LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ASMA BRONKIAL
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ASMA BRONKIAL
KONSEP DASAR
ASMA BRONCHIALE
A.
Konsep Medis
1.
PENGERTIAN
Asma bronchiale adalah penyakit dari system pernafasan yang meliputi dari jalan nafas dan
gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antony C, 1997).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di mana
asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000).
Asma bronkhiale adalah suatu sindrom obstruksi jalan nafas yang berulang yang ditandai
kontraksi otot polos, hypereksi mucus dan inflamasi. (Buyton, 1994).
Selengkapnya
2.
ETIOLOGI
a.
Imunologik atau alergik atau autopik.
Dalam bentuk ekstrinsik antigen berupa suatu bahan yang dapat berbentuk:
1) Inhalen yang masuk dalam bahan dengan melalui alat pernafasan misalnya debu
rumah, bahan-bahan yang terlepas (sepih kulit) dari binatang misalnya anjing, kucing, kuda
dan sebagainya.
2) Ingestan yang masuk dalam tubuh melalui mulut, biasanya berupa makanan seperti
susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dan lain sebagainya.
3) Kontaktan yang masuk dalam tubuh dengan jalan kontak dengan kulit seperti obatobatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dan lain
sebagainya.
b.
Non imunologik atau non alergik atau non autopik
Seringkali dicetuskan oleh infeksi pada serangan.
3.
PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan kontak kulit. Dari jenis
allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang yang tidak atopik tidak akan
menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk dalam tubuh orang yang mempunyai factor
keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi kontraksi otototot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncospasme. Broncospasme akan timbul
kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat
ditembus oleh cairan atau zat dalam larutan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler
yang berperan terjadinya edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan
peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran
pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan. Hambatan aliran pernafasan ini
menyebabkan distribusi ventilasi yang tidak rata dengan sirkulasi darah paru sehingga
mengganggu difusi gas di tingkat alveoli. Bila hal ini berlanjut akan terjadi hipoksemia. Proses
tersebut pada penderita asma bronkhiale sering akan terjadi ketidakmampuan tentang
penyakitnya.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi hipoventilasi
karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan nafas tidak efektif di
mana gejala dan tanda yang muncul pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas,
bunyi nafas tidak normal (wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama terjadinya
serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu makan,
dalam kondisi demikian akan menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
gangguan pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan mengalami penurunan
perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan atau serangan asma bronchial
didukung ketidaktahuan tentang proses penyakitnya akan berpotensial infeksi.
4.
MANIFESTASI KLINIK
Gangguan klinik: tachicardi, tachipnea, mengi, pernafasan pendek, rasa sesek di dada,
serangan biasanya menghilang dalam waktu 30-60 menit, sputum dalam bentuk kental dan
jumlah banyak, diaphoresis, kelelahan terjadi setelah serangan. Kontraksi yang kaku dari
bronkiolus, penurunan kecepatan ekspirasi, batuk pada malam hari berlangsung 10-14 hari.
5.
PATHWAYS
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit
Reaksi tubuh terhadap allergen
Tubuh tidak tahan reaksi alergik
tubuh tahan/tidak alergik
Kontraksi otot polos pernafasan
Bronchospasme
Hypersekresi
Penyempitan saluran pernafasan
Hambatan aliran pernafasan
gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distribusi ventilasi yang tidak
Rata dengan sirkulasi paru
Gangguan difusi gas
jalan nafas tidak efektif
penurunan sirkulasi darah, dispnea,
Di tingkat alveoli
dan anoreksia
Wheezing, kelemahan
Hipoksemia
perubahan
intoleransi
nutrisi kurang dari
Ketidaktahuan
aktivitas
Kebutuhan tubuh
Tentang penyakit
Potensial infeksi
6.
defisit perawatan diri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Ø Gas-gas darah arteri
Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di antara serangan hebat.
Ø Pemeriksaan sinar X dada
Ø Hiperinflamasi pada serangan
Ø Tes kulit
Ø Tes fungsi pulmoner
o Volume paru-paru normal atau meningkat
o Penurunan kecepatan aliran, dengan bronkodilator
Ø Pemeriksaan SDP dan sputum
Eosinofilia darah dan sputum umum ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada asma
ekstrinsik.
Ø Edema pulmoner
Ø Gagal pernafasan.
