Fungsi Penganggaran Sektor Publik Indonesia

MAK
LAH
RINGKASAN A
PENGANGGARAN
SEKTOR PUBLIK

VALDHE
KARUNDENG10 303 808

UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS EKONOMI
KONSENTRASI AKUNTANSI PUBLIK & PERPAJAKAN
2012

PENDAHULUAN

A
kuntansi sector public memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akutansi pada domain public. Domain public sendiri memiliki wilayah yang lebih luas
dan kompleks dibandingkan dengan sector swasta.
Secara kelembagaan, domain public antara lain berupa badan-badan pemerintahan

(pusat dan daerah), BUMN dan BUMD, yayasan, organisasi, politik, LSM, Universitas
dan organisasi nirlaba lainnya.
Akuntansi sector public adalah akuntansi yang digunakan dalam suatu organisasi
pemreintahan/lembaga yang tidak bertujuan untuk mencari laba, dan merupakan
suatu bagian dari disiplin ilmu akuntansi sebagai yang utuh.
Secara umum, akuntansi sector public merupakan suatu mekanisme teknis dan
analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembagalembaga tinggi negar

egaradepartemen-departemen di bawahnya.

KONSEP PENGANGGARAN
1

SEKTOR PUBLIK

A. KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,
sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu
anggaran. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses

politik. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan
yang tertutup untuk publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi
dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses
penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan
perencanaan strategic telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan managerial plan

for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi:
1. Aspek perencanaan;
2. Aspek pengendalian; dan
3. Aspek akuntabilitas publik.
Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, serta pelaporan dan

akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga

pengawas khusus (oversight body).
B. PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran

publik

adalah

rencana

kegiatan

dalam

bentuk

perolehan

pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu
rencana finansial yang menyatakan:
1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja); dan

2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai
rencana tersebut (pendapatan)
C. PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

2

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat
kebutuhan masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran merupakan blue print keberadaan
sebuah negara dan merupakan arahan di masa yang akan datang.
Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah
Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi
keadaan ekonomi melalui sistem pengeluaran atau sistem perpajakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Angaran
sektor publik harus dapat memenuhi kriteria berikut :
 Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat
 Menentukan

penerimaan


dan

pengeluaran

departemen-departemen

pemerintah, pemerintah propinsi atau pemerintah daerah.
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu:
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualititas hidup
masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada
terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber
daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung
jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrument
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
D. FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: (1)

sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat
politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat
motivasi, (8) alat menciptakan ruang publik.

1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)

3

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berupa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang
diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
a) merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi
yang ditetapkan,
b) merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
c) mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah
disusun, dan
d) menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapian strategi.
2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)

Sebagai
pendapatan

alat
dan

pengendalian,
pengeluaran

anggaran

memberikan

pemerintah

agar

rencana

detail


pembelanjaan

atas
dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik.
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya

overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation)

dalam

pengalokasian anggaran dalam bidang lain yang bukan merupakan prioritas.
Pengendalian anggaran public dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
a) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;
b) Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances);
c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tak dapat
dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians;
d) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk
mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)

4

Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik membutuhkan
political skill, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik.
5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi ( Coordination and

Communication Tool)
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.
Anggaran publik yang disusun dengan baik mampu mendeteksi inkonsistensi suatu
unir kerja dan juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam

lingkungan eksekutif.
6. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement

Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian
target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifal challenging but
attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi hingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan
terlalu rendah hingga terlalu mudah dicapai.
8. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Share)
Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan
harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang
terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah, kelompok lain yang
kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melaluiproses politik yang ada.

E. JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


5

Anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Anggaran Operasional (operation/recurrent budget)
Anggaran Operasional diguanakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari
dalam menjalankan pemerintahan. Misalnya adalah belanja rutin ( recurrent

expenditure) yaitu pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran
dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.

Secara umum

pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain Belanja
Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan.
2. Anggaran Modal (capital/investment budget)
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pada
dasarnya pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya
adalah milik publik.
F. PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:
a. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dulu sebelum
eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
b. Komprehensif
Anggaran

harus

menunjukkan

semua

penerimaan

dan

pengeluaran

pemerintah. Pleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
c. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan

belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana

umum (general fund).
d. Nondicretionary Apropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
e. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multi-tahunan
f. Akurat

6

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan inefisiensi
anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan
dan overestimate pengeluaran.
g. Jelas
anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan .
h. Diketahui publik
anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
G. PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan yaitu :
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi
antarbagian dalam lingkungan pemerintahan.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan
jasa publik melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :
1. Tujuan dan target yang hendak dicapai
2. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah)
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target
4. Faktor-faktor lain yang memengaruhi anggaran, seperti: munculnya peraturan
pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana
alam, dan sebagainya.
Pengelolaan

keuangan

publik

melibatkan

beberapa

aspek,

yaitu

aspek

penganggaran, aspek akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek auditing.

