335755026 Memahami Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Memahami Konsep pemberdayaan Masyarakat
pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau
masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.
dari definisi diatas, tampak ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan
masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. kemampuan masyarakat yang dapat
dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan
untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat.
perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat
peningkatan kesejahteraan masyarakat. pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk
saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. disini masyarakat dapat membentuk panitia
kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain.
pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah
mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu. ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan
produktivitas mereka rendah.
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui: pertama, pengembangan masyarakat, dan yang kedua
pengorganisasian masyarakat. apa yang dikembangkan dari masyarakat yaitu potensi atau kemampuannya dan sikap hidupnya.
kemampuan masyarakat dapat meliputi antara lain kemampuan untuk bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau ketrampilanketrampilan membuat home industri; dan masih banyak lagi kemampuan dan ketrampilan masyarakat yang dapat dikembangkan.
dalam rangka mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, dapat dilakukan dengan berbagai cara. contoh
dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan masyarakat pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan. dapat juga dengan mengajak masyarakat mengunjungi kegiatan ditempat lain dengan maksud

supaya masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini sering disebut dengan istilah studi banding.
dapat juga dengan menyediakan buku-buku bacaan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan atau peminatan
masyarakat. masih banyak bentuk lainnya yang bias diupayakan. sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang
merugikan atau menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. merubah sikap bukan pekerjaan mudah. mengapa karena
masyarakat sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun sudah melakukan hal itu. untuk itu memerlukan waktu yang cukup lama
untuk melakukan perubahan sikap. caranya adalah dengan memberikan penyadaran bahwa apa yang mereka lakukan selama ini
merugikan mereka. hal ini dapat dilakukan dengan memberikan banyak informasi dengan menggunakan berbagai media, seperti
buku-buku bacaan, mengajak untuk melihat tempat lain, menyetel film penerangan, dan masih banya cara lain.
pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan masyarakat sebagai pelakunya. untuk itu
masyarakat perlu diajak mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan dan pelestarian. pelibatan
masyarakat sejak awal kegiatan memungkinkan masyarakat memiliki kesempatan belajar lebih banyak. pada awal-awal kegiatan
mungkin pendamping sebagai pendamping akan lebih banyak memberikan informasi atau penjelasan bahkan memberikan contoh
langsung. pada tahap inimasyarakat lebih banyak belajar namun pada tahap-tahap berikutnya pendamping harus mulai
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mencoba melakukan sendiri hingga mampu atau bisa.
jika hal ini terjadi maka dikemudian hari pada saat pendamping meninggalkan masyarakat tersebut, masyarakat sudah
mampu untuk melakukannya sendiri atau mandiri.
prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri.

Sumber: http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/memahami-konsep-pemberdayaanmasyarakat.html


konsep pemberdayaan masyarakat sebagai konsep alternative
pembangunan
konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep alternatif pembangunan, yang pada intinya
memberikan tekanan otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang
berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis dan

1.

pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab
“civil society” akan merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal. namun friedmann (1992)
juga mengingatkan bahwa adalah sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan
struktur-struktur diluar “civil society” diabaikan. oleh karena itu pemberdayaan masyarakat tidak
hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara politis, sehingga pada akhirnya masyarakat akan
memiliki posisi tawar baik secara nasional maupun international.
konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik ditingkat
ideologis maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan merupakan hasil interaksi
antara konsep top down dan bottom up antara growth strategy dan people centered strategy.
sedangkan ditingkat praksis, interaktif akan terjadi lewat pertarungan antarotonomi. konsep
pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan.

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan oleh
kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan, tknologi ketrampilan,
ditambah oleh kemampuan sumber daya manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak
kompetitif menunjang pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal.
selain itu kelembagaan pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum
belum dioptimalkan untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan
pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu memberi nilai
tambah usaha.
sementara melihat kelembagaan aparat pemerintah ditingkat lokal terlalu terbebani
pelaksanaan program dari pemerintahan ditingkat atasnya, sehingga tidak dapat memfokuskan
pada pelayanan pengembangan peran serta masyarakat dalam proses perwujudan masyarakat
maju dan mandiri.
menurut kartasasmita (1996) yang mengacu pada pendapat chambers, pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan nilai-nilai sosial.
konsep ini mencerminkan paradigma basis pembangunan yang bersifat people centered,
participatory, empowering dan sustainable.
dari definisi diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep yang lebih luas
daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia. pemberdayaan masyarakat lebih
diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagi sumber, pelaku dan yang menikmati hasil
pembangunan. dengan kata lain pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat indonesia.