7.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Ø Terapi O2 dengan humidifikasi
Ø Penatalaksanaan cairan
Ø Jalan nafas buatan dan ventilator
Bila diperlukan:
Ø Obat-obatan
Ø Bronkodilator: parental, aerosol, oral
Ø Simpatominetik
Ø Teofilin
Ø Steroid
Ø Antibiotic
B.
Konsep Keperawatan
1.
PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah
kesehatan dan keperawatan pasien. (Effendy, 1995: 10).
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a.
aktifitas/istirahat
gejala
: keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda
: keletihan, gelisah, insomnia.
b.
Sirkulasi
Gejala
: pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda
: peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Sianosis: area sirkumolar dasar kuku
Pucat dapat menunjukkan anemia.
c.
integritas ego
gejala
: peningkatan factor risiko
perubahan pola hidup
tanda
d.
: ansietas, ketakutan, peka rangsang.
makanan/cairan
gejala
: mual/muntah
ketidakmampuan untuk makan karena distress
tanda
: diaforesis
penurunan berat badan.
e.
Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas
sehari-hari
Tanda
f.
: kebersihan buruk
Pernafasan
Gejala
: nafas pendek
Tanda
: awitan distress pernafasan tiba-tiba
o Perpanjangan ekspirasi mengi
o Perpendekan periode inspirasi
o Retraksi interkostal sternal
o Penggunaan otot-otot eksesorik pernafasan
o Sesak nafas
o Klekels
Bunyi nafas
o Mengi, penurunan nafas sampai bunyi nafas tidak terdengar.
g.
Keamanan
Gejala
: riwayat reaksi alergi
Kemerahan (diaforesis)
h.
Seksualitas
Gejala
i.
: penurunan libido
interaksi social
gejala
: hubungan ketergantungan
kurang sistem pendukung
penyakit lama/ketidakmampuan membaik
tanda : ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress
pernafasan
keterbatasan mobilitas fisik.
j.
penyuluhan/pembelajaran
gejala
: penyalahgunaan obat pernafasan
kesulitan menghentikan merokok
penggunaan alcohol
kegagalan untuk membaik
2.
FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I : kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan factor serangan
asma menetap.
Batasan karakteristik
asesori pernafasan.
Hasil pasien
: mengi dan dispnea yang berat, sianosis dan penggunaan obat
: mendemonstrasikan perbaikan ventilasi.
Criteria evaluasi
: frekuensi nafas 12-24/menit, bunyi nafas bersih, frekuensi nadi 60100/menit, warna kulit normal, tidak ada dispnea, GDA dalam batas normal.
NO.
1.
Intervensi
Rasional
Pantau
Untuk mengidentifikasi indikasi
status pernafasan (apendiks A) setiap
kearah kemajuan atau
4 jam
penyimpangan dari hasil pasien.
hasil keadaan teofilin serum
hasil GDA
nadi oksimetri
hasil sinar X dada, fungsi paru dan
analisa sputum
masukan dan haluaran
2.
tempatkan pasien pada posisi fowler’s
Posisi tegak memungkinkan
ekspansi paru-paru lebih baik.
3.
mulailah pemberian terapi IV sesuai
Untuk meningkatkan rehidrasi
anjuran. Lakukan perawatan infus.
yang cepat dan dapat mengkaji
keadaan vaskuler untuk pemberian
obat-obatan darurat, kebanyakan
pasien telah mengalami dehidrasi
ketika mereka meminta
pertolongan medis.
4.
Berikan oksigen melalui kanul nasal 4
Pemberian O2 mengurangi beban
liter/menit selanjutnya sesuaikan
kerja otot-otot pernafasan.
dengan hasil PaO2.
5.
Berikan pengobatan yang telah
Epinefrin dan ebutalin
ditentukan, seperti epinefrin,
menghentikan reaksi alergi dan
terbutelin, aminopilin, dan
adilatasi bronkiolus dengan
kortikosteroid.
meniadakan aktifitas histamine
Evaluasi keefektifannya, konsul
aminofilin melebarkan bronkiolus
dokter jika terjadi reaksi yang
dengan merangsang peningkatan
merugikan. Teliti kembali semua
produksi zat kimia yang
pengobatan yang telah ditentukan jika
menghambat penyempitan otot
interaki antara obat merugikan. Lihat
bronchial. Kortikosteroid
referensi farmakologi dan konsul
membantu mengurangi peradangan
kepada ahli farmasi.
lapisan mukosa bronchial.
6.
