Pendidikan islam Pada Masa Remaja

Pendidikan Pada Masa Remaja
Pendidikan Pada Masa Remaja
Setiap manusia mengalami fase-fase tertentu dalam hidupnya, seperti pada masa
bayi, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, dan fase lanjut usia. Namun, yang
sering mengalami pencarian makna hidup berada pada fase remaja. Pada suatu
periode dalam masa perkembangan yang merupakan fokus yang menarik untuk
dikaji adalah remaja. Sebab pada masa ini, individu remaja mengalami masa
penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya, khususnya dengan
tatanan norma, nilai, adat, dan etika yang berlaku di masyarakat. Masa remaja
merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Masa remaja termasuk juga masa yang indah dan terkadang kita
mendengar slogan “Indahnya Masa Remaja”, tapi jangan lupa masa ini juga
merupakan masa yang menentukan, di mana anak banyak mengalami perubahan
fisik dan psikis.
Pada masa perkembangan ini, remaja mulai menuntut untuk diberi kesempatan
mengemukakan pendapatnya sendiri, suka mencetuskan perasaannya, jika
dianggap perlu remaja tersebut memberontak karena dia merasa bahwa dirinya
bukan anak-anak lagi, dan mengapa belum diakui kedewasaannya hingga
mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya, kurang tenang dengan keadaan
lingkungan. Biasanya remaja memiliki yang dikaguminya, namun sikapnya tidak
selalu negatif. Remaja juga sangat tertarik kepada kelompok sebaya, mencari

perhatian di dalam lingkungannya, emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan
fisik mengalami perubahan yang pesat. ui sisi lain, kehidupan remaja sangat
kompleks dengan berbagai kreatifitas dan keinginan untuk mencoba segala yang
ada di sekitarnya, baik dalam bidang pergaulan maupun intelektual. Olehnya itu
dibutuhkan suatu wadah agar bakat, minat serta keinginan berprestasi dapat
diwujudkan.
Pendidikan yang merupakan usaha sadar dan dilakukan oleh orang dewasa
(pendidik) dengan berencana, terprogram dan terkendali untuk menyiapkan
individu melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang. uengan pendidikan itulah, individu remaja
mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya melalui alat atau media
pendidikan hingga peserta didik (remaja) mampu menemukan aktivitasnya sendiri
serta dapat mengalami perubahan positif dalam aspek kepribadiannya yang
menyangkut tri domain yaitu, perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.
A. Fungsi-fungsi Pada Sistem Pendidikan
Beberapa penelitian menunjukkan titik berat dari peranan sekolah yang
mengembangkan interpersonal remaja dalam mencapai pegetahuan, keterampilan,
dan pewarisan budaya. Berdasarkan penelitian itu tampak bahwa terdapat sebuah
sekolah tingkat pertama di desa yang mengatur 100 sampai 2000 siswa. Coleman


(1961) menemukan bahwa sekolah belum menyelesaikan atau membentuk
popularitas tertentu. Sebuah contoh, hanya 31% pelajar putri dicari menjadi
kelompok pelajar istimewa tapi 45% dicari mengingat sebagian jadi atlet, dan
umumnya 28% laki-laki sebagai pelajar istimewa mengingat kekurangan mereka,
tapi 72% kekurangannya dipanggil kembali pada biasanya. Smilarly Snyder (1972)
menemukan bahwa umumnya sekolah lanjutan tingkat pertama paling penting
menyeleksi kriteria antara laki-laki dan perempuan untuk memberikan penghargaan
dan status yang membawa kualitas individu. Berikutnya yang paling penting,
memiliki materi, aktivitas sosial, dan olahraga. Prestasi sekolah melihat kualitas dan
rangking mereka.
Selain itu, Johnston and Bachman (1976) dalam suatu penelitian pada sebuah
negara kemungkinan sampel 2100 guru sekolah menemukan bahwa baik guru
maupun peserta didik hampir semuanya berpendapat, dimanakah letak fungsi
sebenarnya sekolah menengah. Group-group percaya bahwa olahraga telah
memberi tempat dan titik berat pada sekolah mereka. Fungsinya kurang lebih
memberikan keterampilan dan menitikberatkan pada pewarisan budaya, norma dan
nilai.
Bagaimanapun juga data yang dilaporkan oleh Johnston dan Bachman serta peneliti
lainnya ada indikasi yang paling mendasar untuk fungsi-fungsi terakhir. Frieson
(1968) meneliti tentang 15.000 pelajar pada 19 sekolah di Kanada. uia