secara konkrit, pembedayaan masyarakat diupayakan melalui pembangunan ekonomi
rakyat ( sumodiningrat,1997). sementara itu, pembangunan ekonomi rakyat harus diawali dengan
usaha pengentasan penduduk dari kemiskinan. kemudian sumodiningrat, mengatakan bahwa
upaya pemberdayaan masyarakat sebagaimana tersebut diatas paling tidak harus mencakup lima
hal pokok yaitu bantuan dana sebagai modal usaha, pembangunan prasarana sebagai pendukung
pengembangan kegiatan, penyediaan sarana, pelatihan bagi aparat dan masyarakat dan penguatan
kelembagaan sosial ekonomi masyarakat seperti bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang
suatu saat harus digantikan dengan tabungan yang dihimpun dari surplus usaha.
latar belakang tersebut secara nyata diwujudkan dalam pendekatan pembangunan
masyarakat sebagai berikut :
pengoptimalan pengembangan masyarakat desa/kelurahan melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat untuk dapat meraih kesempatan peluang usaha melalui penyediaan
prasarana dan sarana modal sosial dimasyarakat

2.
3.

pemantapan kordinasi pembangunan melalui penciptaan keterkaitan antara institusi lokal
yang ada dimasyarakat
mendasarkan pada partisipasi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan kemitraan

dunia usaha, pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan transparansi.
Sumber : http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/04/konsep-pemberdayaan-masyarakat-sebagai.html

konsep defenisi dan teori pemberdayaan masyarakat (5)
kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi pemberdayaan dan
memberdayakan, menurut merriam webster dan oxfort english dictionery (dalam prijono dan pranarka, 1996 : 3) mengandung
dua pengertian yaitu : pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or
enable. dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke
pihak lain. sedang dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.
konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi
semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam
bidang politik, ekonomi dan lain-lain. memberdayakan masyarakat menurut kartasasmita (1996 : 144) adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and
sustainable.
gagasan pembangunan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat perlu untuk dipahami sebagai suatu proses
transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. perubahan struktur yang sangat diharapkan adalah
proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan dan harus dapat dinikmati bersama. begitu pula sebaliknya,

yang menikmati haruslah yang menghasilkan. proses ini diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan masyarakat dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui penciptaan akumulasi modal yang bersumber dari surplus yang
dihasilkan, yang mana pada gilirannya nanti dapat pula menciptakan pendapatan yang akhirnya dinikmati oleh seluruh rakyat.
dan proses transpormasi ini harus dapat digerakan sendiri oleh masyarakat.
menurut sumodiningrat (1999 : 134), mengatakan bahwa kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat dipilah
dalam tiga kelompok yaitu : pertama, kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar
tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. kedua, kebijaksanaan yang secara langsung mengarah
pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran. ketiga, kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin
melalui upaya khusus.
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut kartasasmita (1996:159-160), harus dilakukan melalui beberapa
kegiatan : pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. di sinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap anggota masyarkat, memiliki suatu
potensi yang selalu dapat terus dikembangkan. artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya, karena kalau
demikian akan mudah punah.
pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan tetap memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh setiap
masyarakat. dalam rangka itu pula diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari menciptakan iklim dan suasana.
perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta membuka akses
kepada berbagai peluang (upportunities) yang nantinya dapat membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.
Sumber: http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/konsep-definisi-dan-teori-pemberdayaan.html


Pemberdayaan Masyarakat Pengertian, Proses, Tujuan (6)
a.

Pengertian pemberdayaan masyarakat

Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan
yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang
tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan
sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk
memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian
pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen
terhadap pemberdayaan masyarakat.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak.
Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata
“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak
yang kurang berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk

membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan
tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi
kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah mencapai tujuan
kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta
sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan
eksternal.