H. PRINSIP-PRINSIP POKOK DALAM SIKLUS ANGGARAN

7

Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) mengidentifikasikan tiga
pertimbangan mengapa pemerintah perlu “terlibat” dalam “bisnis” pengadaan barang
dan jasa bagi masyarakat. Ketiga pertimbangan tersebut meliputi stabilitas ekonomi,
redistribusi pendapatan, dan alokasi sumber daya.
Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau
overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.
Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas:
a. Tahap persiapan anggaran (preparation);
b. Tahap ratifikasi (approval/ratification);
c. Tahap implementasi (implementation);
d. Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation).
Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation)
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran
pendapatan secara lebih akurat.
Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah terdapatnya
faktor “uncertainty“ (tingkat ketidakpastian) yang cukup tinggi. Oleh sebab itu,
manajer keuangan public harus memahami betul dalam menentukan besarnya suatu
mata anggaran. Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan

“line-item budgeting” akan berbeda pada “input-output budgeting”, “program
budgeting” atau “zero based budgeting”.
Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru menekankan
pada pendekatan bottom-up planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan
pembangunan pemerintah pusat. Arahan kebijakan pembangunan pembangunan
pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa GBHN, Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS), Rencana Strategis (RESENTRA), dan Rencana
Pembangunan Tahunan (REPETA).
Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah
pusat dengan perencanaan pembangunan daerah sejak spesifik diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 105 dan 108 Tahun 2000. Pada pemerintah pusat,
perencanaan pembangunan dimulai dari peyusunan PROPENAS yang merupakan

8

operasionalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk
RESENTRA. Berdasarkan PROPERNAS dan RESENTRA serta analisis fiscal dan makro
ekonomi, kemudian dibuat persiapan APBN dan REPETA.
Sementara itu, di tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota) berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah daerah disyaratkan
untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPEDA
(RENSTRADA).

Dokumen

perencanaan

daerah

tersebut

diupayakan

tidak

menyimpang dari PROPENAS dan RENSTRA yang dibuat pemerintah pusat. Dalam
PROPEDA dimungkinkan adanya penekanan prioritas program pembangunan yang
berbeda darisatu daerah dengan daerah yang lain sesuai kebutuhan masing-masing
daerah. PROPEDA (RENSTRADA) dibuat oleh pemerintah daerah bersama dengan
DPRD dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan pelaksanaannya
dalam kerangka tahunan.
Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebut
dilengkapi dengan:
1. Pertimbangan-pertimbangan

yang

berasal

dari

hasil

evaluasi

kinerja

pemerintah daerah pada periode sebelumnya.
2. Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.
3. Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi.
Tahap Ratifikasi Anggaran
Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang
melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif
dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai

“political skill”, “salesmanship” dan “coalition building” yang memadai. Integritas dan
kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.
Tahap Pelaksanaan Anggran (Budget Implementation)
Sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan public dalam hal ini
bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal

9

untuk perencanaan dan pengendalian anggran yang telah disepakati, dan bahkan
dapat diandalkan untuk tahap penyusuanan anggaran periode berikutnya.
Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran
Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap
persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional
anggaran, sedangkan tahap pelaporan

dan evaluasi terkait dengan aspek

akuntanbilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget

reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

10

JENIS-JENIS PENGANGGARAN
SEKTOR PUBLIK

A. PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran yang secara
langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan.
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan
moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian.
Sistem

perencanaan

anggaran

publik

berkembang

sesuai

dinamika

perkembangan manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul di masyarakat.
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar ada dua pendekatan utama
yang memiliki perbedaan mendasar.
a) Anggaran tradisional atau anggaran konvensional

b)

New public management

B. ANGGARAN TRADISIONAL
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara
berkembang dewasa ini. Terdapat dua cirri utama dalam pendekatan ini yaitu:
a. Cara penyusunan anggaran didasarkan atas pendekatan incrementalism
b.

Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.

Cirri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah:
a. Cenderung sentralistis
b.

Bersifat spesifikasi

c.

Tahunan

d.

Mengggunakan prinsip anggaran bruto

Incrementalism
Penekanan

dan

tujuan

utama

pendekatan

tradisional

adalah

pada

pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat

11

incrementalism, yaitu hanya menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item
anggaran yang ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya
sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa
dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah berkaitan dengan tidak adanya
perhatian terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efesiensi dan
efektivitas sering tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran
tradisional. Dengan ketiadaan perhatian pada konsep value for money ini, sering kali
pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya
kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk
dilaksanakan.
Anggaran tradisional cenderung menggunakan konsep historic cost of service.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item,
program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meski
item tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh
jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk,
dan lainnya.

Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-

item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara
riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam periode sekarang.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi
alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat
penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan,
pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja
barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan
pengeluaran yang dilakukan.

12

Kelemahan Anggaran Tradisional
Beberapa kelemahan anggaran tradisional antara lain:
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan
rencana pembangunan jangka panjang
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan
anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat
kebijakan dan pilihan sumberdaya, atau memonitor kinerja.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara
keseluruhan sulit dicapai
5. Proses

anggaran

terpisah

untuk

pengeluaran

rutin

dan

pengeluaran

modal/investasi.
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan

7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak
memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya
adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.

8. Persetujuan

anggaran

yang

terlambat,

sehingga

gagal

memberikan

mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya
dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggaran.

9. Aliran informasi (sistem informasi financial) yang tdak memadai yang menjadi
dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

C. ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM
Era New Publik Management

New Public Management berfokus pada manajemen sector public yang
berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New

Publik Management tesebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah
diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya, dan
kompetensi tender.
Salah satu model pemerintah di era New Publik Management adalah model
pemerintah yang diajukan oleh Osbone dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam

13

pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government”. Perspektif
baru pemerintah menurut Oborne dan Gaebler tersebut adalah:
1. Pemerintah katalis
Pemerintah

sebagai

pemberi

arahan

dan

berfokus

pada

pemberian

pengarahan bukan produksi pelayanan public.
2. Pemerintah milik masyarakat
Pemerintah memberikan wewenang kepada masyarakat, memberdayakan
masyarakat daripada melayani.
3. Pemerintah yang kompetitif
Menyuntikan semangat kompetisi dalam pemberian

pelayanan public.

Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan.
4. Pemerintah yang digerakan oleh misi
Mengubah organisasi yang digerakan oleh peraturan menjadi organisasi yang
digerakan oleh misi. Pemerintah digerakan oleh misi bukan peraturan.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil
Pemerintah yang berorientasi hasil berusaha mengubah bentuk penghargaan
dan insentif, yaitu membiayai hasil dan bukan masukan.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan
Memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Pemerintah tradisional
seringkali salah dalam mengidentifikasikan pelanggannya. Penerimaan pajak
memang dari masyarakat dan dunia usaha, tetapi pemanfaatannya harus
disetujui oleh DPR/DPRD. Akibatnya, pemerintah seringkali menganggap
bahwa DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan anggaran
adalah

pelanggannya

masyarakat.

Pemerintah

padahal

pelanggan

wirausaha

tidak

yang
akan

sebenarnya

seperti

itu.

adalah
Ia

akan

mengidentifikasikan pelanggan yang sesungguhnya. Maka, tidak berarti
bahwa pemerintah tidak bertanggungjawab pada dewan legislatif, tetapi
sebaliknya, ia menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda : kepada
legislatif dan masyarakat. Dengan cara seperti itu, maka pemerintah tidak
akan arogan tetapi terus menerus akan berupaya untuk lebih memuaskan
masyarakat.

14

7. Pemerintah wirausaha
Mampu

menciptakan

pendapatan

dan

tidak

sekedar

membelanjakan.

Pemerintah daerah wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat
pendapatan, misalnya: BPS dan Bappeda, yang dapat menjual informasi
tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian; BUMN/BUMD; pemberian
hak guna yang menarik kepada para pengusaha dan masyarakat; penyertaan
modal; dll.
8. Pemerintah antisipatif
Berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah tradisional yang
birokratis

memusatkan

diri

pada

produksi

memecahkan masalah publik. Pemerintah

pelayanan

publik

untuk

birokratis cenderung bersifat

reaktif: seperti suatu satuan pemadam kebakaran, apabila tidak ada
kebakaran maka tidak akan ada upaya pemecahan. Pemerintah wirausaha
bersifat proaktif. Ia tidak hanya mencoba untuk mencegah masalah, tapi juga
berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. Ia menggunakan
perencanaan strategis untuk menciptakan visi.
9. Pemerintah desentralisasi
Dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja. Lima puluh tahun yang lalu,
pemerintahan

yang

sentralis

dan

hierarkis

sangat

diperlukan

karena

pengambilan keputusan harus dari pusat. Pada saat itu, sistem tersebut masih
sangat cocok karena teknologi informasi masih sangat primitif, komunikasi
antar berbagai lokasi masih lamban, dan aparatur pemerintah masih relatif
belum terdidik. Tapi sekarang, perkembangan teknologi sudah sangat maju,
kebutuhan masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks, staf pemerintah
sudah berpendidikan tinggi, maka pengambilan keputusan harus digeser ke
tangan masyarakat, asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar
Mengadakan perubahan mekanisme pasar ( sistem insentif) dan bukan
dengan mekanisme administratif ( sistem prosedur dan pemaksaan). Ada dua
cara

alokasi

sumberdaya,

yaitu

mekanisme

pasar

dan

mekanisme

administratif. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif,
sedangkan

pemerintah

Pemerintah

tradisional

wirausaha

menggunakan

menggunakan

perintah

mekanisme
dan

pasar.

pengendalian,

15

mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan kemudian memerintahkan
orang untuk melaksanakannya. Pemerintah wirausaha tidak memerintah dan
mengawasi tapi mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar
orang tidak melakukan kegiatan yang merugikan masyarakat.

Perbandingan

Anggaran

Tradisional

dengan

Anggaran

Berbasis

Pendekatan NPM
ANGGARAN TRADISIONAL
Sentralis
Berorientasi pada input
Tidak terkait dengan

NEW PUBLIC MANAGEMENT
Desentralis & devolved management
Berorientasi pada input, output, dan outcome

perencanaan

panjang
Line-item da incrementalism
Batasan departemen yang

jangka

kaku

( rigid

department)
Menggunakan aturan klasik: vote accounting
Prinsip anggaran bruto
Bersifat tahunan
Spesifik

(value for money)
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang
Berdasarkan sasaran kinerja
Lintas departeman (cross department)

Zero-base budgeting, planning programming
budgeting system
Sistematik dan rasional
Bottom-up budgeting

D. PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN
Dengan munculnya era New Public Management telah mendorong usaha untuk
mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran
sector publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik
pengnggaran sector publik, misalnya teknik anggaran kinerja ( performance

budgeting), zero based budgeting (ZBB), dan planning, programming, and budgeting
system (PPBS). Pendekatan baru nin memiliki karakteristik:
1. Komprehensif/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input
8. Adanya pengawasan kinerja

16

E. ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya yang disebabkan oleh ketiadaan
tolok ukur yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan
dan sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat
menekankan pada konsep value for money dan pengawasan kinerja output.
Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas
tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan
keputusan.
Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional yang
menganggap bahwa tanpa adanya arahan dancampur tangan, pemerintah akan
menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros. Menurut pendekatan
anggaran kinerja,dominasi pemerintah dapat diawasi dan dikendalikan melalui
penerapan internal cost awareness, audit keuangan danaudit kinerja, serta evaluasi
kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah dipaksa bertindak berdasarkan cost

minded, harus efisien, memakai dana secara ekonomis, dan dituntut mampu
mencapai tujuan yang ditetapkan.
F. ZERO BASED BUDGETING (ZBB)
Konsep ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada system
anggaran tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep ini dapat
menghilangkan incrementalism dan line-item karena anggaran diasumsikan mulai
dari nol(zero-base).
Proses Implementasi ZBB
Terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur

organisasi

pada

dasarnya

terdiri

dari

pusat-pusat

pertanggungjawaban. Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit
pembuat keputusan yang salah satu fungsinya adalah untuk menyiapkan
anggaran.

ZBB

merupakan

system

anggaran

yang

berbasis

pusat

pertanggungjawaban sebagai dasar perencanan dan pengendalian anggaran.
2. Penentuan paket-paket keputusan

17

Tahap selanjutnya adalah menyiapkan dokumen yang berisi tujuan unit
keputusan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Dokumen inilah yang disebut paket keputusan. Paket keputusan
merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari aktivitas organisasi
atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. Ada 2 jenis paket
keputusan:
a. Paket keputusan mutually-exclusive
Merupakan paket keputusan yang memiliki fungsi yang sama
b. Paket keputusan incremental
Merefleksikan level usaha berbeda dalam melakukan kegiatan tertentu.
3. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Tahap berikutnya adalah meranking semua paket berdasarkan manfaatnya
terhadap organisasi. Tahap ini merupakan jemnbatan menuju proses alokasi
sumber daya di antara berbagai kegiatan yang beberapa diantaranya sudah
ada dan yang lainnya baru sama sekali.
Keunggulan ZBB:
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber
daya secara lebih efisien
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan
biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
5. Meningktkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan
anggaran
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong
organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya
serta tingkat pengeluaran
Kelemahan ZBB:
1. Prosesnya memakan waktu, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan
biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena
pembuatan paket keputusan

