Dirgantara Di Bumi Gadjah Mada.docx

Dirgantara Di Bumi Gadjah Mada
Tuhan menciptakan bumi yang indah untuk
dijelajahi dan samudera yang biru untuk
dilayari, namun apa artinya jika Aku terlalu
mencintai langit berawan untuk diterbangi?

Bidang kedirgantaraan selalu menarik dan menggelitik untuk dipahami
dan digali. Bagaimana tidak? Terbang di angkasa adalah bagaikan mimpi
untuk ditanggapi menjadi realisasi. Bagaikan anomali, kedirgantaraan
selalu lebih mencuat dan mendominasi perhatian umat untuk diseriusi,
jika disandingkan bidang lainnya, seperti bidang kemaritiman misal.
Sosok wahana terbang memang belum begitu membumi untuk segala
kalangan -mungkin karena memang diciptakan untuk terbang tinggi.
Kita beruntung pernah memiliki BJ Habibie sebagai insinyur pesawat
paling berbakat di angkatannya. Namun, bagaimana seterusnya? Habibie
pun punya masa nya.
Bagaimana kedirgantaraan Indonesia betahan pada zaman ini? Adalah
generasi muda sebagai jawab dan solusinya. Indonesia masih dan selalu
membutuhkan pemuda produsen wahana terbang. Riset serta aplikasi
bidang kedirgantaraan made in Indonesia masih menjajaki langkah
demi langkah pasti yang selalu menarik untuk diungkit dan dipelajari.

Pemuda Indonesia diharapkan senantiasa meneruskan, mengembangkan
dan tentu saja menjadikan kenyataan mimpi-mimpi angkasa bumi
pertiwi. Langit khatulistiwa masih dan akan selalu menunggu produk-

produk asli dan pengembangan dirgantara untuk dijelajahi awan putih
dan langit birunya.
Saat harus dijejerkan dengan negara seangkatannya, tidak dapat
disanggah lagi, perkembangan dibidang ini memang memiliki
ketimpangan sangat jauh dan memerlukan perhatian lebih nan khusus.
Lebih tepatnya yang harus digarisbawahi disini adalah, Indonesia masih
ketinggalan zaman dibidang produksi, baik disisi kuantitas maupun
kualitas, serta kepedulian dan kesadaran akan pentingnya pengembangan
teknologi ini sangat dibutuhkan, jika ingin bersaing didunia universal
yang global. Tidak hanya persaingan secara produksi, gengsi negeri ini
pun menjadi taruhannya, bagaimana bisa maju ke liga internasional jika
sudah terlebih dahulu disepelekan? Itulah poinnya. Sebagai contoh
Indonesia dengan Korea Selatan yang hanya berbeda dua hari
kemerdekaan nya, bahkan ditahun yang sama kedua negara ini lahir,
dengan sekali pandang, dapat ditentukan wahan terbang siapa yang lebih
unggul.

Seperti ingin membuktikan bahwa masih ada pemuda-pemuda yang
peduli dibidang angkasa ini, Universitas Gadjah Mada tak henti-hentinya
melahirkan mahasiswa berbakat yang kontributif.
Adalah Gadjah Mada Aerospace Team atau biasa disebut GMAT serta
saudaranya, Gadjah Mada Flying Object Research yang dikenal dengan
nama GAMAFORCE, tak lain merupakan dua tim kebanggaan dan
unggulan yang berkonsentrasi di bidang kedirgantaraan dari mahasiswa
Universitas Gadjah Mada. Dua tim dirgantara ini pun memiliki visi,
misi, pandangan serta produk dan terobosan teknologi masing-masing.

