BUDIDAYA JAMUR MERANG BALAI PENGKAJIAN T

BUDIDAYA JAMUR MERANG
BALAI PENGKAJIAN T EKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI

Jl.Samarinda Paal V Kotabaru Jambi 36128,
Jl. Raya Jambi – Palembang KM 16,
Desa Pondok Meja Kec., Mestong, Kab. Muara Jambi
Telp: 0741-40174/7053525, Fax: 0741-40413
e-mail: bptp-jambi@litbang.deptan.go.id
bptp_jambi@yahoo.com
Website:jambi.litbang.deptan.go.id

Budidaya Skala Rumah Tangga
Budidaya jamur merang skala rumah tangga bisa dilakukan di dapur, kamar
kosong, garasi atau ruangan di pinggiran rumah (luas tanam 10 m 2 dan produksi 45 kg/hari).
a. Persiapan Media
1. Rendam kardus di dalam air secukupnya selama sehari, lalu sobek-sobek
hingga ukuran 5-10 cm
2. Rendam kembali dan taburi kapur 4 kg, NPK 0,5 kg, SP-36 0,5 kg, dan bekatul
2,5 kg. Biarkan hingga 4 hari, lalu tiriskan
3. Rajang halus bonggol pisang dan kangkung
4. Hancurkan bibit, campur tepung beras ketan dan aduk sampai merata.

Simpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena cahaya matahari langsung
b. Komposisi Media dan Peralatan
Berikut ini komposisi media dan cara penanaman jamur merang skala rumah
tangga (luas penanaman 2,5 m2).
No

Bahan

Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12

Bibit jamur merang
Kardus
Bekatul atau dedak halus
Tepung beras ketan
Kapur
Arang sekam/abu gosok
Bonggol pisang batu
Kangkung
Pupuk NPK
Pupuk SP-36
Pupuk cair organik Biogan (140 ml)
Air cucian beras

5 botol
20 kg
5 kg
0,25 kg

5 kg
5 kg
5 kg
10 ikat
0,5 kg
0,5 kg
1 botol
Secukupnya

Selain media diperlukan pula bahan dan peralatan berikut :
No Bahan

Jumlah

1
2
3
4
5
6


4 meter
Secukupnya
1 batang
1 buah
1 buah
0,5 liter

Plastik transparan
Kertas koran
Bambu
Jet spray
Pisau cutter
Alkohol (70 %)

c. Proses Penanaman
1. Taburkan sisa kapur ke tanah atau rak penanaman yang sudah disiapkan.
Taburkan sedikit bonggol pisang dan arang sekam (lapisan tipis)
2. Taburkan kardus yang sudah ditiriskan dengan ketinggian 20 cm dan bentuk
gundukan-gundukan seperti penanaman di dalam kumbung.

3. Semprot dengan larutan Biogan (1 tutup botol Biogan dalam 1 liter air)
4. Campurkan sisa bekatul (2,5 kg), kangkung, dan sisa bonggol pisang, lalu
beri air secukupnya. Selanjutnya, taburkan di atas media.
5. Tanam bibit jamur di media, sebagian diselipkan ke dalam media dan
sebagian ditaburkan di atas media hingga merata
6. Taburi permukaan media dengan sisa arang sekam yang sudah dicampur
dengan Pupuk Biogan sebanyak 5 tutup botol dalam 5 liter air.
7. Tutup media dengan kertas koran. Terakhir, tutup media dengan plastik
transparan. Namun, usahakan plastik tidak menempel langsung di media (beri
jarak 20 cm dari permukaan media). Hal ini berguna untuk memberi ruang
bagi pertumbuhan jamur.
d. Pemeliharaan
Selama masa inkubasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan
1. Suhu ruangan dipertahankan 28 -32o C
2. Pada hari ke 5, plastik dan koran dibuka, lalu disemprot dengan campuran air
cucian beras dan Biogan ( 1 tutup Biogan dan 1 liter air)
3. Tutup kembali media dengan plastik transparan
4. Setiap 2 hari sekali, buka tutup plastik selama 10 menit sirkulasi udara baik
5. Setelah 10 hari, panen sudah bisa dilakukan.


Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen
A. Waktu Dan Cara Pemanenan
Jamur merang sudah dapat dipanen setelah berumur 10-14 hari sejak
penanaman. Panen bisa dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur
sebulan. Namun, setelah dipanen 4-5 kali, diistirahatkan selama 2-3 hari.
Setelah itu, baru bisa di panen kembali. Jamur merang harus segera dipanen
sebelum mekar, yaitu kancing dan stadium telur. Waktu pemanenan yang tepat
adalah sore hari, sekitar jam 15.00. Namun, kadang-kadang pada pagi hari ada
jamur yang sudah stadia telur sehingga harus dipetik.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam memanen jamur merang :

1.
2.

Buka plastik perlahan-lahan
Usahakan air embun di penutup plastik tidak menetes ke media jamur yang
sedang tumbuh, karena bisa menyebabkan jamur busuk.
3. Jamur diambil berdasarkan tingkat kedewasaan (stadia kancing atau telur)
dengan cara dipotong dengan pisau tajam yang steril. Lakukan dengan hatihati, jangan sampai media rusak.


4.