menemukan bahwa pelajar yang kelihatan atletik dan populer dan yang lebih
penting untuk mempersoalkan fungsi kesuksesan. Tetapi mereka yakin sekolah
yang berprestasi lebih mementingkan fungsi kesuksesan untuk masa depan
dibandingkan dengan yang lainnya. Tambahan lain melihat memperoleh
keterampilan untuk masa depan dan peranan sebagai perpindahan budaya, data
dari Johnston dan Bachman (1976) mendukung fungsi pokok dan menjadikan
dengan menitikberatkan sekolah masa depan sebagai harapan remaja yang
terakhir. Selain olahraga, guru dan pelajar sepakat bahwa peningkatan motivasi dan
keinginan belajar merupakan fungsi yang paling umum daripada isu tentang
prestasi sekolah sebagai prioritas utama.
Beberapa sekolah negeri sebagai sampel, ada kendala besar dalam memperoleh
keterampilan dan fungsi kewarisan budaya. Hadden (1969) mencatat bahwa 45%
siswa yang belajar melihat sekolah sebagai sebuah harapan atau simbol
kehancuran dunia “ sedangkan Rewer mencatat dari 25% apa yang mereka telah
pelajari kebodohan, kegagalan dan kehilangan jati diri. Fungsi-fungsi itu lebih
menambah tekanan individu dan interpersonal. Hanya 2/3 sampel setuju bahwa
“sekolah telah merubah seluruh pandangan saya sendiri”.
Kelihatannya semua peranan pendidikan menyebutkan bahwa diakui siswa
merupakan aspek paling penting dalam pendidikan, bagaimanapun juga data dari
sampel sebuah negara, atas pelajar menunjukkan 75% percaya bahwa sekolah

mampu memberikan sebuah pekerjaan yang istemewa pada peserta didik.

Sekolah menjalankan beberapa fungsi, paradigma tentang berbagai fungsi
pendidikan telah dipikirkan oleh berbagai ahli perkembangan remaja. Ausubel
Montemayor dan Svajian (1977) melihat bahwasanya dasar dari pendidikan adalah
sebuah alat untuk mengabadikan dan mewariskan kebudayaan serta mampu
memberikan atau menambah wawasan tentang hidup. Sekolah juga merupakan
salah satu cara untuk memindahkan dan mendapatkan dasar-dasar ilmu
pengetahuan. Mecandless (1970) mengungkapkan bahwa sekolah seharusnya
berfungsi untuk memberikan keterampilan dan mewariskan budaya ilmu
pengetahuan dan nilai. Bagaimanapun dia percaya sekurang-kurangnya sekolah
memiliki fungsi umum sebagai sebuah aktualisasi. Mecandless yakin bahwa sistem
pendidikan menciptakan sebuah latar belakang di mana remaja dapat bahagia dan
tertantang. Sekolah adalah sebuah tempat atau lembaga untuk mengembangkan
pribadi secara optimal, memaksimalkan identitas diri individu serta individu mampu
berbakti pada masyarakatnya.
Sekurang-kurangnya terdapat berbagai fungsi sekolah pada “personal” dan
“interpersonal” yang kita kenal. Ausubel (1977) di mana sekolah adalah sebuah
tempat yang menggambarkan sebuah konteks interaksi sosial dan
mengembangkan kebersamaan. Meskipun remaja diberikan kebebasan dari orang

tua. Sekolah bagi remaja adalah sebuah kesempatan untuk menemukan status atau
identitas sosialnya. Mungkin kita sepakat dengan murid sekolah yang mampu
menunjukkan prestasi di luar kurikulum dengan menempatkan pada kelas khusus
atau kegiatan ekstrakurikuler atau pula aktivitas organisasi di sekolah, misalnya
club-club olahraga. Pendidikan dan latihan yang didapatkan di luar sekolah makin
patut diberikan untuk status sosialnya di masa depan.
B. Karakteristik Pendidikan Selama Masa Remaja
Proses belajar akan berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhan bagi
seorang individu. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa yang akan datang
merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan bagi remaja
untuk belajar. Olehnya itu, remaja secara sadar telah mengetahui pula bahwa untuk
mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan saran pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Hal inilah yang membimbing remaja
menentukan pilihan jenis pendidikan yang akan diikuti.
Remaja pada usia 13-14 tahun atau pada usia awal remaja (pre-adolescence) di
mana jenjang pendidikan berada pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP,
mereka mulai mengenal sistem baru dalam sekolah. Misalnya, perkenalan dengan
banyak guru yang memiliki berbagai macam sifat dan kepribadian. Hal ini
menunjukkan perlunya kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang
beragam. Begitu pula anak mulai mengenal berbagai mata pelajaran yang harus