1.
2.
3.
4.
5.

b. Proses Pemberdayaan
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung
dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan
atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna

pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan)
Mampu mengarahkan dirinya sendiri
Memiliki kekuatan untuk berunding
Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdaya
adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan
peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil
keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu
bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang
memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.

c.


Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakat
Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam
program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau
memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek
fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen
bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang
ingin dicapai daripemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi
yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan
sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan
afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya
merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam
rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap
perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilainilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh
individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan

perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki
masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas
pembangunan. Pemberdayaan Masyarakat
Sumber : http://www.sarjanaku.com/2011/09/pemberdayaan-masyarakat-pengertian.html

Tujuan dari Pemberdayaan (7)
Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :
Upaya Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam
arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan
sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan
pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah. Bantuan technical
assistance jelas mereka perlukan, akan tetapi bantuan tersebut harus mampu membangkitkan
prakarsa masyarakat untuk membangun bukan sebaliknya justru mematikan prakarsa. Dalam
hubungan ini, kita dituntut menghargai hak-hak masyarakatyaitu Right of Self - Determination
dan Right for Equal Opportunity. Hak untuk menentukan sendiri untuk memilih apa yang terbaik
bagi masyarakat, serta hak untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai
dengan potensi-potensi yang mereka miliki.
Pelaksanaan Otonomi di Indonesiamerupakan akselerasi reformasi di bidang sistem
pemerintahan. Melalui otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan wewenang dan tanggung
jawab kepada Daerah Kabupaten dan Kotamadya. Sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dimiliki, daerah dapat melaksanakan pemberdayaan masyarakat lebih optimal, terutama untuk
merangsang partisipasi aktif masyarakat untuk membangun.
Dalam rangka semangat otonomi daerah serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat,
Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan, menerapkan sistem
pembangunan yang berakar dari masyarakat dengan mengoptimalkan Bantuan Pembangunan

Desa. Keberadaan Dana Bantuan Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Swadaya Masyarakat,
yang dialokasikan oleh Pemerintah daerah tersebut sangat penting dimaksudkan untuk
memperkuat pemerintahan desa sebagai instansi pertama yang langsung berhubungan dengan
masyarakat. Bantuan itu merupakan stimulan guna mendorong dan memperkuat roda
pemerintahan desa.
Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2202726-tujuan-pemberdayaanmasyarakat/#ixzz2B39r4CIy

Pengembangan Masyarakat (Community Development)
OLEH LU'LU NAFISAH PADA OKTOBER 13, 2014

Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia umumnya disebabkan karena rendahnya tingkat sosial
ekonomi masyarakat, yang mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam berbagai hal,
khususnya dalam bidang kesehatan guna memelihara diri mereka sendiri (self care). Bila keadaan ini
dibiarkan akan menyebabkan masalah kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok-kelompok
dan masyarakat secara keseluruhan. Dampak dari permasalahan ini adalah menurunnya status
kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Keadaan ini akan sangat berpengaruh
terhadap produktivitas keluarga dan masyarakat untuk menghasilkan sesuatu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang selanjutnya membuat kondisi sosial ekonomi keluarga dan masyarakat
semakin rendah, demikian seterusnya berputar sebagai suatu siklus yang tidak berujung seperti yang
terdapat dalam gambar di bawah ini.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka masyarakat perlu dikembangkan dan diberdayakan agar dapat
meningkatkan kemandiriannya sehingga diharapkan individu, kelompok atau masyarakat bisa
mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memelihara dan melindungi kesehatan mereka
sendiri (kemandirian atau self reliance).
1. Definisi dan Konsep Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan”
dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Telah disebutkan bahwa konsep dari komunitas adalah
sekelompok orang dengan identitas bersama. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat bergantung
pada interaksi antara manusia dan aksi bersama daripada kegiatan individu apa yang beberapa ahli
sosiologi menyebutnya dengan ‘lembaga kolektif’ (Flora dan Flora 1993). Bidang-bidang
pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosialbudaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu:

Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama.
Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di
wilayah pedesaan.

Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan
kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas
atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para
orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para
pengguna pelayanan kesehatan mental (Mayo, 1998).