Jamur yang sudah dipanen sebaiknya tidak disimpan dilemari es
karena bisa meleleh. Cukup diangin-anginkan atau disimpan dalam
plastik yang berlubang
5. Setelah panen dilakukan, plastik ditutup kembali seperti semula.
Namun, media kering sebaiknya disemprot dengan air hangat
terlebih dahulu agar jamur yang masih stadium jarum dan kancing
tidak membusuk.
B. Sortasi Dan Grading
Sortasi sebaiknya dilakukan pada waktu pemanenan. Caranya,
pisahkan jamur-jamur yang cacat ke dalam wadah atau tempat
terpisah. Setelah itu jamur yang sehat bisa di grading atau
dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas mutunya adalah sebagai
berikut :
1. Kelas mutu I, jamur berdiameter 2,5 cm, selaput utuh, dan belum
mekar
2. Kelas mutu II, jamur berdiameter 1,5-2 cm, selaput utuh, dan belum
mekar.

3. Kelas mutu III, jamur berdiameter kurang dari 1,5 m, selaput utuh,
dan jamur belum mekar.
C. Pengawetan
a. Pengawetan dalam Bentuk Segar
Pengawetan jamur merang dalam bentuk segar dapat bertahan 4-5
hari, dilakukan melalui pembekuan dengan cara:
1. Jamur dikemas di dalam kain batis (cheese cloth), kemudian
disimpan dalam refrigator pada suhu15o C.
2. Jamur dikemas dalam kotak styrofoam yang bagian dasarnya diberi
es
3. Jamur dikemas dalam peti kayu yang dindingnya dilapisi es yang
dibungkus plastik
4. Jamur dikemas dalam keranjang bambu, lalu bagian atasnya diberi
dry ice yang dibungkus kertas
b. Pengawetan dalam Bentuk Kering
Jamur yang diawetkan dalam bentuk kering dapat bertahan hingga 6
bulan Pengeringan jamur merang dapat dilakukan dengan sinar
matahari atau dengan oven. Cara pengeringan jamur dengan matahari
adalah sebagai berikut :
1. Jamur dicuci dengan air bersih. Jamur dibelah memanjang atau

dipotong-potong untuk mempercepat pengeringan.
2. Masukkan potongan jamur ke dalam air mendidih selama 4 menit.
Hal ini dilakukan untuk mencegah pembusukan akibat enzim dalam
jamur yang masih aktif.
3. Selanjutnya, jemur dibawah sinar matahari atau panaskan dalam
oven hingga kering, hingga bobotnya menyusut 10 % dari berat
basah. Lamanya pengeringan dengan sinar matahari tergantung
pada keadaan cuaca, umumnya 3-4 hari. Sementara itu,
pengeringan dalam oven dilakukan dengan temperatur 40 o C
selama 8 jam.
4. Jamur yang sudah kering segera dapat dikemas dan disimpan
dalam tempat kering. Pengemasan dapat dilakukan menggunakan
kantong plastik dan ditutup rapat. Bisa juga dimasukkan ke dalam
kaleng kedap udara. Julistia Bobihoe/PUAP/2010

Penyakit Jamur Merang
Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling dikenal, terutama untuk
masyarakat Asia Tenggara, dan telah lama dibudidayakan sebagai bahan pangan, karena
termasuk golongan jamur yang enak rasanya. Jamur merang umumnya tumbuh pada media
yang merupakan sumber selulosa, misalnya, pada tumpukan merang, dekat limbah


penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas
sagu, sisa kapas, kulit buah pala, dan sebagainya.
Jamur merang kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face carbohydrate).
Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah moderat, sedangkan kandungan lemaknya
rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan sumber protein dan mineral
yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan
Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang
sangat baik digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur
merang mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 – 48 persen.
Jamur merang kaya akan protein, sebagai makanan anti kolesterol, eritadenin dalam jamur
merang dikenal sebagai penawar racun, dan banyak mengandung antibiotik yang berguna
untuk pencegahan anemia. Menurut penelitian jamur juga dapat digunakan untukmengobati
kanker.
***Jamur merang***
berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati
kanker.
Sesuai dengan namanya, umumnya jamur ini tumbuh pada merang atau jerami padi. Jamur
merang dapat dengan mudah kita temui di tumpukan jerami sehabis masa panen padi. Seusai
masa panen, jamur merang akan sulit ditemui. Namun dengan cara pembudidayaan modern,

