PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh : Akbar Iskandar Email : akbar.iskandar06gmail.com ABSTRAK - Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

  

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR DI SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN

  Oleh : Akbar Iskandar Email :

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu perangkat penilaian psikomotor yang valid, reliabel, objektif, sitematik, praktis dan efektif. Kegiatan penelitian terdiri atas dua tahap yaitu pengembangan dan ujicoba terbatas. Tahap pengembangan meliputi kegiatan prasurvai, studi hasil-hasil penelitian, analisis masalah, analisis kurikulum, penyusunan draft penilaian psikomotor dan validasi pakar dan praktisi. Kegiatan tahap ujicoba terbatas meliputi, uji keterbacaan, evaluasi dan revisi. Materi pembelajaran praktik pada pembahasan ini yaitu mengoperasikan power suplay elektronika industri. Analisis data dilakukan dua tahap, yaitu pada tahap pengembangan dan di akhir ujicoba terbatas. Analisis pada tahap pengembangan model dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis data hasil validasi perangkat penilaian oleh para pakar dan praktisi. Analisis pada akhir tahap ujicoba terbatas untuk mengetahui efektivitas perangkat penilaian psikomotor secara empirik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pengembangan perangkat penilaian psikomotor pada pembelajaran praktik elektronika di SMK yang mengadopsi model R & D telah mampu menghasilkan seperangkat instrumen penilaian yang valid, reliabel, objektif, sistematik, praktis dan efektif. Hal ini berarti bahwa instrumen penilaian unjuk kerja sudah layak untuk digunakan.

  Kata kunci: Penilaian Psikomotor di SMK.

A. Pendahuluan

  Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

  Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan yaitu tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil ke empat komponen tersebut di atas, utamanya sistem tes yang diterapkan untuk mendapatkan hasil belajar siswa, karena sistem tes dan penilaian yang baik akan mondorong siswa dalam meningkatkan motivasi dan prestasi dalam pembelajaran. Namun, pada pelaksanaan penilaian hasil belajar sering terjadi ketidakadilan pengukuran yang dilakukan oleh guru, baik dari alat ukur yang digunakan maupun penyelenggaraannya. Kemampuan guru dalam membuat evaluasi belajar menempati posisi awal bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Nilai yang diperoleh dari hasil tes hendaknya tidak dijadikan tujuan utama bagi siswa dalam belajar akan tetapi tes dapat digunakan sebagai sarana peningkatan motivasi untuk belajar bagi siswa (Azwar,1996:15).

  Mengacu pada Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian seyogyanya mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan penilaian oleh guru mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Cakupan aspek penilaian yang dimaksud adalah aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap).

  Melihat kenyataan selama ini yang terjadi, pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, perlu adanya acuan untuk mengembangkan perangkat penilaian psikomotor. Selain dari itu, mata pelajaran di SMK khususnya SMK Negeri 2 Makassar lebih mengacu pada aspek keterampilan, namun penilaian yang digunakan dalam menilai hasil praktik menurut guru elektronika dan penanggung jawab LAB atas nama Muhammad Akil, S.Pd mengatakan bahwa penilaian selama ini hanya pada keberhasilan suatu proyek (menghasilkan produk) tidak menilai proses pelaksanaan dan presentasi hasil proyek yang telah dibuat oleh peserta didik, untuk itu sangat diperlukan perangkat penilaian psikomotor yang baik dalam menilai hasil belajar peserta didik.

  Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terbatas dengan guru dan kepala sekolah SMK Negeri 2 Makassar, peneliti mendapatkan fakta bahwa guru belum mengetahui secara jelas pembuatan dan penggunaan perangkat penilaian yang benar, khususnya penilaian psikomotor. Lebih lanjut, berdasarkan pengamatan langsung yang telah dialami oleh peneliti, bahwa instrumen yang dikeluarkan oleh BSNP dalam ujian kompetensi tahun 2011 pada SMK tidak memiliki rubrik penskoran dan lembar penilaian yang tidak objektif. Karena nilai yang diberikan bagi siswa pada kolom pencapaian kompetensi/ YA 7,0-7,9; 8,0-8,9 dan 9,0-10 dan tidak ada nilai yang jelas bagi siswa yang tidak tahu dalam melakukan praktik. penilaian yang baik sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran. Namun pada umumnya guru- guru belum memberikan perhatian yang serius dalam penyusunan perangkat penilaian, khususnya penilaian psikomotor (Ujian Kompetensi), sehingga selama ini guru hanya melakukan penilaian psikomotor dengan cara subjektif tanpa memikirkan kriteria apa yang seharusnya untuk dinilai.

