UTS Inovasi Pemb. Biologi Makalah Ketera

MAKALAH
PEMBELAJARAN BERBASIS KETERAMPILAN PROSES
SAINS DALAM KONSEP STRUKTUR TUMBUHAN
(PLANTAE)
Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS)
Mata Kuliah: Inovasi Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd

Disusun oleh:
AENUL FAHMI KHALIK
14121610738
Biologi C/6

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015

KATA PENGANTAR
Berdasarkan pada perkembangan ilmu dalam dunia Pendidikan, saya telah
diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk dapat menyusun makalah mengenai
pembelajaran berbasais Keterampilan Proses Sains yang sangat diperlukan di

dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran peserta didik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
(UTS) mata kuliah inovasi pembelajaran biologi yang diampu oleh bapak Ipin
Aripin, M.Pd.
Katerampilan Proses Sains merupakan keterampilan yang melibatkan
keterampilan-keterampilan

kognitif

atau

intelektual,

manual

dan

sosial.

Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses

siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam
keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat
dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan

kegiatan

belajar-mengajar,

misalnya

mendiskusikan

hasil

pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalamanpengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung,
seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Penulisan makalah mengenai pembelajaran berbasis Keterampilan Proses
Sains ini diharapkan dapat memberikan informasi maupun ilmu yang bermanfaat

bagi para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat membangun dapat saya terima
demi penyempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Cirebon, April 2015
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan didlam kelas
maupun diluar kelas dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa, serta
terjadi pentransferan ilmu. Namun, kebanyakan pembelajaran yang
dilakukan pada saat ini kurang merujuk kepada keterampilan siswa
sehingga

siswa

memilliki

keterampilan


yang

miminum

apabila

dibandingkan dengan siswa di sekolah-sekolah negara luar. Salah satu hal
yang dapat membuat siswa-siswa disekolah kita menjadi lebih unggul dari
siswa disekolah lain yaitu dengan keterampilan yang terus diberikan dalam
proses pembelajaran.
Pendekatan atau model pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains merupakan salah satu cara yang dapat memberikan sebuah
keterampilan lebih kepada siswa dalam materi yang mereka dapat didalam
pembelajaran. Keterampilan proses sains ini melibatkan keterampilan
siswa, keaktifan siswa, dan juga daya berfikir siswa dalam menghadapi
sesuatu yang harus dilaksanakan untuk dapat menciptakan sebuah produk/
hasil dalam pembelajarannya, terutama pada mata pelajaran biiologi.
Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains sangat cocok untuk
diterapkan pada mata pelajaran biologi, dimana pembelajaran tersebut

memiliki prinsip dasar, cara untuk menguji, dan kelebihan dari
pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, saya
mengambil

judul

makalah

dengan

judul

pembelajaran

berbasis

Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur dan fungsi tubuh
tumbuhan.
B. Rumusan masalah
1. Apakah keterampilan proses sains itu?

2. Apakah prinsip pembelajaran Keterampilan Proses Sains?
3. Bagaimana cara menguji Keterampilan Proses Sains?

4. Bagaimana aplikasi Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur
tumbuhan (plantae)?
5. Apakah kelebihan dari pembelajaran berbasis Keterampilan Proses
Sains?
C. Tujuan
1. Mengetahui keterampilan proses sains.
2. Mengetahui prinsip pembelajaran Keterampilan Proses Sains.
3. Mengetahui cara menguji Keterampilan Proses Sains.
4. Memahami aplikasi Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur
tumbuhan (plantae).
5. Mengetahui kelebihan dari pembelajaran berbasis Keterampilan Proses
Sains.

BAB II
ISI
A. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari

latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Pendekatan dalam
keterampilan proses dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar
memperhatikan

pengembangan

pengetahuan

sikap,

nilai

serta

keterampilan. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai rangkaian
bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai
anak didik. Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,

merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah
yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan
untuk menemukan suatu konsep atau prinsip untuk mengembangkan
konsep

yang

telah

ada

sebelumnya,

ataupun

untuk

melakukan


penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Keterampilan proses
melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/ intelektual, manual dan
sosial. keterampilan intelektual dan kognitif terlibat karena dengan
melibatkan

keterampilan

proses

siswa

menggunakan

pikirannya.

Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena
mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran,
penyusun atau prakitan alat.
Dalam pengertian lain yang dikutip dari artikel Rudi unesa (2012),
disebutkan bahwa Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains

adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses
sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan

secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator
yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Dalam
model ini siswa diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan
berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains
sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan
ilmiah. (Unesa. 2012. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains.
(on line) tersedia: http://www. kps/Rudy Unesa Pembelajaran Berbasis
Keterampilan Proses.htm. diakses pada tanggal 9 April 2015 pukul 20.30
WIB).
B. Prinsip-prinsip dasar Keterampilan Proses Sains
Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains memiliki sembilan
macam prinsip dasar yang dapat membangun pendekatan KPS tersebut,
diantaranya:
1. Mengamati
Melakukan pengamatan/mengamati merupakan penggunaan

indera-indera

Anda.