Dengan berpegang teguh pada konsep Taklukan, Kuasai, Lindungi! Tim
GAMAFORCE adalah tim robot terbang yang merupakan wadah bagi
para mahasiswa yang memiliki minat riset dalam bidang UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) bagi mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Sebelum tahun 2015, Gamaforce hanya terdiri dari mahasiswa Teknik
Mesin. Namun, Gamaforce telah membuka peluang bagi seluruh
mahasiswa UGM untuk bergabung di dalam tim ini.
Saat ini GAMAFORCE sendiri merupakan sebuah tim yang terdiri dari
berbagai mahasiswa lintas departemen, yaitu Teknik Mesin dan lndustri,
llmu Komputer dan Elektronika, Teknik Fisika, Teknik Elektro, dan D3

Teknik Elektro. Gamaforce telah mengikuti Kontes Robot Terbang
Indonesia (KRTI) sejak tahun 2013 hingga 2017. Dalam KRTI.
GAMAFORCE ditantang untuk mendesain, membuat serta
menerbangkan sebuah pesawat. Tantangan yang diberikan
mengharuskan peserta mendapatkan kompromi antara geometri pesawat,
konstruksi, don sistem elektronik yang diintegrasikan pada pesawat
terbang.Pada tahun 2015, Gamaforce berhasil meraih predikat juara
umum dalam Kontes Robot Terbang Indonesia 2017.






Divisi Fixed Wings - GAMAFORCE
Dengan tagline JAGAT SAKSANA DIRGA, yang berarti Sang
Pelindung dari Angkasa, GAMAFORCE senantiasa selalu berupaya
mengembangkan teknologi robot terbang angkasa untuk langit Indonesia
Raya. Terdapat empat divisi produsen di GAMAFORCE, yaitu yang
pertama kategori Racing Plane dengan produk unggulan Rasayana,

Rasayana sendiri sudah tiga tahun berturut-turut mendapatkan gelar
juara pertama di Kontes Robot Terbang Indonesia dari tahun-tahun lalu.
Kategori Fixed Wings tidak kalah menarik dengan produknya Fiachara
yang juga sudah menyabet setumpuk gelar. Gadjah Mada Flying Chopter
dari kategori VTOL adalah kebanggaan bersama dengan sederet prestasi,
serta Aksabiantara dari Technology Development yang merupakan
jagoan angkasa GAMAFORCE.
Tim yang memiliki logo identitas berwarna biru-putih inpun memiliki
divis-divisi non-teknis yang tak kalah mempunyai peran penting dalam
keberlangsungan pengembangan robot terbng oleh GAMAFORCE
sendiri.
Divisi Eksternal, Internal dan Media adalah tiga serangkai serta juru
kunci penguat konsep, branding, serta keteraturan seluruh anggota tim
GAMAFORCE. Walaupun tidak terjun secara langsung, tak bisa dianya
bahwa divisi non-teknis adalah juru selamat kebersamaan tim robot
terbang Universitas Gadjah Mada ini.

Tak kalah menarik, unik serta cerdas, saudaranya, Gadjah Mada
Aerospace Team atau biasa disebut GMAT memiliki kebolehannya
sendiri dengan cara yang berbeda menjajaki angkasa negeri khatulistiwa

ini: dengan memproduksi muatan roket berteknologi mutakhir.
Gadjah Mada Aerospace Team (GMAT) merupakan tim yang terdiri dari
para mahasiswa UGM lintas jurusan dalam skala Universitas yang
berbakat dalam bidang robot udara dan kedirgantaraan (aerospace).






Gadjah Mada Aerospace Team di LAPAN
Tim ini awalnya terbentuk dari pelaksanaaan kompetisi muatan dan
roket Indonesia, yang diadakan setiap tahunnya oleh LAPAN. Sampai
dengan periode 2013, kompetisi yang diikuti oleh Gadjah Mada
Aerospace Team adalah Kompetisi Muatan dan Roket Indonesia
(KOMURINDO) yang terdiri dari 2 cabang, yaitu Muatan Roket dan
Roket EDF.
Mulai tahun 2014, dimulailah mengikuti kompetisi-kompetisi lain di
bidang aero, yaitu Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI),
Parahyangan Robotic Competition, serta Kompetisi Balon Atmosfer

(KOMBAT).
Tim yang terdiri dari mahasiswa aktif UGM ini didominasi oleh
mahasiswa program studi Teknik mesin, Teknik elektro, Teknik
informatika serta program studi Elektronika dan Instrumentasi (Elins)
yang dibagi menjadi tiga divisi teknis dan dua divisi non-teknis.
Divisi teknis sendiri meliputi divisi Payload yang berkutat pada muatan
roket yang memproduksi Gathotkaca, berfokus pada pembuatan Anena
Tracking System (ATS) dan Ground Control Segment (GCS.
Mempunyai misi mengirimkan data yang berupa gambar, sikap,
ketinggian dan lokasi payload saat diterbangkan ke udara menggunakan
roket yang dibuat LAPAN. Data yang dikirmkan oleh payload itu sendiri
akan diterima oleh ATS dan akan diteruskan ke Ground Control Segment
yang berisikan informasi.