  B. Tinjauan Pustaka

  Pengajaran psikomotor merupakan suatu proses pembelajaran yang membentuk kemampuan psikomotor siswa dalam melakukan tindakan. Hal ini sangat penting dan cocok pada sekolah tingkat menengah kejuruan, karena secara garis besar pembelajaran dan kurikulum di sekolah kejuruan lebih menitik beratkan kepada aspek keterampilan peserta didik.

  Djohar (dalam Upi 2011:10) menjelaskan bahwa teknik pengajaran untuk membentuk kemampuan psikomotor siswa dipertimbangkan melalui beberapa teknik pemberian latihan dengan memperhatikan prinsip-prinsip, seperti: (1) latihan akan efesien jika disediakan lingkungan yang sesuai dengan tempat dimana siswa kelak akan bekerja atau melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, (2) latihan akan efektif hanya dapat diberikan jika tugas-tugas yang diberikan memiliki kesamaan operasional dan peralatan yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya kelak, (3) latihan sudah dibiasakan dengan perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya kelak, (4) latihan akan efektif apabila pemberian latihan berupa pengalaman khusus yang terwujud dalam kebiasaan-kebiasaan yang benar, (5) latihan diarahkan pada pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sehingga dapat melaksanakan suatu pekerjaan.

  Mills (dalam Sudrajad 2008) pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by

  doing ). Keterampilan yang dilatih melalui kebiasaan atau otomatis dilakukan.

  Sementara itu Goets (dalam Sudrajad 2008) dalam penelitianya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan secara berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.

  Gagne (dalam Muslich 2011:147) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara-cara seperti (a) mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah- langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu, untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik. Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal.

  Mills (dalam Muslich 2011:147) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik yaitu: (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan secara rinci dan berurutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan penilain terhadap usaha peserta didik.

  Edwardes (dalam Sudrajat 2008) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga tahap yaitu (a) peserta didik dan (c) penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal.

  Penilaian adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar, sementara evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program. Ada dua istilah terkait dengan konsep penilaian (assessment), yaitu pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation. Pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat suatu objek atau pengambilan keputusan akhir.

  Nitko & Brookhart (2007: 4) penilaian didefinisikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang siswa; kurikulum, program, dan sekolah, dan kebijakan pendidikan. Menurut Sudrajat (2008) penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

  Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dari proses penilaian melahirkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan siswa meliputi penempatan siswa pada program pendidikan yang berbeda, pemberian nilai pada siswa, membimbing dan mengarahkan siswa,

  • ketrampilan dari peserta didik dan bukan hanya dengan tes (paper
  • keterampilan teori tingkat yang lebih tinggi dan kebanyakan keterampilan
  • keterampilan psikomotor b.

  Asas-asas Penilaian Psikomotor

  1. Validitas

  Validitas dan reliabilitas merupakan hal utama yang harus dipenuhi untuk menentukan kualitas suatu instrumen penilaian.

  Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengukuran

  5. Penilaian bersifat kooperatif. Kegiatan penilaian adalah tanggung jawab bersama, baik para guru, orang tua, siswa, maupun masyarakat. Jadi, penilaian itu merupakan hasil kerja sama antara semua pihak yang terkait, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

  4. Penilaian bersifat obyektif. Penilaian ditujukan ke arah pemeriksaan perkembangan dan kemajuan siswa dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan belajar. Penilaian diberikan sebagaimana adanya siswa, tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur emosi, hubungan sosial tertentu atau sikap guru terhadap siswa. Pendeknya, subyektivitas guru tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian.

  3. Penilaian bersifat keseluruhan. Penilaian dilakukan terhadap keseluruhan aspek pribadi siswa yang mencakup aspek-aspek intelektual, hubungan sosial, sikap, watak, sifat kepemimpinan, hubungan personal- sosial, moral tanggung jawab, dan semua aktivitasnya, baik di dalam maupun di luar sekolah.

