa
yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari.
Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW
membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah
masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu
penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka,
berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah
tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi,
memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan
rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka
mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan

menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ'i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus
kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang
ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya.

Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
"Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak
hatinya."
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di
depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih
rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi
SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong
membangun rumah untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota nabi). Orang
sering pula menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena
dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW
menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan

yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.
Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di
dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke
Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu
kaum Muhajirin).
Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan
individu-individu dari golongan Anshar.
Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far
bin Abi Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing
orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan
persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu
persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan
persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb,
yaitu tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk
melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan
sebagai pusat kegiatan untuk berbagai hal, seperti belajar-mengajar, mengadili
perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat, musyawarah, dan transaksi dagang.
Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun
bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai

Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat
rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya
dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal
Nabi SAW dan keluarganya.
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat
golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama
nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi
Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.

Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Mîsâq
Madînah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan
beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban
negerinya, kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah
SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.
Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu
sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW
sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin
bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah
menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan

membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir kafilah
dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum muslimin.
Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan
itu, Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah
pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang
berpatroli ke pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi
Rabiah. Sa'ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW
sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan
Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar,
dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani Mudij.
Ekspedisi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk
melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian
dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.
Sumber : http://belchunk.blogspot.com/2008/06/dakwah-rasulullah-saw-periodemadinah.html

A. Seruan masuk islam
Materi dakwah yang beliau sampaikan pada periode Madinah ini umumnya tentang
masalah sosial kemasyarakatan yang tertuang dalam 25 Surah Madaniyah dan hadishadis periode Madinah. Dakwah ini bertujuan agar umat Islam benar-benar menjadi
orang yang bertaqwa dan membentuk masyarakat madani di Madinah.

Namun, ada pula orang yang tidak suka dengan berkembangnya Islam, seperti kaum
kafir Quraisy, Yahudi, dan sekutu mereka. Setelah ada izin dari Allah untuk berperang
maka Rasulullah r menyusun kekuatan untuk menghadapi peeprangan dengan orang
kafir yanag tak dapaat dihindari lagi. Tujuannya adalah:
1. Membela diri, kehormatan, dan harta.
2. menjamin kelancaran dakwah, memberi kesempatan pada mereka yanag
hendak menganutnya.
3. Untuk memelihara umat Islam agar tidak hancur.

Perang pada masa Rasulullah di antaranya:
1. Perang Badar Al Kubra, 17 Ramadhan 2 H, di Perigi Badar. Peperangan ini
dimenangkan kaum muslimin.
2. Perang Uhud, pertengahan Sya’ban 3 H, di Bukit Uhud. Pihak muslimin
mengalami kekalahan.
3. Perang Ahzab (Khandaq), Syawal 5 H. Dengan siasat pembuatan parit, kaum
muslimin memperoleh kemenangan.
4. Perang Mut’ah, tahun 8 H, di desa Mut’ah, bagian utara Arab.
5. Perang Tabuk, tahun 9 H, di kota Tabuk, bagian utara Arab.
Pada masa Rasulullah terjadi pula suatu perjanjian yang disebut sebagai perjanjian
Hudaibiyah. Untuk melakukan perundingan, pihak kaum kafir Quraisy diwakili oleh

Suhail Ibnu Umar, dan delegasi umat Islam dipimpin oleh Nabi Muhammad . Isi
perjanjian ini adalah:
1. Gencatan senjata antara Quraisy Mekkah dan umat Islam penduduk Madinah.
2. Orang Islam dari kaum kafir Quraisy yang datang kepada Umat Islam tanpa
seizin walinya hendaklah ditolak.
3. Kaum Quraisy tidak menolak orang Islam yang kembali bergabung dengan
mereka.
4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kedua pihak
diperbolehkan.
5. Kaum muslimin boleh mengerjakan umrah tahun berikutnya, dengan syarat:
1. Kaum muslimin masuk kota Mekkah setelah penduduknya untuk sementara
keluar Mekkah
2. Kaum muslimin tidak membawa senjata.
3. Kaum muslimin hanya boleh berada di Mekkah tiga hari tiga malam.
Akhirnya, tahun ke-9 dan 10 H, hampir seluruh Jazirah arab masuk Islam. Namun,
Rasulullah r diutus bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi seluruh dunia.
‫و م‬
‫سل لمنا م‬
‫ن‬
‫م ة‬