dipelajari dengan berbagai karakteristiknya. ui SLTP belum ada masalah pemilihan
jurusan, tetapi untuk tingkat SLTA yaitu saat anak berusia sekitar 15-18 tahun,
pemilihan jurusan itu telah pula diperkenalkan.

ui samping pengenalan terhadap sistem pendidikan, para remaja tersebut juga
memiliki teman sejawat yang semakin luaslingkungannya dan ia mulai mengenal
anak lain dengan berbagai macam latar belakang keadaan keluarga. uengan kata
lain, remaja mengenal dan memiliki masyarakat baru yang merupakan masyarakat
sekolah atau teman sebaya. uengan demikian, mereka memiliki tiga lingkungan
pendidikan yang pola dan karakteristiknya berbeda-beda. Remaja memiliki tiga
lingkungan kehidupan, yang ketiga-tiganya mempunyai corak yang berbeda serta
masing-masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan.
Mengingat hal itu, maka setiap remaja berada pada posisi pendidikan yang
majemuk, mereka berada di lingkungan kehidupan pendidikan keluarga, kehidupan
pendidikan masyarakat, dan kehidupan pendidikan sekolah yang diikutinya. Yang
mana dari masing-masing lingkungan kehidupan pendidikan itu tidak selalu sama
dasar dan tujuannya. Oleh karena itu, remaja seperti “ditantang” untuk mampu
mengatasi problema keanekaragaman tersebut dan mampu menempatkan dirinya
dengan tepat dan harmonis.
1. Lingkungan Pendidikan di Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anakanak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau
pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu
pengetahuan. uasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat
indiviual yang sesuai dengan pandangan hidup pada masing-masing keluarga,
sekalipun secara nasional bagi keluarga-keluarga bangsa indonesia memiliki dasar
yang sama, yaitu Pancasila. Ada keluarga yang dalam mendidik anaknya
mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan pada
pendidikan agama dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang
yang saleh dan senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Yang maha Esa. Ada pula
keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi
kepada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk
menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam
kehidupan bemasyarakat.
Anak dan remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua
sebagai pendidiknya. Secara garis besar corak dan pola pada penyelenggaraan
pendidikan keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu; pendidikan
otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal. Berkaitan dengan itu,
pendidikan yang bercorak otoriter memberikan kesan di mana anak-anak
senantiasa harus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang
pada pendidikan yang bercorak liberal, anak-anak lebih cenderung diberikan

kebebasan oleh orang tuanya untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. uari
beberapa pola pendidikan itu, diketahui bahwa kebanyakan keluarga di Indonesia
mengikuti corak pendidikan yang demokratis. Selanjutnya, makna pendidikan yang
demokratis itu oleh Ki Hadjar uewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan
pendidikan itu hendaknya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut

wuri handayani, yang artinya : di depan memberi contoh, di tengah membimbing,
dan di belakang memberi semangat.
2. Lingkungan Pendidikan di Masyarakat
masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang dikenal anak-anak. Anak
remaja telah banyak mengenal karakteristik masyarakat dengan berbagai norma
dan keragamannya. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang
harus diperhatikan dan diikuti oleh anggota masyarakat, dan dengan demikian para
remaja perlu memahami hal itu. Sehubungan dengan itu, maka tidak jarang para
remaja memiliki perbedaan pandangan dengan para orang tua, sehingga norma
dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat yang sedang
berlaku. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pembentukan pribadi remaja.
Perbedaan ini dapat mendorong para remaja untuk membentuk kelompokkelompok sebaya yang memiliki kesamaan pandangan.
ui balik itu di dalam masyarakat terdapat tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh kuat
terhadap pola hidup masyarakatnya. Namun hal itu terkadang tidak mampu