Laksanakan pengobatan dan konsul
Dokter akan mengurangi dosis
dokter bila tanda-tanda toksisetas
untuk memperbaiki toksisitas.
teofilin terjadi (mual, muntah, distensi
abnormal, teofilin serum di atas
rencana normal).
7.
8.
Gunakan spirometer intensif setiap 2
Untuk memudahkan nafas dalam
jam.
dan mencegah atelektasis.
Yakinkan bahwa pengobatan paru
Tindakan ini mengurangi sekresi
(fisioterapi, terapi aerosol) diberikan
bronchial.
sesuai dengan yang telah ditentukan.
Tentukan pengobatan aerosol
tambahan bila kegawatan nafas terjadi
antara interfal yang telah ditentukan.
9.
Konsul dokter jika gejala-gejala
Hal-hal ini menunjukkan
terjadi setelah 1 jam pemberian terapi
dibutuhkannya intubasi
atau bila kondisi bertambah jelek (bila endotrakeal dan pemasangan
tercapainya keadaan di mana PaCO2
ventilator mekanis.
melebihi PaO2 apnea terjadi, status
mental menurun atau pasien dalam
keadaan hampir kolaps akibat
kelelahan yang disebabkan usaha
yang sulit bernafas).
Diagnosa keperawatan II : ansietas berhubungan dengan factor takut sulit bernafas
disebabkan gagal nafas yang berat, kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan dan
pemeriksaan.
Batasan karakteristik
: menyampaikan perasaan takut sulit bernafas, ketakutan, ekspresi
wajah tegang, menyatakan kesulitan bernafas.
Hasil pasien
: mendemonstrasikan ansietas berkurang.
Criteria evaluasi
gugup berkurang.
: ekspresi wajah tenang, pernafasan 12-24/ menit, rasa takut dan
NO.
1.
Intervensi
Rasional
Tetap berada di samping pasien atau
Ansietas akan berkurang apabila
minta seseorang untuk
pasien merasa ditangani oleh tim
mendampinginya sampai gawat nafas
kesehatan yang kompeten.
mulai berkurang, pertahankan
pendekatan yang tenang dan percaya
diri.
2.
3.
Batasi pengunjung sampai batas nafas
Pengunjung dapat menjadi sumber
teratasi.
stress.
Gunakan penjelas yang mudah dan
Tingkat ansietas yang tinggi
singkat bila memberikan informasi
menghambat pembelajaran
atau instruksi, contoh “duduk” nafas
penjelasan tentang apa yang
lambat dan dalam jelaskan dari tujuan
diharapkan membantu mengontrol
semua pengobatan yang telah
ansietas.
dilakukan. Berikan penjelasan
pemeriksaan diagnostic
tujuan
gambaran singkat
persiapan yang dibutuhkan
perawatan sesudah pemeriksaan
tersebut.
Diagnosa keperawatan III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan
: dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum,
anoreksia, mual/muntah.
Kemungkinan dibuktikan : penurunan berat badan
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keengganan untuk makan.
Criteria hasil
NO.
1.
: menunjukkan peningkatan BB.
Intervensi
Rasional
kaji kebiasaan diet, masukan makanan Pasien distress pernafasan akut
saat ini, catat derajat kesulitan makan,
sering anoreksia karena dispnea.
evaluasi berat badan dan ukuran
tubuh.
2.
Auskultasi bunyi usus.
Penurunan/inproaktif bising usus
menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi yang
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, penurunan
aktifitas, hipoksemia.
3.
4.
Berikan perawatan oral sering, buang
Rasa tak enak, bau dan penampilan
secret, berikan wadah khusus untuk
adalah pencegah utama terhadap
sekali pakai.
nafsu makan.
Dorong periode istirahat semalam 1
Membantu menurunkan kelemahan
jam sebelum dan sesudah makan.
selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori
total.
5.
Hindari makanan penghasil gas dan
Dapat menghasilkan distensi
minuman karbonat.
abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerakan diafragma,
dan dapat meningkatkan dispnea.
6.
Hindari makanan yang sangat panas
Suhu ekstrim dapat mencetuskan
atau sangat dingin
spasme batuk.
Timbang BB sesuai indikasi.
Untuk menentukan kebutuhan
kalori.
7.
Konsul ahli gizi untuk memberikan
makanan yang mudah cerna dan
nutrisi seimbang.
8.
Kaji pemeriksaan laboratorium, mis:
albumin serum, transferin, dll.
Metode makan dan
kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi/ kebutuhan
KONSEP DASAR
ASMA BRONCHIALE
A.
Konsep Medis
1.
PENGERTIAN
Asma bronchiale adalah penyakit dari system pernafasan yang meliputi dari jalan nafas dan
gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antony C, 1997).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di mana
asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000).
Asma bronkhiale adalah suatu sindrom obstruksi jalan nafas yang berulang yang ditandai
kontraksi otot polos, hypereksi mucus dan inflamasi. (Buyton, 1994).
Selengkapnya
2.
ETIOLOGI
a.
Imunologik atau alergik atau autopik.
Dalam bentuk ekstrinsik antigen berupa suatu bahan yang dapat berbentuk:
1) Inhalen yang masuk dalam bahan dengan melalui alat pernafasan misalnya debu
rumah, bahan-bahan yang terlepas (sepih kulit) dari binatang misalnya anjing, kucing, kuda
dan sebagainya.
2) Ingestan yang masuk dalam tubuh melalui mulut, biasanya berupa makanan seperti
susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dan lain sebagainya.
3) Kontaktan yang masuk dalam tubuh dengan jalan kontak dengan kulit seperti obatobatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dan lain
sebagainya.
b.
Non imunologik atau non alergik atau non autopik
Seringkali dicetuskan oleh infeksi pada serangan.
3.
PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan kontak kulit. Dari jenis
allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang yang tidak atopik tidak akan
menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk dalam tubuh orang yang mempunyai factor
keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi kontraksi otototot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncospasme. Broncospasme akan timbul
kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat
ditembus oleh cairan atau zat dalam larutan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler
yang berperan terjadinya edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan
peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran
pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan. Hambatan aliran pernafasan ini
menyebabkan distribusi ventilasi yang tidak rata dengan sirkulasi darah paru sehingga
mengganggu difusi gas di tingkat alveoli. Bila hal ini berlanjut akan terjadi hipoksemia. Proses
tersebut pada penderita asma bronkhiale sering akan terjadi ketidakmampuan tentang
penyakitnya.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi hipoventilasi
karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan nafas tidak efektif di
mana gejala dan tanda yang muncul pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas,
bunyi nafas tidak normal (wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama terjadinya
serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu makan,
dalam kondisi demikian akan menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
gangguan pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan mengalami penurunan
perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan atau serangan asma bronchial
didukung ketidaktahuan tentang proses penyakitnya akan berpotensial infeksi.
4.
MANIFESTASI KLINIK
Gangguan klinik: tachicardi, tachipnea, mengi, pernafasan pendek, rasa sesek di dada,
serangan biasanya menghilang dalam waktu 30-60 menit, sputum dalam bentuk kental dan
jumlah banyak, diaphoresis, kelelahan terjadi setelah serangan. Kontraksi yang kaku dari
bronkiolus, penurunan kecepatan ekspirasi, batuk pada malam hari berlangsung 10-14 hari.
5.
PATHWAYS
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit
Reaksi tubuh terhadap allergen
Tubuh tidak tahan reaksi alergik
tubuh tahan/tidak alergik
Kontraksi otot polos pernafasan
Bronchospasme
Hypersekresi
Penyempitan saluran pernafasan
Hambatan aliran pernafasan
gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distribusi ventilasi yang tidak
Rata dengan sirkulasi paru
Gangguan difusi gas
jalan nafas tidak efektif
penurunan sirkulasi darah, dispnea,
Di tingkat alveoli
dan anoreksia
Wheezing, kelemahan
Hipoksemia
perubahan
intoleransi
nutrisi kurang dari
Ketidaktahuan
aktivitas
Kebutuhan tubuh
Tentang penyakit
Potensial infeksi
6.
defisit perawatan diri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Ø Gas-gas darah arteri
Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di antara serangan hebat.
Ø Pemeriksaan sinar X dada
Ø Hiperinflamasi pada serangan
Ø Tes kulit
Ø Tes fungsi pulmoner
o Volume paru-paru normal atau meningkat
o Penurunan kecepatan aliran, dengan bronkodilator
Ø Pemeriksaan SDP dan sputum
Eosinofilia darah dan sputum umum ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada asma
ekstrinsik.
Ø Edema pulmoner
Ø Gagal pernafasan.
