Comparison of concrete compressive strength test using brackish water of indragiri river in Indragiri hilir

ISSN: 1410-7783

  Volume 14Nomor 1, April 2014, 56-69 Perbandingan Uji Kuat Tekan Beton Yang Menggunakan Air Bersih Dengan Air Payau Sungai Indragiri Di Kabupaten Indragiri Hilir

  Comparison of concrete compressive strength test using brackish water of indragiri river in Indragiri hilir Iswanto dan Yolly Adriati

  Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl.Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

  ABSTRACT

Brackish water has a high salinity level that provides a salty taste to the water. Salinity is the

saltiness level or levels of dissolved salts in water. In the casting process - the environment in

remote areas in the province of Indragiri Hilir, alternative use of brackish water as a concrete

mixer is often done in order to produce a concrete construction in accordance with the needs

of the field. In this study will be reviewed compressive strength of concrete using brackish

water as a concrete mixer.

Testing by comparing the compressive strength of concrete using clean water and brackish

water taken from the river Indragiri Indragiri Hilir. The method used is SNI 03-2834-2000.

Cylindrical test specimen diameter of 150 mm and a height of 300 mm. Testing of materials

and planning the examination of concrete (mix design), quality of concrete fc '15 MPa with a

mixed composition of water, 100% brackish water, brackish water 95% plus 5% water, 90%

brackish water plus 10% water, 85 % brackish water plus 15% water and 80% plus 20% of

brackish water.The results showed that the compressive strength of concrete using clean water

of 25.671 MPa, 100% brackish water mixture of 27.772 MPa, brackish water mixture 95% of

27.137 MPa, brackish water mixture 90% of 25.232 MPa, brackish water mixture 85% of

25.186 MPa and brackish water mixture 80% of 24.725 MPa. Compressive strength of

concrete using a mixture of brackish water of 100% and 95% exceed the compressive strength

of concrete using a mixture of clean water. For brackish water mixture 90%, 85% and 80%,

the compressive strength of the concrete is still above the limit SNI 03-2834-2000 for quality

concrete fc '15 MPa at 22 MPa. It shows that the concrete mix using brackish water as a

concrete mixer may be used in non-structural concrete mix (do not use concrete reinforcing

steel). Keywords: concrete compressive strength, brackish water (Brackish Water).

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  PENDAHULUAN

  Daerah – daerah terpencil di Kabupaten Indragiri Hilir menggunakan beton untuk jalan – jalan lokal sebagai penghubung dari suatu daerah kedaerah lainnya. Beton yang digunakan adalah beton tanpa tulangan dengan mutu beton sebesar fc’ 15 Mpa. Sulitnya air bersih yang didapat pada daerah tersebut maka pada campuran betonnya terkadang menggunakan air dari kanal - kanal yang ada atau membuat sumur dengan menggali tanah yang berada dekat lokasi pekerjaan. Air yang berada pada daerah – daerah terpencil di Kabupaten Indragiri Hilir terasa agak asin bila dirasa atau biasa disebut air payau.

  Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah berapa nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air bersih (beton normal) dan nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air payau pada beton mutu fc’ 15 Mpa, dan kelayakan penggunaan air payau sebagai pengganti air bersih untuk campuran betonnya.

  Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air bersih dan nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air payau pada beton mutu fc’ 15 Mpa, dan juga kelayakan penggunaan air payau sebagai pengganti air bersih.

  Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah maka diadakan batasan – batasan masalah sebagai berikut :

  1. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Beton Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.

  2. Portland Cement yang dipergunakan adalah semen serbaguna Tipe I (PCC) dengan merek Semen Padang kemasan 50 kg.

  3. Pemilihan bahan agregat halus dan agregat kasar berasal dari Teratak Buluh, Kabupaten Kampar.

  4. Air bersih yang digunakan diambil dari sumur bor Laboratorium Teknologi Bahan dan Beton Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.

  5. Pengambilan air payau di sungai Indragiri, parit tiga Tembilahan yang tertelak di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

  6. Untuk air payau, masing – masing sampel dibuat dengan campuran 100% air payau, 95% air payau ditambah 5% air bersih, 90% air payau ditambah 10% air bersih, 85% air payau ditambah 15% air bersih dan 80% air payau ditambah 20% air bersih.