  2. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan. Penilaian dilakukan sejak awal proses belajar dilanjutkan sepanjang proses berlangsung, dan diakhiri pada akhir pembelajaran. Bahkan penilaian juga dilaksanakan pada tingkat pasca pembelajaran. Kesinambungan pembelajaran disesuaikan dengan luasnya berarti penilaian itu dilakukan setiap saat dan dimana saja berdasarkan kebutuhan dan minat siswa selama perkembangannya dalam berbagai situasi kehidupan.

  Penilaian kualitatif berkenaan dengan mutu hasil belajar. Penilaian kuantitatif berkenaan dengan banyaknya materi yang telah dipelajari.

  Penilaian bersifat kuantitas atau kualitas.

  William R. Lucck (dalam Hamalik, 2002: 205-206), mengemukakan bahwa penilaian harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut: 1.

  Adanya kecenderungan guru bersikap subjektif sehingga dikhawatirkan penilaian kurang relevan.

  pemilihan siswa untuk mengikuti program- program pendidikan, pemberian penghargaan dan sertifikat terhadap kompetensi siswa. Keputusan tentang kurikulum, program, dan sekolah menyangkut bagaimana efektifitas dan cara memperbaiki hal-hal tersebut, sedangkan keputusan tentang kebijakan pendidikan dikaitkan dengan pengambilan pusat.

  b.

  Waktu yang digunakan relatif lama.

  Kekurangan penilaian psikomotor diantaranya : a.

  Guru dapat mengukur proses kinerja peserta didik dengan langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

  c.

  Dapat mempengaruhi cara belajar peserta didik dimana peserta didik tidak hanya sekedar menghafal saja tetapi bagaimana peserta didik diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan semua keterampilan- keterampilannya sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih baik.

  penilaian keterampilan

  and pencil test ) saja. Termasuk pula

  Kelebihan penilaian psikomotor diantaranya: a. Guru dapat secara langsung mengukur ketrampilan

  Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Psikomotor 1.

  Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi pengukuran/ memberikan hasil pengukuran sesuai dengan apa yang ingin di ukur Azwar (1996:173). Validitas instrumen dapat dimaknai sebagai ketepatan dalam memberikan interpretasi terhadap hasil pengukurannya. Sesungguhnyalah persoalan validitas instrumen berhubungan dengan pertanyaan, menggambarkan ciri-ciri, sifat-sifat, atau aspek apa saja yang akan diukur, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

  Relevans dan accuracy, adalah dua

  makna yang terkandung dalam konsep validitas. Relevans menunjuk pada kemampuan instrumen untuk memerankan fungsi untuk apa instrumen dimaksudkan. Sedangkan accuracy menunjuk pada ketepatan instrumen mengidentifikasi aspek- aspek yang akan diukur secara tepat, menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

  Secara umum terdapat tiga macam validitas, yaitu validitas konstruk (construct

  validity ), validitas isi (content validity), dan

  validitas kriteria/empiris (criterion-related validity ) Azwar (1996: 175-176).

  Validitas konstruk menunjuk pada sejauh mana instrumen yang disusun mampu menghasilkan butir-butir pertanyaan yang dilandasi oleh konsep teoritik tertentu. Validitas konstruk disusun berdasarkan pada konsep teori yang sudah mapan dan pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Untuk memantapkan validitas konstruk dibutuhkan expert judgment yaitu masukan, pertimbangan, dan kritik dari para ahli terkait.

  Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan secara tepat domain prilaku yang diukur. Ada dua makna dalam validitas isi yaitu, validitas butir dan validitas sampling. Validitas isi berhubungan dengan pertanyaan seberapa jauh butir-butir instrumen mencerminkan keseluruhan isi dari aspek yang hendak diukur. Langkah selanjutnya pada validitas isi adalah menjabarkan dalam aspek yang terperinci selanjutnya didiskripsikan indikator- indilkatornya. Selanjutnya dimintakan pertimbangan kolega atau ahli yang berkompeten melalui forum diskusi antar ahli (focus group discasion ), untuk memperoleh masukan, saran, kritik, dan evaluasi guna menyempurnakan instrumen yang disusun.