mempengaruhi kehidupan remaja, akibatnya para remaja kadang-kadang
melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan masyarakat,
atau para remaja dengan sengaja menghindar dari aturan dan ketentuan
masyarakat.
ualam menjalankan fungsi pendidikan, masyarakat banyak membentuk atau
mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau kursus-kursus
yang secara sengaja disediakan untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan
hidupnya dikemudian hari. Kursus-kursus yang dimaksud pada umumnya
berorientasi kepada dunia kerja. Namun, banyak kelompok kegiatan atau kursuskursus yang dibangun masyarakat tersebut kurang menarik perhatian remaja; oleh
para remaja apa yang disediakan itu dinilainya tidak sesuai dengan perkembangan
zaman. Kondisi semacam itu banyak merangsang pemikiran remaja yang responnya
belum tentu positif. Banyak kelompok remaja yang membayangkan masa depannya
suram dan mereka membentuk kelompok yang diberi nama “Madesu”.
3. Lingkungan Pendidikan di Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina
anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan
keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi para remaja
pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. ui mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang
cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib

mereka di masa mendatang. Mereka menyadari jika prestasi atau hasil yang
dicapaidi sekolah itu baik, maka hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya di
kemudian hari menjadi cerah, tetapi sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya
kurang baik, maka hal itu dapat berakibat pada gelapnya masa depan mereka.

Kegagalan sekolah bagi remaja dipandang sebagai awal dari kegagalan hidupnya.
uengan demikian, sekolah dipandang banyak mempengaruhi kehidupannya. Oleh
karena itu, remaja telah memikirkan benar-benar dalam memilih dan mendapatkan
sekolah yang diperkirakan mampu memberikan peluang baik baginya dikemudian
hari. Pandangan ini didasari oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, sosial, dan
harga diri (status dalam masyarakat). Akan tetapi, dalam menentukan pilihan
sekolah masih banyak terjadi campur tangan orang tua yang terlalu besar. Hal itu
sering membawa akibat kegagalan dalam pendidikan sekolah karena anak terpaksa
mengikuti pelajaran yang tidak sesuai dengan pilihan dan minatnya.
uunia pendidikan, baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, menyediakan
berbagai jenis program yang diperkirakan relevan dengan kebutuhan jenis tenaga
kerja di masyarakat. Untuk menetapkan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan
yang diidamkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan yang meliputi :
Faktor prediksi masa depan.
Faktor prestasi yang menggambarkan bakat dan minat remaja.

Faktor kehidupan yang dapat diamati dari kondisi beragamnya lapangan kerja di
masyarakat.
Kemampuan daya saing setiap individu.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan Pada Masa Remaja
a. Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga banyak menentukan perkembangan kehidupan
pendidikan dan karier anak. Kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua
merupakan faktor yang “dilihat” oleh anak untuk menentukan pilihan sekolah dan
pekerjaan. Secara tidak langsung keberhasilan orang tua merupakan “beban” bagi
anak, sehingga dalam menentukan pilihan pendidikan tersirat untuk ikut
mempertahankan kedudukan orang tua. ui samping itu, secara eksplisit orang tua
menyampaikan harapan hidup anaknya yang tercermin pada dorongan untuk
memilih jenis sekolah atau pendidikan yang diidamkan oleh orang tua.
Faktor ekonomi mencakup kemampuan ekonomi orang tua dan kondisi ekonomi
negara (masyarakat). Yang pertama merupakan kondisi utama karena menyangkut
kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya. Banyak anak
berkemampuan intelektual tinggi tidak dapat menikmati pendidikan yang baik
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.
b. Faktor Lingkungan
Pengaruh dari faktor lingkungan ini meliputi tiga macam. Pertama, lingkungan
kehidupan masyarakat, seperti lingkungan masyarakat perindustrian, pertanian,

