Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Kinerja dengan Locus of Control Sebagai Variabel Intervening pada Pegawai RSUD Pariaman
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Kinerja dengan Locus of Control Sebagai Variabel Intervening pada Pegawai RSUD Pariaman
Oleh :
Firdaus¹, Zaitul 2 , Rika ²
¹Mahasiswa Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Dosen Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta E-mail : fdaus468@yahoo.co.id
ABSTRACT
One of the most extensively research concepts in the field of human resources development is job performance. there are many researches done by using the job performance. However, little has been focused on the nurse performance. Therefore, this study aims to investigate the role of locus of control as mediating the relationhsip between leadership style, work’s ethic and job performance among nurses at the local government hospital in Pariaman, West Sumatra. This study use 136 nurses as respodents and by using the Structural Equation Model (SEM), we find that there is a positive relationship between leadership style and work ethic with the locus of control and job performance. In addition, locus of control also has a positive significant effect on the job performance. However, there is no role of locus of control that mediated the relationship between learship style and work ethic on job performance.
Keywords: leadership style, work ethic locus of control and performance
I. Latar belakang
dokter, perawat dan petugas lainnya sangat diperlukan terutama pada kasus-kasus
RSUD Pariaman adalah rumah sakit
tersebut tentunya Tipe C dan merupakan rumah sakit daerah
emergensi.
Hal
membutuhkan kesiapan, kehandalan dan rujukan dari puskesmas-puskesmas di wilayah kedisipilinan karyawan yang tinggi agar kerja kota Pariaman dan kabupaten Padang
mute pelayanan pasien dapat dijaga dan Pariaman. RSUD Pariaman ini memiliki tujuh
ditingkatkan. Untuk mencapai sasaran yang ruangan rawat inap yaitu, ruangan interne,
diinginkan, rumah sakit menuntut pegawai neurologi, obstetri, mata, anak, paviliun dan
untuk memberikan pelayanan yang prima bidan dengan total tempat tidur berjumlah 103 melalui kemampuan dan profesional kerja tempat tidur. Sebagai rumah sakit dan
dengan standar kesehatan, baik secara kualitas organisasi pelayanan kesehatan masyarakat
maupun secara kuantitas. Kemampuan RSUD Pariaman
berfungsi
melayani
memberikan pelayanan ini sangat bergantung masyarakat secara luas dalam bentuk jasa,
pada kinerja yang akan dihasilkan oleh dimana pelayanan yang diberikan merupakan
pegawai.
bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu pasien dan keluarga dalam
Wirawan (2009), kinerja adalah pemulihan dan peningkatan kemampuan diri
keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi melalui tindakan pemenuhan kebutuhan
atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau pasien
profesi dalam waktu tertentu. Beberapa berkesenambungan sampai pasien dinyatakan
indikator untuk mengetahui efisiensi dari sehat. Rumah Sakit ini juga institusi
mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit pelayanan kesehatan yang melayani pasien
antara lain: pemamfaatan tempat tidur, selama 24 jam baik pasien rawat jalan
pemamfaatan tenaga, dan pemanfaatan maupun pasien rawat inap. Pasien
penunjang medis. Menurut Sabarguna (2004), membutuhkan pelayanan dan pengawasan
dari beberapa indikator tersebut yang mudah secara terus menerus dan berkesinambungan
dilihat dan diketahui hasilnya adalah angka sehingga keberadaan pegawai, terutama
BOR (bed occupancy rate) dan LOS (length BOR (bed occupancy rate) dan LOS (length
70-80% dan nilai LOS 6-9 hari (Sabarguna, gambaran mutu pelayanan atau kinerja
2004). Berikut gambaran kinerja pegawai dengan nilai standar yang seharusnya dicapai
terkait mutu pelayanan pada Tabel 1 :
Tabel. 1 Nilai BOR (Bed Occupancy Rate) dan LOS (Length of Stay) RSUD Pariaman Periode 2009 s/d 2012
1 BOR (Bed Occupancy Rate) 83,87% 62,38% 65,04% 68,15%,
2 LOS (Length of Stay)
Sumber : RSUD Pariaman Tahun 2012
Dari Tabel 1 di atas, persentase BOR di pemerintah untuk melaksanakan akreditasi RSUD Pariaman tahun 2009 yaitu 83,87%
rumah sakit. Survei awal yang peneliti dengan nilai LOS rata-rata sebesar 5 hari,
lakukan pada RSUD Pariaman, faktor-faktor sedangkan tahun 2010 persentase BOR yaitu
yang menjadi pasien tidak ingin kembali 62,38% dengan nilai LOS rata-rata sebesar 4
dirawat di Rumah Sakit adalah adanya hari, sementara pada tahun 2011 terjadi
dimensi mutu pelayanan yang tidak dapat kenaikan BOR sebesar 65.04% dengan nilai
dipenuhi oleh pegawai rumah sakit seperti LOS rata-rata sebesar 4 hari dan pada Tahun
dokter, perawat dan petugas kesehatan yang 2012 juga terjadi kenaikan yang relatif rendah
lain.
yaitu dengan BOR sebesar 68.15% dengan Adapun dimensi yang masih belum nilai LOS rata-rata sebesar 4. Melihat terpenuhi adalah, dimensi reliability dan
kecendrungan penurunan dan kenaikan yang dimensi responsiveness, seperti masih ada
tidak signifikan nilai BOR dan LOS RSUD dokter menjawab pertanyaan pasien dengan
Pariaman ini, mengindikasikan bahwa terburu-buru akibat banyaknya tugas dokter di
kualitas dan kuantitas dari pelayanan RSUD luar Rumah Sakit, dokter juga masih ada yang Pariaman masih tergolong rendah jika datang merawat pasien dengan tidak tepat
dibandingkan dengan standar kedua nilai waktu, masih ada diagnosa dokter yang
rasio diatas,( Sabarguna, 2004). Salah satu kurang akurat. Kemudian masih ada perawat
penyebab rendahnya BOR adalah pasien yang yang kurang ramah terutama memberi
pernah dirawat merasa kurang puas kemudian jawaban atas pertanyaan pasien. Selain itu memutuskan tidak akan menggunakan jasa masih ditemukan sebagian pegawai masih
pelayanan rumah sakit lagi baik bagi dirinya belum optimal dalam hal kualitas kerja yang
maupun keluarganya atau mereka juga dihasilkan dalam melaksanakan tugas dan
mengeluhkan ketidakpuasannya kepada orang fungsinya dimana terlihat masih ada
lain yang akhirnya membentuk persepsi pekerjaan yang tidak diselesaikan tepat kurang baik. waktu, hal ini disebabkan rendahnya
Fenomena pelayanan kesehatan di kemampuan pegawai dalam melaksanakan masyarakat mengatakan bahwa pelayanan
dan menyelesaikan pekerjaan secara kuantitas rumah sakit di luar negeri lebih baik,
dan hanya mampu mengerjakan tugas-tugas didukung dengan peralatan canggih, dokter
utama atau pokok saja.