  Validitas kriteria sama dengan validitas empiris yang berarti bahwa validitas internal maupun eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria sehingga bisa juga disebut sebagai validitas butir. Sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain diluar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal atau mengkorelasikan hasil ukur instrumen baku dengan instrumen yang dikembangkan. Makin tinggi koefisien korelasi yang diperoleh, maka validitas instrumen yang dikembangkan juga makin baik (Muljono, 2008: 54). Untuk itu dapat dilihat kriteria valid yang dikemukakan Nurdin (Hadijah, 2009:63) yaitu:

  3,5 ≤ M ≤ 4 : Sangat baik 2,5 ≤ M < 3,5 : Baik 1,5 ≤ M < 2,5 : Cukup Baik M < 1,5 : Tidak baik Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk pengembangan instrumen penilaian dapat digunakan semua jenis validitas atau salah satu jenis validitas. Namun pada penelitian ini hanya digunakan validitas isi.

  1. Reliabilitas

  Reliabilitas diterjemahkan dari kata

  reliability . Reliabilitas instrumen

  menunjukkan tingkat kestabilan, konsestensi, keajegan, dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Secara konsep instrumen yang reliabel adalah apabila digunakan terhadap subjek yang sama akan menunjukkan hasil yang sama, walaupun dalam waktu dan kondisi yang berbeda Azwar (1996: 180). Hal ini sependapat dengan Suryabrata (2005: 29) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda.

  a.

  Sistematis Suatu model penilaian dikatakan sistematis apabila kegiatan penilaian dilakukan secara teratur, berurutan dan terencana dengan baik, sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan-kesalahan yang dapat mengurangi kualitas hasil penilaian.

   Masalah Penelitian

  2,5 ≤ M < 3,5 : Baik 1,5 ≤ M < 2,5 : Cukup Baik M < 1,5 : Tidak Baik C.

  3 ,5 ≤ M ≤ 4 : Sangat Baik

  76) tingkat efektivitas suatu penilaian harus memperhatikan tiga kriteria utama, yaitu: valid, sistematis dan praktis. Namun pada penelitian ini bukan hanya 3 (tiga) kriteria utama yang diperhatian tetapi ada 5 (lima) kriteria utama yaitu: valid, reliabel, objektif, sitematik, praktis. Berikut ini dibuat kriteria untuk mengetahui tingkat efektifitas perangkat penilaian psikomotor.

  4. Efektifitas Kandak & Egen (Sudiyatno, 2010:

  Fuadmje (2011) sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.

  3. Praktis Model penilaian dikatakan praktis apabila model tersebut bersifat sederhana dan mudah dalam penggunaan, pengadministrasian, dan pelaporannya.

  Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Yuli (2007) penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.

  Kesepakatan Antar Rater (Kappa) menilai konsistensi dua orang rater dalam menilai performansi individu melalui cheklist yang menghasilkan data nominal. Misalnya untuk mengetahui kesamaan psikologi anak menilai ada tidaknya depresi pada anak tersebut (1=ada, 0=tidak), untuk mengetahui kesamaan antar observer terhadap subjek.

  Objektifitas Model penilaian dikatakan obyektif apabila hasil penilaiannya tidak dipengaruhi oleh unsur subyektivitas penilai. Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh- pengaruh subjektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya.

  Objektifitas, Sistematis, praktis dan Efektifitas Perangkat Penilaian Psikomotor 1.

  Қ < 0.4 : Buruk (Bad) 0.4 ≤ Қ ≤ 0.60 : Cukup (fair) 0.60 < k ≤ 0.75 : Memuaskan (good) k > 0.75 : Istimewa (excellent)

  Batas bawah koefisien reliabilitas yang digunakan untuk suatu penilaian/ tes yang baik yaitu sebesar 0.70 menurut Linn (Mansyur, 2009:134) sedangkan Fleiss (Widhiarso, 2012:15) mengkategorikan tingkat reliabilitas antar rater menjadi 4 (empat) kategori, antara lain :

  Berbeda dengan metode sebelumnya, metode estimasi reliabilitas antar rater ini dipakai jika ada beberapa orang rater menilai individu baik melalui instrumen rating yang menghasilkan data ordinal. Misalnya konsisternsi juri menilai hasil karaoke, konsistensi supervisor menilai kualitas hasil kerja anak buahnya begitupun dalam menilai perangkat penilaian psikomotor.

  Correlation Coefficients , ICC)

  Reliabilitas Antar Rater (Intra class

  b.

  Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengembangkan perangkat penilaian psikomotor yang valid, reliabel, objektif, sistematik, praktis dan efektif.