‫ة ل إل لمعال م إ‬
‫ك إإل مر ل‬
‫ما ألر م‬
‫ح م‬
‫م م‬
‫مي م‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (Al Anbiyaa’: 107)
1. Dakwah Islamiyah Keluar Jazirah Arabia
Rasulullah r menyeru umat manusia di luar Jazirah Arabia agar memeluk agama Islam
dengan jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah pada pembesarpembesar mereka, seperti:
1. Heraclius, Kaisar Romawi Timur
Ia menerima surat dakwah Rasulullah melalui Dihijah bin Khalifah. Heraclius tak
menerima seruan dakwah tersebut karena tak mendapat persetujuan dari para

pembesar agama dan pendeta. Namun, surat dakwah itu dibalas dengan sopan serta
mengirimkan hadiah untuk Rsulullah .
1. Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir
Utusan yang datang padanya ialah Hatib. Muqauqis belum menerima seruan masuk
Islam, namun ia mengirim surat balasan serta hadiah-hadiah.
1. Syahinsyah, Kaisar Persia
Surat dakwah Rasulullah disobek-sobek olehnya. Mengetahiu hal itu, Rasulullah r
menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh anaknya sendiri
pada malam Selasa 10 Jumadil Awwal 7 Hijriah. Ternyata benar, Asy-Syirwaih nama
anak tersebut.
Kemudian surat dakwah Rasulullah dikirimkan pula pada An-Najasyi (Raja Ethiopia),
Ar-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali ( Raja Yamamah), dan Al Harits
(Gubernur Roamwi di Syam). Di antara mereka, yang menerima seruan Rasulullah
hanyalah Al Munzir. Ia mengajak para pembesar negera dan rakyatnya untuk masuk
Islam.
1. Strategi Dakwah Rasululllah
Pokok-Pokok Pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah adalah
1. Berdakwah dari diri sendiri.
2. Metode yang digunakan sesuai dengan Surah An Nahl: 125
‫م‬
‫ن مرب ل م‬
‫ل مرب ب م‬
‫مو ل إ‬
‫ك إبال ل إ‬
‫ن إإ ل‬
‫يأ ل‬
‫سن مةإ وم م‬
‫عظ مةإ ال ل م‬
‫ح م‬
‫ح م‬
‫اد لع ع إ إملى م‬
‫جاد إل لهع ل‬
‫مةإ موال ل م‬
‫حك ل م‬
‫ك ه عو م‬
‫س ع‬
‫م إبال لإتي ه إ م‬
‫سإبي إ‬
‫م‬
‫م‬
‫ض ل‬
‫ن‬
‫مهلت م إ‬
‫ن م‬
‫ن م‬
‫م إبال ل ع‬
‫سإبيل إهإ ومهعوم أع لل م ع‬
‫م بإ م‬
‫أع لل م ع‬
‫دي م‬
‫ل عم ل‬
‫م ل‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An Nahl: 125)
1. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah dan umatnya.
2. Berdakwah dengan dilandasi niat ikhlas karena Allah semata.
Lalu, strategi yang dilakukan Rasulullah dalam berdakwah di Madinah antara lain
dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membangun masjid
Masjid Quba dibangun tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 1 Hijriah. Selanjutnya
dibangun pula masjid kedua, yaitu Masjid Nabawi di Madinah. Peranan masjid pada
masa Rasulullah antara lain sebagai berikut:

1.

1. Sarana pembinaan umat Islam.
2. Sarana ibadah, shalat 5 waktu, Idul Adha, Idul Fitri, salat Jum’at, dan
shalat Tarawih.

‫م‬
‫م‬
‫دا‬
‫جد م ل إل لهإ مفل ت مد ل ع‬
‫ح ة‬
‫معم الل لهإ أ م‬
‫ومأ ل‬
‫م م‬
‫عوا م‬
‫سا إ‬
‫ن ال ل م‬
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al Jin: 18)
1.
1.
2.
3.
4.

Tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam.
Tempat pertemuan untuk menjalin persaudaraan.
Sarana kegiatan sosial.
Menjadikan halaman masjid sebagai tempat pengobatan para
penderita sakit.
5. Sebagai tempat bermusyawarah.
2. Membangun Ukhuwah Islamiyah (Mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin
dan Anshar)
Rasulullah telah berhasil mempersaudarakan kaum Muhajirin (para sahabat
Rasulullah r penduduk asli Mekkah yang hijrah ke Madinah) dengan kaum Anshar
(para sahabat Rasulullah penduduk asli Madinah). Persaudaraan ini menciptakan
kekuatan yang hebat dan persaudaraan baru yaitu persaudaraan yang berdasar
agama.
1. Perjanjian antara Muslim dengan Non-mislim
Perjanjian ini adalah Piagam Madianh yang isinya antara lain:
1.
1. Setiap golongan memiliki hak pribadi, keagamaan, dan politik.
Hukuman boleh dijatukan untuk mereka yang berbuat kerusakan.
2. Tiap penduduk mendapat jaminan kebebasan beragama.
3. Semua penduduk berkewajiban mempertahankan kota Madinah.
4. Rasulullah sebagai pemimpin seluruh penduduk Madinah.
2. Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi
Terwujudnya Masyarakat Madani
Rasulullah meletakkan dasar bagi sistem politik Islam, yakni musyawarah. Umat islam
dapat mengangkat wakil-wakil rakyat serta membuat peraturan selama tak
bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadis.
Dalam bidang ekonomi Rasulullah meletakkan dasar keadilan bagi semua warga.
Dalam bidang sosial, Rasulullah meletakkan dasar persamaan derajat semua individu,
yang membedakan hanyalah amal shalehnya.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujuraat: 13)
1. Sikap dan Perilaku penghayatan Sejarah Dakwah Rasulullah SAW
1. Mencintai Rasulullah dengan mengamalkan Al-Qur’an serta memelihara
ketaqwaan.
2. Menyosialisasikan sunnah Nabi
3. Gemar membaca buku khususnya Sirah nabi
4. Memelihara silaturahmi.
5. Apabila mampu, mengunjungi tanah suci Mekkah dan Madinah.
6. Mempelajari dan memahami Al-Qur’an dan Hadis shahih serta
mengamalkannya.
7. Berjihad di jalan Allah
8. Memakmurkan tempat ibadah.
1. Hikmah yang Dapat Diambil
1. Terjalin persaudaraan sebagaimana antara Muhajirin dan Anshar sehingga
memperkuat Islam.
2. Menjaga persatuan Islam dan saling menghormati.
3. Menumbuhkembangkan sikap tolong menolong.
4. Memahami bahwa Islam harus berpegang teguh pada atuaran Allah
5. Memahami dan menyadari bahwa kita wajib menjalin hubungan baik dengan
Allah dan sesama manusia.
6. Mendapat warisan dua pusaka yaitu Al Qur’an dan Hadis.
7. Menjadikan perjuangan Nabi sebagai inspirasi dan motivasi dalam
menyiarkan Islam.
8. Terjalin hubungan yang kondusif.
Sumber : http://alabaster6.wordpress.com/2009/12/14/sirah-nabi-periode-madinah/
Pembebasan Mekkah
(bahasa Arab: ‫فتح مكة‬, Fathu Makkah) merupakan peristiwa yang terjadi pada
tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, dimana Muhammad beserta
10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai
Mekkah secara keseluruhan, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di
dalam dan sekitar Ka'bah.

Penyebab

Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani
Perjanjian Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah
dan Madinah setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan
senjata dirusak oleh Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah
yang merupakan sekutu Muslim. Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani
Bakr, padahal berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut dimana
Bani Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari
mereka telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin
Quraisy.
Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah,
pergi ke Madinah untuk memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi
Muhammad menolak, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong. Sekitar 10.000
orang pasukan Muslim pergi ke Mekkah yang segera menyerah dengan damai.
Muhammad bermurah hati kepada pihak Mekkah, dan memerintahkan untuk
menghancurkan berhala di sekitar dan di dalam Ka'bah. Selain itu hukuman mati juga
ditetapkan atas 17 orang Mekkah atas kejahatan mereka terhadap orang Muslim,
meskipun pada akhirnya beberapa di antaranya diampuni.
Pemimpin pasukan
Tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari
Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm AlGhifary.
Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya, yang terdiri
dari tiga bagian, masing-masing adalah:
1. Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian
bawah,
2. Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari
bukit Kada', dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah
hingga sampai ke Mekkah.
Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum
Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad mulai
menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah. Dan selesailah pembebasan
Mekkah.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pembebasan_Mekkah
Pertempuran Hunain adalah pertempuran antara Muhammad dan pengikutnya
melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H, di
sebuah pada salah satu jalan dari Mekkah ke Thaif. Pertempuran ini berakhir dengan
kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan
perang yang banyak. Pertempuran Hunain merupakan salah satu pertempuran yang
disebutkan dalam Al-Qur'an, yaitu surat At-Taubah 25-26.