Pengembangan sendiri menurut United Nation adalah Pengembangan adalah suatu proses yang
didesain untuk menciptakan kondisi ekonomi dan kemajuan sosial untuk komunitas yang
berhubungan dengan partisipasi aktif dan untuk memenuhi kemungkinan kepercayaan atas inisiatif
komunitas. Komunitas sendiri ada dua, yaitu rural community dan urban community. Pengembangan
adalah proses meningkatkan pilihan, dalam arti pilihan baru, diversifikasi, berpikir tentang isu secara
berbeda dan mengantisipasi perubahan (Christenson et al., 1989).
Ada banyak definisi pengembangan masyarakat menurut pada ahli, antara lain:

Bhattacarya. Pengembangan masyarakat adalah pengembangan manusia yg tujuannya adalah
untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia untuk mengontrol lingkungannya.
Pengembangan masyarakat adalah usaha untuk membantu manusia mengubah sikapnya terhadap
masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan berorganisasi, berkomunikasi, dan menguasai
lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan
mampu berdiri sendiri.

Yayasan Indonesia Sejahtera. Pengembangan masyarakat adalah usaha-usaha yang
menyadarkan dan menanamkan pengertian kepada masyarakat agar dapat menggunakan dengan lebih
baik semua kemampuan yang dimiliki, baik alam maupun tenaga, serta menggali inisiatif setempat
untuk lebih banyak melakukan kegiatan investasi dalam mencapai kesejahteraan yang lebih baik.

Pengembangan masyarakat adalah metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan
kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993)

Pengembangan masyarakat adalah proses membantu masyarakat menganalisa masalah mereka,
untuk melaksanakan sebagai ukuran besar otonomi yang mungkin dan layak, dan untuk
mempromosikan identifikasi yang lebih besar dari warga negara individu dan individu organisasi
dengan masyarakat secara keseluruhan (Warren, 1978).
Nies dan McEwan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat(community health
development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengombinasikan
konsep, tujuan, serta proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam
pengembangan kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat
yang berkaitan dengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi
tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi lain yang terkait (CHNAC,
2003; Diem dan Moyer, 2004).
1. Hakikat dan Tujuan Pengembangan Masyarakat
1. Hakikat
Hakikat pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia atau masyarakat (Effendy, 1998). Selain itu, hakikat dari pengembangan masyarakat adalah
apa yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri, bukan apa yang dituliskan dalam angka atau teori.
Dalam hal ini, ketika ditemukan data dalam bentuk angka tentang keadaan suatu masyarakat atau

sebuah teori maka harus dikompromikan atau dicocokkan dengan kondisi riil masyarakat karena
sering kali yang terjadi adalah Theory is not a reality.
Sanders (1958) melihat pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dari satu tahap ke
tahap yang lain, sebuah metode untuk mencapai tujuan, sebuah prosedur program dan sebagai sebuah
gerakan menyapu orang dalam emosi dan keyakinan.
1. Tujuan
1. Menimbulkan percaya kepada diri sendiri
2. Menimbulkan rasa bangga, semangat, dan gairah kerja
3. Meningkatkan dinamika untuk membangun
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dalam mencapai tujuannya, pengembangan masyarakat harus dilakukan secara holistik atau dengan
multidisipliner untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, yang perlu diingat
adalah bahwa manusia bersifat dinamis sehingga dapat dilakukan intervensi untuk mengembangkan
masyarakat. Dinamis berarti manusia tetap menuju kebenaran dan tidak berhenti. Manusia tidak
pernah tamat dan tidak pernah sampai pada titik selesai. Sifat dinamis ini juga menyentuh masalah
evolusi dan sejarah. Pengetahuan manusia dipengaruhi oleh sejarah, lingkungan sosial, kebudayaan,
dan faktor-faktor individual (Snijders, 2006). Maka dari itu, ketika manusia diberikan intervensi dan
diberdayakan maka besar kemungkinannya akan dapat berubah, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mau menjadi mau, dan dari tidak mampu menjadi mampu.
Secara umum, beberapa bidang yang harus dikuasai dalam pengembangan masyarakat agar tujuan
dapat tercapai adalah:


Engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi).



Assessment (termasuk need assessment atau jajak kebutuhan dan profil wilayah).



Penelitian (termasuk penelitian aksi-partisipatif dengan masyarakat).



Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah maupun kelompokkelompok kepentingan).



Negosiasi (termasuk bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi-situasi konflik).



Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga).



Konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat dengan beragam latar
kebudayaan).



Manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi-aplikasi untuk memperoleh
bantuan).



Pencatatan dan pelaporan.



Monitoring dan evaluasi.

1. Unsur-unsur dan Bentuk-bentuk Pengembangan Masyarakat
Unsur – unsur pengembangan masyarakat antara lain:
1. Program terencana yang terfokus kepada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh(total needs) dari
masyarakat yang bersangkutan (Holistik).
2. Mendorong swadaya masyarakat (empowerment).
3. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau organisasiorganisasi sukarela, yang meliputi tenaga personil, peralatan, bahan ataupun dana
(kemitraan).
4. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti pertanian, peternakan, kesehatan masyarakat,
pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dll untuk membantu
masyarakat (Efendi, 2009).
Menurut Mezirow (1997), terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan masyarakat, yaitu:


Program integratif. Memerlukan pengembangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis,
menyediakan bantuan teknis dan finansial secara besar-besaran dan melibatkan pejabatpejabat tiap tingkatan pemerintah (pusat-desa). Misalnya adalah program ABAT (Aku
Bangga Aku Tahu) yang dibuat oleh kementerian kesehatan untuk mengatasi permasalahan
HIV/AIDS yang makin banyak terjadi pada remaja.



Program adaptif. Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu
kementerian.



Program proyek. Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program
disesuaikan khusus pada daerah yang bersangkutan. Misalnya: kabupaten Banjarnegara
merupakan salah satu daerah endemis malaria, maka dalam rangka mencegah semakin
meluasnya endemis dan mengurangi penderita malaria pemerintah atau dinas kesehatan
setempat membuat sebuah program pemberantasan malaria khusus untuk wilayah endemis
malaria di Banjarnegara.

Langkah-langkah untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat sebagai berikut :
1) Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.

2) Pertinggi mutu potensi yang ada.
3) Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
4) Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 1998).
Penjabaran secara operasional dari bentuk program pengembangan masyarakat ini sebagai berikut :

Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatan, baik yang
dihadapi secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisis dan kemudian menyusun
perencanaan penanggulangan masalah.

Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan
usaha perbaikan tersebut.

Dalam prosesnya sedapat mungkin digali dari sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.
1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat menggabungkan dua kata secara bersama-sama yaitu pengembangan dan
masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri terlibat dalam proses yang bertujuan
untuk meningkatkan sosial, ekonomi dan situasi lingkungan masyarakat.
Masyarakat merupakan maksud dan akhir dari pengembangan masyarakat, bukan hanya sebagai
objek tapi juga berperan sebagai subjek dalam pengembangan masyarakat. Masyarakat sendiri yang
mengambil tindakan dan berpartisipasi bersama-sama. Hal ini melalui tindakan masyarakat tersebut
menjadikan masyarakat lebih penting, tidak hanya ekonomi tapi sebagai fungsi masyarakat yang
kuat. Pengembangan masyarakat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk bersama membuat
keputusan tentang penggunaan sumber daya, seperti infrastruktur, tenaga kerja, dan pengetahuan.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka digunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat. Asumsi dasar mekanisme
kolaborasi antar tenaga kesehatan dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus, yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan
program kesehatan masyarakat (Kreuter et al., 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi
aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap
kolaborasi tenaga kesehatan dengan masyarakat (Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan
tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan,
meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan koalisi perawat komunitas dengan
masyarakat (Bracht, 1990).
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, dan lembaga masyarakat termasuk
swasta mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat; mengembangkan
kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga, dan masyarakat; serta menjadi pelaku perintis

kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan
atas kemandirian dan kebersamaan. Peran serta masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat (Mapanga dan Mapanga, 2004).
Berbagai pendekatan dan bentuk – bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat yang secara garis
besar meliput Primary Health Care (PHC), Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
dan Posyandu sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang melibatkan secara langsung peran aktif dari
masyarakat. Primary Health Care (PHC) sebagai Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai
Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau Health For All by The Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam konferensi
tersebut Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 ( HFA’2000 ) kuncinya
adalah PHC (Primary Health Care) dan Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah
PKMD ( Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa ). Dimana PKMD adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri
sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan
dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Cara dan langkah dalam meningkatkan peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut:

Peningkatan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang berorientasi pada
manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya

Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersifat sebagai
fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktur terhadap masyarakat, agar mampu
mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat
(Efendi, 2009).
Secara garis besar, langkah pengembangan peran serta masyarakat umum adalah sebagai berikut:

Penggalangan dukungan penentu kebijakan (opinion leader), pemimpin wilayah, lintas sektor,
dan berbagai organisasi kesehatan, yang dilaksanakan melalui dialog, seminar, dan lokakarya dengan
memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan.

Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi, atau sarasehan di bidang
kesehatan.

Persiapan masyarakat melalui serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan
menggerakkan swadaya yang dimiliki (Efendi, 2009).
Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut:


Individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baik formal maupun informal.



Keluarga.


Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan seperti anak sekolah, ibu hamil,
lansia, dan lain-lain.

Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan seperti organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.


Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, dan pemukiman khusus (Efendi, 2009).

Strategi dan Perencanaan Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat (community development) dipandang sebagai strategi yang tepat untuk
memberdayakan dan menigkatkan taraf hidup masyarakat luas. Namun perlu diingat bahwa setiap
masyarakat mempunyai tradisi dan adat-istiadat yang berbeda, yang dapat menjadi potensi yang
dapat dikembangkan sebagai modal sosial. Untuk itu dalam upaya pengembangan masyarakat,
dibutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat. Selain itu, perlu juga dilakukan pembahasan
pengembangan masyarakat dalam konteks beragam pendekatan yang dapat dipandang sebagai caracara alternatif dalam melaksanakan pengembangan masyarakat.
Strategi pengembangan masyarakat yang di ungkapkan Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian
(2006) antara lain rational-empirical, normative-reeducative danpower-coorcive. Rationalempirical menitik beratkan pada basis riset oleh beberapa ahli. Sedangkan normativereeducative lebih terkait dengan sikap dan sistem nilai warga komunitas. Berbeda dengan kedua
strategi tersebut, power-coercive lebih terkait dengan hubungan relasi kekuasaan dimana kekuasaan
tersebut cenderung dipaksakan kepada komunitas.
Asumsi-asumsi dasar strategi pengembangan masyarakat pada production centered
development menyatakan bahwa asumsi tentang masyarakat dipandang sebagai komunitas yang
tradisional dan memiliki pengetahuan yang rendah. Maka untuk memajukan komunitas tersebut
diperlukan pengetahuan dari luar. Konsekuensi perencanaannya bersifat top-down, sentralistis,
direncanakan oleh tenaga ahli dan lebih mengutamakan perencanaan pertumbuhan ekonomi makro.
Konsekuensi perlakuan terhadap masyarakat memposisikan tenaga ahli sebagai pihak yang dilayani
oleh masyarakat sehingga berimplikasi pada kehidupan sosial lebih menutupi realitas yang ada.
Sedangkan tipe people centered development mengasumsikan masyarakat (komunitas) dibangun
bukan karena mereka bodoh atau tidak mampu tetapi kemampuan yang dimiliki dioptimalkan sesuai
dengan pengetahuan lokal dan teknologi tepat guna sebagai basis pengembangan masyarakat.
Konsekuensi dari perencanaan ini menekankan pada aspek lokalitas, perencanaan secara otonomi
berdasarkan lokalitas dan partisipasi masyarakat dan pemikiran otonomi ditekankan berdasarkan
kebutuhan mikro. Sehingga konsekuensi perlakuan masyarakat memposisikan tenaga ahli sebagai
fasilitator yang berimplikasi bagi kehidupan sosial yang lebih membuka realitas.
Pelaksanaan pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau
proyek pembangunan. Secara garis besar, perencanannya dapat dilakukan dengan mengikuti 6
langkah perencanaan, yaitu:
1. Perumusan masalah. Pengembangan masyarakat dilaksanakan berdasarkan masalah atau
kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh
pengembangan masyarakat dalam kesehatan antara lain perilaku hidup bersih dan