bekerja lebih professional dan pasien bisa Penelitian terdahulu tentang kinerja
puas berkomunikasi dengan dokter. Ini cukup
dilakukan diantaranya memprihatinkan karena aksi ke tidak
telah
banyak
Tampubolon (2007), Fadli (2004), Haryanto percayaan timbul pada dokter dalam negeri,
(2007), Aryo. (2011), Emiral. (2012), Wiriani, sehingga tanpa ragu mereka berobat ke luar
dkk (2009), Ayudiati (2010), Wulandari negeri (Yanmed, 2010). Fenomena ini (2009), dan Julianigtyas (2012). Keseluruhan merupakan faktor mendasar yang mendorong dkk (2009), Ayudiati (2010), Wulandari negeri (Yanmed, 2010). Fenomena ini (2009), dan Julianigtyas (2012). Keseluruhan merupakan faktor mendasar yang mendorong
kinerja pegawai.
variable yang berbeda, sementara penelitian Menurut Robbins (2003), locus of
tentang kinerja pegawai yang meliputi dokter, control merupakan tingkatan dimana seorang bidan, perawat, tenaga medis lainnya dan individu berharap bahwa reinforcement atau
pegawai administrasi dan keuangan di rumah hasil dari perilaku mereka tergantung pada
sakit sangat terbatas. Untuk itu penelitian ini perilaku mereka sendiri atau karakteristik
mencoba meneliti kinerja pegawai di RSUD personal mereka. Mereka yang yakin dapat
Pariaman. Berawal dari fenomena dan mengendalikan tujuan mereka dikatakan permasalahan ini, Penulis tertarik meneliti memiliki internal locus of control, dan
faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja cenderung menghubungkan hasil atau
pegawai RSUD Pariaman. Penulis menduga outcome dengan usaha-usaha mereka atau
bahwa faktor yang dominan mempengaruhi mereka percaya bahwa kejadian-kejadian
tinggi rendahnya kinerja pegawai RSUD adalah di bawah pengendalian atau kontrol Pariaman adalah gaya kepemimpinan, etos mereka serta mereka berkomitmen terhadap
kerja dan locus of control. pencapaian kinerja yang dan tujuan organisasi
Bass dan Avilio (1990) dalam Melayu yang lebih besar. Sedangkan yang (2000), menyatakan bahwa kualitas dari
memandang hidup mereka dikendalikan oleh pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor
kekuatan pihak luar disebut memiliki external terpenting yang menentukan keberhasilan
locus of control. Individu ini percaya bahwa atau kegagalan organisasi. Hal
mereka tidak dapat mengontrol kejadian- menunjukkan bahwa pimpinan mempunyai
ini
kejadian dan hasil atau outcome (Donnelly et pengaruh besar terhadap keberhasilan
al , 2003).
organisasi. Pemimpin harus fleksibel dalam
permasalahan yang pemahaman segala potensi yang dimiliki oleh dikemukakan di atas, dapat dirumuskan individu dan berbagai permasalahan yang masalah penelitian pada pegawai RSUD dihadapi individu dalam penerapan gaya Pariaman sebagai berikut : kepemimpinan
Berdasarkan
1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan mendukung pelaksanaan pekerjaan. Gaya
terhadap kinerja ?
2. Bagaimana pengaruh etos kerja terhadap produktivitas kerja pegawai yang optimal dan
kepemimpinan diharapkan dapat menciptakan
kinerja ?
akhirnya dapat menciptakan kinerja yang
3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan tinggi dalam mencapai tujuan organisasi.
terhadap locus of control ? Etos kerja adalah seperangkat perilaku
4. Bagaimana pengaruh etos kerja terhadap kerja positif yang berakar pada kerjasama
locus of control ?
yang kental, keyakinan yang fundamental,
5. Bagaimana pengaruh locus of control disertai komitmen yang total pada paradigma
terhadap kinerja ?
kerja yang integral. Menurut Ismail (2007),
6. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan etos kerja adalah suatu sikap jiwa seseorang
terhadap kinerja melalui variabel locus of untuk melaksanakan pekerjaan dengan jiwa
control ?
7. Bagaimana pengaruh etos terhadap kinerja etos kerja yang baik akan memiliki
yang penuh. Seorang pegawai yang memiliki
melalui variabel locus of control ? profesional,
bermoral,
kreatifitas,
II. Landasan Teori
bertanggung jawab serta berkinerja tinggi sehingga mempunyai kemampuan dan
Dalam bahasa inggris kinerja adalah persepsi yang tepat terhadap pekerjaannya
performance yang berarti prestasi. Dengan demi kinerja yang akan dicapai. Sinamo
demikian kinerja merupakan prestasi kerja (2002),
seorang pegawai atau kinerja merupakan keterkaitan antara etos kerja dengan kinerja.
perwujudan kerja yang dilakukan oleh Hal ini menunjukan bahwa etos kerja
pegawai yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap pegawai atau organisasi. Wibowo (2010), kinerja merupakan suatu pegawai yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap pegawai atau organisasi. Wibowo (2010), kinerja merupakan suatu
struktur organisasi dan kondisi lingungan berlangsung untuk mencapai hasil kerja.
bagaimana
pekerjaan
internal dan eksternal organisasi. Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2009),
6. Desain Kerja, merupakan spesifikasi dari kinerja adalah perilaku nyata yang
isi, metode, dan hubungan pekerjaan. ditampilkan setiap orang sebagai prestasi
bagaimana suatu kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
7. Fungsionalisasi,
organisasi berfungsi merupakan faktor dengan peranannya dalam perusahaan.
kontekstual yang secara langsung Sementara Mangkunegara (2006), kinerja
mempengaruhi proses desain dan operasi adalah hasil kerja secara kualitas dan
manajemen kinerja.
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
8. Budaya, merupakan perekat yang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
organisasi dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
mempersatukan
manajemen kinerja.