kita dapat menikmati jamur merang kapan saja. Tidak tergantung musim.
Pembudiyaan jamur merang secara modern, membutuhkan tempat khusus yang diset sebagai
tempat tumbuh jamur. Kumbung (rumah jamur) yang telah dilengkapi media tumbuh dan
telah diatur temperaturnya merupakan tempat terbaik untuk kembang biak jamur merang.
Kumbung dapat dibuat dengan rangka besi, kayu atau bambu, serta dinding dan atap plastik.
Di bagian luar kumbung ini dipasang lagi atap, dan dinding yang terbuat dari anyaman
bambu, nipah ataupun kain yang dapat ditutup dan buka, untuk mengatur cahaya matahari
yang masuk. Kumbung juga harus dilengkapi jendela untuk mengatur sirkulasi udara. Di
dalam kumbung, dibuat dua deret rak (bedengan) bertingkat, sebagai tempat meletakkan
media tumbuh.
Media tumbuh yang dibutuhkan merupakan hasil pengomposan jerami dan campuran limbah
kapas dengan perbandingan 2:1, ditambah 1-2 % kapur. Jerami dibasahi air, kemudian
ditimbun bersama kapur di lantai, lalu ditutup plastik polibag selama 5 hari. Pada hari
kelima, timbunan itu dibuka, dibalik, dan ditambahi bekatul, kemudian diletakkan di
bedengan. Bedengan itu kemudian ditutup polibag selama 4 hari untuk menjalai proses
fermentasi. Sebelum digunakan, bahan ditambah lagi dengan limbah kapas dan biji-bijian
seperti kacang hijau, beras, jagung, kedelai, atau biji kapuk.
Setelah siap, media tumbuh diletakkan di rak-rak bedengan di dalam kumbung. Agar
terhindar dari serangan bakteri, ngengat, ataupun jamur lain, kumbung dan media tanam
harus disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan proses pasteurisasi, yakni pemanasan kompos
dan ruangan rumah jamur dengan uap panas hingga temperatur 70 derajat celcius selama 5-7
jam. Suhu kompos dipertahankan 70 derajat selama 2-3 jam.
Pemanasan kumbung ini dilakukan dengan menghidupkan generator uap yang telah
dihubungkan dengan ruangan dalam kumbung. Generator uap dapat dibuat sederhana,
menggunakan drum-drum bekas yang diisi air, serta dipanaskan menggunakan kayu bakar.
Uap yang dihasilkan disalurkan ke dalam kumbung.
Setelah pasteurisasi, udara segar dibiarkan masuk untuk menurunkan suhu hingga mencapai
32-35 derajat celcius. Saat inilah bibit boleh mulai ditanam.
Bibit jamur merang biasanya diperoleh dari penjual bibit. Tidak mudah membuat biakan
bibit jamur sendiri, kalaupun bisa, kualitasnya tidak selalu bagus. Bibit ditebarkan di seluruh
permukaan jerami yang telah dikomposkan. Setelah itu, jendela dan pintu kumbung ditutup
selama tiga hari. Suhu dijaga dalam kisaran 32-38 derajat celcius. Bibit jamur memerlukan
suhu yang agak panas untuk menumbuhkan miselium (benang-benang jamur).
Sirkulasi udara harus dijaga. Selain itu, perhatikan pula media tumbuh, jangan sampai jerami
kering. Bila perlu, semprotkan air yang telah dicampur sedikit urea.
Pada hari ke 8-12 setelah peletakan bibit, jamur merang sudah siap dipanen. Jamur merang
biasanya diminati saat kuncupnya belum mekar, masih berbentuk bulat dengan warna putih
kecoklatan. Bila kuncup telah mekar, meski masih bisa dimakan, namun nilai ekonomisnya
akan turun.Saat ini, jamur merang kualitas bagus dapat dijual dengan harga cukup tinggi,

9.000-10.000 perkilogram. Dari setiap kandang berukuran 4 x 8 meter berisi sepuluh rak
bedengan, dapat dipanen 25-40 kilogram jamur. Setiap hari selama masa panen yang
berlangsung 15-17 hari.

***Jamur Merang***

-Taksonomi
Super Kingdom: Eukaryota
Kingdom: Myceteae (fungi)
Divisio: Amastigomycota
Sub Divisio: Basidiomycotae
Kelas: Basidiomycetes
Ordo: Agaricales
Familia: Plutaceae
Genus: Volvariella
Spesies: Volvariella volvacea
-Morfologi
Jamur ini sudah telanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak selalu tumbuh di
media merang (tangkai padi). Sebenarnya jamur ini juga bisa tumbuh di media atau sisa-sisa
tanaman yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah pabrik kertas, limbah biji kopi,
ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.
Sesuai dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva atau cawan
berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung pembungkus tubuh buah saat
masih stadia telur.
Dalam perkembangannya, tangkai dan tudung buah membesar sehingga selubung tersebut
tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan.Jika
cawan ini telah terbuka akan terbentuk bilah yang saat matang memproduksi basidia dan
basidiospora berwarna merah atau merah muda.
Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan
hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar
membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi
stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi
daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.
-Lingkungan tumbuh
Jamur merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32-38°C dan kelembapan 80-90%
dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahari langsung, tetapi
tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang
cocok untuk jamur merang adalah 6,8-7.

***Jamur Merang***
Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling di kenal untuk daerah
Asia Tenggara, selain rasanya yang enak, mudah tumbuh pada berbagai macam media
tumbuh. Diantara sekian banyak spesies jamur tropika dan sub tropika Volvariella volvacea