7.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Ø Terapi O2 dengan humidifikasi
Ø Penatalaksanaan cairan
Ø Jalan nafas buatan dan ventilator
Bila diperlukan:
Ø Obat-obatan
Ø Bronkodilator: parental, aerosol, oral
Ø Simpatominetik
Ø Teofilin
Ø Steroid
Ø Antibiotic
B.
Konsep Keperawatan
1.
PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah
kesehatan dan keperawatan pasien. (Effendy, 1995: 10).
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a.
aktifitas/istirahat
gejala
: keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda
: keletihan, gelisah, insomnia.
b.
Sirkulasi
Gejala
: pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda
: peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Sianosis: area sirkumolar dasar kuku
Pucat dapat menunjukkan anemia.
c.
integritas ego
gejala
: peningkatan factor risiko
perubahan pola hidup
tanda
d.
: ansietas, ketakutan, peka rangsang.
makanan/cairan
gejala
: mual/muntah
ketidakmampuan untuk makan karena distress
tanda
: diaforesis
penurunan berat badan.
e.
Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas
sehari-hari
Tanda
f.
: kebersihan buruk
Pernafasan
Gejala
: nafas pendek
Tanda
: awitan distress pernafasan tiba-tiba
o Perpanjangan ekspirasi mengi
o Perpendekan periode inspirasi
o Retraksi interkostal sternal
o Penggunaan otot-otot eksesorik pernafasan
o Sesak nafas
o Klekels
Bunyi nafas
o Mengi, penurunan nafas sampai bunyi nafas tidak terdengar.
g.
Keamanan
Gejala
: riwayat reaksi alergi
Kemerahan (diaforesis)
h.
Seksualitas
Gejala
i.
: penurunan libido
interaksi social
gejala
: hubungan ketergantungan
kurang sistem pendukung
penyakit lama/ketidakmampuan membaik
tanda : ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress
pernafasan
keterbatasan mobilitas fisik.
j.
penyuluhan/pembelajaran
gejala
: penyalahgunaan obat pernafasan
kesulitan menghentikan merokok
penggunaan alcohol
kegagalan untuk membaik
2.
FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I : kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan factor serangan
asma menetap.
Batasan karakteristik
asesori pernafasan.
Hasil pasien
: mengi dan dispnea yang berat, sianosis dan penggunaan obat
: mendemonstrasikan perbaikan ventilasi.
Criteria evaluasi
: frekuensi nafas 12-24/menit, bunyi nafas bersih, frekuensi nadi 60100/menit, warna kulit normal, tidak ada dispnea, GDA dalam batas normal.
NO.
1.
Intervensi
Rasional
Pantau
Untuk mengidentifikasi indikasi
status pernafasan (apendiks A) setiap
kearah kemajuan atau
4 jam
penyimpangan dari hasil pasien.
hasil keadaan teofilin serum
hasil GDA
nadi oksimetri
hasil sinar X dada, fungsi paru dan
analisa sputum
masukan dan haluaran
2.
tempatkan pasien pada posisi fowler’s
Posisi tegak memungkinkan
ekspansi paru-paru lebih baik.
3.
mulailah pemberian terapi IV sesuai
Untuk meningkatkan rehidrasi
anjuran. Lakukan perawatan infus.
yang cepat dan dapat mengkaji
keadaan vaskuler untuk pemberian
obat-obatan darurat, kebanyakan
pasien telah mengalami dehidrasi
ketika mereka meminta
pertolongan medis.
4.
Berikan oksigen melalui kanul nasal 4
Pemberian O2 mengurangi beban
liter/menit selanjutnya sesuaikan
kerja otot-otot pernafasan.
dengan hasil PaO2.
5.
Berikan pengobatan yang telah
Epinefrin dan ebutalin
ditentukan, seperti epinefrin,
menghentikan reaksi alergi dan
terbutelin, aminopilin, dan
adilatasi bronkiolus dengan
kortikosteroid.
meniadakan aktifitas histamine
Evaluasi keefektifannya, konsul
aminofilin melebarkan bronkiolus
dokter jika terjadi reaksi yang
dengan merangsang peningkatan
merugikan. Teliti kembali semua
produksi zat kimia yang
pengobatan yang telah ditentukan jika
menghambat penyempitan otot
interaki antara obat merugikan. Lihat
bronchial. Kortikosteroid
referensi farmakologi dan konsul
membantu mengurangi peradangan
kepada ahli farmasi.
lapisan mukosa bronchial.
6.