Anda

mengamati

dengan

penglihatan,

pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa
perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah:
a. penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan,
b. pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu,
c. pengidentifikasian banyak sifat,
d. pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek,
e. melakukan pengamatan kuantitatif (contoh: “5 kilogram” bukan
“berat”), dan melakukan pengamatan kualitatif (contoh: “baunya
seperti susu asam” bukan “berbau”).
Dalam penjelasan lain, Mengamati adalah proses pengumpulan data
tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya.
Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus
menggunakan

sebanyak

mungkin

inderanya,

yakni

melihat,

mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian
dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai.

2. Pengklasifikasian/pengelompokkan
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan
untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
kesamaan,

mencari

perbedaan,

mengontraskan

ciri-ciri,

membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
3. Penafsiran
Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan
tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan
berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung,
lalu

mencatat

setiap

pengamatan

secara

terpisah,

kemudian

menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya
siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan
akhirnya membuat kesimpulan.
4. Peramalan/prediksi
Peramalan/prediksi adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin
dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada
pengamatan-pengamatan

dan

inferensi-inferensi

sebelumnya.

Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang
mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi
berupaya

untuk

memberikan

alasan

tentang

mengapa

suatu

pengamatan terjadi. Beberapa perilaku siswa yaitu:
a.

penggunaan data dan pengamatan yang sesuai dan penafsiran
data/grafik.

b. perumusan generalisasi tentang pola-pola
c. pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui
dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik.
Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
komunikasi adalah:

a. pemaparan

pengamatan

atau

dengan

menggunakan

perbendaharaan kata yang sesuai,
b. pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan
dan peragaan data, dan perancangan poster atau diagram untuk
menyajikan data untuk meyakinkan orang lain.
6. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek,
berapakah massa suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati
suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan
pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku
centimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan
kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai, dan
(b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran
tertentu tersebut.
7. Perumusan masalah
Merumuskan Masalah, masalah harus dirumuskan secara
operasional untuk membantu siswa merumuskan hipotesis yang dapat
dijawab melalui penyelidikan atau bukti-bukti. Masalah dirumuskan
dengan kata tanya yang bersifat terbuka. Beberapa petunjuk melatih
siswa dalam merumuskan masalah yaitu:
a.

memulai dengan menulis beberapa pertanyaan yang bersifat
ilmiah,

b. menyisihkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab
dengan pengumpulan bukti.
c. memecah pertanyaan umum menjadi pertanyaan-pertanyaan
spesifik yang dapat diselidiki satu persatu.
d. merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan.
8. Perumusan hipotesis
Merumuskan Hipotesis adalah suatu prediksi berdasarkan pengamatan
yang dapat diuji atau jawaban sementara dari rumusan masalah.
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang

memberikan prediksi pengaruh yang akan terjadi dari variabel
manipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis dapat dirumuskan
secara induktif berdasarkan data hasil pengamatan maupun secara
deduktif berdasarkan teori menuju suatu pernyataan. Beberapa
petunjuk melatih siswa dalam merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1) hipotesis dihasilkan dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi
atau pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, 2) hipotesis harus
dapat diuji melalui suatu penyelidikan, dan 3) hipotesis dirumuskan
dalam bentuk pernyataan (jika… maka….), bukan dalam bentuk
pertanyaan. Contoh hipotesis: jika sumber tegangan diperbesar maka
semakin keras bunyi yang dihasilkan oleh bel listrik.
9. Pelaksanaan eksperimen
Eksperimen dilaksanakan untuk menjawab suatu permasalahan
atau menguji suatu hipotesis. Pada kegiatan ini, siswa dilatih bertindak
sebagai peneliti sehingga dituntut bersikap obyektif, sistematis, logis,
dan teliti.
C. Cara menguji Keterampilan Proses Sains
Penilaian sering dipertukarkan pemakaiannya dengan assesment,
tetapi landasan sebenarnya berbeda. Penilaian lebih ditekankan pada hasil
belajar, sedangkan asessment terhadap hasil belajar dan proses belajar,
berpihak pada yang di ases dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
individual yang di ases. Penilaian terhadap KPS dilakukan melalui pokok
uji tertentu yang telah disusun. Pokok uji KPS memiliki karakteristik
tertentu yang dapat dikelompokan kepada karakteristik umum dan khusus.
Pokok Uji KPS sebagaimana yang dikemukakan Rustaman et al (2003),
yaitu sebagai berikut:
1. Karakteristik umum
secara umum butitr soal ketrampilan proses sains akan dapat
dibedakan dari pokok uji biasa untuk penguasaan konsep. Pokok uji
tersebut meiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a. pokok uji KPS tidak boleh dibebani konsep.