sehat, health seeking behaviour, deteksi dini, dan lain-lain. Perumusan masalah dilakukan
dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), diskusi kelompok, rapat
desa, dan sebagainya.
2. Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas
yang perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut.
3. Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat
diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik
memiliki karakteristik jelas dan spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
4. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan
ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.
5. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menunjang program kegiatan, termasuk didalamnya adalah sarana, sumber
dana, dan sumber daya manusia.
6. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda yang dapat
digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.
7. Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau proses dan
hasil pelaksanaan program.
DAFTAR PUSTAKA
AMA. 1993. Local Authorities and Community Development: A Strategic Opportunity for the 1990s.
London: Association of Metropolitan Authorities.
Bracht, N. 1990. Health Promotion at the Community Level. Newbury Park, CA: Sage.
Christenson, J.A. and Robinson, J.W. 1989. Community Development in Perspective. Iowa State
University Press, Ames Iowa.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta:EGC.
Flora, C.B. and J.L. Flora. 1993. “ Entrepreneurial Social Infrastructure: A Necessary Ingredient.”
Annals of the American Academy of Political and Social Sciences 539: 48-58.
Kreuter, et al. 2000. Are Tailored Health Education Materials Always More Effective than nonTailored Materials? Health Education Research 15(3), 305-315.

Mapanga, Kudakwashe G dan Mapanga, Margo B. 2004. A Community Health Nursing Perspective
of Home Health Care Management and Practice. Home Health Care Management & Practice. vol.16
no.4. halaman 271-279.
Mayo, M. 1994. “Community Work”, dalam Hanvey and Philpot (eds), Practising Social Work.
London: Routhledge.
Mezirow. 1997. Transformatif Dimension of Adult Learning. New York: Suny Press.
Nasdian FT. 2006. Pengembangan masyarakat. Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan
Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangn Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia.
Institut Pertanian Bogor (Tidak diterbitkan).
Nies, MA., and McEwen, M. 2001. Community Health Nursing: PromotingThe Health of
Populations. 3rd Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Sanders, I.T. 1958. Theories of Community Development. Rural Sociology 23(1): 1-12.
Sienkiewicz, Josephine. 2004. The Quality Network Adverse-Event Benchmarking Project: A New
Jersey Perspective. Home Care Management and Practice. Vol. 16 no. 4. Page: 280-285.
Snijders, Adelbert. 2006. Manusia dan Kebenaran, Sebuah Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta:
Kanisius.
Warren. R. 1978. The Community in America. Third Edition. Chicago: Rand-McNally.

Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Community Development Program (Program Pemberdayaan Masyarakat) merupakan suatu progam /
proyek yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan
kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat, Partisipasi masyarakat dan
kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan.
Terpuruknya perekonomian negara ditambah semakin merajalelanya korupsi, kolusi, dan nepotisme
secara langsung membuat masyarakat menjadi tidak berdaya. Masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan semakin meningkat, pengangguran yang sudah mencapai 40 juta, keluarga jalanan dan
anak jalanan menjadi masalah sosial yang menonjol di perkotaan; anak-anak putus sekolah pada
semua jenjang pendidikan makin bertambah, masalah kriminalitas yang makin meningkat, ditambah
dengan masalah sosial lainnya yang membuat masyarakat tidak berdaya memenuhi kebutuhan
pokoknya

Pola pemberdayaan masyarakat bukan merupakan kegiatan yang sifatnya top-down intervention yang
tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya, karena
yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola
pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang menghargai dan mengakui bahwa
masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan
permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan
kebersamaan

Konsep Community Development telah banyak dirumuskan di dalam berbagai definisi. Perserikatan
Bangsa-Bangsa mendefinisikannya: " as the process by which the efforts of the people themselves are
united with those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions
of communities, to integrade these communities into the life of the nations, and to enable them to
contribute fully to national progress". (Luz. A. Einsiedel 1968:7).

Definisi di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan suatu "proses" dimana
usaha-usaha atau potensi-potensi yang dimiliki masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang
dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan
mengintegrasikan masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka
agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada level nasional.

US International Cooperation Administration mendeskripsikan Community Development itu sebagai :
" a process of social action in which the people of a community organized themselves for planning
action; define their common and individual needs and problems; make group and individual plans with
a maximum of reliance upon community resources; and supplement the resources when necessary
with service and material from government and non-government agencies outside the community ".
( The Community Development Guidlines of the International Cooperation Administration, Community
Development Review, December,1996,p.3).