D. Tujuan Penelitian

  Kevalidan dan reliable oleh validator Model penilaian dikatakan valid apabila model tersebut mampu menghasilkan penilaian seperti apa yang hendak dinilai. Reliabel adalah kekonsistenan suatu alat ukur dalam mengukur sesuatu. Pada bab IV telah dikemukakan mengenai uji kevalidan, berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat penilaian psikomotor secara keseluruhan telah memenuhi kriteria valid dan Reliabel dengan sedikit revisi.

  Rubrik penskoran penilaian psikomotor berada pada skala “Sangat Baik”,

  Lembar penilaian psikomotor dalam kegiatan praktikum berada pada rentang “Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh aspek lembar penilaian ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas antar penilai menggunakan koefisien Cohen’s Kappa (Қ) = 0.720. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. 5)

  Angket keefektifan penilaian psikomotor yang diisi oleh guru berada pada skala “Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas antar penilai menggunakan koefisien Cohen’s Kappa (Қ) = 0.783. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. 4)

  Angket keefektifan penilaian psikomotor yang diisi oleh siswa berada pada skala “Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas antar penilai menggunakan koefisien Cohen’s Kappa (Қ) = 0.783. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. 3)

  koefisien reliabilitas instrumen ini mendekati batas bawah reliabilitas 0.070 menurut Linn (Mansyur, 2009:134) sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. 2)

  Cohen’s Kappa (Қ) = 0.696. Nilai

  “Sangat Baik”. Jadi ditinjau dari seluruh aspek soal ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas

  1) Untuk soal berada pada kategori skala

  Berikut ini dapat dijelaskan kriteria kevalidan dan Reliabel masing-masing instrumen dari 2 (dua) validator ahli diantaranya:

  Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan menghasilkan perangkat penilaian psikomotor yang valid, efektif.

  E. Metode Penelitian

  F. Hasil Penelitian dan Pembahasan

  oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 2009:189- 192).

  develop, disseminate ) yang dikembangkan

  Pengembangan perangkat penilaian psikomotor dalam penelitian ini menggunakan model 4-D (define, design,

  digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan suatu produk yang di hasilkan.

  Development adalah metode penelitian yang

  mengembangkan dan mendesain perangkat penilaian psikomotor pada mata pelajaran mengoperasikan power suplay elektronika. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiono (2010:407) bahwa metode penelitian pengembangan atau Research and

  Develoment yang bertujuan untuk

  Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

  Data hasil pengembangan dan penerapan perangkat penilaian psikomotor serta hasil penilaian kinerja siswa pada tahap ujicoba akan dijadikan sebagai dasar dalam menjawab setiap permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah berkaitan dengan ketercapaian tujuan penelitian yaitu: a. ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas antar penilai menggunakan koefisien

  Cohen’s Kappa

  “Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas dari beberapa penilai (Intraclass

  Lembar penilaian kemampuan presentasi berada pada skala “Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas dari beberapa penilai (Intraclass Correlation Coefficients ,

  ICC) (Қ) = 0.718. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. 6)

  Rubrik penskoran penilaian psikomotor berada pada skala “Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas dari beberapa penilai (Intraclass Correlation Coefficients ,

  ICC) (Қ) = 0.718. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. 5)

  “Baik”, ditinjau dari seluruh aspek lembar penilaian ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas dari beberapa penilai (Intraclass Correlation Coefficients ,

  4) Lembar penilaian psikomotor dalam kegiatan praktikum berada pada rentang

  agreement , sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel.

  , ICC) (Қ) = 0.723. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good

  Correlation Coefficients

  “Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi dari beberapa penilai (Intraclass

  3) Angket keefektifan penilaian psikomotor yang diisi oleh guru berada pada skala

  agreement , sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel.

  , ICC) (Қ) = 0.720. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good

  Correlation Coefficients

  2) Angket keefektifan penilaian psikomotor yang diisi oleh siswa berada pada skala

  (Қ) = 0.750. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good

  agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel.

  , ICC) (Қ) = 0.747. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini masuk kategori good

  Correlation Coefficients

  “Sangat Baik”. Jadi ditinjau dari seluruh aspek soal ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas dari beberapa penilai (Intraclass

  1) Untuk soal berada pada kategori skala

  koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. Berikut ini dapat dijelaskan kriteria kevalidan dan Reliabel masing-masing instrumen dari 18 (delapan belas) penelaah diantaranya:

  Cohen’s Kappa (Қ) = 0.714. Nilai

  Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas antar penilai menggunakan koefisien

  7) Rubrik penskoran penilaian kemampuan presentasi berada pada skala “Sangat

  agreement , sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel.