atau si Jamur Merang merupakan jamur yang memiliki kandungan gizi yang tidak kalah
bila dibandingkan dengan bahan makanan yang lain. Jamur Merang mengandung berbagai
macam asam amino baik asam amino esensial dan asam amino non esensial. Volvariella
volvacea dari namanya di ketahui sebenarnya jamur yang memiliki volva atau cawan
biasanya merupakan jamur beracun kecuali Jamur Merang. Oleh sebab itulah di Asia
khususnya di Indonesia orang – orang lebih menyukai Jamur Merang dari pada jamur yang
tidak beracun lainnya (Sukara, 1981).
Diantara sekian banyak jenis jamur yang tumbuh liar pada musim hujan orang sering sulit
membedakan antara jamur yang dapat di konsumsi dan jamur yang tidak dapat di konsumsi
(jamur beracun). Ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh masyarakat awam untuk
membedakan jamur beracun dengan jamur yang tidak beracun, umumnya jamur beracun
mempunyai warna yang mencolok seperti warna merah darah, hitam legam, biru tua,
ataupun warna–warna yang mencolok lainya. Jamur beracun biasanya menghasilkan bau
yang menusuk hidung, selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal
yang membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang mengalami
keracunan jamur biasanya mual–mual, muntah, kepala pusing, bahkan akibat yang paling
fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986).
Menurut Rismunandar (1982), Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang
paling mudah hidup di dalam berbagai macam media tumbuh, dapat di tanam di mana saja.
Jamur Merang paling mudah dibudidayakan karena jamur ini memiliki daya adaptasi yang
cukup tinggi terhadap lingkungannya. Sehingga Jamur Merang dapat tumbuh mulai dari
benua Asia sampai benua Afrika pada ketinggian tertentu. Pada umumnya jamur–jamur
yang sudah dibudidayakan secara besar–besaran biasanya di tanam di media tumbuh yang
berupa kompos yang sudah jadi. Tetapi untuk Jamur Merang dapat di tanam di media
tumbuh yang masih berupa limbah–limbah pabrik pertanian yang belum di olah menjadi
kompos. Dapat tumbuh pada berbagai media tumbuh yang banyak mengandung selulosa.
Banyaknya macam media tumbuh Jamur Merang menyebabkan para petani jamur harus
selektif dalam pemilihan media tumbuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk
mengetahui media tumbuh manakah yang paling baik di gunakan, para petani sering
mencoba berbagai macam media untuk membandingkan hasil yang di peroleh dengan
menggunakan berbagai macam media tumbuh.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Media Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella
volvacea)”
Penjelasan Jamur Merang
Trubus (2001) media tumbuh merupakan tempat tumbuh suatu tanaman dan media
tumbuh Jamur Merang sisa limbah hasil pertanian yang banyak mengandung zat-zat yang
banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur seperti clooze, lignin dan selulosa.
Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvace)
Pertumbuhan Jamur Merang berarti banyaknya Meselium jamur yang tumbuh membentuk
tubuh buah (primodia)yang muncul di atas permukaan media tumbuh (Trubus, 2001).
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Jamur Merang termasuk jamur sejati yang memiliki tingkatan hidup yang lebih tinggi dari
pada tumbuhan Talus lainya. Jamur sejati umumnya memiliki tubuh buah yang merupakan
tonjolan atau pertumbuhan dari Myselium.Tubuh buah pada Jamur Merang (Volvariella
volvacea) sudah memiliki Akar, batang (tangkai) di mana pada tudung terbentuk spora.
Spora yang sudah masak biasanya di terbangkan oleh angin yang kemudian tumbuh
membentuk myselium. Myselium umurnya lebih dari satu tahun, selama keadaan buruk
myselium berada dalam tanah, kadang – kadang juga kayu, dan pada musim-miusim
tertentu (di indonesia musim hujan) membentuk tubuh buah yang menyerupai payung
(Tjirosoepomo, 1981)
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea) Menurut Dwidjoseputro (1978) adalah
sebagai berikut :
Divisi
: Mycotina
Sub Divisi
: Eumycotina
Kelas
: Basidiomycetes
Sub Kelas
: Homo Basidiomycetidae
Ordo
: Agaricales
Famili
: Agaricaceae
Genus
: Volvariella
Spesies
: Volvariella volvacea

Siklus Hidup Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Menurut Suriawiria (1982), kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun
jasad yang parasit, kalau kemudian jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum,
ternyata jamur termasuk jasad yang heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya
ketergantungan sumber nutrien (sumber makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada.
Jamur Merang (Volvariella volvacea) sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang
menyerupai tanaman yang sudah memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai
organisme yang tidak berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna
agak ke coklatan yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur
secara umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat
menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam bentuk
jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein. Berbeda dengan jenis jasad yang memiliki
klorofil mempunyai kemampuan untuk melakukan fotosintesis yaitu pengubahan senyawa
anorganik (CO2, H2O) menjadi senyawa organik (C6 H12 O6 ) ini di sebabkan klorofil
merupakan bejana alami yang mengubah energi fisik ( cahaya) menjadi energi kimia.
Pada umumnya bangsa jamur dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu secara seksual
dan aseksual.
Perkembangbiakan Secara Seksual
Perkembangbiakan secara seksual bukan bearti sama kejadianya pada hewan. Di dalam
kenyataanya ada dua hifa yang kemudian bertindak seperti gamet (alat perkembangbiakan ),
tetapi belum dapat di bedakan antara yang jantan dan betina, hanya di beri tanda (+) dan (-),
yang kemudian bersatu (kawin) membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi jamur
dewasa. (Suriawiria, 1982).
Perkembangbiakan Secara Aseksual
Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui jalur spora yang terbentuk endogen di
dalam askus atau eksogen pada basilium. Askus merupakan alat perkembangbiakan yang
spesifik dan tidak lain merupakan sporangium. Askus dan basidium berkumpul dalam satu
tubuh buah yang terjadi dari plektenkim dalam tubuh buah askus atau basidium tersusun
tegak dan sejajar seperti jaringan tiang (Tjitrosoepomo, 1981). Jamur Merang khususnya
jamur–jamur yang memiliki tubuh buah pada umumnya berkembangbiak dengan
membentuk spora.
spora
cat:(gambarnya dikirim)
Gambar 2.4. Tipe perkembangan tubuh buah
Sumber: Sinaga (1990)
Morfologi Jamur Merang
Tubuh buah sering pula disebut dengan primodia yaitu sesuatu yang keluar di atas
permukaan tanah yang bentuknya seperti payung terbuka bila mana sudah tua, dan
berbentuk telur kecil bila mana baru timbul. Selain jamur yang tumbuh membentuk tubuh
buah juga terdapat jamur yang tetap dalam bentuk myselium yang biasanya tumbuh di dalam
tanah dan senantiasa menghindari sinar matahari (Rismunandar, 1982).