Berdasarkan pengertian di atas dapat
9. Kerja Sama, suatu organisasi berbasis tim, disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah
pencapaian kinerja organisasi sangat suatu proses kerja baik secara kualitas
ditentukan oleh kinerja tim yang terdiri maupun kuantitas yang mana hasil kerja
dari sekelompok orang dengan latar tersebut sesuai dengan standar dan kriteria
belakang budaya yang berbeda dan yang ditentukan dan tepat waktu serta dapat
kopetensinya bervariasi diukur.
Konsep tentang Locus of control (pusat Menurut Wibowo (2010), terdapat
kendali) pertama kali dikemukakan oleh beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
Rotter (1996), dalam Robbins (2003), suatu organisasi mempunyai kinerja yang
menyatakan bahwa Locus of control baik, yaitu menyangkut tentang maksud dan
merupakan salah satu variabel kepribadian nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen
(personality), yang didefinisikan sebagai sumberdaya
keyakinan individu terhadap mampu tidaknya organisasi, konteks organisasi, desain kerja,
manusia,
pengembangan
mengontrol nasib (destiny) sendiri. Mathis fungsionalisasi, budaya, dan kerja sama.
dan Jackson (2006), mendefinisikan locus of control sebagai cara pandang seseorang
1. Pernyataan tentang maksud dan nilai, atau terhadap kejadian yang ia alami. Seorang
Statement purpose
didefenisikan
pegawai mungkin memandang yang terjadi bagaimana organisasi diatur untuk
pada dirinya merupakan kejadian di luar melakukan sesuatu sehingga lebih bersifat
kendalinya atau sudah merupakan nasib. outcome orinted atau berorientasi kepada
Pegawai lain mungkin berfikir sebaliknya, manfaat, yaitu tentang apa yang harus
yaitu memandang kejadian sebagai sesuatu dicapai dan perilaku yang diharapkan. yang dapat ia kontrol atau ia kendalikan.
2. Manajemen Strategis,
merupakan
Luthans (2006), menyatakan bahwa dengan serangkaian keputusan dan tindakan yang
menggunakan locus of control, perilaku kerja berakibat
bisa dijelaskan melalui penilaian pegawai implementasi dari strategi, yang dirancang
terhadap hasil mereka saat dikontrol secara untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Manajemen Sumber daya manusia, diperlukan harmonisasia kriteria dan
internal atau eksternal.
Individu yang memiliki keyakinan persyaratan bagi semua staf, dan staf
bahwa nasib atau event-event dalam harus mendapatkan informasi tentang
kehidupannya berada dibawah kontrol kinerja dan prospek organisasi.
dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki
4. Pengembangan organisasi, berkepentingan internal locus of control . Sementara individu dengan perencanaan dan implementasi
keyakinan bahwa program
yang
memiliki
lingkunganlah yang mempunyai kontrol memperbaiki efektifitas.
terhadap nasib atau event-event yang terjadi
5. Konteks Organisasi, didalam kinerja suatu dalam kehidupannya dikatakan individu organisasi dipengaruhi secara langsung
tersebut memiliki external locus of control. oleh rencana dan tindakan manajerial,
Teori locus of control menggolongkan Teori locus of control menggolongkan
perilaku para anggota organisasi bawahannya. (2001), menyatakan bahwa locus of control
Kepemimpinan yang efektif itu secara ringkas baik internal maupun eksternal merupakan
menggambarkan pola kerja yang ditunjang tingkatan dimana seorang individu berharap
oleh kebersamaan, persahabatan, keterbukaan, bahwa reinfocement atau hasil dari perilaku
senang menyelesaikan masalah, tidak mereka tergantung pada perilaku mereka
membiarkan masalah itu berkembang. Sifat sendiri atau karakteristik personal mereka.
kepemimpinan seperti itu menunjukkan gaya Mereka yang yakin dapat mengendalikan
kepemimpinan yang berlandaskan tidak pada tujuan mereka dikatakan memiliki internal
kekuasaan, tetapi lebih dititikberatkan kepada locus of control , sedangkan yang memandang
kepemimpinan yang partisipatif, profesional hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan
dan komunikatif. Dari pembahasan di atas pihak luar disebut memiliki external locus of
bahwa gaya control.
dapat
disimpulkan,
kepemimpinan itu adalah seseorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan
Konsep tentang locus of control yang sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak
dikembang Rotter (1996), dalam Robbins
lahir),
(2003), memiliki empat konsep dasar, yaitu : a). Potensi perilaku yaitu setiap kemungkinan
Perilaku untuk yang secara relatif muncul pada situasi
Menurut
Teori
menentukan faktor-faktor yang menentukan tertentu, berkaitan dengan hasil yang
perilaku atau gaya kepemimpinan pada diinginkan dalam kehidupan seseorang, b).
hakekatnya berhubungan dengan gaya Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari
pemimpin tersebut berhubungan dengan berbagai kejadian yang akan muncul dan
bawahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dialami oleh seseorang, c). Nilai unsur
kepemimpinan menurut Davis (2000) penguat adalah pilihan terhadap berbagai
menyimpulkan ada empat faktor yang kemungkinan penguatan atas hasil dari
kepemimpinan dalam beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang
mempengaruhi
organisasi, yaitu :
dapat muncul pada situasi serupa, d). Suasana
a) Kecerdasan : seorang pemimpin harus psikologis, adalah bentuk rangsangan baik
mempunyai kecerdasan yang melebihi secara internal maupun eksternal yang
para anggotanya .
diterima seseorang pada suatu saat tertentu,
b) Kematangan dan keluasan social (Social yang meningkatkan atau menurunkan harapan
manutary and breadth ) : seorang terhadap munculnya hasil yang sangat
pemimpin biasanya memiliki emosi yang diharapkan.
stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang cukup matang.
mempengaruhi kegiatan kelompok dalam Motivasi dalam dan dorongan prestasi
(Inner motivation and achievement drives) upaya menyusun dan mencapai tujuan.
: dalam diri seorang pemimpin harus Kepemimpinan dianggap sebagai suatu usaha
mempunyai motivasi dan dorongan untuk untuk mempengaruhi perilaku orang lain mencapai suatu tujuan untuk berbagai alasan dan mempengaruhi
budaya organisasi untuk mencapai tujuan Hubungan manusiawi : pemimpin harus
d)
bisa mengenali dan menghargai para individu, pertemanan maupun organisasi.
anggotanya
Menurut Robbins (2003) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
Dalam bahasa Inggris ethos diartikan suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
sebagai watak atau semangat fundamental Winardi (2001), kepemimpinan adalah
suatu budaya, berbagai ungkapan yang kegiatan mempengaruhi orang-orang agar
menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan
perilaku suatu kelompok masyarakat. Jadi kelompok.
etos kerja berkaitan erat dengan budaya kerja. kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang
Chong dan Tai dalam Wirawan (2009), dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam
bahwa etos kerja mengenai ide yang bahwa etos kerja mengenai ide yang
d. Kerja adalah aktualisasi, dapat diartikan independensi dan pengaruh positif bekerja
atau
setiap pekerja dalam bekerja harus penuh terhadap individu. Chong dan Tai dalam
semangat.