18

2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhakan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah proses meranking dan mereview
paket keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan
yang

melelahkan

dan

membosankan,

sehingga

dapat

mempengaruhi

keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki
keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. Selain itu dalam perankingan
muncul pertimbangan subjektif/ mungkin terdapat tekanan politik sehingga
tidak objektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan
harus dalam anggaran
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi
G. PLANNING, PROGAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori system yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi
sumberdaya berdasarkan analisis ekonomi. PPBS adalah salah satu model
penganggaran yang ditujukan untuk membantu menajemen pemerintah dalam
membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan
sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan
masyarakat tidak terbatas.
Proses Implementasi PPBS
Langkah implementasinya meliputi:
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasikan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
3. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit
dari masing-masing program
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui

19

Karakteristik PPBS:
1. Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan
2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan
datang karena PPBS berorientasi pada masa depan
3. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
4. Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai program, yang meliputi:
identifikasi tujuan, identifikasi secara sistematik alternatif program untuk
mencapai tujuan, estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program,
dan estimasi manfat yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif
program
Kelebihan PPBS
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak
ke manajemen menengah
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya dalam
perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan
kerja sama antar departemen
5. Menghilangkan

program

yang

overlapping

atau bertentangan

dengan

pencapaian tujuan organisasi
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber
daya secara optimal
Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan system informasi yang canggih, ketersediaan data,
adanya system pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi

PPBS

membutuhkan

biaya

yang

besar

karena

PPBS

membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan
manusia yang kompleks

20

5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistic terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statistik
hanya tepat untuk mengukur beberapa program saja
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis sehingga menyulitkan dalam
melakukan alokasi biaya
Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS
1. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk
melakukan aktivitas
2. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk
mengukur output
3. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan,
perubahan politik, dan ekonomi
4. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat
5. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program terutama
ketika terdapat pertentangan kepentingan
6. Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan program secara
cepat dan tepat
7. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk
berubah
8. Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan
keputusan politik
9. Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional

PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN AKUNTANSI
21

KEUANGAN DAERAH

A. PELAKSANAAN KEUANGAN DAERAH
Semua

penerimaan

daerah

dan

pengeluaran

daerah

dalam

rangka

pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD. Pelaksanaan APBD
meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Penjelasan
berikut ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini telah disusun pedoman pelaksanaannya
yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pengeluaran dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam laporan
realisasi anggaran. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan persetujuan
Sekretaris Daerah. Proses penetapan DPA-SKPD adalah sebagai berikut :
1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun
rancangan DPA-SKPD.
2. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan,
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana
penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.
3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6
(enam) hari kerja setelah pemberitahuan.
4. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala
SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD.
5. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA¬SKPD dengan
persetujuan sekretaris daerah.

22

6. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD, satuan kerja
pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak tanggal disahkan. Setelah DPA-SKPD ditetapkan, Kepala SKPD
melaksanakan kegiatan¬kegiatan SKPD berdasarkan dokumen tersebut.
1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan
daerah wajib

melaksanakan pemungutan

dan/atau penerimaan

berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD
dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus
disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja oleh Bendahara
Penerimaan dengan didukung oleh bukti yang lengkap.
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. SKPD
dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya
berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan
penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari
penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa
termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat
penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas
umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat sebagai
inventaris daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi
dan sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama.
Untuk

pengembalian

kelebihan

penerimaan

yang

terjadi

pada

tahun-tahun

sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

23

2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk
setiap pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran
belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
dalam APBD. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran
daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran
belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai
hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan
beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang
APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut
tidak termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan
Dana (SPD), atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Khusus untuk biaya pegawai diatur
bahwa gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan dalam APBD. Pemerintah daerah
dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil daerah
berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan
keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang¬undangan. Dalam pelaksanaan pembayaran yang terhutang
pajak, bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan
pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang
dipungutnya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah atau bank lain yang
ditetapkan Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka
waktu sesuai ketentuan perundang-undangan.
Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPM yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Selanjutnya
pembayaran dilakukan dengan penerbitan SP2D oleh kuasa BUD. Karena itu, kuasa
BUD berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran;

24

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; dan
e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Perlu menjadi perhatian bahwa penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum
barang dan/atau jasa diterima kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundangundangan. Setelah tahun anggaran berakhir, kepala SKPD selaku pengguna
anggaran dilarang menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara
pengeluaran.

Bendahara

pengeluaran

melaksanakan

pembayaran

dari

uang

persediaan yang dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran; dan
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Bendahara

pengeluaran

wajib

menolak

perintah

bayar

dari

pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran apabila kelengkapan dokumen, kebenaran
perhitungan dan ketersediaan dana tidak terpenuhi. Bendahara pengeluaran wajib
melakukan hal tersebut karena dia bertanggung jawab secara pribadi atas
pembayaran

yang

dilaksanakannya.

Kepala

daerah

dapat

memberikan

izin

pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD.
3. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD). Semua penerimaan dan pengeluaraan pembiayaan daerah
dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah. Untuk pencairan dana cadangan,
pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah
dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan, setelah jumlah dana cadangan
yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana

25

cadangan yang berkenaan mencukupi. Pemindahbukuan tersebut paling tinggi
sejumlah pagu dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan
kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan. Pemindahbukuan dari
rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah tersebut dilakukan dengan
surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD. Penjualan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Pencatatan penerimaan atas penjualan kekayaan daerah
didasarkan pada bukti penerimaan yang sah.
Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang akan
diterima dalam tahun anggaran yang bersangkutan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam perjanjian pinjaman berkenaan. Penerimaan pinjaman dalam bentuk mata
uang asing dibukukan dalam nilai rupiah. Penerimaan kembali pemberian pinjaman
daerah didasarkan pada perjanjian pemberian pinjaman daerah sebelumnya, untuk
kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan kewajiban lainnya yang menjadi
tanggungan pihak peminjam. Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan mencakup
pelaksanaan pembentukan dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran pokok
utang, dan pemberian pinjaman daerah. Jumlah pendapatan daerah yang disisihkan
untuk pembentukan dana cadangan dalam tahun anggaran bersangkutan sesuai
dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan daerah. Pemindahbukuan jumlah
pendapatan daerah yang disisihkan yang ditransfer dari rekening kas umum daerah
ke rekening dana cadangan dilakukan dengan surat perintah pemindahbukuan oleh
kuasa BUD atas persetujuan PPKD.
Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang
akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan. Pembayaran pokok utang
didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman
dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban pemerintah
daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan. Pemberian
pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan keputusan kepala daerah atas
persetujuan

DPRD.

Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah,
pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah tersebut dilakukan

26

berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh PPKD. Dalam rangka pelaksanaan
pengeluaran pembiayaan, kuasa BUD berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan yang diterbitkan
oleh PPKD;
b. menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas pengeluaran
pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
B. PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
Pengguna

anggaran/kuasa

pengguna

anggaran,

bendahara

penerimaan,

bendahara pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai
uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pejabat yang menandatangani dan/atau
mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar
penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaan APBD bertanggung jawab
terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud.
1. Penatausahaan Penerimaan
Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah
yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.
Penerimaan daerah yang disetor tersebut dilakukan dengan cara:
a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh
pihak ketiga; dan disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
Bendahara

penerimaan

wajib

menyelenggarakan

penatausahaan

terhadap

seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10

27

bulan berikutnya. Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara
penerimaan pada SKPD wajib mempertanggung jawabkan secara fungsional atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya. Selanjutnya PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan
analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD.
2. Penatausahaan Pengeluaran
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran
kas SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD tersebut disampaikan kepada PPKD selaku
BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD. Pembahasan rancangan anggaran
kas

SKPD

dilaksanakan

bersamaan

dengan

pembahasan

DPA-SKPD.

Setelah DPA-SKPD ditetapkan, PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas
pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai
pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum
dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas tersebut memuat perkiraan
arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang
digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
a. Penyediaan Dana
Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas
menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPD merupakan dasar pengeluaran kas atas beban APBD.
Permintaan pembayaran hanya dapat dilaksanakan, jika SPD telah diterbitkan.
b. Permintaan Pembayaran
Berdasarkan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran
melalui Pejabat Pengelola Keuangan SKPD (PPK-SKPD). Ada 4 jenis SPP yaitu:
1) Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP UP).
2) Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP¬GU).
3) Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP TU).
4) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS).
Penerbitan

dan

pengajuan

dokumen

SPP-

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111