Laksanakan pengobatan dan konsul
Dokter akan mengurangi dosis
dokter bila tanda-tanda toksisetas
untuk memperbaiki toksisitas.
teofilin terjadi (mual, muntah, distensi
abnormal, teofilin serum di atas
rencana normal).
7.
8.
Gunakan spirometer intensif setiap 2
Untuk memudahkan nafas dalam
jam.
dan mencegah atelektasis.
Yakinkan bahwa pengobatan paru
Tindakan ini mengurangi sekresi
(fisioterapi, terapi aerosol) diberikan
bronchial.
sesuai dengan yang telah ditentukan.
Tentukan pengobatan aerosol
tambahan bila kegawatan nafas terjadi
antara interfal yang telah ditentukan.
9.
Konsul dokter jika gejala-gejala
Hal-hal ini menunjukkan
terjadi setelah 1 jam pemberian terapi
dibutuhkannya intubasi
atau bila kondisi bertambah jelek (bila endotrakeal dan pemasangan
tercapainya keadaan di mana PaCO2
ventilator mekanis.
melebihi PaO2 apnea terjadi, status
mental menurun atau pasien dalam
keadaan hampir kolaps akibat
kelelahan yang disebabkan usaha
yang sulit bernafas).
Diagnosa keperawatan II : ansietas berhubungan dengan factor takut sulit bernafas
disebabkan gagal nafas yang berat, kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan dan
pemeriksaan.
Batasan karakteristik
: menyampaikan perasaan takut sulit bernafas, ketakutan, ekspresi
wajah tegang, menyatakan kesulitan bernafas.
Hasil pasien
: mendemonstrasikan ansietas berkurang.
Criteria evaluasi
gugup berkurang.
: ekspresi wajah tenang, pernafasan 12-24/ menit, rasa takut dan
NO.
1.
Intervensi
Rasional
Tetap berada di samping pasien atau
Ansietas akan berkurang apabila
minta seseorang untuk
pasien merasa ditangani oleh tim
mendampinginya sampai gawat nafas
kesehatan yang kompeten.
mulai berkurang, pertahankan
pendekatan yang tenang dan percaya
diri.
2.
3.
Batasi pengunjung sampai batas nafas
Pengunjung dapat menjadi sumber
teratasi.
stress.
Gunakan penjelas yang mudah dan
Tingkat ansietas yang tinggi
singkat bila memberikan informasi
menghambat pembelajaran
atau instruksi, contoh “duduk” nafas
penjelasan tentang apa yang
lambat dan dalam jelaskan dari tujuan
diharapkan membantu mengontrol
semua pengobatan yang telah
ansietas.
dilakukan. Berikan penjelasan
pemeriksaan diagnostic
tujuan
gambaran singkat
persiapan yang dibutuhkan
perawatan sesudah pemeriksaan
tersebut.
Diagnosa keperawatan III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan
: dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum,
anoreksia, mual/muntah.
Kemungkinan dibuktikan : penurunan berat badan
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keengganan untuk makan.
Criteria hasil
NO.
1.
: menunjukkan peningkatan BB.
Intervensi
Rasional
kaji kebiasaan diet, masukan makanan Pasien distress pernafasan akut
saat ini, catat derajat kesulitan makan,
sering anoreksia karena dispnea.
evaluasi berat badan dan ukuran
tubuh.
2.
Auskultasi bunyi usus.
Penurunan/inproaktif bising usus
menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi yang
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, penurunan
aktifitas, hipoksemia.
3.
4.
Berikan perawatan oral sering, buang
Rasa tak enak, bau dan penampilan
secret, berikan wadah khusus untuk
adalah pencegah utama terhadap
sekali pakai.
nafsu makan.
Dorong periode istirahat semalam 1
Membantu menurunkan kelemahan
jam sebelum dan sesudah makan.
selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori
total.
5.
Hindari makanan penghasil gas dan
Dapat menghasilkan distensi
minuman karbonat.
abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerakan diafragma,
dan dapat meningkatkan dispnea.
6.
Hindari makanan yang sangat panas
Suhu ekstrim dapat mencetuskan
atau sangat dingin
spasme batuk.
Timbang BB sesuai indikasi.
Untuk menentukan kebutuhan
kalori.
7.
Konsul ahli gizi untuk memberikan
makanan yang mudah cerna dan
nutrisi seimbang.
8.
Kaji pemeriksaan laboratorium, mis:
albumin serum, transferin, dll.
Metode makan dan
kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi/ kebutuhan