  7. Air bersih dan air payau diasumsikan mempunyai spesifikasi dan berat jenis yang sama.

  8. Semen, agregat halus, agregat kasar, air bersih dan air payau tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan kimiawi.

  9. Mix Design dan pelaksanaan pengujian kuat tekan karakteristik beton yang direncanakan adalah fc’ 15 Mpa berdasarkan SNI 03-2834-2000.

  10. Benda uji dibuat dalam bentuk silinder ukuran diameter 150 mm dengan tinggi 300 mm sebanyak 5 buah sampel untuk masing – masing campuran.

  11. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari perawatan.

  12. Pengujian tidak membahas kuat tarik dan kuat belah beton.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Beton

  Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03- 2847-2002).

  Tabel 1. Mutu Beton dan Penggunaan Jenis fc’ σbk’ Uraian (MPa) (Kg/cm2) Beton

  Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton

  Mutu 35 – 65 K400 – K800

  prategang, gelagar beton prategang,

  tinggi pelat beton prategang dan sejenisnya.

  Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai

  Mutu 20 – < 35 K250 – <K400

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  jembatan, gelagar beton bertulang,

  sedang

  diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan. Umumya digunakan untuk struktur

  Mutu rendah beton tanpa tulangan seperti beton

  15 – <20 K175 – <K250

  siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu. digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan

  10 – <15 K125 – <K175

  kembali dengan beton Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2007

2. Air

  Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta sebagai pelumas antara butiran - butiran agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organik atau bahan lain yang dapat merusak beton dan tulangan dalam jumlah yang membahayakan (SK SNI 03-2847-2002). Tabel 2. Penentuan Banyaknya Air per m3 Beton

  Air untuk pasir dan kerikil Air untuk pasir dan kerikil Banyaknya alam yang bulat (Liter) batu pecahan (Liter) Semen (Kg)

  Beton Plastis Lembab Beton Plastis Lembab 150 160 140 195 180 200 165 145 200 185 250 170 150 205 190 300 175 155 210 195 350 180 160 215 200

  Sumber: Heinz, 1999

  3. Air Payau

  Air payau adalah air yg kandungan garamnya lebih rendah dari air laut, tetapi lebih tinggi dari pada air tawar (terutama air disekitar muara). Air payau memiliki campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin (Apriani, 2013).

  4. Semen

  Semen merupakan suatu material yang memiliki sifat adhesi dan kohesi yang digunakan untuk mengikat fragmen – fragmen mineral menjadi satu kesatuan. Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland, berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan susun beton. Jenis semen tersebut diperlukan air guna berlangsungnya reaksi kimiawi pada proses hidrasi. Proses hidrasi semen mengeras dan mengikat bahan susun beton membentuk massa padat (Dipohusodo, 1991).

  Menurut Tjokrodimuljo (1996), porltand cement merupakan bahan utama atau komponen beton terpenting yang berfungsi sebagai bahan pengikat anorganik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Porltand cement harus memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam PBI (1971). Portland

  Cement inilah yang dapat menyatukan antara agregat halus dan agregat kasar sehingga mengeras menjadi beton.

  5. Agregat

  Agregat adalah material granular misalnya pasir, kerikil, batu pecah sebagai hasil disintegrasi alami yang dihasilkan dari industri pemecah batu yang mempunyai butir terbesar 0,5 mm untuk agregat halus. Sedangkan agregat kasar mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai dengan 40 mm ( SNI 03-2847 2002).

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  Persyaratan – persyaratan agregat halus mulai dari pengujian, standar yang digunakan dan nilai dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persyaratan Agregat Halus

  Pengujian Standar Nilai

  Material mengandung bahan plastis dengan SNI 03-4428-1997 Maks 8% cara setara pasir

  Berat jenis agregat halus Maks 2,5%

  SNI 03-1970-1990 Penyerapan

  Maks 3% Material lolos saringan No.200 SNI 03-4428-1997 Maks 8%

  Sumber: Bina Marga, 2002 Persyaratan – persyaratan agregat kasar mulai dari pengujian, standar yang digunakan dan nilai dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel 4. Persyaratan Agregat Kasar