Struktur Tubuh Buah Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Menurut Suriawiria (1986), jamur secara umum mempunyai struktur tubuh yang sederhana
mulai dari jamur bersel satu, bentuk serat sampai bentuk lengkap, artinya sudah
menyerupai tanaman tingkat tinggi yang sudah memiliki akar dan batang.
Pada jamur yang memiliki tingkat kehidupan lebih tiggi (Jamur Sejati) memiliki dua macam
perkembangan tubuh buah atau Primodia, yaitu : tipe perkembangan tubuh buah
Angiocarpic dan Gymnocarpic.
Tipe Angiocarpic
Pada saat perkembangan sampai terbentuknya primodia. Ada stadio kancing (Button Stage)
selubung universal yang membungkus keseluruhan tubuh buah akan tercabik, tudung akan

terangkat ke atas sedangkan selubung universal yang sobek tertinggal di bawah yang
kemudian membentuk wadah yang di sebut dengan cawan.
Tipe Gymnocarpic
Pada tipe perkembangan gymnocarpic lapisan universal tidak terbentuk, sisi dari
pembesaran tudung di hubungkan dengan batang oleh selubung dalam, pada waktu
membesar selubung dalam tercabik dan melekat melingkari batang membentuk cin-cin
(anulus). Jadi Jamur Merang memiliki tipe perkembangan tubuh buah Angiocarpic karena
pada Jamur Merang terdapat volva, sedangkan jamur-jamur yang memiliki perkembangan
tubuh buah tipe Gymnocarpic salah satunya yaitu campingnon yang memiliki lingkaran
pada tangkainya (Sinaga, 1990).
cat:(gambarnya dikirim)
Gambar 2.1. Tipe perkembangan tubuh buah angiocarpic dan gymnocarpic.
Sumber: Sinaga (1990)
Keterangan:
1 Tudung
2 Bilah
3 Spora
4 Cincin
5 Tangkai
6 Cawan
7 Rhizoid
Pemeliharaan Jamur Merang
Pemilihan bibit Jamur Merang yang berkualitas
Untuk mendapatkan bibit jamur yang berkualitas maka harus dipilih induk tanam yang
bersifat unggul, induk tanaman jamur yang dipakai untuk menghasilkan bibit yang
berkualitas adalah jamur yang memiliki ukuran besar, bulat teratur, batangnya bulat kokoh,
jamur tidak terserang oleh hama penyakit dan jamur tidak mengalami kelainan fisik seperti
kriting atau mekar tidak sempurna. Setelah ditentukan bibit jamur yang akan digunakan
selanjutnya dilaksanakan tahapan berikutnya yaitu isolasi. Isolasi pada dasarnya merupakan
upaya untuk mendapatkan kultur murni dari jamur. Pada umumnya isolasi dapat dilakukan
dengan dua cara antara lain dengan kutltur jaringan dan kultur spora (Rahardja, 1988).
Teknik isolasi dengan kultur jaringan
Isolasi dengan kultur jaringan dilakukan dengan cara megambil jaringan jamur dan
menanamnya pada media agar miring. Menurut Rahardja (1988) teknik isolasi dengan kultur
jaringan adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan harus steril yang sudah diterilkan dengan
larutan alkohol dan formalin dan bahan di atas lampu spritus.
Bakal induk diambil dengan cara memotong bagian dalam tanaman yaitu pada ketiak daun
dengan menggunakan pisau isolasi steril yang tajam dengan ukuran 3 mm2.
Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) miring pembuatan PDA dapat dilakukan secara
sederhana dengan bahan yang mudah diperoleh seperti: kentang 100 gr, dektrosa (gula putih)
10 gr, agar tepung 3 gr, aquades 500 ml CaCO3 (cuka encer). Kentang direbus hingga lunak,
kemudian air rebusan kentang di saring lalu ditambahkan dektrosa dan agar selanjutnya
semua bahan dimasak sampai larut. CaCO3 dapat ditambahkan untuk mengatur PH.
a.4 Media yang sudah siap ditanami eksplan kemudian diinkubasi dalam inkubator
selama 2-3 hari, hasil inkubasi yang baik yaitu apabila miselium tumbuh menyebar dan
berwarna putih. Biakan murni yang sudah jadi siap digunakan dalam pembuatan bibit induk.
Menurut Sianaga (2006), biakan murni dapat juga dimulai dari botol yang diisi dengan PDA,
kemudian bibit di pindahkan ke media miring dalam tabung reaksi. Dari dalam botol bibit
dapat dibagi menjadi 10 atau lebih kedalam tabung reaksi sering pula disebut biakan inti
dengan media PDA.
Dari biakan initi masing-masing dapat dibagi menjadi 10 botol biakan Sub Kultur yang
masih ditanam dalam media PDA, setelah masa inkubasi selama 7 hari biakan subkultur siap

ditanam kembali menjadi bibit induk, media tumbuh berupa subtrat yang terdiri dari bijibijian dan dedak, diinkubasi lagi selama 7 hari dan ditanam kembali sebagai bibit jamur
yang ditanam pada media subtrat, diinkubasi kembali selama 7 hari. Setelah masa inkubasi
selesai
bibit
jamur
siap
di
tanam.
Isolasi

dengan

kultur

spora

Isolasi dengan kultur spora pada prinsipnya adalah isolasi dari spora jamur yang fertil
(subur), caranya hampir sama dengan isolasi jaringan kultur bedanya hanya dalam
pengambilan ekplan. Pada isolasi kultur spora yang diambil sebagai ekplan adalah lamella
(bilah) karena spora jamur menempel pada lamella jamur. Isolasi dengan kultur spora dapat
dilaksanakan
dengan
monospora
dan
multispora
(Rahardja,
1998).
Pemeliharaan