Latar belakang
Suku Hawazin dan para sekutunya dari suku Tsaqif mulai menyiapkan pasukan
mereka ketika mengetahui bahwa Muhammad dan tentaranya berangkat dari
Madinah menuju Mekah, yang ketika itu masih dikuasai kaum kafir Quraisy.
Persekutuan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif berniat akan menyerang
pasukan Muhammad ketika sedang mengepung Mekkah. Namun, penaklukan
Mekkah berjalan cepat dan damai. Muhammad pun mengetahui maksud suku
Hawazin dan Tsaqif, dan memerintahkan pasukan beliau bergerak menuju Hawazin
dengan kekuatan 12.000 orang, terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam
penaklukan Mekkah, ditanbah 2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam.
Hal ini terjadi sekitar dua minggu setelah penaklukan Mekkah, atau empat minggu
setelah Muhammad meninggalkan Madinah. Pasukan kaum Badui terdiri dari suku
Hawazin, Tsaqif, bani Hilal, bani Nashr, dan bani Jasyam.
Jalannya pertempuran
Saat pasukan muslim bergerak menuju daerah Hawazin, pemimpin kaum Badui Malik
bin Auf al-Nasri menyergap mereka di lembah sempit yang bernama Hunain. Kaum
Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah, mengejutkan kaum
Muslimin dan menyulitkan organisasi serangan kaum Muslimin. Pasukan Muslim
mulai mundur dalam kekacauan, dan tampaknya akan menderita kekalahan.
Pemimpin Quraisy Abu Sufyan yang ketika itu baru masuk Islam, mengejek dan
berkata "Kaum Muslimin akan lari hingga ke pantai".
Pada saat kritis ini, sepupu Muhammad Ali bin Abi Thalib dibantu pamannya Abbas
mengumpulkan kembali pasukan yang melarikan diri, dan organisasi kaum Muslimin
mulai terbentuk kembali.[1] Hal ini juga dibantu dengan sempitnya medan
pertempuran, yang menguntungkan kaum Muslimin sebagai pihak bertahan. Pada
saat ini, seorang pembawa bendera dari kaum Badui menantang pertarungan satulawan-satu. Ali menerima tantangan ini dan berhasil mengalahkannya. [1] Muhammad
lalu memerintahkan serangan umum, dan kaum Badui mulai melarikan diri dalam
dua kelompok. Kelompok pertama nantinya akan kembali berperang melawan kaum
Muslim dalam pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif, dan nantinya
akan dikepung oleh kaum Muslim.Pasukan muslim berhasil menangkap keluarga dan
harta benda dari suku Hawazin, yang dibawa oleh Malik bin Aus ke medan
pertempuran. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000
kambing, serta 4.000 waqih perak (1 waqih = 213 gram perak).
Pertempuran ini mendemonstrasikan keahlian Ali bin Abi Thalib dalam mengorganisir
pasukan dalam keadaan terjepit. Pertempuran ini juga menunjukkan kemurahan hati
kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan baik dan membebaskan 600
diantaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus
hingga berakhirnya Pengepungan Thaif.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Hunain

Perang tabuk
Ekspedisi Tabuk (atau Perang Tabuk/Pertempuran Tabuk), adalah ekspedisi yang
dilakukan umat Islam pimpinan Muhammad pada 630 M atau 9 H, ke Tabuk, yang
sekarang terletak di wilayah Arab Saudi barat laut.
Latar Belakang
Pada September 629, pasukan Islam gagal mengalahkan pasukan Bizantium (Romawi
Timur) dalam pertempuran Mu'tah. Banyak yang menganggap hal ini sebagai tanda
melemahnya kekuatan umat Islam, dan memancing beberapa kabilah Arab
menyerang umat Muslim di Madinah. Pada musim panas tahun 630, umat Muslim
mendengar kabar bahwa Bizantium dan sekutu Ghassaniyah-nya telah menyiapkan
pasukan besar untuk menginvasi Hijaz dengan kekuatan sekitar 40.000-100.000
orang.
Di lain pihak, Kaisar Bizantium Heraclius menganggap bahwa kekuasaan kaum
Muslimin di Jazirah Arab berkembang dengan pesat, dan daerah Arab harus segera