  (Қ) = 0.720. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good

  Cohen’s Kappa

  Lembar penilaian kemampuan presentasi berada pada skala “Sangat Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas antar penilai menggunakan koefisien

  agreement , sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel.

  ICC) (Қ) = 0.706. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini termasuk kategori good agreement, sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel.

  7) Rubrik penskoran penilaian kemampuan presentasi berada pada skala “Baik”, ditinjau dari seluruh aspek, instrumen ini dinyatakan memenuhi kriteria valid dan koefisien reliabilitas dari beberapa penilai (Intraclass Correlation

  Kepraktisan Secara teoritis, hasil penilaian ahli dan praktisi dalam bidang pendidikan menunjukkan bahwa perangkat penilaian psikomotor dinyatakan layak untuk Sedangkan secara empirik, berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada uji coba dinyatakan sudah memenuhi kriteria kepraktisan. Melihat respon guru terhadap perangkat penilaian ini mereka menyatakan bahwa perangkat penilaian ini sangat praktis (4.00) begitupun dengan respon siswa mereka menyatakan bahwa perangkat penilaian ini sangat praktis (3.50).

  2 Makassar Jurusan Teknik Elektronika.

  Beberapa saran yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran berbasis standar kompetensi, khususnya pembelajaran praktik di SMK Negeri

  H. Saran

  Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan Pembahasan yang ditampilkan, maka terbukti bahwa perangkat penilaian ini memiliki tingkat validitas, reliabilitas, objektivitas, sistematis, kepraktisan dan efektivitas yang baik.

  G. Simpulan

  76) tingkat efektivitas suatu penilaian harus memperhatikan tiga kriteria utama, yaitu: valid, sistematis dan praktis. Namun pada penelitian ini bukan hanya 3 (tiga) kriteria utama yang diperhatian tetapi ada 5 (lima) kriteria utama yaitu: valid, reliabel, objektif, sitematik, praktis. Berdasarkan dari 5 (lima) hal tersebut di simpulkan bahwa perangkat penilaian ini menurut guru memenuhi kriteria efektif dengan hasil analisis (3.42), sedangkan menurut siswa efektif dengan hasil analisis (3.12).

  Keefektifan Kandak & Egen (Sudiyatno, 2010:

  f.

  e.

  Coefficients

  Sistematis Berdasarkan hasil analisis, guru menyatakan bahwa perangkat penilaian ini memenuhi kriteria sangat sistematis dengan nilai (4.00), sedangkan menurut peserta didik yang terlibat dalam penilaian ini memenuhi kriteria sistematis (3.04).

  d.

  Keobjektifan Melihat respon siswa terhadap hasil penilaian yang diberikan, mereka menyatakan bahwa guru dalam menilai adil/ tidak membeda-bedakan antara siswa satu dengan siswa lainnya. Secara empirik, berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebelum uji coba, guru menyatakan bahwa perangkat penilaian ini memenuhi kriteria objektif (3.11), sedangkan menurut peserta didik setelah dilaksanakan uji coba memenuhi kriteria (3.00).

  c.

  Reliabel Berdasarkan hasil analisis, guru menyatakan bahwa perangkat penilaian ini memenuhi kriteria reliabel dengan nilai (3.00), sedangkan menurut peserta didik yang terlibat dalam penilaian ini memenuhi kriteria reliabel (3.00).

  b.

  Kevalidan Melihat respon guru terhadap perangkat penilaian ini mereka menyatakan bahwa perangkat penilaian ini valid (3.00) begitupun dengan respon siswa mereka menyatakan bahwa perangkat penilaian ini valid (3.06).

  , ICC) (Қ) = 0.767. Nilai koefisien reliabilitas instrumen ini sehingga instrumen tersebut memenuhi kriteria Reliabel. Setelah dilakukan revisi maka perangkat penilaian ini dapat digunakan dalam kegiatan praktikum di labolatorium elektronika. Lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas perangkat penilaian psikomotor, maka kepada tiga guru dan delapan siswa diberikan angket penilaian efektivitas model setelah proses penilaian selesai yang meliputi aspek: a.