Selain itu, Gadjah Mada Aerospace Team memiliki divisi EDF yang
bertanggung jawab memproduksi Peluru Kendali dengan motor
penggerak Electric Ducted Fan (EDF). Dengan Ultron sebagai produk
unggulan, fokus pada divisi ini adalah desain dan manufaktur rudal,
perakitan komponen elektronis rudal, pemrograman system kendali
roket, dan Ground Control Segment (GCS). Misi dari Pyload itu sendiri

adalah mnegirimkan data yang berupa gambar, sikap, ketingian, dan
lokasi payload itu sendiri akan diterima oleh ATS dan akan diteruskan ke
Ground Control Segment yang berisikan informasi yang dikirimkan oleh
Payload.
Divisi Balon adalah divisi yang berfokus pada riset dan pembuatan
muatan balon atmosfer yang memproduksi Maheswara, ungkapan Balon
termasuk cukup menggelitik termasuk dalam segi bentuk produk yang
memang berupa balon raksasa yang diterbangkan ke angkasa untuk
mencapai titik tertentu dan mengambil gambar prmukaan dibawahnya.
Muatan balon berisi berbagai sensor, kamera, dan modul frekuensi yang
dimuat dalam satu tempat. ATS mengarahkan antenna menuju muatan
sehingga data yang terkirim dengan baik, dan CGS menampilkan data
yang ada pada muatan pada layar komputer.
Tiga divisi teknis tersebut adalah produsen-produsen hebat serta tentu
saja inovatif dalam pengerjaannya.








Uaerospacegrasena - GMAT
Menjunjung trademark Indonesian Aerospace Isn’t Complete Without
Us, adalah gambaran serta bukti kecil bahwa doa adalah harapan yang
menjadi nyata, Gadjah Mada Aerospace Team nyatanya selalu membawa
pulang medali-medali penghargaan kompetisi Aerospace Nasional tiap
tahunnya.
Dikomandoi oleh para astronaut visioner, Gadjah Mada Aerospace
Team merupakan contoh nyata serta figur berbobot dibidang
kerdirgantaraan Indonesia. Selain itu, Gadjah Mada Aeroscpace Team
memiliki divisi non-teknis nya pula, beranggotakan para manager tim
disertai staff humas dan multimedia sebagai pusat kendali
keberlangsungan dan keteraturan agenda didalam tubuh tim terbang ini
sendiri.

Bidang dirgantara, selain tempat mimpi jadi nyata, adalah merupakan
lapangan terbang luas untuk kaum yang memiliki visi tinggi nan
berbobot untuk keberlangsungan menjelajah angkasa. Langit berawan
bumi pertiwi masih terus haus akan inovasi dan pengembangan dari

buah pemikiran anak bangsa, bumiputera nya sendiri.
Dengan itu, tidak terlepas karenanya, tim-tim kedirgantaraan Universitas
Gadjah Mada pastinya selalu dan terus membutuhkan dukungan dari
khalayak, doa dan harapan yang membumbung tinggi demi langit lebih
tinggi teknologi angkasa NKRI.

Ucapan terimakasih tak terhenti dari GAMAFORCE dan GMAT
senantiasa mengalir untuk para sponsor seluruh kalangan serta
masyarakat luas.

Dengan kesadaran tersebut, marilah kita bersama mendukung serta terus
mengupayakan kemashyuran langit Indonesia ini. Terobosan serta
pemikiran kedirgantaraan akan selalu ditunggu dan dinanti demi
Indonesia layak bersanding didunia wahana terbang.
Dirgantara Indoneisa Maju, Indonesia Jaya!

Reinha Delima,
Public Relation of Gadjah Mada Aerospace Team Generasi V