atau lingkungan perdagangan. uikenal pula lingkungan masyarakat akademik atau
lingkungan di mana para anggota masyarakatnya pada umumnya terpelajar atau
terdidik. Lingkungan kehidupan semacam itu akan membentuk sikap anak dalam
menentukan pola kehidupan yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemikiran
remaja dalam menentukan jenis pendidikan dan karier yang diidamkan.
Kedua, lingkungan kehidupan rumah tangga di mana kondisi sekolah merupakan
lingkungan yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan citacita karier remaja. Lembaga pendidikan atau sekolah yang baik mutunya, yang
memelihara kedisiplinan cukup tinggi akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan pola pikirnya
dalam menghadapi karier.
Ketiga, lingkungan teman sebaya. Bahwa pergaulan teman sebaya akan
memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan pendidikan masing-masing
remaja. Lingkungan teman sebaya akan memberikan peluang bagi remaja (laki-laki
atau wanita) untuk menjadi lebih matang. ui dalam kelompok sebaya seorang gadis
berkesempatan untuk menjadi seorang wanita dan perjaka untuk menjadi seorang
laki-laki serta belajar mandiri sesuai dengan kodratnya.
c. Faktor Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan bagian yang terbentuk dari lingkungan.
Pengejawantahan pandangan hidup tampak pada pendirian seseorang, terutama
dalam menyatakan cita-cita hidup bagi remaja. ualam memilih lembaga
pendidikan, seorang individu dipengaruhi oleh kondisi keluarga yang
melatarbelakangi. Remaja yang berasal dari kalangan keluarga kurang, umumnya
bercita-cita untuk di kemudian hari menjadi orang yang berkecukupan (kaya), dan
dengan demikian dalam memilih jenis pendidikan berorientasi kepada jenis
pendidikan yang dapat mendatangkan banyak uang, misalnya; kedokteran,
ekonomi, dan ahli teknik.
u. Implikasi Tugas-tugas Perkembangan Remaja ualam Penyelenggaraan
Pendidikan
Memperlihatkan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja,
maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan
faktor-faktor tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa
tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku
tersebut. Berkaitan dengan hal itu, maka terdapat beberapa implikasi dari tugastugas perkembangan remaja dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi ;
a. Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di
dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam
bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan
sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang tergabung di dalam

kelas, sekalipun masing-masing diantara mereka sangat berbeda-beda. Pengakuan
terhadap kemampuan setiap pribadi yang beraneka ragam itu menjadi kurang. Oleh
karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan
pendidikan adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan
kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan
semacamnya.
b. Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan
sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap citacita kehidupannya antara lain adalah :
-Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan
jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
-Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada
kondisi (tuntutan) lingkungan.
-Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum
muatan lokal.
c. Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak
ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masamasa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu
dilakukan :
-Bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat
pendidikan budi pekerti dan pendidikan keluarga.
-Bimbingan siswa untuk memahami norma yang berlaku baik di dalam keluarga,
sekolah, maupun di dalam masyarakat. Untuk kepentingan ini diperlukan arahan
untuk kebebasan emosional dari orang tua.
d. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial
kemasyarakatan perlu dilakukan. ualam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis
melalui organisasi pemuda, pertemuan dengan orang tua secara periodik, dan
pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun di luar sekolah.
E. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
uari pembahasan terhadap pokok permasalahan di atas, maka dapat kami
simpulkan beberapa hal diantaranya adalah :

Bahwa masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan, di mana anak
banyak mengalami perubahan fisik dan psikis, mereka menuntut untuk diberi

kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri, suka mencetuskan perasaannya,
dan pengakuan terhadap kedewasaannya hingga mengakibatkan kegelisahan di
dalam dirinya, kurang tenang dengan keadaan lingkungan. Remaja juga sangat
tertarik kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam lingkungannya,
emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik mengalami perubahan yang
pesat.
Bahwa pendidikan harus diberikan dan difungsikan secara maksimal dalam
rangka memberikan keterampilan dan menitikberatkan pada pewarisan budaya,
norma dan nilai.
Sekolah sebagai salah satu instrument pendidikan harus sekurang-kurangnya
terdapat berbagai fungsi pada “personal” dan “interpersonal”, di mana sekolah
adalah sebuah tempat yang menggambarkan sebuah konteks interaksi sosial dan
mengembangkan kebersamaan.
Ada tiga jenis lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap remaja dan
harus dijalankan sesuai dengan fungsinya masing-masing yakni lingkungan
pendidikan dimasyarakat, lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan
pendidikan keluarga.
Saran
Adapun saran-saran kami untuk sebagai solusi terhadap permsalahan ini adalah
antara lain :
Perlunya memahami pertumbuhan dan perkembangan remaja sehingga
dipahami pola-popa perilaku yang seharusnya dinteraksikan kepada mereka oleh
semua pihak baik oleh keluarga, masyarakat ataupun para pendidik.
uAFTAR PUSTAKA
Sunarto. H & Hartono Agung. B. 1999, Perkembangan Peserta uidik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Syah. Muhibbin. 2000, Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65