  Pengujian Standar Nilai

  Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 03-3407-1994 Maks 12 % natrium dan magnesium

  Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks 40 % Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min 95 % Angularitas kedalaman dari permukaan <

  95/90 10 cm ) DoT’s Pennsylvania Test ≥

  Angularitas (kedalaman dari permukaan Method, PTM No. 621 80/75 10 cm )

  Partikel pipih ASTM D-4791 Maks 25 % Partikel lonjong ASTM D-4791 Maks 10 % Material lolos saringan no. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 1 % Aggregate Impact Value (AIV) BS 812:part 3:1975 Maks 30% Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1969-1990 Maks 3%

  Sumber: Bina Marga, 2002

6. Pengujian Material

  a. Analisa Saringan Analisa saringan adalah suatu usaha untuk mendapatkan distribusi ukuran butir tanah dengan menggunakan analisis saringan (SK SNI 03-3423-1994). Analisa saringan dengan rumus yang diperoleh dari buku panduan praktikum teknologi bahan beton yang diterbitkan oleh unit laboratorium teknologi bahan beton teknik sipil Universitas Islam Riau.

  Jumlah berat tertahan

  Persentase (%) tertahan = x 100 Berat bahan kering

  Persentase (%) lolos = 100% - Persentase (%) tertahan

  b. Pemeriksaan Berat Isi

  Berdasarkan buku panduan praktikum teknologi bahan beton, pengujian berat isi dimaksud untuk menentukan berat isi agregat halus dan agregat kasar atau campuran dari kedua agregat. Berat bersih benda uji :

  3

  2

1 W = W – W

  Dimana :

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  1 W = Berat tempat (gr)

  2 W = Berat tempat + benda uji (gr)

  3 W = Berat benda uji (gr)

  4 Berat isi tempat (W ) :

  2

  4 W = D T ¼ . π . .

  Dimana : D = Diameter tempat (gr) T = Tinggi tempat (gr)

  4 W = Berat isi tempat (gr)

  5 Berat isi lepas (W ) :

  5

  3

4 W = W + W

  Dimana :

5 W = Berat isi lepas (gr)

  c. Pemeriksaan Berat Jenis Pengujian berat jenis ini dimaksud sebagai pegangan dalam pengujian yang bertujuan untuk mencari angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.

  Berat jenis (bulk) : Berat jenis permukaan jenuh : Berat jenis Semu (apparent) : Penyerapan (absorption) :

  Dimana : Bj = Berat benda uji kering oven (gr) Bk = Berat benda uji kering permukaan (gr) Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gr)

  d. Pemeriksaan Kadar Lumpur

  Pemeriksaan kadar lumpur ini bertujuan untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam agregat melalui saringan 200 (0,075 mm). jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan 200 adalah bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian tidak keruh lagi.

  Persentase kadar lumpur = 100%

  J. Saintis, Volume 14 Nomor 1, April 2014

7. Perancangan Beton ( Mix Design )

  Mutu Rendah

  25 K300

  37

  25

  19 0,50 0,50 0,50

  315 345 365

  20 K250

  37

  25

  19 0,55 0,55 0,55

  290 315 335

  37

  15 K175

  19 0,475 0,475 0,475

  25

  19 0,60 0,60 0,60

  265 290 305

  10 K125

  37

  25

  19 0,70 0,70 0,70

  225 245 260

  Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2007

  Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan (SK SNI 03-1974- 1990). Kuat tekan beton diawali oleh tegangan maksimum pada saat beton telah mencapai umur 28 hari. Beton yang dirancang harus memenuhi persyaratan kuat tekan rata - rata, yang memenuhi syarat berdasarkan data deviasi standar hasil uji kuat tekan untuk kondisi dan jenis konstruksi yang sama. Kuat tekan beton diwakili oleh perbandingan kuat tekan maksimum dengan luas tampang silinder beton.

  335 365 385

  25

  Dimana : Bk sebelum dicuci = Berat benda uji kering sebelum dicuci (gr) Bk sesudah dicuci = Berat benda uji kering sesudah dicuci (gr)

  395 430 455

  Perancangan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan - bahan penyusun beton. Proporsi campuran dari bahan - bahan penyusun beton ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton (Mix design). Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-2834-2000.