Definisi di atas lebih menekankan bahwa konsep pembangunan masyarakat, merupakan suatu proses
"aksi sosial" dimana masyarakat mengorganiser diri mereka dalam merencanakan yang akan
dikerjakan; merumuskan masalah dan kebutuhan-kebutuhan baik yang sifatnya untuk kepentingan
individu maupun yang sifatnya untuk kepentingan bersama; membuat rencana-rencana tersebut
didasarkan atas kepercayaan yang tinggi terhadap sumber-sumber yang dimiliki masyarakat, dan

bilamana perlu dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari pemerintah dan badanbadan nonpemerintah di luar masyarakat.

Melengkapi kedua definisi di atas, Arthur Dunham seorang pakar Community Development
merumuskan definisi Community Development itu sebagai berikut.
"organized efforts to improve the conditions of community life, and the capacity for community
integration and self-direction. Community Development seeks to work primarily through the
enlistment and organization of self-help and cooprative efforts on the part of the residents of the
community, but usually with technical assistance from government or voluntary organization.(Arthur
Dunham 1958: 3).

Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan usaha-usaha yang
terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan
masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja
terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari
individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari
pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.

Arthur Dunham membedakan "Community Development" dengan "Community Organization" :
community development is concerned with economic life, roads, buildings, and education,as well as
health and welfare, in the narrower sense. On the other hand, community welfare organization is
concerned with adjustment of social welfare needs and resources in cities, states, and nations as in
rural villages.

Jadi community development lebih berkonotasi dengan pembangunan masyarakat desa sedangkan
community organization identik dengan pembangunan masyarakat kota.

Lebih lanjut Dunham mengemukakan 4 unsur-unsur Community development sebagai berikut.
1. a plan program with a focus on the total needs of the village community;
2. technical assistance;
3. integrating various specialities for the help of the community; and
4. a major emphasis upon selp-help and participation by the residents of the
community

Dari definisi Community Development di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Community Development merupakan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan.
Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan dilaksanakan tahap
demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut
dan evaluasi - follow-up activity and evaluation.
2. Community Development bertujuan memperbaiki - to improve - kondisi ekonomi,
sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
3. Community Development memfokuskan kegiatannya melalui pemberdayaan potensipotensi yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka,
sehingga prinsip to help the community to help themselve dapat menjadi kenyataan.
4. Community Development memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Artinya
partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama - group action - di dalam memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi-potensi
yang dimiliki masyarakat.

Community Development dengan segala kegiatannya dalam pembangunan menghindari metode
kerja "doing for the community", tetapi mengadopsi metode kerja "doing with the community".
Metode kerja doing for, akan menjadikan masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya,
bahkan mendidik masyarakat untuk bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi
sukarela pemberi bantuan. Sebaliknya, metode kerja doing with, merangsang masyarakat menjadi
aktif dan dinamis serta mampu mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya - real needs, felt
needs dan expected need . Metode kerja doing with, sangat sesuai dengan gagasan besar KI Hajar
Dewantara tentang kepemimpinan pendidikan di Indonesia - ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, dan tut wuri handayani - yang berfokus akan perlunya kemandirian yang partisipatif di
dalam proses pembangunan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PENGEMBANGAN
EKONOMI KERAKYATAN

A. PENDAHULUAN
1.

Latar

Belakang

:

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi pembangunan sekarang sudah banyak diterima, bahkan telah
berkembang berbagai pemikiran dan literatur tentang hal tersebut. Meskipun dalam kenyataannya strategi ini
masih

belum

maksimal

di

aplikasikan.

Disamping itu banyak pemikir dan praktisi belum memahami dan meyakini bahwa partisipatif dapat digunakan
sebagai

alternatif

dalam

memecahkan

persoalan

pembangunan

yang

dihadapi.

Dilain pihak konsep pembangunan yang selama ini diterapkan belum mampu menjawab tuntutan-tuntutan yang
menyangkut keadilan dan pemerataan serta keberpihakannya kepada masyarakat, sehingga pembangunan yang
digagas

belum

mampu

mengangkat

penduduk

yang

hidup

dibawah

garis

kemiskinan.

Upaya meningkatkan keberpihakan pembangunan kepada kepentingan masyarakat, sepertinya tidak dapat
dilepaskan dari upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berpartisipasi dalam pembangunan dimaksud.
Berbag