  1. Guru SMK seharusnya menggunakan perangkat penilaian psikomotor yang baik dalam menilai kompetensi siswa.

  2. Untuk sekolah hendaknya mengadakan pelatihan pembuatan dan penggunaan instrumen penilaian psikomotor bagi guru mata pelajaran, agar guru dapat memberikan penilaian secara objektif hasil praktikum peserta didik.

  Kepala Sekolah, penerapan strategi pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap penerapan penilaian kelas. s pada 15 Februari 2012). Sudrajat, Ahmad. 2008a. Penilaian Hasil Belajar Siswa. diakses pada 11 Januari 2012). Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Prinsip

  com/2009/05/penilaian-dalam- pembelajaran-sd.html , diakses pada

   s pada 12 Februari 2012). Yuli. 2009. Penilaian dalam pembelajaran SD. ( http://yulianti200784.blogspot.

  Widhiarso, Wahyu, 2012. Mengestimasi Reliabilitas.

  SMA Kelas XII dalam Praktikum S diakses pada 29 November 2011).

  Jakarta: Prenada Media Group. Upi. 2011. Kemampuan Psikomotorik Siswa

  Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

  Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

  Yogyakarta: Pascasarjana UNY. diakses pada 2 Februari 2012). Sugiono. 2010. Metode Penelitian

  Penilaian Komprehensif Unjuk Kerja Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Standar Kompetensi di SMK Teknologi Industri. Disertasi.

  & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Sudiyatno, 2010. Pengembangan Model

  Sutrisno dan Nuryanto. 2008. Analisis pengaruh persepsi guru tentang supervisi akademik yang dilakukan

  3. Guru-guru praktik SMK seharusnya segera benar-benar menyelenggarakan ketuntasan belajar, dengan konsekuensi menyediakan bahan dan fasilitas pembelajaran praktik yang mencukupi.

  Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

  Students. New Jersey: Pearson Education.

  2007. Educational Assessment Of

  Assesmen Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Multi Pressindo. Nitko, Anthony J,. & Brookhart, Susan M.

  Grasindo. Mansyur,. Rasyid, Harun,. & Suratno. 2009.

  Kelas dan Kompetensi. Bandung: Refika Aditama. Muljono, Pudji & Djaali. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:

  Standar Minimal Seleksi Penerimaan Siswa Baru Pada SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Pascasarjana UNM. Muslich, Masnur. 2011. Penilaian Berbasis

  Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hadijah. 2009. Pengembangan Instrumen

   s pada 25 Juli 2012)

  Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi. Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fuadmje. 2011. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar.

  Daftar Pustaka

  25 Juli 2012)

Dokumen yang terkait

Analisa Tinjauan Pemisah Arah Permanen Terhadap Arus Lalu Lintas Jalan Yos Sudarso - Rumbai

0 0 6

Analisa Perhitungan Arus Jenuh Ditinjau Dari Perbandingan Geometrik Simpang Dengan Jumlah Arus Lalu Lintas Kajian Wilayah (Study : Jalan Soekarno Hatta Pasar Pagi Arengka Pekanbaru)

0 0 10

INTERFERENSI BAHASA DAERAH DALAM TEKS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII.A DI SMP N 43 MUKOMUKO ARTIKEL

0 0 11

Analisa Hubungan Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Volume Dan Kapasitas Jalan di Ruas Jalan Rantau Bais - Ujung Tanjung Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau

0 0 14

PENGARUH BUSINESS KNOWLEDGE, BUSINESS SKILL, SELF CONFIDENCE DAN INOVASI TERHADAP BUSINESS PERFORMANCE INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

0 1 13

SOCIAL ADJUSTMENT ON STREET CHILDREN Winnie Putri Pratiwi Sigit Nugroho Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau Jl. Kaharudin Nasution No, 113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru ABSTRACT - Social Adjustment On Street Children

0 0 17

IMPLEMENTASI STANDARD MINIMUM RULES FOR THE TERATMENT OF PRISONERS DALAM PENEMPATAN NARAPIDANA DI SUMATERA BARAT ARTIKEL

0 2 17

EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DAN PAJAK REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KERINCI ARTIKEL

0 0 23

Relationship Between The Big Five Personality Factor (Neo - Pi - R) With Deviant Behavior In Employees

0 0 17

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Optimalisasi Query Data Dengan JavaScript Object Notation (JSON) Pada Aplikasi Penerimaan Mahasiswa Baru Online STMIK AKBA

0 0 6