  Tabel 5. Pedoman Awal Untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran Jenis beton

  Mutu beton Ukuran agregat maks. (mm)

  Rasio air/semen maks terhadap berat

  Kadar semen Min. (Kg/m3) dari campuran

  (Mpa) Kg/cm2 Mutu Tinggi

  50 K600 19 0,35 450

  45 K500

  37

  25

  19 0,40 0,40 0,40

  38 K450

  37

  37

  25

  19 0,425 0,425 0,425

  370 405 430

  35 K400

  37

  25

  19 0,45 0,45 0,45

  350 385 405

  Mutu Sedang

  30 K350

8. Kuat Tekan Beton

  34

  9

  27

  25

  20

  39

  J. Saintis, Volume 14 Nomor 1, April 2014

  27 Mutu Rendah

  15

  15

  17

  22

  10

  7

  11

  17 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2007

  Nilai kuat tekan beton : fc =

  Dimana: Fc = Kekuatan tekan (MPa) P = Beban tekan (N) A = Luas permukaan benda uji (mm

  2 ) Standar deviasi (simpangan baku) adalah standar satuan skala untuk kelompok data yang diolah (dianalisis) atau suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi kelompok, bisa juga diartikan sebagai ukuran standar penyimpangan dari reratanya. Satuannya mengikuti

satuan data yang diukur, dimana nilai dari standar deviasi ini untuk mengetahui kuat tekan.

  13

  22

  Dimana : S = Standar deviasi fc = Kuat tekan beton fc’r = Kuat tekan beton rata - rata n

  31

  Tabel 6. Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder Jenis Beton

  Mutu Beton Kuat Tekan Minimum Rata-rata Benda Uji Silinder (MPa) Diameter (150 – 300) mm

  fc’ (MPa) 3 hari 7 hari 28 hari

  Mutu Tinggi

  50

  45

  35

  34

  25

  20

  42

  39

  31

  60

  55

  44 Mutu Sedang

  30

  25

  S = ∑ ( )

  • -1

  =

  Jumlah 20 sampel beton atau lebih

METODE PENELITIAN

  Prosedur pengujian mengikuti Buku Panduan Praktikum Teknologi Bahan Beton yang diterbitkan oleh Unit Laboratorium Teknologi Bahan Beton Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Tabel 7. Jumlah Benda Uji Penelitian

  No Benda uji dengan masing - masing campuran Umur Perawatan

  Jumlah

  1 Air Bersih 28 hari

  5

  2 Air Payau 100% 28 hari

  5

  3 Campuran Air Payau 95% 28 hari

  5

  4 Campuran Air Payau 90% 28 hari

  5

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  5 Campuran Air Payau 85% 28 hari

  5

  6 Campuran Air Payau 80% 28 hari

  5 Total Benda Uji

  30 Pengambilan jumlah benda uji rata – rata sebanyak 5 buah sampel berdasarkan metode pengujian kuat tekan beton SNI 03-1974-1990 yang menyatakan hasil pemeriksaan kuat tekan beton diambil rata – rata dari minimum 2 buah benda uji dengan ketentuan apabila jumlah benda uji kurang dari 15 contoh benda uji maka kuat rata – rata perlu ditambah dengan 7,0 Mpa.

  Tahapan Pelaksanaan :

  1. Persiapan Dalam melaksanakan penelitian perlu dilakukan persiapan diantaranya mengurus perizinan pemakaian laboratorium, pengumpulan bahan / mengambil sampel material, persiapan alat penelitian dan persiapan blanko isian data.

  2. Pengujian material

Adapun pengujian material terdiri dari analisa saringan, berat isi agregat, berat jenis dan

penyerapan air agregat dan pemeriksaan kadar lumpur.

  3. Perencanaan campuran beton (mix design)

Adapun metode yang dilakukan dalam perencanaan rancangan campuran beton ini

berdasarkan metode SNI 03-2834-2000.

  4. Pembuatan beton segar

Dalam pembuatan beton segar ini ada dua cara yaitu pembuatan adukan dengan manual

dan dengan menggunakan mesin molen. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pembuatan

beton segar dengan menggunakan mesin molen.

