Water quality index tool untuk status

Penilaian Status Kualitas Air Sebagai Dampak Kegiatan Budidaya
Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Intensif
dengan Menggunakan Indek Kualitas Air
Anggoro Prihutomo
Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
marhaendra.utama@gmail.com
Jl. Imam Bardjo, SH no.3-5, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Sutrisno Anggoro
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H. - Tembalang Semarang, Indonesia 50275
Nur Kusuma Dewi
Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang
Kampus Unnes Sekaran, Gunungpati Semarang 50229
Nurul Ikhwan
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang
Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

ABSTRAK
Udang vanamei saat ini menjadi komoditas utama budidaya air payau yang sangat
menguntungkan dari aspek ekonomi. Akan tetapi sebagaimana semua kegiatan manusia
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi pasti memberikan dampak terhadap lingkungan.

Salah satu isu lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan budidaya udang udang
adalah penurunan kualitas air, terutama pada media budidaya. Disisi lain kualitas air
yang baik menjadi penentu keberhasilan usaha ini. Indek kualitas air atau water quality
index (WQI) merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai
status kualitas air. Makalah ini bertujuan untuk menggambarkan status kualitas air
selama pemeliharaan udang vanamei di tambak dengan suatu indek kualitas air.
Enam petak tambak dengan dasar tanah digunakan dalam kajian ini dengan
luasan masing masing 4000 m2. Padat tebar udang sebanyak 80 ekor/m2. Pakan
komersiil dengan protein 35-42 %. Sepuluh Paddle wheel aerator 1 Pk digunakan
untuk menjaga tingkat kelarutan oksigen tambak. Pemeliharaan dilakukan selama 90
hari. Data yang diperoleh dianalisis secara deksriptif.
Data beberapa parameter kualitas air selama pemeliharaan terus mengalami
penurunan hingga melebihi kondisi optimal untuk budidaya udang. Terutama untuk
perameter muatan padatan tersuspensi (TSS) yang mencapai 500 mg/L, kecerahan
hanya 10 cm dan nitrit yang mencapai 46 mg/L. Tingkat keragaman plankton pada
tengah hingga akhir periode pemeliharaan dapat dikatakan sedang dengan H’> 1.
Sedangkan, berdasarkan nilai indeks kualitas air menunjukan kualitas yang baik hanya
pada awal pemeliharaan dengan WQI mencapai nilai 0,75. Pada usia pemeliharaan
selebihnya hingga panen nilai indek kualitas air menunjukkan nilai yang sedang (0,44
– 0,49).

Kata kunci: Kualitas air, udang vanamei, tambak, indek kualitas air

I.

Pendahuluan

Litopenaeus vannamei merupakan salah
satu komoditas akuakultur yang sangat
penting di Indonesia bahkan di dunia dewasa
ini. Produksi akuakultur dunia untuk udang
udangan pada tahun 2010 sebagian besar
(70,6%) dihasilkan dari komoditas udang

vanamei (FAO, 2012). Komoditas udang hasil
kegiatan akuakultur di Indonesia produksinya
terus mengalami kenaikan dari 409.6 ribu ton
pada tahun 2008 menjadi 415.7 ribu ton pada
tahun 2012, dengan rata rata kenaikan hanya
sebesar
1,04

%
(KKP,
2013)

Namun demikian, setiap kegiatan
manusia
termasuk
akuakultur,
akan
mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh
sistem lingkungan (Pillay, 2004). Salah satu
pengaruh dari kegiatan akuakultur terhadap
lingkungan adalah terjadinya polusi air (C.
Boyd, Lim, Queiroz, & Salie, 2005; FungeSmith & Briggs, 1998). Dampak lingkungan
yang diakibatkan dari kegiatan akuakultur
menjadi bumerang bagi akuakultur itu sendiri.
Berbagai macam fenomena kegagalan dalam
akuakultur payau dewasa ini merupakan
imbas dari dari dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Dampak kegiatan akuakultur

telah mengakibatkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan itu sendiri. Imbas dari
penurunan kualitas lingkungan adalah
turunnya produktifitas lahan. Kematian massal
karena vibriosis dan serangan virus pada
budidaya udang bisa disebabkan oleh efek
sekunder dari penurunan kualitas lingkungan
budidaya (Anggoro & Subandiyono, 2012;
Michael & Phillips, 1995).
Oleh karena variasi yang tak terhitung
jumlahnya dan rumit dalam penentuan status
kualitas air, maka program monitoring dan
pendugaan yang handal akan kualitas air
memainkan peran penting dalam manajemen
akuakultur agar mengerti sejauh mana tingkat
kontaminasi dan memperkirakan dampaknya
terhadap sistem akuakultur (Ma, Song, Wan,
& Gao, 2013). Penentuan kualitas air dapat
didefinisikan sebagai analisis sifat fisiko,
kimia dan biologi air (Effendi, 2003).

Indek kualitas air (Water Quality
Index/WQI) merupakan salah satu alat untuk
menentukan kondisi kualitas air dan seperti
halnya alat alat yang lain, WQI membutuhkan
pengetahuan mengenai prinsip dan konsep
dasar mengenai air dan isu yang terkait. Indek
kualitas air bertujuan untuk memberikan satu
nilai tunggal atas kualitas air dari sejumlah
parameter parameter menjadi suatu tampilan
yang sederhana sehingga data yang diperoleh
mudah
untuk
diinterpretasikan.
WQI
menyimpulkan data kualitas air yang besar
menjadi suatu istilah yang sangat sederhana
(sangat baik, baik, buruk,...dll) (Bharti &
Katyal, 2011). Modifikasi indek kualitas air
(WQI) untuk kegiatan akuakultur telah
dilaporkan dilaporkan oleh (Ma et al., 2013;

Simões, Moreira, Bisinoti, Gimenez, & Yabe,
2008).

Makalah
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan status kualitas air pada setiap
periode pemeliharaan udang vanamei intensif
dalam suatu nilai indek kualitas air (WQI).
Mengingat status kualitas air dalam suatu nilai
indek akan mempermudahkan dalam menilai
status
kualitas
air
selama
periode
pemeliharaan dalam kegiatan akuakultur.
Manfaat yang akan didapatkan dengan kajian
mengenai penentuan status mutu air dalam

suatu nilai indek kualitas air selama
pemeliharaan udang vanamei ini adalah untuk
mewaspadai kemungkinan akibat yang akan
terjadi
terhadap
komoditas
yang
dibudidayakan dan dapat dijadikan dasar
manajemen
pengelolaan
lingkungan
akuakultur terutama kualitas air secara efektif
dan efisien selama siklus pemeliharaan.
II. Metodologi
Kajian ini dilakukan di kawasan
akuakultur BLUPPB Karawang, Desa
Pusakajaya Utara, Kec. Cilebar Kabupaten
Karawang
Jawa
Barat

pada
siklus
pemeliharaan udang vanamei bulan Mei –
Agustus 2014. Enam petak tambak dengan
dasar tanah di lokasi Blok B2 digunakan
dalam kajian ini. Masing masing petak
mempunyai luasan tambak 4000 m2, dengan
ketinggian pematang 1,5 – 2 m. Sekitar 50 %
dari total luasan petak tambak dilapisi dengan
plastik mulsa. Hanya daerah tengah petakan
yang masih menggunakan dasar tanah.
Ketinggian air selama pemeliharaan diatur
pada ketinggian 100 – 120 cm. Delapan
hingga sepuluh paddle wheel dengan daya 1
PK digunakan pada masing – masing petak
untuk mempertahankan tingkat kelarutan
oksigen air tambak. Padat tebar udang untuk
masing – masing petak adalah 80 ekor/m2.
Pakan komersil dengan kandungan protein 35
– 40% diberikan secara penuh selama

pemeliharaan. Pemberian pakan hingga
mencapai 80 Kg/hari pada akhir periode
pemeliharaan.
Dalam menentukan status kualitas air,
dilakukan dengan menganalisis data kualitas
air hasil pengukuran menjadi suatu nilai
kuantitatif dalam suatu nilai tunggal dalam
bentuk Indek Kualitas Air (WQI). Perhitungan
untuk menentukan Water Quality Index
(WQI) mengacu dari metode yang dilakukan
oleh Lee, Wu, Asio, & Chen (2006) dan

Partoyo (2005) dengan modifikasi dari penulis
untuk
disesuaikan
dengan
kegiatan
akuakultur. Metode ini memperhitungkan
keterwakilan peran aspek fisik, kimia dan
biologi parameter dalam menentukan status

kualitas air.

Tabel 1, berikut adalah indikator
indikator kualitas tanah/air, dengan nilai SF
yang spesifik dan parameternya yang akan
dipilih sebagai penentu perhitungan indek
kualitas air (WQI).

Tabel 1. Indikator kualitas air yang dipilih, SF dan parameter parameternya
Indikator

Sat.

S
F

Lower
threshold

Base

-line

Upper
threshold

Lower
baseline

Optimu
m level

Upper
baseline

Parameter fisika air
o
Suhu
5
35
18
30
32
C
TSS
ppm
5
200
50
80
100
Kecerahan
cm
5
60
25
37,5
50
Salinitas
ppt
5
40
10
20
35
Parameter kimia air
DO
ppm
3
5
pH
ppm
5
4
11
6
7,5
9
Tot. alk
ppm
5
300
50
125
200
TOM
ppm
5
0
100
25
50
75
Tot amonia
ppm
9
0
2
4
Nitrit
ppm
9
0
0,1
1
Parameter Biologi air
Kelimpahan
Indv/L 5
0
>15.000
2250
4500
9750
fitoplankton
Keragaman
3
3
fitoplankton
1
2
Tot. vibrio
CFU
9