Wirawan (2009), bahwa etos kerja mengenai
e. Kerja adalah Ibadah, dapat diartikan setiap ide yang menekankan individualisme atau
pekerja harus serius dan penuh independensi dan pengaruh positif bekerja
kecintaansehingga bernialai ibadah terhadap individu. Sedarmayanti (2007), etos
f. Kerja adalah seni, setiap pekerja harus atau aslinya ethos adalah berasal dari bahasa
kreatif dengan penuh kreativitas. Yunani yang merupakan asal kata “etika’’.
g. Kerja adalah kehormatan, bekerja harus Etos artinya watak kesusilaan atau adat.
tekun penuh keunggulan. Dengan demikian etos merupakan suatu tata
h. Kerja adalah pelayanan, dapat diartikan nilai yang diyakini, yang menjadi aturan
bahwa setiap pekerja harus bekerja paling hidup atau (sila) yang lebih baik. Etos kerja
sempurna dan penuh kerendahan hati. dengan demikian dapat dijabarkan sebagai
Berdasarkan latar belakang dan tata nilai yang diyakini, yang menjadi landasan teori yang ada dapat dirumuskan landasan semangat kerja untuk mendapatkan beberapa hipotesis sebagai berikut : hasil perikehidupan yang lebih baik. Sinamo
(2005), menyatakan bahwa etos kerja adalah
kepemimpinan berpengaruh seperangkat perilaku kerja positif yang
1. Gaya
signifikan terhadap kinerja pegawai berakar pada kerjasama yang kental,
RSUD Pariaman.
keyakinan yang fundamental, disertai
2. Etos kerja berpengaruh signifikan komitmen yang total pada paradigma kerja
terhadap kinerja pegawai RSUD Pariaman yang integral.
3. Gaya
Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Locus Of Control
Sinamo ( 2005 ) Berpendapat bahwa pegawai RSUD Pariaman ada delapan faktor untuk memiliki etos kerja
4. Etos Kerja berpengaruh signifikan yang baik, yakni:
a. Pekerja sudah berperinsip bahwa kerja
terhadap Locus Of Control pegawai
RSUD Pariaman
adalah rahmat, disini dapat diartikan
5. Locus of control berpengaruh signifikan bahwapekerjaannya itu tulus penuh syukur
terhadap kinerja pegawai RSUD Pariaman dan ikhlas,
6. Gaya
b. Kerja adalah amanah, disini dapat pula di signifikan terhadap kinerja melalui Locus
kepemimpinan berpengaruh
pahami bahwa
seorang
pegawai
of control pada pegawai RSUD Pariaman dalammelakukan pekerjaannya sudah
7. Etos kerja berpengaruh signifikan penuh dengan tanggung jawab.
c. Kerja adalah panggilan, dapat diartikan pada pegawai RSUD Pariaman
terhadap kinerja melalui Locus of control
seorang pekerja harus bekerja tuntas penuh integritasi.
Secara skematis kerangka konseptual penelitian digambarkan di bawah ini :
III. Metode Penelitian
Populasi dan objek penelitian ini adalah seluruh pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
a. Populasi dan Sampel (RSUD) Pariaman yang berjumlah sebanyak
205 orang dengan klasifikasi pendidikan sebagai berikut pada Tabel 2: Tabel. 2
Populasi Penelitian
Sumber : RSUD Pariaman Tahun 2012 .
Dalam penelitian ini pengambilan seperti yang dipersepsikan oleh para sampel dilakukan dengan teknik cluster
Penilaian gaya proportional random sampling . Dengan
pegawai.
kepemimpinan pada penelitian ini, teknik ini memberi peluang yang sama semua
diukur dengan kuisioner yang anggota untuk menjadi anggota sampel
dikembangkan Behling, Orlando dan representatif. Teknik penentuan besarnya
James M, McFillen (1996) dalam sampel untuk anggota dalam penelitian ini
Mas’ud (2004), dengan indikator a). menggunakan rumus Slovin dalam (Umar
menunjukkan empati, b). menjelaskan 2009). Dari pendekatan rumus ini diperoleh
menarik, c). jumlah sampel sebesar 136 orang Pegawai
misi
dengan
keyakinan, d). RSUD Pariaman.
menunjukkan
meningkatkan image dan e). memberi peluang untuk sukses
b. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
4) Etos Kerja (X 2 )
1) Kinerja Pegawai (Y)
Etos kerja yang dimaksud pada Kinerja pegawai yang dimaksud pada
adalah konsep penelitian ini merupakan hasil akhir
penelitian
ini
memandang pengabdian atau dedikasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai terhadap pekerjaan sebagai pegawai dalam melaksanakan tugas
nilai yang sangat berharga. Indikator pokok dan fungsinya. Indikator
etos kerja pada penelitian diukur kinerja pada penelitian ini diambil dari
dengan menggunakan kuisioner yang kuisioner Onne (2001), dalam Masud
dikembangkan oleh Yuosef (2000), (2004), dengan indikator a). kualitas
dalam Primadona (2011), dengan kerja, b). kuantitas kerja dan c).
indikator a). bersikap adil, b). efisiensi pelaksanaan tugas
efektivitas waktu, c). keinginan
2) Locus Of Control (Z)
memberikan lebih dari sekedar yang Locus of control yang maksud adalah
disyaratkan, dan d). mau bekerja cara pandang terhadap kejadian yang
sama, hormat terhadap rekan kerja ia alami dalam
melaksanakan
c.
Teknik Analisis Data
pekerjaannya. Indikator
variabel
Locus of control pada penelitian ini Analisis data dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan kuisioner
menggunakan model persamaan struktural yang dikembangkan Johnson dan
(Structural Equation Modeling atau disingkat McGill (1988), dalam Masud (2004)
SEM) yang dibantu dengan program aplikasi dengan indikator a). Locus of control
AMOS 16. Penggunaan model persamaan internal dan b). Locus of control
structural/ SEM dalam penelitian ini karena eksternal model penelitian yang diusulkan bersifat
simultan, atau modelnya memiliki lebih dari Gaya kepemimpinan yang dimaksud
3) Gaya Kepemimpinan (X 1 )
satu variabel dependen yang dijelaskan oleh dalam penelitian ini adalah pola
satu atau beberapa variabel dependen lain tindakan pemimpin secara keseluruhan
yang dapat juga berperan sebagai variabel yang dapat juga berperan sebagai variabel
sudah memenuhi convergent validity ≥ 0.6 Analisis ini merupakan teknik Multivariate
(Ghazali, 2008). Reliabilitas adalah ukuran yang mengkombinasikan aspek regresi
indikator-indikator berganda dan analisis faktor untuk
konsistensi
internal
sebuah variabel bentukan yang menunjukan mengestimasi
derajat sampai dimana masing-masing tergantung secara simultan Hair el al (1998)
serangkaian
hubungan
indikator itu mengindikasikan sebuah variabel dalam Vebyana (2003). Teknik analisis data
bentukan yang umum (Ghazali, 2008). diawali dengan pengujian instrumen yang
Terdapat dua cara yang dapat digunakan meliputi pengujian validitas dan reliabilitas.
yaitu, Composite (construct) Reliability dan Penguji validitas bertujuan untuk mengetahui
Variance Extracted, cut of value dari seberapa baik suatu instrument atau variable
Composite (construct) reliability adalah indikator mengukur konsep yang seharusnya
minimal 0.7 dan cut of value dari Variance diukur dan mengetahui seberapa baik tingkat
extracted adalah minimal 0,5. Berikut ini kevalidan item-item pertanyaan-pertanyaan
disajikan beberapa index kesesuain dan cut of dalam
value untuk digunakan dalam menguji apakah Confirmatory Factor Analysis (CFA). Untuk
sebuah model dapat diterima atau ditolak : menentukan sebuah instrument bernilai valid,
Tabel. 3 Populasi Penelitian
IV. Pembahasan
dan golongan kerja responden. Berikut karakteristik responden yang menjadi sampel
a) Karakteristik Responden
pada penelitian ini yang disajikan pada Tabel Merupakan gambaran umum atau
: karakteristik responden yang diukur melalui
jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja
Tabel. 4 Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Tabel. 4 diatas, hasil validitas dan Uji reliabilitas, uji validitas pengujian pada Tabel di atas dapat
dilakukan dengan metode Confirmatory dsimpulkan sebagian besar pegawai RSUD
Factor Analysis (CFA). Suatu instrumen atau Pariaman yang menjadi sampel penelitian ini
indikator dikatakan bernilai valid, apabila mempunyai jenis kelamin perempuani
memiliki nilai loading factor dengan dengan umur antara 36-40 tahun, dengan
convergent validity ≥ 0.5 (Ghazali, 2008). tingkat pendidikan S1 dengan pengalaman
Untuk Uji reliabilitas meliputi uji Composite kerja antara 11.1-15 Tahun
(construct) Reliability dengan nilai 0,7 dan Variance Extracted, cut of value 0,5. Berikut
b) Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel
ringkasan hasil pengujian untuk semua
Penelitian
: Pengujian Istrumen meliputi pengujian
variabel
Tabel. 5 Pengujian Validitas
Berdasarkan Tabel 5 di atas, diperoleh validity < 0.5 dianggap sebagai item yang item pernyataan yang valid untuk masing-
tidak valid dan harus dikeluarkan dari model masing variable penelitian dimana item
atau data dan tidak diikut sertakan pada penyataan dikatakan valid jika memiliki nilai
pengujian berikutnya. Untuk pengujian estimasi convergent validity ≥ 0.5, sementara
reliabilitas akan ditampilkan pada Tabel 6, untuk item yang memiliki nilai convergent
berikut
ini :
Tabel. 6 Pengujian Reliabilitas
Dari hasil pengujian pada Tabel 6, terlihat nilai Composite (construct) reliabilitas semua konstruk penelitian yang terdiri dari kinerja pegawai
0.773 dan untuk variabel etos kerja (EK) nilai (KP), locus of control (LC), gaya kepemimpinan
variance extracted adalah sebesar 0.803. Hasil ini (GK) dan etos kerja (KK) telah mempunyai nilai
juga menunjukan bahwa seluruh konstruk atau di atas nilai Cut- of pada 0.70, dengan nilai
variabel penelitian telah memiliki item masing-masing 0.874, 0.886, 0.879 dan 0.899.
pernyataam yang handal dan reliable. Temuan ini menyimpulkan bahwa tingkat
c)
Deskripsi Variabel Penelitian
kehandalan atau reliable semua item yang pada
semua konstruk penelitian diatas telah baik. Deskripsi variabel merupakan gambaran Sementara hasil uji reliabilitas menurut variance
seberapa baik keberadaan variabel penelitian extracted, menemukan nilai variance extracted
telah terlaksana pada Pegawai RSUD untuk kinerja pegawai (KP) adalah sebesar 0.848,
Pariaman, yang diukur dengan nilai rerata dan untuk variabel locus of control (LC) nilai
persentase (%) dari perhitungan tingkat
variance extracted adalah sebesar 0.790,
selanjutnya untuk variabel gaya kepemimpinan capaian jawaban responden (TCR) :
(GK) nilai variance extracted adalah sebesar
Tabel. 7 Ringkasan Deskripsi Variabel Penelitian
Berdasarkan temuan pada tabel di atas, 1,96 yang merupakan nilai yang baku pada dapat disimpulkan bahwa kinerja yang
kesalahan menolak data sebesar 0.05, jika dihasilkan pegawai telah baik, hal ini terlihat
nilai t hitung besar dari t tabel pada 1,96 maka dengan dukungan gaya kepemimpinan dan
hipotesis diterima sebaliknya jika nilai t etos kerja yang ada serta telah adanya
hitung kecil dari t tabel pada 1,96 maka keyakinan yang cukup baik dari (locus of
hipotesis ditolak, (Ghazali, 2008). Cara lain control )
untuk menilai diterima atau ditolaknya keberhasilan dalam pencapaian kinerja dan
hipotesis juga dapat dengan melihat nilai ρ dukungan terhadap tujuan organisasi.
dihasilkan dan dibandingkan dengan kesalahan menolak data
(probabilitas)
yang
d) Pembahasan Hipotesis
atau alpha 0,05. Jika nilai ρ ≤ 0.05 maka Untuk mengetahui
hipotesis diterima dan jika nilai ρ ≥ 0.05 ditolaknya hipotesis digunakan nilai cr (crital
diterima atau
maka hipotesis ditolak, (Ghazali, 2008). ratio)
Berikut Model full dan ringkasan hasil membandingkannya dengan t tabel sebesar
atau t
hitung
dengan
pengujian
hipotesis :
Gambar 2. Path Analisys Tabel. 8
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
1) Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
dapat diterima, dengan kata lain Ha diterima
Terhadap Kinerja Pegawai
dan H 0 ditolak, atau dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif yang signifikan gaya
Berdasarkan Tabel 8 di atas, hasil kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada pengujian menemukan nilai koefisien
RSUD Pariaman.
estimate sebesar 0,422 yang merupakan kontribusi variabel ini dalam menjelaskan
temuan ini variabel kinerja pegawai RSUD Pariaman,
Secara
umum
memperlihatkan bahwa gaya kepemimpinan sedangkan nilai critkal rasio (CR) dan
menentukan atau mempengaruhi kinerja signifikan ρ (probabiltas) masing-masing
pegawai dalam bekerja, atau dengan kata lain sebesar 2,280 dan 0,023 dimana kedua nilai
untuk menghasilkan kinerja pegawai yang ini berguna untuk menentukan diterima atau
dukungan gaya ditolaknya hipotesis. Dari hasil perbandingan
baik
diperlukan
kepemimpinan yang tinggi dalam memberi nilai ρ (probabilitas) dengan nilai kesalahan
dorongan terhadap pelaksanaan tugas dan menolak data sebesar 0,05, menunjukan
pekerjaan pegawai, termasuk memberikan bahwa nilai ρ < 0,05 atau 0,023 < 0,05,
bantuan atau solusi atas permasalahan atau sedangkan perbandingan nilai CR yang
kendala yang dihadapi pegawai dalam merupakan nilai t hitung dengan nilai t tabel
ditambahkan gaya pada 1,96 juga menunjukan nilai t hitung > t
bekerja.
Dapat
kepemimpinan yang dimiliki seorang tabel atau 2,280 > 1,96. Dengan demikian
pimpinan sangat diperlukan dan penting dapat disimpulkan hipotesis penelitian ini
dalam memberdayakan seluruh potensi yang dalam memberdayakan seluruh potensi yang
Terhadap Locus Of Control
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan Berdasarkan hasil regression weight
organisasi. Pimpinan dengan g pada Tabel 8, diperoleh nilai koefisien
aya kepemimpinan yang komplek dan estimate atau nilai pengaruh sebesar 0,550 memahami karakteristik seluruh sumberdaya
yang merupakan kemampuan atau kontribusi yang dimiliki baik SDA maupun SDM, akan
kepemimpinan dalam mampu mengola potensi tersebut secara baik
variabel
gaya
menjelaskan atau memebentuk variabel locus melalui perencanaan dan persiapan serta
of control pegawai RSUD Pariaman, pelaksanaan
sementara nilai critkal rasio (CR) dan pengawasan serta keterlibatan secara aktif
sign ifikan ρ (probabiltas) masing-masing pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan
sebesar 2,183 dan 0,029, berguna untuk oleh bawahannya. Sehingga dengan cara dan
menentukan keputusan atau ditolaknya pendekatan ini pelaksanaan kepemimpinan
hipotesis penelitian. Dari hasil perbandingan akan dapat memastikan organisasi dalam
nilai ρ (probabilitas) dengan nilai kesalahan pencapaian tujuannya.
menolak data sebesar 0,05, menunjukan
bahwa nilai ρ < 0,05 atau 0,029 < 0,05,
Pengaruh Etos Kerja Terhadap
sedangkan perbandingan nilai CR yang
Kinerja Pegawai
merupakan nilai t hitung dengan nilai t tabel Dari sajian Tabel 8, hasil pengujian
pada 1,96 juga menunjukan nilai t hitung > t menemukan nilai koefisien estimate sebesar
tabel atau 2,183 > 1,96. Oleh karena itu dapat 0,276 yang merupakan kemampuan atau
dinyatakan bahwa hipotesis penelitian dapat kontribusi variabel etos kerja dalam
ditolak, dengan kata lain Ha diterima dan H 0 menjelaskan variabel kinerja pegawai RSUD
ditolak, atau terdapat pengaruh positif yang Pariaman, sementara nilai critkal rasio (CR)
signifikan gaya kepemimpinan terhadap locus dan signifikan ρ (probabiltas) masing-masing
of control pada RSUD Pariaman. Temuan ini sebesar 2,081 dan 0,037, berguna untuk
bahwa untuk menentukan
juga
mengungkapkan
menumbuhkan keyakinan atau locus of ditolaknya hipotesis penelitian. Hasil
control yang dimiliki pegawai dalam perbandingan nilai ρ (probabilitas) dengan
penangganan tugas dan pekerjaannya nilai kesalahan menolak data sebesar 0,05,
diperlukan kemampuan pimpinan berupa menunjukan bahwa nilai ρ < 0,05 atau 0,037
penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai < 0,05, sedangkan perbandingan nilai CR
atau relevan dengan kebutuhan organisasi. yang merupakan nilai t hitung dengan nilai t
Hal ini diperlukan untuk mengarahkan dan tabel pada 1,96 juga menunjukan nilai t
mengkomunikasikan program-program atau hitung > t tabel atau 2,081 > 1,96. Temuan ini
rencana kerja kepada pegawai sesuai dengan menyimpulkan bahwa hipotesis penelitian
stándar teknis yang telah ada, sehingga dapat ditolak, dengan kata lain Ha ditolak dan
bawahan atau pegawai dapat menentukan
H 0 ditolak, atau terdapat pengaruh positif metode atau strategi pelaksanaan kerja yang yang signifikan etos kerja terhadap kinerja
terbaik guna menentukan tingakt keberhasilan pegawai pada RSUD Pariaman. Temuan ini
dan pencapaian kinerja yang akan diraih. dapat dikatakan bahwa etos kerja merupakan
Pengaruh Etos Kerja Terhadap Locus Of Control
faktor yang penting dan menentukan
produktifitas kerja pegawai untuk mau secara sukarela bekerja sesuai dengan keinginan
Dari hasil regression weight pada Tabel organisasi dalam menghasilkan kinerja yang
8 di atas, diperoleh nilai koefisien estimate diharapkan, dengan kata lain etos kerja
atau nilai pengaruh sebesar 0,394 yang merupakan bentuk pengabdian dan atau
merupakan kemampuan atau kontribusi komitmen pegawai dalam
variabel etos kerja dalam menjelaskan atau tanggung jawabnya dalam menyelesaikan
memenuhi
membentuk variabel locus of control pegawai semua
RSUD Pariaman, sedangkan nilai critkal organisasi guna mencapai tujuannya.