  5. Slump test

Pemeriksaan slump test dimaksud sebagai tolak ukur kelecakan beton segar yang

berhubungan dengan tingkat kemudahan dalam pengerjaan beton.

  6. Pembuatan benda uji

Benda uji dibuat dalam bentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

  

Saat pembuatan benda uji ini perlu diperhatikan saat pemadatan sewaktu dimasukkan

kedalam mal karena sangat mempengaruhi kuat tekan benda uji tersebut.

  7. Perawatan (curring)

Ada beberapa cara perawatan beton yaitu; menaruh beton segar dalam ruangan yang

lembab, menaruh beton segar dalam genangan air, menaruh beton segar di dalam air,

menyelimuti permukaan beton dengan karung basah, menggenangi permukaan beton

dengan air atau menyirami permukaan beton setiap saat secara terus – menerus. Disini

peneliti melakukan perawatan benda uji dengan merendam beton segar didalam bak

perendam.

  8. Uji kuat tekan

Pengujian kuat tekan beton dimaksud mencari perbandingan kuat tekan rencana dengan

kuat tekan yang dihasilkan dengan menggunakan alat uji kuat tekan beton (compressive

strength machine).

  9. Analisa data Analisa data uji kuat tekan dan pembahasan didapat setelah pengujian benda uji.

  10. Hasil dan Kesimpulan Setelah analisa data, didapatlah hasil dan kesimpulan dari penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Setelah melalui proses penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Pengujian Material

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  Pemeriksaan dilakukan untuk memperoleh jumlah persentase lolos dan tidak lolos

agregat halus dan agregat kasar guna menentukan batas gradasi butir agregat dengan

menggunakan analisa saringan. Material yang digunakan dalam pembuatan benda uji pada

penelitian ini adalah agregat halus dan agregat kasar dari Teratak buluh kabupaten

Kampar. Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Persentase Lolos Analisa Saringan

  Saringan Persentase Lolos (%) Standar DPU-2007 Ukuran Nomor Halus Kasar (mm) Halus Kasar

  38 100 100 - - 1½” 19 90 - 100 96,94

  • 3/4" 3/8” 9,6 100 20 - 55 100 62,93 No # 4 4,8 95 - 100 0 - 10 97,50 22,75 No # 8 2,4 80 - 100 0 - 5 95,12 14,04 No # 16 1,2 50 - 85 - 90,89 10,62
  • No # 30 0,6 35 - 45 83,40 9,06
  • No # 50 0,3 10 - 30 50,82 5,76 No # 100 0,15 2 - 10 - 5,03 1,45
  • No # 200 0,075 0,95 0,82

  Tabel 9. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat SNI 03-1970-1990 SNI 03-1969-1990 Hasil Pengujian (gr) (gr) (gr) Halus Kasar Halus Kasar

  Berat Jenis (bulk) 2,5 2,5 2,583 2,594 Berat Jenis Kering 2,56 2,56 2,609 2,604 Permukaan Jenuh Berat Jenis Semu 2,62 2,62 2,651 2,620 (Apparent) Tabel 10. Pemeriksaan Penyerapan Air Material

  Penyerapan Air Penyerapan Air Material Bina Marga 1990 Pengujian

(%) (%)

< 5 Agregat Halus

  0,989 < 2 Agregat Kasar 0,373

  Tabel 11. Pemeriksaan Kadar Air Material Kadar Air Kadar Air Material SNI 03-2834-2000 (%) Pengujian (%)

  Agregat Halus 6,50 6,280 Agregat Kasar 8,80 2,591 Tabel 12. Pemeriksaan Kadar Lumpur Material

  Kadar Lumpur Kadar Lumpur Material SNI T-15-1991-03 (%) Pengujian (%)

  Volume 14 Nomor 1, April 2014 J. Saintis,

  Agregat Halus < 5 0,950 Agregat Kasar < 1 0,823

2. Analisa Beton

  Tabel 13. Komposisi Campuran Beton Proporsi Semen Air Agregat Agregat Adukan (Kg) (Kg) Halus (Kg) Kasar (Kg)

3 Tiap m

  312 195 555,0 1295,0 Tiap benda uji 2,0666 0,9068 3,8706 8,7676 5 benda uji 10,333 4,534 19,353 43,838

  Tabel 14. Nilai Slump Beton.