ditaklukkan sebelum orang-orang Muslim menjadi terlalu kuat dan dapat
menimbulkan masalah bagi Bizantium.
Ekspedisi
Untuk melindungi umat Islam di Madinah, Muhammad memutuskan untuk
melakukan aksi preventif, dan menyiapkan pasukan. Hal ini disulitkan dengan adanya
kelaparan di tanah Arab dan kurangnya kas umat Muslimin. Namun, Muhammad
berhasil mengumpulkan pasukan yang terdiri dari 30.000 orang, jumlah pasukan
terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam.
Setelah sampai di Tabuk, umat Islam tidak menemukan pasukan Bizantium ataupun
sekutunya. Menurut sumber-sumber Muslim, mereka menarik diri ke utara setelah
mendengar kedatangannya pasukan Muhammad. Namun tidak ada sumber nonMuslim yang mengkonfirmasi hal ini. Pasukan Muslim berada di Tabuk selama 10
hari. Ekspedisi ini dimanfaatkan Muhammad untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang
ada di sekitar Tabuk. Hasilnya, banyak kabilah Arab yang sejak itu tidak lagi mematuhi
Kekaisaran Bizantium, dan berpihak kepada Muhammad dan umat Islam.
Muhammad juga berhasil mengumpulkan pajak dari kabilah-kabilah tersebut.
Saat hendak pulang dari Tabuk, rombongan Muhammad didatangi oleh para pendeta
Kristen di Lembah Sinai. Muhammad berdiskusi dengan mereka, dan terjadi
perjanjian yang mirip dengan Piagam Madinah bagi kaum Yahudi. Piagam ini berisi
perdamaian antara umat Islam dan umat Kristen di daerah tersebut.
Muhammad akhirnya kembali ke Madinah setelah 30 hari meninggalkannya. Umat
Islam maupun Kekaisaran Bizantium tidak menderita korban dari peristiwa ini, karena
pertempuran tidak pernah terjadi.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Tabuk
Kisah Wahyu Terakhir Kepada Rasulullah s.a.w.
"Diriwayatkan bahawa surah AI-Maa-idah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar
iaitu pada hari Jumat di padang Arafah pada musim haji penghabisan
Pada masa itu Rasulullah s.a.w. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun
Rasulullah s.a.w. tidak begitu jelas peneri-maannya untuk mengingati isi dan makna
yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersandar pada
unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan.
Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya
pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang
diperintahkan oleh Allah s.w.t.dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu
kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahawa hari ini
adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."

Sebaik sahaja Malaikat Jibril a.s. pergi maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke
Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para
sahabat beliau, maka Rasulullah s.a.w. pun menceritakan apa yang telah diberitahu
oleh malaikat Jibril a.s.. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka
mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah
sempuma."
Apabila Abu Bakar r.a. mendengar keterangan Rasulullah s.a.w. itu, maka ia tidak
dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu
dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam.
Kisah tentang Abu Bakar r.a. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain,
maka berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar r.a. dan mereka
berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga
begini sekali keadaanmu? Sepatutnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah
sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar r.a. pun
berkata: "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang
menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahawa apabila sesualu perkara itu telah
sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat
tersebut bahawa ianya menunjukkan perpisahan kila dengan Rasulullah s.a.w. Hasan
dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi men-jadi janda."
Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar r.a. maka sedarlah mereka
akan kebenaran kata-kata Abu Bakar r.a., lalu mereka menangis dengan sekuatkuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka
pun terus beritahu Rasulullah s.a.w. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah
seorang dari para sahabat: "Ya Rasulullah s.a.w., kami baru bailk dari rumah Abu
Bakar r.a. dan kami men-dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di
hadapan rumah beliau." Apabila Rasulullah s.a.w. mendengar keterangan dari para
sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah s.a.w. dan dengan bergegas beliau
menuju ke rumah Abu Bakar r.a..
Sebaik sahaja Rasulullah s.a.w. sampai di rumah Abu Bakar r.a. maka Rasulullah s.a.w.
melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya: "Wahai para sahabatku,
kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali r.a. berkata: "Ya Rasulullah s.a.w.,
Abu Bakar r.a. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahawa waktu
wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah s.a.w. berkata:
"Semua yang dikata oleh Abu Bakar r.a. adalah benar, dan sesungguhnya masa untuk
aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat."
Sebaik sahaja Abu Bakar r.a. mendengar pengakuan Rasulullah s.a.w., maka ia pun
menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pengsan, sementara Ali r.a. pula
mengeletar seluruh tubuhnya. Dan para sahabat yang lain menangis dengan sekuatkuat yang mereka mampu. Sehingga gunung-gunung, batu-batu, semua malaikat
yang dilangit, cacing-cacing dan semua binatang baik yang di darat mahu-pun yang di
laut turut menangis.

Kemudian Rasulullullah s.a.w. bersalam dengan para sahabat satu demi satu dan
berwasiat kepada mereka. Kisah Rasulullah s.a.w. mengalami hidup selepas turunnya
ayat tersebut, ada yang mengatakan 81 hari, ada pula yang mengatakan beliau hidlip
sehingga 50 hari selepas turunnya ayat terscbut, ada pula yang mengatakan beliau
hidup selama 35 hari dari ayat tersebut diturunkan dan ada pula yang mengatakan 21
hari.
Pada saat sudah dekat ajal Rasulullah s.a.w., beliau menyu-ruh Bilal azan untuk
mengerjakan salat, lalu berkumpul para Muhajirin dan Anshar di masjid Rasulullah
s.a.w.. Kemudian Rasulullah s.a.w. menunaikan salat dua raka'at bersama semua yang
hadir. Setelah selesai mengerjakan salat beliau bangun dan naik ke atas mimbar dan
berkata: "Alharndulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang
nabi yang diutus dan mengajak orang kepada jalan Allah dengan izinnya. Dan saya ini
adalah sebagai saudara kandung kamu, yang kasih sayang pada kamu semua seperti
seorang ayah. Oleh itu kalau ada sesiapa yang mempunyai hak untuk menuntut,
maka hendaklah ia bangun dan membalasi saya sebelum saya dituntut di hari
kiamat."
Rasulullah s.a.w. berkata demikian sebanyak 3 kali kemudian bangunlah seorang
lelaki yang bernama 'Ukasyah bin Muhshan dan berkata: "Demi ayahku dan ibuku ya
Rasulullah s.a.w., kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah
tentu saya tidak mahu mengernukakan hal ini." Lalu 'Ukasyah berkata lagi:
"Sesungguhnya dalam Perang Badar saya bersamamu ya Rasulullah, pada masa itu
saya mengikuti unta anda dari belakang, setelah dekat saya pun turun menghampiri
anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha anda, tetapi anda telah
mengambil tongkat dan memukul unta anda untuk berjalan cepat, yang mana pada
masa itu saya pun anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu
sama ada anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta tersebut."
Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah s.a.w. sengaja memukul
kamu." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal r.a.: "Wahai Bilal, kamu pergi
ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkat aku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju
ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di alas kepala dengan berkata:
"Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]."
Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun mem-beri salam dan mengetuk
pintu. Kemudian Fatimah r.a. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu
Bilal r.a. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. unluk
mengambil tongkat beliau."Kemudian Fatimah r.a. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa
ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal r.a.: "Wahai Fatimah, Rasulullah s.a.w. telah
menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fatimah. r.a. lagi: "Wahai Bilal,
siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah s.a.w.?."Bilal r.a.
tidak menjawab perlanyaan Falimah r.a., sebaik sahaja Fatimah r.a. memberikan
tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah s.a.w.
Setelah Rasulullah s.a.w. menerima tongkat tersebut dari Bilal r.a. maka beliau pun
menyerahkan kepada 'Ukasyah. Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar r.a.

dan Umar r.a. tampil ke hadapan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu
qishash baginda s.a.w. tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah
s.a.w. mendengar kata-kata Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. maka dengan segera beliau
berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar, dudukiah kamu berdua sesungguhnya Allah s.w.t.
telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali r.a. bangun, lalu
berkata: "Wahai "Ukasyah! Aku adalah orang yang sentiasa berada di samping
Rasulullah s.a.w. oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash
Rasulullah s.a.w." Lalu Rasultillah s.a.w. berkata: "Wahai Ali, duduklah kamu
sesungguhnya Allah s.w.t. telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu."
Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah
kamu tidak tahu bahawa kami ini adalah cucu Rasulullah s.a.w., kalau kamu
menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah s.a.w." Mendengar
kata-kata cucunya RasuluUali s.a.w. pun berkata: "Wahai buah hatiku, duduklah kamu
berdua." Berkata Rasulullah s.a.w. "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak
memukul." Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah s.a.w., anda telah memukul
saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah s.a.w. pun membuka baju,
sebaik sahaja Rasulullah s.a.w. membuka baju maka menangislah semua yang hadir.
Sebaik sahaja 'Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah s.a.w. maka ia pun mencium
beliau dan berkata; "Saya tebus anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah s.a.w. siapakah
yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya hendak
menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah s.w.t dengan badan saya. Dan
Allah s.w.t. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu." Kemudian Rasulullah
s.a.w. berkata: "Dengarlah kamu sekali-an, sekiranya kamu hendak melihat ahli
syurga, inilah orangnya."
Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegem-biraan mereka
terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata:
"Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah
memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah s.a.w. di dalam
syurga."Apabila ajal Rasulullah s.a.w. makin hampir maka beliau pun memanggil para
sahabat ke rumah Siti Aisyah r.a. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua
semoga Allah s.w.t. mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar
kamu semua bertaqwa kepada Allah s.w.t. dan mentaati segala perintahnya.
Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan
dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah s.w.t dan menempatkannya
di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl
bin Abas hendaklah mcnuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong
keduanya. Setelah itu kamu kapanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu
semua menghendaki, atau kapanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila
kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat
tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan mensalatkan aku ialah Allah s.w.t., kemudian yang
akan mensalat aku ialah Jibril a.s., kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat
Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para

pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk beramai-rarnai bersalat ke
atasku."
Sebaik sahaja para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka
mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata: "Ya Rasulullah s.a.w.
anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana
selama ini anda memberi kekuatan dalam penernuan kami dan sebagai penguasa
yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah
yang akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?."Kemudian Rasulullah
s.a.w. berkata: "Dengarlah para saha-batku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan
yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua
penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang
pandai bicara itu ialah AI-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu
persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada
AI-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia
dengan mengambil pengajaran dari mati."
Setelah Rasulullah s.a.w. berkata demikian, maka sakit Rasulullah s.a.w. bermula.
Dalam bulan safar Rasulullah s.a.w. sakit selama 18 hari dan sering diziaiahi oleh para
sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa Rasulullah s.a.w. diutus pada hari
Isnin dan wafat pada hari Isnin. Pada hari Isnin penyakit Rasulullah s.a.w. bertambah
berat, setelah Bilal r.a. selesaikan azan subuh, maka Bilal r.a. pun pergi ke rumah
Rasulullah s.a.w.. Sesampainya Bilal r.a. di rumah Rasulullah s.a.w. maka Bilal r.a. pun
memberi salam: "Assalaarnualaika ya rasulullah." Lalu dijawab oleh Fatimah r.a.:
"Rasulullah s.a.w. masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal r.a. mendengar
penjelasan dari Fatimah r.a. maka Bilal r.a. pun kembali ke masjid tanpa memahami
kata-kata Fatimah r.a. itu.
Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah
Rasulullah s.a.w. dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal r.a.
telah di dengar oleh Rasulullah s.a.w. dan baginda berkata; "Masuklah wahai bilal,
sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar
mengimarnkan salat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah
mendengar kata-kata Rasulullah s.a.w. maka Bilal r.a. pun berjalan menuju ke masjid
sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah." Sebaik
sahaja Bilal r.a. sampai di masjid maka Bilal r.a. pun memberitahu Abu Bakar tentang
apa yang telah Rasulullah s.a.w. katakan kepadanya.
Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka
dengan suara yang keras Abu Bakar r.a. menangis sehingga ia jatuh pengsan.
Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah dalam masjid, sehingga Rasulullah s.a.w.
bertanya kepada Fatimah r.a.; "Wahai Fatimah apakah yang telah berlaku?." Maka
Fatimah r.a. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke
masjid." Kemudian Rasulullah s.a.w. memanggil Ali r.a. dan Fadhl bin Abas, lalu
Rasulullah s.a.w. bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah
Rasulullah s.a.w. sampai di masjid maka beliau pun bersalat subuh bersama dengan
para jemaah.

Setelah selesai salat subuh maka Rasulullah s.a.w. pun her-kata: "Wahai kaum
muslimin, kamu semua sentiasa dalam perto-longan dan pemeliharaan Allah, oleh itu
hendaklah kamu semua bertaqwa kcpada Allah s.w.t. dan mengerjakan segala
perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan
hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia."
Setelah berkala demikian maka Rasulullah s.a.w. punpulang ke rumah beliau.
Kemudian Allah s.w.t. mewahyukan kepada malaikat lzrail: "Wahai lzrail, pergilah
kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak
mencabut rohnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut
sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia
izinkan kamu masuk, maka masukiah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan
kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."
Sebaik sahaja malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah s.w.t. maka malaikal lzrail
pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di
hadapan rumah Rasulullah s.a.w. maka ia pun memberi salam: "Assalaamu alaikum
yaa ahia baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" [Mudah-mudahan
keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan
sumber risaalah, bolehkan saya masuk?" Apabila Fatimah mendengar orang memberi
salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah s.a.w. sedang sibuk
sebab sakitnya yang semakin berat."
Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan
malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah s.a.w. dan Rasulullah s.a.w. bertanya
kepada Falimah r.a.: "Wahai Fatimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fatimah r.a.
pun berkata: "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah
katakan kepadanya bahawa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia
memandang saya dengan tajam sehingga saya merasa mcnggigil badan saya."
Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata; "Wahai Fatimah, tahu-kah kamu siapakah orang
itu?." Jawab Fadmah; "Tidak ayah." Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan
memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulanperkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta mera-maikan kubur."
Fatimah r.a. tidak dapat menahan air malanya lagi setelah mengetahui bahawa saat
perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya.
Apabila Rasullillah s.a.w. mendengar tangisan Falimah r.a. maka beliau pun berkata:
"Janganlah kamu menangis wahai Fatimah, engkaulah orang yang pertama dalam
keluargaku akan bertemu dengan aku." Kemudian Rasulullah s.a.w. pun menjemput
malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap:
"Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab: "Wa alaikas
saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut rohku?"
Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan
untuk mencabut rohmu, itupun kalau kamu izinkan, kalau kamu tidak izinkan maka
aku akan kembali." Berkata Rasulullah s.a.w.: "Wahai lzrail, di manakah kamu
tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para
malaikat sedang memuliakan dia."

Tidak beberapa saat kemudian Jibril a.s. pun turun dan duduk dekat kepala
Rasulullah s.a.w. Apabila Rasulullah s.a.w. melihat kedatangan Jibril a.s. maka
Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahawa ajalku sudah
dekat" Berkata Jibril a.s.: "Ya aku memang tahu." Rasulullah s.a.w. bertanya lagi:
"Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah
s.w.t." Berkata Jibril a.s.: "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para
malaikat bersusun rapi menanti rohmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah
dibuka, dan kesemua para bida-dari sudah berhias menanti kehadiran rohmu."
Berkala Rasulullah s.a.w.: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang
umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril a.s.: "Allah s.w.t. telah berfirman yang
ber-maksud: "Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam
syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat
memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga." Berkata Rasulullah s.a.w.:
"Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah
s.a.w. berkata: "Wahai lzrail, dekatlah kamu kepadaku."
Setelah itu Malaikat lzrail pun memulakan tugasnya, apabila roh nya sampai pada
pusat, maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa
mati." Jibril a.s. mengalihkan pandangan dari Rasulullah s.a.w. apabila mendengar
kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril a.s. itu maka Rasulullah s.a.w. pun
berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril a.s. berkata:
"Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu
dalam sakaratul maut?"
Anas bin Malik r.a. berkata: "Apabila roh Rasulullah s.a.w. telah sampai di dada beliau
telah bersabda: "Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga salat dan
apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu." Ali r.a. berkata: "Sesungguhnya
Rasulullah s.a.w. ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir
beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah s.a.w.
berkata: "Umatku, umatku." Telah bersabda Rasulullah s.a.w. bahawa: "Malaikat Jibril
a.s. telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah s.w.t. telah
menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang
selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari
laut tcrsebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan
menjadi batu."
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Wada%27

Nabi muhammad orang saleh."Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang
terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad
adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.
Selain itu di dalam Al-Qur'an, Surah As-Saf (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan
nama "Ahmad" (‫)أحمد‬, yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari para kaum
Quraisy yaitu Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang
artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan
gelar Rasul Allāh (‫)رسول الله‬, kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi
Wasallam (‫صلى الله عليه و سلم‬, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan
dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.
Kemudian Muhammad mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak
Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi
ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW
Aisyah berkata – yang pada waktu itu kepala Nabi berada di pangkuannya, “Terasa
olehku Rasulullah s.a.w. sudah memberat di pangkuanku. Kuperhatikan air mukanya,
ternyata pandangannya menatap ke atas seraya berkata, “Ya Handai
Tertinggi7 dari surga.” “Kataku, ‘Engkau telah dipilih maka engkau pun telah memilih.
Demi Yang mengutusmu dengan Kebenaran.’ Maka Rasulullah pun berpulang sambil
bersandar antara dada dan leherku dan dalam giliranku. Aku pun tiada menganiaya
orang lain. Dalam kurangnya pengalamanku dan usiaku yang masih muda, Rasulullah
s.a.w. berpulang ketika ia di pangkuanku. Kemudian kuletakkan kepalanya di atas
bantal, aku berdiri dan bersama-sama wanita-wanita lain aku memukul-mukul
mukaku.”
SEJARAH HIDUP NABI MUHAMMAD
Rasulullah saw akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, sementara tangan kanan
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berada di bawah rahangnya. Ketika rohnya
terangkat, Ali bin Abi Thalib. mengusapkannya ke wajahnya. Ia kemudian
memalingkan wajah Nabi saw ke arah kiblat, menutup matanya, membentangkan
baju diatasnya dan mengurusi seluruh persiapan penguburan. Dikutip dari Ringkasan
Sejarah Nabi Muhammad SAW dan putrinya, Fatimah Az-Zahra Penerbit LENTERA.

Dari hadits Abdullah bin Aun dari Ibrahim at-Taimi dari al-Aswad, dia berkata,
Ditanyakan kepada Aisyah, mengenai perkataan orang-orang yang menerangkan
bahwa Rasulullah saw telah memberikan wasiat kepada Ali maka ia berkata, “Apa
yang diwasiatkan Rasulullah kepada Ali ?” Aisyah menjawab, “Beliau (Rasulullah)
menyuruh agar bejana tempat buang air kecil dibawakan, kemudian ia bersandar dan
akulah yang menjadi tempat sandarannya, tak lama kepala beliau terkulai jatuh dan
ternyata beliau telah wafat tanpa aku ketahui. Jadi bagaimana mungkin orang-orang
itu mengatakan bahwa Rasulullah saw memberikan wasiat kepada Ali ?” [Shahih alBukhari, kitab al-Wasaya 5/356 dari Fathul Baari, dan Muslim, kitab al-Wasiyah hadits
no.1637]. Hadits tersebut ada didalam k