logika dalam karangan ilmiah dengan

LOGIKA DALAM KARANGAN ILMIAH

Disusun oleh :


Claudio V.W.S



Mentari Eka S



Siti Nur Romlah



Tika Kartika




Triyanti
Kelompok 4 Kelas I.B1
FKIP Matematika

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AJARAN 2013-2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah BAHASA
INONSIA dengan baik, adapun judul makalah yang kami buat adalah sebagai berikut :
“LOGIKA DALAM KARANGAN ILMIAH”
Kami melalui tugas makalah dan presentasi ini dengan mencari bahan dari berbagai
aspek atau informasi lain, kami ingin mahasiswa bisa lebih menguasai dan memahami Logika
Dalam Karangan Ilmiah untuk kelancaran dalam menjadi guru professional.
Kami menyadari tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, penyusunan
makalah ini tidak akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam makalah ini. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dan belum sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan kami sebagai penulis dimasa yang akan datang.

Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi kami khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Amin Ya Robbal’ Alamin.

Tangerang, Oktober 2013

Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
I.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
I.2 Rumusan Masalah…..………………………………………………………………….. 1
I.3 Tujuan………….……………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN…………..………………………………………………………2
II.1 Pengertian Logika…………..…………………………………………………………. 2
II. 2 Logika Deduksi……………………………………………………………………….. 2
II.3 Logika Induksi……..…………………………………………………………………...

7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 11
III.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………… 11
III.2 Saran………………………………………………………………………………...... 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. iii

ii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Akal dan pikiran merupakan perlengkapan yang paling sempurna yang dianugerahan
Tuhan kepada manusia. Dengan akal dan pikiran, manusia dapat mengubah dan
mengembangkan taraf kehidupannya dari tradisional menjadi modern. Sifat yang tidak puas
secara alamiah ada dalam diri manusia mendorong manusia untuk selalu ingin merubah
keadaan. Ketidakpuasan tersebut menimbulkan

perubahan-perubahan sehingga tercipta

peradapan dunia yang maju. Sehingga adanya metode berpikir logika deduksi dan logika

induksi.
Dari berbagai metode berpikir secara logika deduksi dan logika induksi merupakan suatu
metode dalam berpikir untuk menunjukkan kebenaran ilmu pengetahuan yang benar dan
sahih.
1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa pengertian Logika?



Apa pengertian Logika Deduksi?



Bentuk Logika Deduksi beserta contoh kalimat?



Apa pengertian Logika Induksi?




Bentuk Logika Induksi beserta contoh kalimatnya?

1.3 TUJUAN



Mengetahui peranan logika dalam penarikan kesimpulan yang berbentuk deduksi dan
induksi.



Dapat membedakan logika deduksi dan logika induksi.

1

BAB II PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN LOGIKA

Kata logika berasal dari kata logos dalam bahasa Yunani yang berarti kata atau pikiran. Secara
bahasa logika berarti ilmu berkata atau ilmu berfikir benar. Kebenaran adalah syarat dari tindakan
untuk mencapai tujuannya bagi laku perbuatan untuk menunjukan nilai. Logika menuntun pandangan
lurus dalam praktek berfikir menuju kebenaran dan menghindarkan budi menempuh jalan yang salah
dalam berfikir. Logika merupakan studi dari salah satu pengungkapan kebenaran dan dipakai untuk
membedakan argumen yang masuk akal, serta berbagai bentuk argumentasi. Logika dalam kajiannya
pada problem formal dan spesifik tentang keteraturan penalaran. Logika berurusan dengan
pengetahuan yang bersifat formal apriori. Pengetahuan yang bersifat apriori adalah pengetahuan
kebenarannya abstain dari pengalaman melainkan hanya berdasarkan definisi. Dalam logika sangat
terkait dengan matematika.
Hukum dalam logika tidak termasuk pengamatan empiris, dan fungsi argumen logis untuk
mengantarkan kita kepada kesimpulan yang tidak dapat diperoleh dari sekedar pengamatan. Kita
membuat kesimpulan dikarenakan ada hubungan logis antara satu proposisi atau premis lebih dengan
proposisi yang lain, kesimpulannya kurang lebih berbentuk bahwa yang kedua pasti benar jika yang
pertama benar. Kemudian jika kita mengetahui yang pertama, kita dapat meyatakan yang kedua
berdasarkan yang pertama.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan pengrtian logika yaitu suatu proses berpikir berdasar cara
tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan suatu
pengetahuan untuk menarik kesimpulan.


Berdasarkan penalarannya logika dibagi dua yaitu logika deduksi dan logika induksi.

II.2 LOGIKA DEDUKSI
Logika deduksi adalah suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Kesimpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari
pada proposisi tempat menarik kesimpulan itu. Proposisi tempat menarik kesimpulan itu disebut
premis.Penarikan kesimpulan secara deduksi dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula
dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik kesimpulan secara langsung
Kesimpulan secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya simpulan yang ditarik dari dua
premis disebut simpulan tak langsung.
2
Misal :
 Semua S adalah P (premis).
Sebagian P adalah S (kesimpulan).
Contoh : Semua ikan berdarah dingin (premis).
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan (kesimpulan).
 Tidak satupun S adalah P (premis).
Tidak satupun P adalah S (kesimpulan).
Contoh : Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat (premis).

Tidak seekor lalatpun adalah nyamuk (kesimpulan).
 Semua S adalah P (premis).
Tidak satupun S adalah tak-P (kesimpulan).
Contoh : Semua rudal adalah senjata berbahaya (premis).
Tidak satupun rudal adalah senjata tidak berbahaya (kesimpulan).
 Tidak satupun S adalah P (premis).
Semua S adalah tak-P (kesimpulan).
Contoh : Tidak seekor pun Harimau adalah Singa (premis).
Semua Harimau adalah bukan Singa (kesimpulan).
 Semua S adalah P (PREMIS).
Tidak satupun S adalah tak-P (kesimpulan).
Tidak satupun tak-P adalah S (kesimpulan).
Contoh : Semua Gajah adalah berbelalai (premis).
Tidak satupun gajah tak berbelalai (kesimpulan).
Tidak satupun yang tak berbelalai adalah gajah (kesimpulan).
2. Menarik kesimpulan secara tak langsung
Menarik kesimpulan secara tak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis
ini akan dihasilkan sebuah kesimpulan. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis
kedua adalah yang bersifat khusus.Untuk menarik kesimpulan secara tak langsung ini kita
memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah


tahu, seumpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, smua sarjana adalah
lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.

3
Beberapa jenis logika deduksi dengan penarikan secara tak langsung sebagai berikut :
 Silogisme kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan
premis dan satu proposisi merupakan kesimpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor
dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subyek dan predikat.
Subyek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :

Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.

Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis
mayor dan premis minor. Term penengah pada silogisme diatas ialah manusia. Term penengah hanya
terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak

dapat diambil.
Contoh :

Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
a. Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh :

Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.

Term minor = Xantipe
Term mayor = harus giat berlatih

Term menengah = atlet
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.

Contoh :

Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
4

Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar, menempel di dinding, dan dinding
menempel di tiang.Oleh sebab itu, di sini tidak dapat ditarik simpulan.
b. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
c. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh :

Semua semut bukan ulat.

Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:

Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.

e. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik simpulan.
Contoh:

Sebagian orang jujur adalah petani.
Sabagian pagawai negeri adalah orang jujur.

Jadi . . . . (tidak ada kesimpulan).
g. Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:

Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah mahasiswa.

h. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh:

Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi . . . . . (tidak ada simpulan).

 Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
5
Contoh:

Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tadak memuai.

 Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulanya akan menolak alternatif yang
lain.
Contoh:

Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah serang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.

 Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena
premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contoh:

Semua Sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.

Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia
adalah seorang sarjana”.

6
Beberapa contoh entimen :
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan damikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah
menjadi silogisme.

II.3 LOGIKA INDUKSI
Logika induksi adalah suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat khusus

ditarik kesimpulan yang bersifat umum Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih
khusus daripada pernyataan (premis).
Bebera bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut.
 Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita
ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar”. Hal ini dapat kita simpulkan setelah
beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:

Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Sahih atau tidak sahihnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal yang berikut.
a. Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin sahih simpulan
yang diperoleh.
b. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama iyi akan dihasilkan simpulan yang
sahih.
c. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data mempunyai sifat khusus tidak dapat
dijadikan data.

7
 Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.
Contoh:

Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.
a. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
b. Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
c. Analogi digunakan untuk menyusun klasifisaki.
 Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal
ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan
meninggal dunia.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
a. Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B, C,D, dst. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebat kadang-kadang lebih
dari satu.Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang
untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas
terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga jatuh dari batangnya, kita
akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan,
mungkin dihempas angin, dan mungkin pula
kemungkinan itu yang menjadi penyebabnya.

dilempari oleh anak-anak. Pastilah salah satu

Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan tiba-tiba turun(B), ternyata tidak sebuah mangga
pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah mangga itu disebabkan oleh
lemparan anak-anak (C).
8
Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.
Angin
(A)

hujan
(B)

Angin,

hujan

(A)

(B)

lemparan
(C)

mangga jatuh
(E)
mangga tidak jatuh
(E)

Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh.
(C)

(E)

Pola-pola seperti itu sesuai pula dengan metode agreement yang berbunyi sebagai berikut :
“Jika dua kasus atau lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang
dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab sesuatu tersebut”.
Teh,

gula,

garam

(P)

(Q)

(R)

Gula,

lada,

bwang

(Q)

(S)

(U)

menyebabkan kedatangan semut.
(Y)
menyebabkan kedatangan semut
(Y)

Jadi, gula menyebabkan kedatangan semut.
(Q)

(Y)

b. Akibat-sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter
merupakan akibat dan sakit merpakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran
jenis akinat-sebab ini, peristiwa sebab meru-pakan simpulan.
c. Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.

Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan
bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.
9
Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti
berikut ini.
Hujan

menyebabkan tanah becek

(A)

(B)

Hujan

meyebabkan kain jemuran basah

(A)

(C)

Dalam proses penalaran , “akibat-akibat”, peristiwa tanah basah (B) merupakan data, dan peristiwa
kain jemuran basah (C) merupakan simpulan.
Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran pasti basah.
(B)

(C)

10

BABIII PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Logika adalah suatu proses berpikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir di sini
merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan untuk menarik kesimpulan
Logika dibagi 2 yaitu Logika Deduksi dan Logika Induksi
 Logika Deduksi
Logika deduksi adalah suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Contoh : Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor)
Si Polan adalah seorang mahluk(Premis minor)
Jadi si Polan mempunyai mata(Kesimpulan)
 Logika Induksi
Logika induksi adalah suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat khusus ditarik
kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh : Si Polan seorang makhluk (premis mayor)
Si Polan mempunyai mata (premis minor)
Jadi, semua makhluk mempunyai mata (kesimpulan)

III.2 SARAN
Menulis karangan ilmiah sebaiknya lebih memperhatikan logika dalam penulisannya agar
karangan yang kita buat menjadi karangan yang baik dan benar.

11

DAFTAR PUSTAKA


Arifin,E. Zaenal, S. amran Tasai. 2009. Indonesia Cermat Berbahasa. Jakarta : Akademika
Pressindo.