b. Kedua pokok uji KPS harus jelas dan mengandung satu jenis KPS.
c. pokok uji KPS harus mengandung sejumlah informasi yang harus
diolah responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji KPS
dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau
uraian, atau objek asli.
d. sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu.
2. Karakteristik khusus
Karakteristik pokok uji KPS dibahas secara khusus untuk
membandingkan karakteristik pokok uji

KPS

satu sama lain,

sehingga jelas perbedaannya. Karakteristik khusus itu diantaranya:
(Dahar.1996)
a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
b. Interpretasi

harus

menyajikan

sejumlah

data

untuk

memperlihatkan pola
c. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan
dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan
pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus
terbentuk
d. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat
mengajukan dugaan atau ramalan
e. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk
diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke
bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara,
atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan
dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk
menguji atau membuktikan
g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi
kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan
alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus
ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan peubah

h. Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip
yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
i. Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang
mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar
responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
D. Aplikasi Keterampilan Proses Sains dalam konsep struktur tumbuhan
(plantae)
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai keterampilan proses sains
(KPS) dapat diaplikasikan pada konsep tumbuhan dengan kompetensi
dasar yang tertera kalimat “mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan” dapat dilihat adanya sebuah kalimat yang mampu dijadikan
sebagai acuan untuk melakukan keterampilan proses sains dalam
pembelajaran dengan melihat beberapa prinsip pada KPS, diantaranya:
1. Melakukan pengamatan atau observasi
Ketika membahas struktur, maka indera yang paling berperan
dominan adalah mata. Jika struktur morfologi tumbuhan yang sedang
kita bahas, rasanya tidak akan merepotkan jika kita membawa contoh
organ tanaman yang sedang kita bahas ke dalam kelas untuk diobservasi
dan didiskusikan secara langsung, sehingga antara fakta dengan teori
bisa kita sinkronisasi. Sedangkan, jika struktur anatomi yang sedang
kita bahas, maka jangan biarkan siswa untuk mengkhayal. Ajaklah
mereka ke laboratorium untuk mengamati jaringan tumbuhan di bawah
mikroskop, sehingga struktur yang disebut dengan epidermis, korteks,
stele, endodermis, epidermis, stomata, kloroplas, jaringan palisade, dan
jaringan spons tidak hanya mereka lihat pada gambar dalam
buku/charta saja.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara pengelompokkan
siswa kedalam beberapa kelompok yang kemudian diberikan instruksi
untuk mencari 3 buah daun. Instruksi selanjutnya adalah mereka harus
menempelkan daun-daun yang mereka bawa pada kertas untuk
dideskripsikan morfologinya. Misalnya: pertulangan daun menyirip -

menjari - melengkung -sejajar, tepi daun rata - tidak rata, daun tunggal–
majemuk Hasil pekerjaan siswapun bisa menjadi properti labolatorium
untuk menambah koleksi herbarium morfologi daun.
2. Menafsirkan pengamatan
Ketika membahas struktur anatomi akar, batang dan daun, dapat
mengajak siswa untuk ‘mengintip’ anatomi akar, batang, daun dikotil
dan monokotil. Tanyakan pada siswa mengenai perbedaan-perbedaan
dari anatomi akar, batang, daun dikotil dan monokotil berdasarkan hasil
pengamatan mereka terhadap organ-organ tersebut di bawah mikroskop,
sehingga teori bahwa susunan berkas pembuluh angkut (xylem dan
floem) pada batang dikotil bersifat kolateral (eksistensi kambium) dan
pada batang monokotil tersebur bisa dibuktikan; atau teori bahwa
stomata pada daun dikotil biasanya hanya terdapat pada jaringan
epidermis bawah, sedangkan pada daun monokotil berada pada
epidermis atas dan epidermis bawah juga dapat dibuktikan.
E. Kelebihan pembelajaran dengan keterampilan proses sains
Menurut Dimyati (2009), kelebihan dari pembelajaran keterampilan proses
sains (KPS) adalah:
1. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa
dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita
tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih
aktif.
3. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu
pengetahuan sekaligus.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan pembelajaran yang
melibatkann

keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun

psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau
prinsip untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya,
ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan
(falsifikasi). Pembelajaran tersebut memiliki sembilan prinsip dasar
diantaranya mengamati, menafsirkan, mengukur, menguji hipotesis,
merumuskan

masalah,

melakukan

percobaan,

pengkomunikasian,

pengelompokkan, dan prediksi. KPS juga memiliki kelebihan dalam
proses pembelajaran, dan memiliki ciri/karakteristik umum dan khusus
dalam penilaiannya.

DAFTA PUSTAKA
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Rustaman, N.Y., dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Unesa, Rudy. 2012.Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS). (on
line) tersedia: http://www.kps/Rudy Unesa

Pembelajaran Berbasis

Keterampilan Proses.htm. diakses pada tanggal 9 April 2015 pukul 20.30
WIB.