rasio (CR) dan signifikan ρ (probabiltas) masing-masing sebesar 2,090 dan 0,037,
3) Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepemimpinan
Dari hasil perbandingan nilai ρ (probabilitas) perbandingan nilai ρ (probabilitas) dengan
dengan nilai kesalahan menolak data sebesar nilai kesalahan menolak data sebesar 0,05,
0,05, me nunjukan bahwa nilai ρ < 0,05 atau menunju kan bahwa nilai ρ < 0,05 atau 0,037
0,007 < 0,05, sementara perbandingan nilai < 0,05, sementara perbandingan nilai CR
CR yang merupakan nilai t hitung dengan yang merupakan nilai t hitung dengan nilai t
nilai t tabel pada 1,96 juga menunjukan nilai t tabel pada 1,96 juga menunjukan nilai t
hitung > t tabel atau 2,701 > 1,96. Hal ini hitung > t tabel atau 2,090 > 1,96. Dengan
menunjukan bahwa hipotesis ini dapat demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis
ditolak, atau Ha ditolak dan H 0 ditolak, atau ini dapat ditolak, atau Ha ditolak dan H 0 terdapat pengaruh positif yang signifikan ditolak, atau terdapat pengaruh positif yang
locus of control terhadap kinerja pegawai signifikan etos kerja terhadap locus of control
pada RSUD Pariaman.
pada RSUD Pariaman. Hal ini dapat diartikan bahwa locus of
Dari temuan diatas dapat disimpulkan control merupakan bagian yang penting yang bahwa faktor etos kerja atau semagat kerja
dapat dikelola oleh organisasi agar dapat yang dimiliki seorang pegawai memiliki
meningkatkan motivasi atau keyakinan kontribusi yang baik terhadap tingkat
pegawai dalam bekerja guna mencapai kinerja keyakinan
yang telah ditentukan oleh pimpinan. Dengan menentukan keberhasilan atau prestasi kerja
kata lain organisasi yang peduli terhadap yang hendak dicapainya. Dengan kata lain
locus of control pegawainya akan berupaya etos kerja mampu memberikan dukungan
untuk member dukungan terhadap factor- yang
faktor yang mungkin dapat mempengaruhi kemampuan dan keyakinan pegawai dalam
positif terhadap
peningkatan
peningkatan locus of control. Sehingga memberdayakan potensi yang dimilikinya
dengan jalan ini organisasi akan dapat guna
mengendalikan seluruh potensi yang dimiliki keberhasilan atau keefektifan pencapaian
oleh organiasi baik SDM maupun manajemen prestasi kerja yang hendak dicapai.
guna memaksimalkan pencapaian kinerja pegawai dan pencapaian tujuan organisasi
5) Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
yang lebih tinggi.
Terhadap Kinerja Pegawai
Pengaruh Tidak langsung Kepuasan kerja
Hasil regression weight pada Tabel 8 di
dan
Kepuasan Keluarga
atas, memperlihatkan nilai koefisien estimate
Terhadap
Pengembangan Karir
atau nilai pengaruh sebesar 0,191 yang
Melalui Prestasi Kerja
merupakan kemampuan atau kontribusi variabel locus of control dalam menjelaskan
Untuk memahami kedua hipotesis 6 dan atau membentuk variabel kinerja pegawai
7, berikut ini ilustrasi yang nantinya dapat pada RSUD Pariaman, sedangkan nilai critkal
menghitung perbandingan antara pengaruh rasio (CR) dan signifikan ρ (probabiltas)
langsung dengan pengaruh tidak langsung masing-masing sebesar 2,701 dan 0,007,
dari kedua hipotesis ini, sebagai berikut : berguna untuk menentukan keputusan
a) Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
Locus Of Control
Terhadap Kinerja Pegawai Melalui
Untuk menghitung berapa besarnya nilai of control serta pengaruh langsung locus of pengaruh tidak langsung dapat diperhatikan
control terhadap kinerja pegawai. Berikut nilai koefisien pengaruh langsung (direct
gambaran nilai pengaruh (estimasi) dari effect ) yaitu pengaruh gaya kepemimpinan
ketiga pengaruh yang nantinya akan terhadap kinerja pegawai dan pengaruh
menjelaskan perhitungan pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan terhadap locus
langsung melalui variabel intervening. Tabel. 9
Regresion Weights Full Model Hipotesis –6
Dari perhitungan pada Tabel 9, penilaian pengaruh tidak langsung (indirect effect) gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
hipotesis ditolak, begitu juga sebaliknya. melalui locus of control dapat dianalisa,
Berdasarkan data pada Tabel 8 di atas apabila variabel gaya kepemimpinan secara
diketahui, nilai pengaruh langsung pengaruh langsung mempengaruhi variable kinerja
gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pegawai maka nilai koefisien estimate
menunjukkan hipotesis ditolak, sementara pengaruh yang ada adalah sebesar 0,422,
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap locus sedangkan apabila melalui pengaruh tidak
of control juga hipotesisnya ditolak dan langsung atau pengaruh gaya kepemimpinan
pengaruh locus of control terhadap kinerja terhadap kinerja pegawai melalui locus of
pegawai juga terlihat hipotesisnya diterima control maka nilai koefisien estimasi total
atau dengan nilai probabilitas masing-masing yang diperoleh adalah sebesar 0,527. Untuk
0.023, 0,029 dan 0.007 < 0.05. itu dapat disimpulkan terdapat peningkatan
b) Pengaruh
Gaya
Kepemimpinan
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
Terhadap Kinerja Pegawai Melalui
kinerja pegawai melalui locus of control, atau
Locus Of Control
dapat dikatakan bahwa variable locus of control mampu menjalankan fungsinya dalam
Untuk megnetahui dan mendapatkan nilai meningkatkan atau memediasi pengaruh gaya
pengaruh tidak langsung dapat diperhatikan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada
nilai koefisien pengaruh langsung (direct RSUD Pariaman.
effect ) yaitu pengaruh etos kerja terhadap kinerja pegawai dan pengaruh langsung etos
Selanjutnya untuk menentukan diterima kerja terhadap locus of control serta pengaruh
atau ditolaknya hipotesis ini maka, dapat langsung locus of control terhadap kinerja digunakan nilai probabilitas ketiga variabel pegawai. Berikut gambaran nilai pengaruh
yang terkait dalam pengaruh tidak langsung (estimasi) dari ketiga pengaruh yang nantinya
pada Tabel 4.46 di atas, jika ketiga nilai akan menjelaskan perhitungan pengaruh tidak
probabilitas ketiga pengaruh langsung diatas langsung dari hipotesis ini.
memiliki nilai signifikan atau p < 0.05 maka
Tabel. 10 Regresion Weights Full Model Hipotesis –7
2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan kedua nilai estimate pada Tabel 10, penilaian
Dari perhitungan dan perbandingan
etos kerja terhadap kinerja pegawai pengaruh tidak langsung (indirect effect) etos
RSUD Pariaman pada kesalahan menolak kerja terhadap kinerja pegawai melalui locus
data sebesar 0.05, dengan nilai koefisien of control dapat dianalisa, jika variabel etos
regresi sebesar 0,276. Hipotesis penelitian kerja secara langsung mempengaruhi variable
ini dapat diterima atau dibuktikan dan kinerja pegawai maka nilai koefisien estimate
temuan empiris ini juga dapat mendukung pengaruh yang diperoleh adalah sebesar
dan memberi penguatan terhadap 0,276, sedangkan apabila melalui pengaruh
penelitian terdahulu.
tidak langsung atau pengaruh etos kerja
3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja pegawai melalui locus of
gaya kepemimpinan terhadap locus of control maka nilai koefisien estimasi menjadi
control pegawai RSUD Pariaman pada nilai total effect yaitu sebesar 0,351. Dengan
kesalahan menolak data sebesar 0.05, demikian dapat diartikan terdapat peningkatan
dengan nilai koefisien regresi sebesar pengaruh etos kerja terhadap kinerja pegawai
0,550. Hipotesis penelitian ini dapat melalui locus of control, atau dapat dikatakan
diterima atau dibuktikan dan dimana hasil bahwa variable locus of control mampu
ini juga relevan dan memberi penguatan menjalankan fungsinya dalam meningkatkan
terhadap penelitian terdahulu. atau memediasi pengaruh etos kerja terhadap
4. Terdapat pengaruh positif yang signifikan kinerja pegawai pada RSUD Pariaman.
etos kerja terhadap locus of control Tahap berikutnya adalah menentukan
pegawai RSUD Pariaman pada kesalahan keputusan diterima atau ditolaknya hipotesis
menolak data sebesar 0.05, dengan nilai ini, untuk itu dapat digunakan nilai
koefisien regresi sebesar 0,394. Temuan probabilitas ketiga variabel yang terkait
hipotesis penelitian ini dapat diterima atau dalam pengaruh tidak langsung, jika ketiga
dibuktikan dan masih relevan dengan nilai probabilitas ketiga pengaruh langsung
beberapa hasil penelitian terdahulu. diatas memiliki nilai signifikan atau p < 0.05
5. Terdapat pengaruh positif yang signifikan maka hipotesis diterima, begitu juga
locus of control terhadap kinerjaa pegawai sebaliknya. Berdasarkan data pada Tabel 8 di
RSUD Pariaman pada kesalahan menolak atas diketahui, nilai pengaruh langsung
data sebesar 0.05, dengan nilai koefisien pengaruh etos kerja terhadap kinerja pegawai
regresi sebesar 0,191. Hipotesis penelitian menunjukkan hipotesis diterima, sementara
ini dapat diterima atau dibuktikan dan pengaruh etos kerja terhadap locus of control
juga konsisten dengan hasil penelitian hipotesis juga diterima dan pengaruh locus of
terdahulu.
control terhadap kinerja pegawai hipotesisnya
6. Terdapat peningkatan pengaruh gaya juga ditolak atau dengan nilai probabilitas
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai masing-masing 0.037, 0,037 dan 0.007 <
melalui variabel locos of control sebagai
0.05. variabel intervening, dengan kata lain variabel locus of control mampu memediasi pengaruh gaya kepemimpinan
V. Simpulan dan Saran
dalam meningkatkan kinerja pegawai,
a) Kesimpulan
oleh karena itu hipotesis penelitian ini
1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan dapat diterima atau terbukti. gaya kepemimpinan terhadap kinerja
7. Terdapat peningkatan pengaruh etos kerja pegawai RSUD Pariaman pada kesalahan
terhadap kinerja pegawai melalui variabel menolak data sebesar 0.05, dengan nilai
locos of control sebagai variabel koefisien regresi sebesar 0,422. Hipotesis
intervening, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat diterima atau
variabel locus of control mampu dibuktikan dan hasil temuan ini
memediasi pengaruh etos kerja dalam mendukung dan memberi penguatan
meningkatkan kinerja pegawai. Dengan terhadap penelitian terdahulu.
demikian hipotesis pun dapat diterima atau terbukti.
4. Hasil penelitian ini mengindikasikan
b) Saran
adanya variabel lain yang juga dapat
1. Pengambilan data menggunakan kuisioner mempengaruhi kinerja selain dari tiga memiliki kelemahan yang menimbulkan
variabel independen yang peneliti
gunakan ini, oleh karena itu penulis perbedaan seseorang dalam memandang
pembiasan perseptual yaitu adanya
berharap untuk penelitian yang akan sesuatu, sehingga peneliti tidak dapat
datang agar dapat menemukan variabel mengendalikan jawaban dari masing-
mungkin dapat masing responden dan adanya penilaian
tambahan
yang
mempengaruhi kinerja pegawai, seperti, seseorang yang tidak mau penilaian
budaya organisasi, stres kerja dan variabel kinerjanya dianggap rendah. Untuk itu
penelitian ini dapat pengambilan
lain,
agar
menghasilkan pemahaman baru . menggunakan media lain seperti penilaian variabel dengan menghubungkan dengan
sampel
hendaknya
Daftar Pustaka
kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh responden atau dengan menilai
Aryo. Nugroho. Jatmiko (2011). Pengaruh kasus-kasus yang ada pada pekerjaan
Gaya kepemimpinan dan Etos kerja responden dengan data yang ada, sehingga
Terhadap Kinerja Karyawan pada pembiasan
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron diminimalisir.
perceptual dapat
Yogyakarta . Abstrak Thesiss UPN
2. Jumlah populasi dan sampel yang Vetean Yogyakarta. digunakan relatif kecil yaitu Pegawai