jamur

di

dalam

media

tumbuh

Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh untuk menanam jamur dapat bermacammacam berupa limbah indsutri pertanian media tumbuh sebelum dipakai harus direndam
kurang lebih selama 3 hari, kemudian diperas dan ditimbun dengan plastik selama 6 hari.
Dalam proses perendaman media ditambahkan kapur, pupuk urea dan dedak. Setelah
direndam media siap disterilkan dengan cara dikukus selama 2 jam. Setelah media dingin
bibit siap ditanami bibit yang berupa butiran/gumpalan dapat langsung ditanam. Setelah
penanaman bibit media tumbuh di tutup dengan plastik hitam agar suhu menjadi lebih
hangat, setelah 5 hari bisa dibuka untuk mendapatkan sedikit sinar matahari, cahaya
matahari akan mempercepat pembentukan primodia (Sinaga, 1998).
Menurut Anonim (1992) untuk meningkatkan produksi jamur ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti suhu, kelembaban, O2 (oksigen) dan, Cahyana.
Suhu
Selama pemeliharaan jamur yang masih dalam proses pertumbuhan suhu di dalam
persemaian harus dipertahankan antara 32-38oC. Suhu tidak boleh rendah dari 32oC dan
tidak boleh lebih dari 38oC. Karena produksi jamur tidak akan optimal. Jika suhunya di
bawah 30oC Primodia yang terbentuk akan lebih cepat tetapi tubuh buah yang terbentuk
kecil dan panjang, sebaliknya jika lebih dari 38oC akan menyebabkan payung yang
terbentuk tipis serta pertumbuhan jamur kerdil dan payungnya keras. Untuk mendapatkan
suhu yang diinginkan dapat dilakukan beberapa cara, jika suhu terlalu rendah di bawah 30oC
dapat dinaikkan dengan cara menutup lubang dengan plastik hitam. Bila suhu terlalu tinggi
di atas 38oC cara untuk menurunkan suhu tersebut, yaitu dengan mengondisikan aerasi yang
baik misalnya dengan membuka tutup plastik dan membuka jendela kubung untuk beberapa
saat.
Kelembaban
Kelembaban udara yang dibuthkan untuk produksi optimum Jamur Merang adalah 60%, jika
kelembaban terlalu tinggi dapat menyebabkan busuknya jamur dan jika kelembaban terlalu
rendah akan mengakibatkan tubuh buah yang terbentuk kecil dan sering terbentuk di bawah
media tumbuh. Untuk mendapatkan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan Jamur
Merang untuk pertumbuhannya, sebelum media tumbuh disterilkan terlebih dahulu di
rendam selama 2 hari kemudian di peras untuk mencegah kelembaban yang tinggi, setelah
media tumbuh ditanami dilakukan penyemprotan untuk mencegah keringnya media tumbuh.
Oksigen

dan

cahaya

Jamur membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan dan produksi tubuh buahnya. Kebutuhan
akan oksigen yang paling banyak yaitu pada saat pembentukan tubuh buah, maka aerasi
sangat dibutuhkan. Kekurangan oksigen akan mengakibatkan payung dari Jamur Merang
menjadi kecil sehingga cenderung mudah pecah dan bentuk tubuh buahnya abnormal.
Kekurangan oksigen yang ektrim dapat diketahui bila kita masuk ke dalam ruangan merasa
pengap, untuk mencegah kekurangan oksigen plastik yang menutup media dapat dibuka
untuk
beberapa
saat.
Cahaya matahari secara langsung harus dihindari, namun cahaya matahari tidak langsung
dibutuhkan untuk memicu pembentukan primodia dan untuk menstimulasi pemecahan
spora.

Penyakit Penyakit Jamur Merang

Menanam Jamur merang jangan hanya melihat menguntungkan saja tetapi juga harus
memperhatikan faktor faktor yang bisa menimbulkan kerugian karena banyak penyakit yang
mungkin mengganggu kesuksesan budidaya jamur.

Penyakit penyakit tersebut antara lain adalah dari jenis jamur lain yang ikut tumbuh dalam
kompos, antara lain:
1. Scopulariopsis fimicola, warna jamur lebih putih dan cenderung mengelompok dan
melebar, jamur ini sering tumbuh di kayu kayu yang lapuk.
2. Verticillium agaricicotum, miselium jamur ini sangat mirip dengan jamur merang
dengan warna putih.
3. Jika menggunakan kapas sebagai media maka penyakit yang mungkin timbul lebih
banyak antara lain: , Thielavia terricola, Trichoderma sp, Aspergillus sp, Pythium sp,
and Rhizoctonia sp.
4. Jika menggunakan kompos wheat, barley dan Jowar maka jamur liar yang bisa
menyerang antara lain Chaetomium sp, Alternaria sp, and sordaria sp.
5. Jika menggunakan jerami sebagai media maka jamur liar yang mungkin menyerang

adalah: Coprinus species (jamur jerami), seperti C. aratus, C.cenerreus, C.Lagopus
serta Psathyrella sp, Penicillium sp, Podospora favrelli, Aspergillus sp, Rhizoctonia
solani, Rhizopus sp, and sejenis rumput Sclerotium sp. Yang paling banyak
menyerang dan fatal adalah Coprinus sp, karena cepat penyerangannya hanya dalam
1 minggu bisa menghabiskan 1 kumbung.
6. Selain penyakit jamur liar tersebut, bisa juga terserang bakteri seperti wet bubble
(Mucogone perniciosa) dan button rot (bacteria, Pseudomonas sp). Penyakit wet
bubble adalah yang paling merusak.
Contoh gambar penyakit jamur merang ini adalah Scopulariopsis fimicola, Aspergillus dll
seperti gambar dibawah ini:
(Mucogone perniciosa) dan button rot (bacteria, Pseudomonas sp). Penyakit wet bubble
adalah yang paling merusak. Contoh gambar penyakit jamur merang ini adalah
Scopulariopsis fimicola, Aspergillus dll seperti gambar dibawah ini:

Scopulariopsis fimicola

Verticillium

Aspergilus Sp

Rhizopus

Rizhopus Orizae

Penicilium Sp

Penicilium Sp

Penicilium Sp

Penicilium Sp
Sedangkan gambar jamur liar yang lain bisa disearch di internet ini karena banyak sekali
jumlahnya.

Jenis-jenis hama dan penyakit pada jamur serta metode pencegahannya
Penyakit dan hama sering timbul karena kurangnya ketelitian dan kehati-hatian dalam
melakukan penanganan produksi salah satunya proses pemeliharaan. Hal tersebut
menimbulkan pekerjaan baru karena penyakit dan hama yang menyerang harus segera
ditangani. Bagi sebagian orang, cara yang paling mudah untuk mengatasinya adalah dengan
menggunakan fungisida, insektisida dan bahan kimia lainnya. Namun, penggunaan bahanbahan kimia ternyata menimbulkan permasalahan baru, tanaman dalam hal ini jamur tiram
menjadi tercemar bahan kimia dan tidak sehat untuk dikonsumsi sehingga dapat
menurunkan harga jual. Cara yang paling tepat untuk mengatasi penyakit dan hama adalah
dengan metode pencegahan, karena mencegah lebih baik daripada mengobati..
Sebelum memahami hal-hal apa saja yang diperlukan dalam pencegahan, terlebih dahulu
diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana penyakit dan hama dapat menyebar. Ada 5
cara/media utama yang dapat menyebabkan timbulnya hama dan penyakit :

1. Udara
2. Air
3. Tanah
4. Manusia
5. Bibit
Hama dan penyakit seperti spora jamur pengkontaminasi, bakteri pengganggu, ataupun virus
dapat menyebar dengan mudah melalui aliran udara. Bahkan hama serangga dapat menyebar
dengan cara terbang melawan aliran udara. Demikian pula dengan air, tanah, manusia, dan
bibit dapat membawa sumber penyakit yang sama seperti udara.
Pengetahuan mengenai sumber timbulnya hama dan penyakit merupakan bagian penting
dalam proses pencegahan. Oleh karena itu, kunci pencegahan timbulnya berbagai macam
penyakit dan hama adalah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi.
Ada 5 poin yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan:
1. Kelancaran sirkulasi udara
2. Kebersihan air
3. Pasteurisasi yang sempurna dan steril
4. Kebersihan pekerja
5. Kebersihan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kumbung
Jenis-jenis hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram
diantaranya serangga, laba-laba, cacing, siput, rayap, jamur parasit dan saprofit, serta bakteri
dan virus. Berikut cara pencegahannya :
1. Mycogone perniciosa (Wet Bubble/White Mold)

Dalam bahasa Yunani Myco - «jamur», dan akhiran «gone» berarti tubuh reproduksi.
Mycogone Perniciosa membentuk dua jenis spora:
* conidiospores (uniseluler, spora berdinding tipis, dengan kehidupan yang relatif singkat,
sangat ringan, oleh karena itu, mereka dapat dibawa oleh angin);
* chlamydospores (terdiri dari dua sel, berdinding tebal, spora cokelat, yang hidup beberapa
tahun).

Jamur yang telah terkena penyakit ini pada tahap awal
berubah menjadi tak berbentuk, tertutup miselium parasit putih dan mengembang. Sebagai
jamur cacat berkembang, menjadi coklat dan mulai membusuk. Karena pembusukan yang
berair dan bentuk yang terkena jamur, penyakit ini dinamakan « Wet Bubble ». Selain itu,
cairan warna kuning muncul di permukaan jaringan jamur, terutama pada tingkat
kelembaban yang sangat tinggi. Pada tahap ini, jamur mulai membusuk dan yang disertai
dengan bau yang menyengat.
Jamur yang sakit harus dibersihkan dengan sangat hati-hati. Rekomendasi penanganan
adalah sebagai berikut:
* Memanen jamur yang sakit dengan sendok, menurunkan baglog jamur ke dalam larutan
sulfat tembaga dan disinfeksi sendok setelah menghilangkan penyakit;
* Menaburi baglog jamur dengan garam
* Daerah sekitar baglog yang terinfeksi disiram dengan larutan formalin dan kemudian
ditaburi dengan kapur.

2. Pseudomonas tolaasii (Bacteriosis)

Para peneliti menemukan bahwa bakteri Pseudomonas tolaasii dapat bergerak melalui
lapisan air menggunakan filamen. Jika ada tetesan air atau lapisan air di tudung jamur,
nutrisi melarikan diri dari jaringan jamur ke dalam air, yang memberikan bakteri kesempatan
untuk bereproduksi di daerah itu. Jumlah bakteri berlipat ganda dalam waktu kurang dari
satu jam. Gejala pertama dari bentuk penyakit ini adalah bintik kuning-coklat.

Pada beberapa pembudidaya, bacteriosis merupakan penyakit epidemi (penyakit konstan).
Bakteri dapat bertahan pada berbagai permukaan, di limbah, air, dan pada peralatan. Bila
satu infeksi hadir, bakteri mudah berpindah dari ruang ke ruang lain melalui tangan pemetik
jamur dan benda-benda lain yang dibawa pada kumbung. Lalat dan tungau juga bisa
menyebarkan penyakit ini.
bercak bakteri biasanya muncul pada akhir siklus budidaya, ketika ventilasi kurang dan
jamur yang tidak dirawat dengan cukup baik.
Dari semuanya yang disebutkan di atas, kesimpulan yang dapat dibuat adalah menciptakan
kondisi iklim yang tepat. Kelembaban relatif tinggi (di atas 85%) dan suhu lebih tinggi dari
20 ° C menyebabkan munculnya gejala penyakit. Tetesan air setelah penyiraman atau
kondensasi yang telah terbentuk pada jamur harus kering dalam waktu 2-3 jam. Untuk hal
ini, ventilasi udara harus aktif dan sirkulasi udara yang digunakan harus baik. Di sini,
penting untuk memastikan bahwa jamur tidak menjadi pecah-pecah dan bersisik.
Beberapa penulis menyarankan penyiraman jamur dengan air keran (125 ml 10% klor untuk
100 l air per 100 m²) sebelum panen pertama, ketika ukuran pin antara 4-5 mm, atau
menggunakan larutan klorin 10% / 100 l / 100 m².
Penyakit ini dapat dicegah jika sanitasi dan kebersihan kumbung baik.
3. Pythium oligandrum, Pythium hydnosporum

Sebuah kandungan tinggi nitrogen ditemukan di daerah kompos yang terinfeksi dengan
mold hitam. Para ilmuwan menganggap bahwa hal ini terjadi karena tidak meratanya
distribusi suplemen nitrogen dalam kompos. Tapi itu belum jelas apakah daerah-daerah
dengan kandungan tinggi nitrogen menahan pertumbuhan miselium atau merangsang
pertumbuhan Pythium. Yang jelas, terlalu tingginya NH3 (Amonia) dapat membunuh
miselium jamur.
Faktor lain yang menguntungkan bagi keadaan ini adalah kelembaban kompos yang terlalu
berlebihan.
Kesimpulan berikut dapat dibuat dari penjelasan di atas, untuk menghindari penyebaran

jamur Pythium, perlu untuk:
* Hindari kontak baglog melalui tanah. Kumpulan baglog harus disimpan pada platform
beton minimal lantai semen;
* Perhatikan kebersihan ruangan pada saat dipasteurisasi dan inkubasi;
* Mendistribusikan suplemen nitrogen dalam serbuk gergaji seragam mungkin;
* Menjaga kelembaban serbuk gergaji.
4. Hypomyces rosellus (Cladobotryum dendroides, Daktylium dendroides) Cobweb
Mold
Kelembaban yang relatif tinggi dan suhu udara tinggi setelah pencampuran media
merangsang perkembangan Dactylium.
Dalam literatur, ukuran kontrol berikut dapat ditemukan:
* Menaburi/membunuh jamur cobweb dengan garam dan baking soda, atau menyemprot
daerah yang rusak dengan (40%) larutan formalin, dan segera menaburi dengan tanah kapur.
* Kelembaban relatif dan temperatur udara harus dipertahankan.
* Pemindahan infeksi jamur sehat harus dihindari, dengan gerakan terorganisir pemetik
jamur.
* Tunduk oleh aturan sanitasi dan kebersihan di kumbung secara keseluruhan.
5. Green Mold (Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Cladosporium)

Spora dari jamur ini secara luas tersebar di lapisan luar media dan bahan organik di berbagai
lingkungan. Mereka dapat dengan mudah dibawa oleh angin, serangga atau tungau, manusia
pada peralatan yang digunakan untuk budidaya jamur. Tikus yang memakan miselium pada
permukaan serbuk juga dapat membawa penyakit ini.
jamur ini dapat tumbuh pada peralatan kayu, dalam media serbuk kayu, di lapisan luar
media, dan bahkan di butir miselium yang kurang siap/belum penuh. Ciri-ciri kontaminasi
jamur ini yakni tumbuhnya bintik atau noda hijau. Suhu ideal bagi jamur ini adalah sekitar
22-26oC.
Langkah untuk menghindari kontaminasi jamur ini yakni:
• Membuang media baglog yang terinfeksi
• Desinfeksi pekerja dan alat-alat sebelum masuk kumbung
• Jangan bicara sewaktu inokulasi
• Jangan meletakkan langsung baglog pada tanah
6. Coprinus Spp. (Ink Cap Fungi)

Coprinus menunjukkan adanya amonia bebas atau tingginya kandungan nitrogen dalam
kompos. Munculnya jamur topi /tinta di ruang tumbuh menunjukkan rendahnya kualitas
substrat akibat gangguan fermentasi dan proses pasteurisasi substrat itu.
Ada beberapa alasan:
* Penggunaan bahan baku yang buruk: pupuk kadaluarsa, atau pupuk kandang yang telah
menjadi benar-benar kering setelah pemanasan, dan juga jerami/serbuk kayu yang
membusuk dan terlalu tua.
* Penggunaan jumlah kelebihan kotoran unggas selama proses pengomposan (atau kumbung
yang digunakan adalag bekas kandang unggas).
* Proses pasteurisasi yang kurang optimal.
7. Mucor spp.

Kontaminasi Mucor ditandai dengan timbulnya noda hitam pada permukaan media baglog.
Kontaminasi ini menyebabkan adanya persaingan pertumbuhan Mucor dengan miselium
jamur tiram. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah susunan baglog jamur
dan mengatur /menurunkan suhu ruangan dengan membuka dan mengatur sirkulasi udara.
8. Neurospora spp

Neurospora dapat menghambat pertumbuhan miselium dan tubuh buah. Neurospora
menimbulkan tepung “orange” pada permukaan kapas penyumbat baglog. Pencegahan
dilakukan dengan melakukan sterilisasi media baglog dengan sempurna dan mengurangi
jumlah susunan baglog jamur.

No Related Posts

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

PERBANDINGAN BUDIDAYA "AIR LIUR" SARANG BURUNG WALET ANTARA TEKNIK MODERN DAN TEKNIK KONVENSIONAL (Studi Pada Sarang Burung Burung Walet di Daerah Sidayu Kabupaten Gresik)

6 108 9

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 85 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

0 25 90

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

2 37 89