  Nilai Slump Nilai Slump Rata-rata No. Sampel (mm) (mm) 1.

  Normal

  58

  54 42 51,33 2. 100% Payau

  25

  14 8 15,67 3. 95% Payau

  36

  19 12 22,33 4. 90% Payau

  45

  37 25 35,67 5. 85% Payau

  60

  54 38 50,67 6. 80% Payau

  62

  56 41 53,00

  Tabel 15. Kuat Tekan Beton Rata - rata Air Kuat Tekan Beton Jumlah No Pencampur Rata-rata (Mpa) Sampel

  1 Air Bersih 25.671

  5

  2 Air Payau 100% 27.772

  5

  27.137

  3 Air Payau 95%

  5

  25.232

  4 Air Payau 90%

  5

  5 Air Payau 85% 25.186

  5

  24.725

  6 Air Payau 80%

  5 27,137 Jumlah

  30 25,232 25,186 Tabel 16. Kuat Tekan Beton 24,725 Umur Kuat Tekan (Mpa) Perbedaan Kuat

  27,772

  (hari) Air Bersih Air Payau Tekan (%) 28 25,671 27,772 7,56

  25,671

  J. Saintis, Volume 14 Nomor 1, April 2014

  KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap beton

dengan campuran air bersih dan air payau, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  1. Nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air bersih sebesar 25,671 Mpa, campuran 100% air payau sebesar 27,772 Mpa, campuran 95% air payau ditambah 5% air bersih sebesar 27,137 Mpa, campuran 90% air payau ditambah 10% air bersih sebesar 25,232 Mpa, campuran 85% air payau ditambah 15% air bersih sebesar 25,186 Mpa dan campuran 80% air payau ditambah 20% air bersih sebesar 24,725 Mpa.

  2. Penggunaan air payau sebagai pencampur beton pada beton mutu fc’ 15 Mpa dapat menjadi alternatif sebagai pengganti air bersih pada daerah – daerah yang kesulitan air bersih. Penggunaan air payau sebagai pencampur beton boleh digunakan pada beton non struktural (beton yang tidak memakai tulangan baja).

DAFTAR PUSTAKA

  Apriani, 2013, Penurunan Salinitas Air Payau dengan Menggunakan Resin Penukar Ion, Skripsi, Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional, Jawa Timur

  ASTM C125 (Standard Definition of Terms Relating to Concrete and Technology) ACI 318 (American Concrete Institute) Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen), Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Beton, Pusjatan - Balitbang PU Dipohusodo I., 1991, Struktur Beton Bertulang, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,

  Jakarta Kusumahati, 1998, Studi Kemampuan Resin Kation Na + dan H + Sebagai Media Penukar Ion Untuk

  Menurunkan Kandungan Tembaga, Skripsi, Teknik Lingkungan ITS, Surabaya Mansyur, 2013, Pencampuran Beton dengan Menggunakan Air Laut, Thesis, Pascasarjana Universitas

  Hasanuddin, Makassar Mulyono T, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta Murdock L.J, dan Brook K.M, 1986, Bahan dan Praktek Beton, edisi keempat Erlangga, Jakarta Nawy G. dan Edward., 1990, Beton Bertulang, Penerbit PT. Eresco Bandung Otsuki N., Furuya

  D., Saito T. and Todokoro Y, 2011, Possibility of Sea

  Water as Mixing Water in Concrete, 36th Conference on Our World in Concrete & Structures, Singapore

  PBI, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat Jenderal Cipta Karya SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Standarisasi

  Nasional (BSN) SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta Version),

  Badan Standarisasi Nasional (BSN) Subakti, 1999, Teknologi Beton Dalam Praktek, ITS November, Surabaya Tjokrodimulyo, 1992, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta Unit Laboratorium Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Riau, 2011, Pedoman Praktikum Teknologi Bahan dan Beton.

  Utama P, 2010, Pengaruh Perendaman Beton Pc I PT. Semen Padang Dalam Air Laut dan Air Tawar Terhadap Sifat Kuat Tekan, Skripsi, Sarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang