T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV

Bab IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1 Profil SMA Kristen Satya Wacana
SMA Kristen Satya Wacana atau lebih dikenal
dengan SMA Laboratorium terletak di Jalan Diponegoro
No. 52-60 Salatiga. Bangunan sekolah ini masih menjadi
bagian dari Universitas Kristen Satya Wacana dan berada
di bawah badan penyelenggara YPTK Satya Wacana.
Secara fisik, sekolah ini memiliki bangunan berlantai tiga
yang didesain secara modern.
SMA Kristen Satya Wacana memiliki visi untuk
menjadi sekolah yang visioner. Melalui visi tersebut, SMA
Kristen Satya Wacana menjabarkannya dalam tiga misi,
yaitu:
1. Tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi
dalam bidang pendidikan,
2. Bersaksi dan berinovasi dalam bidang pendidikan,
3. Meningkatkan jejaring baik antar sekolah maupun
universitas.
SMA Kristen Satya Wacana mengangkat empat
profil yang harus dimiliki siswa maupun alumninya, yaitu

strong in Christian character, strong in learning and
thinking, strong in purpose dan strong in innovation and
entrepreneurship. Untuk mencapai profil tersebut, SMA
50

Kristen merumuskan nilai-nilai utama dalam akronim
LOVE: listen, obey, virtues, dan emotional control.
Dalam pelayanannya sebagai lembaga pendidikan,
SMA Kristen Satya Wacana telah menerapkan kurikulum
2013 untuk kelas X dan XI, sedangkan kelas XII masih
menggunakan

KTSP.

Proses

belajar

mengajar


menggunakan sistem moving class, serta menyediakan
program pengayaan dan persiapan olimpiade bagi peserta
didik

berbakat.

SMA

Kristen

Satya

Wacana

juga

menyediakan program beasiswa dan pengembangan diri
baik di bidang seni, olahraga, jurnalistik, penelitian, dan
bahasa Inggris. Di samping itu, SMA Kristen Satya
Wacana juga menyediakan program pertukaran pelajar

dengan beberapa sekolah di Melbourne Australia seperti
Aitken College, Eltham College, Eltham High School,
Eltham Catholic Ladies College, dsb.
Berfokus pada profil strong in Christian character,
SMA Kristen Satya Wacana senantiasa mengutamakan
nilai-nilai

Kekristenan

dalam

melakukan

segala

aktivitasnya. Sebelum memulai proses belajar-mengajar,
siswa bersama wali kelas mengadakan renungan pagi
yang dipimpin oleh siswa sendiri secara bergantian. Di
akhir pekan, diselenggarakan renungan akhir pekan baik
secara sentral maupun persekutuan gabungan di gedung

olahraga sekolah. Selain itu beberapa program berkaitan
dengan hari raya Kristiani, SMA Kristen Satya Wacana
51

mengadakan beberapa kegiatan yang tidak hanya bersifat
eksklusif, tetapi juga kegiatan sosial.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Relevansi program terhadap konteks
Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa
guru dan kepala sekolah, siswa SMA Kristen Satya
Wacana berasal dari latar belakang yang beragam, baik
secara ekonomi, sosial dan budaya.
GBK:

Siswa di sekolah ini berasal dari berbagai macam
latar belakang. Secara budaya memang di
dominasi siswa yang berasal dari pulau Jawa,
namun demikian beberapa siswa berasal dari
luar pulau Jawa bahkan ada yang berasal dari

Papua karena program pemerintah. Demikian
pula secara ekonomi, sebagai besar berasal dari
kalangan menengah ke atas, sehingga soal
kemampuan finansial tidak terlalu ada banyak
hambatan jika ada kebutuhan pendanaan
berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Pernyataan tersebut didukung oleh jawaban Kepala
Sekolah, yang juga menambahkan siswa berasal dari
budaya yang beragam.
KS:

Memang siswa di tempat ini tidak hanya berasal
dari Jawa, ada juga yang dari Kalimantan
bahkan Papua, sehingga ada perbedaan budaya
yang bersatu di sekolah ini. Untungnya mereka
tidak saling membedakan karena kami selalu
mengingatkan pentingnya mengutamakan cara
hidup Kristen yang ramah, saling menyapa, dan
menghindari konflik.


52

Berdasarkan
menyatakan

diri

studi
sebagai

dokumentasi,
cerminan

SMA

Kristen

Indonesia


Mini.

Sebanyak 60% peserta didik berasal dari luar kota
Salatiga dan luar pulau Jawa. Berdasarkan data ini, Guru
Agama menyatakan adanya tantangan yang cukup berat
dalam

menjalankan

pembelajaran

PAK

berbasis

kontekstual di sekolah ini.
GA1:

Siswa di tempat ini berasal dari bermacam latar
belakang. Ini yang membuat saya harus

mempersiapkan pembelajaran dan mengkaitkan
topiknya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Namun ada kesulitan bahwa perbedaan latar
belakang ekonomi, sosial dan budaya itu
ditambah dengan anggapan bidang studi PAK
sebagai mata pelajaran pelengkap rapor saja,
sehingga siswa lebih banyak tidak antusias
untuk mengikuti pelajaran ini. Makanya saya
berusaha
mengkaitkan
topiknya
dengan
kehidupan sehari-hari mereka secara umum
sebagai remaja.

Guru Agama lainnya yang baru mengajar beberapa
bulan di tempat ini juga menyatakan hal yang senada
mengenai pembelajaran PAK yang harus mengena secara
kontekstual.
GA2:


Di awal-awal saya mengajar saya berusaha
mengenal mereka, sehingga saya tahu apa yang
harus saya tekankan dan lebih mengenal mereka
secara pribadi. Setelah itu saya bekerja sama
dengan guru BK jika ada masalah yang
membutuhkan penangan khusus.

53

Dapat disimpulkan bahwa ada usaha dari guru
Agama untuk mengemas pembelajaran PAK dengan
konteks. Konteks dalam hal ini bukan hanya latar
belakang ekonomi, sosial dan budaya, melainkan konteks
siswa sebagai remaja yang juga memiliki permasalahan
sehari-hari. Program pembelajaran PAK ini dikemas agar
relevan

untuk


menjawab

kebutuhan

siswa

dalam

menghadapi permasalahan sehari-hari.
S1:

Guru sering memberikan contoh-contoh kisah
Alkitab dan analoginya dengan pengalaman
sehari-hari kami. Akhirnya kami menjadi paham
dan mengerti tentang topiknya, bahkan kadang
membantu saya untuk menghadapi masalah
saya.

Pernyataan siswa di atas didukung dengan hasil
wawancara beberapa siswa lainnya, yang menyatakan

bahwa dalam pembelajaran PAK siswa diajak untuk
menganalogikan topik dengan pengalaman sehari-hari.
Dengan cara itu, siswa menjadi lebih paham materi yang
diajarkan dan merasakan adanya manfaat praktis.

4.2.2 Manfaat program
Program pembelajaran PAK berbasis kontekstual ini
diharapkan
Berdasarkan

memiliki
hasil

manfaat

observasi

praktis

yang

bagi

penulis

siswa.

lakukan,

pembelajaran berbasis kontekstual dilakukan tidak hanya
dengan memaparkan materi pembelajaran yang bersifat
54

teoritis. Pemilihan teks Alkitab juga dikembangkan dan
ditafsir oleh guru untuk mempermudah siswa dalam
memaknai teks tersebut. Dengan hal ini diharapkan siswa
tidak

hanya

menghafal

teks

Alkitab

dan

materi

pembelajaran namun juga memahaminya secara praktis
bagi kehidupan sehari-hari.
Hasil observasi tersebut juga dibenarkan oleh guru
pengampu PAK, yakni tugasnya adalah untuk membuat
siswa memahami makna teks, bukan menghafal teks
Alkitab. Ditambahkan pula bahwa tema pembelajaran
sering dikembangkan agar tidak terpaku pada buku
pegangan saja.
GA2:

Saya berusaha membuat siswa tidak hanya hafal
ayat-ayat Alkitab, sehingga saya membantu
mereka untuk memahaminya. Caranya dengan
memberikan tafsiran sederhana yang sifatnya
aplikatif bagi mereka. Temanya juga sering saya
kembangkan dari buku paket yang dipakai,
karena kadang tema di buku paket beberapa kali
diulang.

Jawaban yang sedikit berbeda diberikan oleh guru
PAK senior yang mengajar di kelas XII. Ada sedikit
kesulitan untuk memaparkan teks bagi siswa kelas XII,
mengingat banyak di antara siswa yang menganggap mata
pelajaran PAK bukanlah mata pelajaran inti di ujian
nasional nantinya.
GA1:

Saya jarang memberikan teks Alkitab untuk
contoh pembelajaran, karena siswa lebih banyak
yang tidak tertarik untuk memaknai teks. Saya
memilih untuk memberi contoh konkrit yang

55

terjadi dalam kehidupan mereka sehingga
materinya juga tidak hanya sampai pada teori,
tapi bisa bermanfaat bagi mereka sehari-hari.

Berdasarkan

jawaban

guru

pengampu

PAK,

manfaat yang diharapkan bukanlah manfaat teoritis saja.
Manfaat praktis yaitu dengan cara mengambil contohcontoh konkrit atas pengalaman siswa sebagai remaja
diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami
materi yang bersifat abstrak menjadi contoh konkret yang
dapat diterapkan siswa sehari-hari.
Di pihak siswa, manfaat praktis yang diharapkan
oleh

guru

PAK

telah

dirasakan

secara

maksimal.

Beberapa siswa menyatakan bahwa mereka mampu
memaknai materi yang diajarkan tidak sampai pada
konsep menghafal. Beberapa penafsiran teks Alkitab yang
diberikan membantu mereka untuk

memaknai teks

Alkitab yang cukup abstrak bagi mereka.
S3:

Guru kami sering menyampaikan teks Alkitab
untuk memberi contoh teladan pada masa
Alkitab. Ketika kami kesulitan, guru akan
menjelaskan kembali dan memastikan kami
paham dengan maknanya. Kami juga diminta
untuk mempresentasikan ayat Alkitab yang kami
pilih, jika ada kesalahan guru akan segera
membantu kami untuk membetulkan.

Jawaban siswa tersebut disetujui oleh sampel siswa
lainnya

yang

menyatakan

bahwa

guru

sering

menggunakan tokoh Alkitab atau ayat-ayat di dalam
Alkitab untuk memberikan contoh atas materi. Tahap
56

selanjutnya mereka akan dibantu untuk mengkaitkan
tokoh atau makna ayat tersebut dengan mengambil
contoh dalam kehidupan mereka.
Setelah tahap pemaknaan materi atau teks Alkitab,
guru PAK di kelas X dan XI menggunakan metode tanya
jawab untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang
terjadi di antara siswa. Metode ini digunakan untuk
mengenal siswa lebih dalam dan membantu siswa untuk
menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
GA2:

Biasanya setelah pelajaran saya memberi ruang
untuk mereka bercerita atau saya bertanya
beberapa hal mengenai materi pembelajaran yang
ada kaitannya dengan mereka. Dari sini saya
kenal mereka lebih jauh, dan saya jadi tahu
permasalahan mereka. Jika perlu ada tindak
lanjut dari cerita yang mereka sampaikan, saya
akan ajak mereka berbicara secara pribadi untuk
memberi bantuan pendampingan secara pastoral.

Seorang siswa membenarkan cara yang digunakan
oleh guru PAK tersebut. Ia pernah diminta untuk
menceritakan masalahnya di depan kelas, kemudian
setelahnya

ia

mendapatkan

bantuan

pendampingan

pastoral oleh guru PAK. Menurutnya, ia merasa terbantu
untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang ia
hadapi.
S5:

Beberapa
kali
saya
bercerita
tentang
permasalahan keluarga saya. Guru kemudian
mengajar saya berbicara setelah pelajaran selesai
dan memberi saya saran atau solusi, sehingga
membantu saya lebih sabar atau menyelesaikan
masalah saya.

57

Penulis

menyimpulkan

bahwa

usaha

mengkontekskan materi pembelajaran PAK tidak hanya
sampai pada mencari contoh nyata dalam kehidupan
siswa sehari-hari, namun juga memberikan bantuan
pendampingan pribadi kepada siswa. Dengan cara ini,
materi yang disampaikan tidak sekedar memberi manfaat
praktis

bagi

siswa

untuk

berperilaku,

tetapi

juga

membantu siswa menemukan solusi atas permasalahan
yang dihadapi.

4.2.3 Input
Dalam
cakupan,

aspek

yaitu

masukan

guru,

siswa

(input)
dan

terdapat

sarana

tiga

prasarana

pembelajaran yang ada di SMA Kristen Satya Wacana.
4.2.3.1 Guru
Guru sebagai fasilitator pembelajaran PAK di SMA
Kristen Satya Wacana berjumlah dua orang. Seorang guru
(GA1) merupakan alumni fakultas teologi, sedangkan guru
lainnya (GA2) alumni program Pendidikan Agama Kristen.
GA1 mengajar khusus untuk kelas XII, sedangkan GA2
mengajar kelas X dan XI.
Dalam

wawancara,

keduanya

mengaku

bahwa

pendidikan yang mereka dapatkan sangat menolong
dalam

mempersiapkan

pembelajaran

kontekstual.

GA1

sebagai

mengaku

mendapatkan
58

alumni

fakultas

kurikulum

berbasis
teologi
tentang

kontekstualisasi di masa pendidikannya. Demikian pula
GA2

yang

secara

khusus

memiliki

bekal

tentang

Pendidikan Agama Kristen. Keduanya tidak mengalami
kesulitan dalam hal mempersiapkan materi pembelajaran
berbasis kontekstual.
Pernyataan

GA1

dan

GA2

didukung

oleh

pernyataan Kepala Sekolah, yang mengatakan bahwa
guru agama di SMA Kristen Satya Wacana telah memiliki
kompetensi yang baik untuk mengajar. Beliau yakin
bahwa latar belakang pendidikan yang berbeda mampu
memperkuat pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya
Wacana

dan

sangat

dimungkinkan

untuk

saling

melengkapi. Peluang kerja sama juga muncul bersama
guru BK, sehingga dalam hal penyelesaian masalah siswa
guru agama bisa mengkomunikasikan apa yang ditemui
di kelas kepada guru BK.

4.2.3.2 Siswa
SMA Kristen Satya Wacana memiliki tiga jenjang,
yaitu kelas X, XI dan XII. Rata- rata siswa berusia antara
16-18 tahun. Sistem penerimaan siswa berdasarkan
pengisian formulir pendaftaran dengan pemenuhan syarat
administrasi lainnya. SMA Kristen Satya Wacana juga
memberikan

peluang

bagi

menempuh

pendidikan

siswa
di

59

berprestasi

tempat

ini,

untuk
dengan

penghargaan berupa beasiswa maupun kemudahan biaya
administrasi lainnya.
Siswa yang belajar di tempat ini berasal dari latar
belakang yang berbeda. Seperti yang telah disampaikan
dalam wawancara baik bersama Kepala Sekolah, Guru
BK, dan Guru Agama, ketiganya setuju bahwa siswa di
SMA Kristen Satya Wacana berada pada tingkatan
ekonomi kelas menengah ke atas. Sedangkan pada latar
belakang budaya, siswa tidak hanya berasal dari pulau
Jawa, sebagian kecil merupakan pendatang dari berbagai
wilayah di Indonesia.

4.2.3.3 Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil observasi, sarana prasarana di
SMA Kristen Satya Wacana tergolong baik. Sekolah ini
memiliki gedung tiga lantai dan ruang kelas yang
mendukung proses pembelajaran. SMA Kristen Satya
Wacana menerapkan pembelajaran moving class di mana
siswa harus menuju ke ruang kelas yang berbeda saat
pergantian jam pembelajaran. Setiap ruang dilengkapi
oleh LCD projector, whiteboard, kursi untuk guru dan
siswa, marker, dan di beberapa kelas memiliki pengeras
suara (sound speaker).
Sekolah ini juga dilengkapi dengan perpustakaan
yang dapat digunakan secara bebas oleh siswa maupun
guru, bahkan digunakan secara bersama oleh SMP
60

Kristen Satya Wacana. Terdapat pula Gedung Olah Raga
yang

menunjang

aktivitas

pembelajaran

pendidikan

jasmani maupun aktivitas lainnya yang membutuhkan. Di
sisi outdoor terdapat teater terbuka, yang biasa digunakan
sekolah untuk menyelenggarakan acara yang lingkupnya
kecil.

Juga

disediakan

loker

untuk

setiap

siswa

menyimpan tas dan benda lainnya agar tidak membebani
siswa saat moving class.
Kelengkapan

silabus

atau

kurikulum

di

SMA

Kristen Satya Wacana disediakan dalam bentuk soft file
atau

hard file.

SMA

Kristen

Satya

Wacana

masih

menerapkan dua jenis kurikulum yaitu kurikulum 2013
untuk siswa kelas X dan XI, serta kurikulum KTSP untuk
siswa kelas XII. Keduanya dapat diperoleh di ruang
administrasi jika sewaktu-waktu guru membutuhkan.
Ruang

Agama

di

desain

tanpa

kursi

dengan

harapan siswa memiliki kerendahan hati untuk memulai
pembelajaran PAK. Di dalamnya juga terdapat white
board, lemari, meja guru, rak buku, meja siswa dan
beberapa simbol Kekristenan untuk menambah suasana
sakral. Terdapat pula beberapa hasil portofolio siswa yang
dipasang di tempat yang telah disediakan. Di ruang ini
disediakan pula alat musik berupa gitar, sebab saat
pembelajaran PAK siswa memulainya dengan renungan
bersama.

61

4.2.4 Pelaksanaan program
Adapun praktik pembelajaran PAK di SMA Kristen
Satya Wacana Salatiga dibagi dalam tiga tahapan. Tahap
pra-pembelajaran

adalah

tahapan

di

mana

guru

mempersiapkan materi pembelajaran beserta metode yang
digunakan

dalam

pembelajaran

rumusan

RPP.

merupakan

Tahap

proses

tahapan

guru

mempresentasikan materi yang telah dipersiapkan di
kelas

beserta

pembelajaran.

keadaan
Tahap

kelas

terakhir

selama

adalah

kegiatan

evaluasi

hasil

belajar, di mana guru mengevaluasi proses pembelajaran
yang telah dilakukan melalui metode-metode yang dipilih.

4.2.4.1 Pra-pembelajaran
Tahap pra-pembelajaran merupakan tahapan di
mana guru mempersiapkan proses pembelajaran berupa
RPP. RPP merupakan rancangan proses pembelajaran
yang disusun oleh guru pengampu bidang studi yang di
dalamnya
metode,

terdapat
media,

materi

alat

pembelajaran,

dan

kegiatan

pemilihan

pembelajaran

berdasarkan KI dan KD yang diterapkan oleh silabus.
Berdasarkan studi dokumentasi, guru menggunakan
buku

paket

kurikulum

2013

untuk

membantu

mempersiapkan materi. Baik kelas X, XI, XII buku yang
digunakan merupakan guru dengan kurikulum 2013.
GA1 sebagai pengampu PAK kelas XII menyatakan bahwa
62

buku dengan kurikulum 2013 digunakan mengingat
materi pembelajaran yang diangkat tidak jauh berbeda.
Penulis

melihat

adanya

usaha

guru

untuk

mempersiapkan pembelajaran PAK berbasis kontekstual.
Penggunaan

metode

konstrukstivisme,

yang

pemodelan,

berkisar
refleksi

pada
dan

aspek

penilaian

nyata. Guru juga sering mempersiapkan beberapa alat
pembelajaran

berupa

permainan

maupun

aktivitas

lainnya secara mandiri. Dengan harapan apa yang ada di
RPP merupakan pembelajaran yang didasarkan pada
kebutuhan atau latar belakang siswa.
GA2:

Aktivitas atau alat-alat kadang saya buat sendiri,
karena dari buku kadang tidak sepenuhnya tepat
untuk siswa di tempat ini. Jadinya saya pilih
permainan atau aktivitas lainnya misal menulis
renungan, menulis refleksi, biar saya tahu apa yang
mereka rasakan atau sedang alami

Pernyataan GA2 tersebut disetujui oleh GA1 dengan
menyatakan bahwa buku paket menyediakan banyak
aktivitas namun tak jarang aktivitas tersebut terlalu sulit
atau tidak mungkin dikerjakan siswa di SMA Kristen
Satya Wacana. Oleh karena itu, GA1 juga menggunakan
cara yang sama yaitu mempersiapkan atau memilih
aktivitas secara mandiri. Hal ini dirasakan lebih efektif
untuk memasuki dunia siswa sebab pemilihan dilakukan
berdasarkan latar belakang siswa.

63

4.2.4.2 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran PAK di SMA Kristen pada
umumnya

dimulai

dengan

renungan

singkat

yang

dipimpin oleh sekelompok siswa secara terjadwal. Seorang
siswa bertugas membacakan buku renungan, seorang lagi
memimpin siswa untuk bernyanyi bersama, dan seorang
lagi memimpin doa. Renungan ini dilakukan di awal
pembelajaran

dengan

harapan

siswa

pembelajaran

dengan

landasan

Firman

Tuhan.

menyampaikan

materi

Selanjutnya

guru

pembelajaran

yang

akan
telah

dipersiapkan.

memulai

Penyampaian

materi tidak selalu dimulai dengan ceramah, melainkan
pertanyaan-pertanyaan

yang

tujuannya

untuk

membangun pemahaman awal siswa.
Berdasarkan hasil observasi, guru menanyakan
pemahaman awal siswa tentang topik yang akan dipelajari
bersama. Misalnya guru menanyakan tentang apa itu Roh
Kudus

menurut

menyampaikan

siswa.

Setelah

pendapatnya,

beberapa

guru

siswa

bersama-sama

menarik kesimpulan dengan menggunakan beberapa teks
Alkitab

sebagai

dasarnya.

Dari

langkah

ini,

guru

kemudian menyampaikan sejarah turunnya Roh Kudus
dan

peranannya

bagi

manusia.

Setelah

guru

menyampaikan materi secara lisan, guru memberikan
aktivitas kepada siswa berupa menuliskan pengalaman
reflektifnya bersama Roh Kudus.
64

Proses pembelajaran yang terjadi di ruang PAK
tidak sepenuhnya sama seperti yang dirancangkan guru
di RPP. Hal ini disampaikan oleh GA1 yang menyatakan
banyak hal di kelas yang kadang membuat dia mengubah
metode pembelajaran secara tiba-tiba.
GA1:

Saya
kadang
harus
merubah
pembelajaran di kelas karena ternyata
kelas tidak memungkinkan untuk
tertentu. Yang penting esensinya sama
materi yang sudah saya persiapkan.

metode
kondisi
metode
dengan

Berdasarkan wawancara kepada beberapa siswa,
pembelajaran

PAK

di

SMA

Kristen

Satya

Wacana

membuat mereka lebih paham dengan materi yang
disampaikan. Penggunaan metode yang bervariasi terasa
tidak menjenuhkan dan siswa diminta terlibat langsung
dalam proses pembelajaran.
S4:

Metode yang digunakan mayoritas ceramah
dengan berbagai ayat Alkitab dan menyampaikan
Firman Tuhan di depan murid. Tapi juga
beberapa kali kita diajak nonton film, di mana
film itu mengandung makna yang bersangkutan
dengan materi pembelajaran kami waktu itu.
Kami juga menggunakan metode presentasi, jadi
tiap murid dibentuk kelompok
dan materi
dibagikan untuk dipresentasikan.

Metode yang bervariasi ini juga disetujui oleh
beberapa
berusaha

siswa

lainnya.

mengajak

pembelajaran

di

Disampaikan

siswa

kelas.

Dari

untuk
situ

pemahaman yang tepat dan mendalam.
65

bahwa
aktif

siswa

guru
dalam

mencapai

S6:

Terkadang
guru
menjelaskan
lalu
kami
mengerjakan tugas. Kami juga diberi kesempatan
untuk berpresentasi dan aktif bertanya di kelas.
Guru juga membantu kami memajami isi atau
arti suatu ayat Alkitab.

Pernyataan

ini

disetujui

oleh

beberapa

siswa

lainnya. Bahwa penggunaan teks Alkitab di pembelajaran
PAK cukup banyak di kelas X dan XI. Tak jarang siswa
mengalami kebingungan dengan makna yang terkandung
dalam teks tersebut, namun guru menggunakan katakata

yang

sederhana

dan

mudah

dipahami

untuk

menjelaskannya kembali.
S4:

Guru membantu dengan memberi penjelasan
kepada kami tentang ayat-ayat yang tidak kami
mengerti. Biasanya guru akan menjelaskan ulang
dan diberi contoh tambahan dalam kehidupan
sehari-hari.

Metode lain yang cukup unik di pembelajaran PAK
ini adalah guru memberi kesempatan untuk menceritakan
permasalahan atau pengalaman siswa yang berkaitan
dengan materi. Setelahnya guru menarik kesimpulan
bersama siswa tentang materi, dan tak jarang guru
mendatangi siswa tersebut untuk berbicara empat mata.
S7:

Guru PAK sering membantu dalam hal
konsultasi, memberi pendapat maupun solusi
atau
sekedar
menjadi
tempat
untuk
menceritakan masalah yang dialami.

Pernyataan ini diperkuat oleh seorang siswa lainnya
yang mengadakan pendampingan bersama guru PAK.
66

S9:

Guru
cenderung
melakukan
pendekatan
emosional terhadap muridnya. Tidak langsung
menekan murid dengan solusi secara spesifik.
Namun diberi pengertian mengapa masalah
tersebut terjadi dan guru menunjukkan sikap
empati sehingga membuat siswa merasa nyaman
untuk berbagi masalah. Setelah itu baru diberi
arahan atau saran yang bisa diambil siswa untuk
menyelesaikan masalah.

Terlihat

bahwa

pembelajaran

di

kelas

tidak

berlangsung hanya sampai pada penyampaian materi dan
tugas. Metode pendampingan atau pendekatan personal
membuat pembelajaran lebih efektif. Hasil wawancara
kepada beberapa siswa menyatakan hal yang senada,
yaitu

guru

memberi

menceritakan

ruang

permasalahan

kepada

mereka

untuk

pribadinya

dan

mengarahkan siswa pada sikap perumusan solusi.

4.2.4.3 Evaluasi Hasil Belajar
Pada tahapan evaluasi hasil belajar, guru agama
menyatakan bahwa penilaian tidak hanya dilakukan
berdasarkan tes tertulis maupun lisan. Penilaian telah
dilakukan sejak proses pembelajaran lewat keaktifan
siswa maupun proses pengerjaan tugas di kelas. Bobot
penilaian pun lebih besar pada penilaian sehari-hari
daripada tes akhir.
GA2:

Penilaian sudah dilakukan sejak proses belajar di
kelas. Karena sekarang kan sudah pakai
penilaian nyata, jadi tidak bergantung lagi sama
hasil ulangan atau UTS/UAS.

67

Pernyataan ini juga disetujui oleh GA1 yang mengajar di
kelas XII, yaitu menggunakan sistem penilaian nyata
lewat porto folio maupun apa yang dikerjakan siswa
selama proses pembelajaran.
GA1:

Karena sekarang diarahkan pakai penilaian
nyata, jadi pengambilan nilai tidak lagi cuma dari
ulangan. Kadang dari portofolio, penugasan di
kelas, atau kalau mereka aktif juga bisa
digunakan jadi nilai.

Sistem penilaian ini juga dibenarkan oleh beberapa siswa.
Berdasarkan hasil wawancara, siswa menyatakan bahwa
penilaiannya tidak hanya berdasarkan hasil tes, tetapi
penugasan dan keaktifan di kelas juga digunakan sebagai
aspek penilaian.
S10:

Kadang guru menggunakan hasil kerja kami,
misalnya renungan, refleksi, portofolio atau
presentasi kami sebagai penilaian. Waktu
proses belajar mengajar pun kadang kami
dinilai dengan keaktifan kami.

Berdasarkan observasi, penulis menemukan pula
penilaian saat proses pembelajaran. Beberapa pertanyaan
atau tanggapan siswa menjadi bahan penilaian guru.
Demikian pula dengan hasil kerja siswa berupa portofolio
atau tugas lainnya. Hasil studi dokumentasi terhadap
lembar

penilaian

juga

menunjukkan

adanya

bobot

penilaian sehari-hari yang lebih besar daripada bobot nilai
ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.

68

4.2.5 Pengaruh yang diharapkan dan tidak diharapkan
Pembelajaran PAK berbasis kontekstual diharapkan
memiliki pengaruh yang baik dalam kehidupan siswa.
Penggunaan metode dan analogi yang dekat dengan
kehidupan

siswa,

diharapkan

memberi

contoh

dan

teladan bagi mereka. Namun demikian ada beberapa hal
dalam metode ini yang merupakan pengaruh yang tidak
diharapkan dari pembelajaran ini. Berdasarkan hasil
wawancara kepada guru agama, disampaikan bahwa
pengaruh yang tidak diharapkan dari penggunaan metode
ini telah terlihat di ruang kelas.
GA1:

Pengaruh yang tidak diharapkan paling-paling
kalau di kelas, kelas kan santai tapi beberapa
siswa memanfaatkan itu. Malah kesannya
mereka santai-santai tidak memperhatikan.
Beberapa sibuk ngobrol atau rame sendiri.
Jadinya ya kalau sudah begini saya serba salah.
Dibuat serius mereka tidak suka, dibuat santai
mereka seenaknya.

Berdasarkan pernyataan di atas, pengaruh yang tidak
diharapkan dari metode ini adalah perilaku siswa yang
mengganggu jalannya pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi, pengaruh ini dapat penulis temukan, yaitu
keadaan di mana beberapa siswa tidak memperhatikan
materi yang sedang diajarkan. Namun demikian sebagian
dari siswa masih memberikan perhatian penuh kepada
guru yang sedang menyampaikan materi.
Pengaruh

yang

tidak

diharap

lainnya

adalah

hilangnya batasan antara guru dan murid. Guru agama
69

menyatakan

bahwa

kedekatan

siswa

dengan

guru

membuat beberapa siswa menganggap guru mereka
layaknya teman sendiri. Hal ini dibenarkan oleh guru BK
dalam wawancara.

GBK:

Tujuan guru agama atau BK di sini ingin punya
kedekatan yang erat dengan siswa. Tapi malah
kadang beberapa siswa jadi kurang bisa
membedakan
bagaimana
bersikap
dengan
temannya dan bagaimana bersikap dengan
gurunya. Kalau sudah begini, biasanya saya yang
tegur agar mereka tetap menghormati gurunya.

Melalui observasi penulis mendapati beberapa siswa
menggunakan

bahasa

Jawa

kasar

untuk

berbicara

dengan guru agama. Di antara mereka adalah beberapa
siswa yang memang telah berani bersikap terbuka dengan
guru tersebut.
Di balik perilaku yang tidak diharapkan, muncul
beberapa perilaku siswa yang memang diharapkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran berbasis kontekstual. Ini
disampaikan oleh guru agama, yaitu beberapa siswa
terbuka tentang masalah pribadinya dan tidak ragu
untuk menceritakannya kepada guru agama.
GA2:

Di awal tahun ajaran itu kan saya kasih mereka
kesempatan untuk bersaksi atau bercerita
tentang mereka. Tujuan saya selain mau
mengenal mereka, saya mau mengajarkan
mereka untuk berani bersaksi. Beberapa kali
saya lakukan cara ini dan berhasil. Mereka mau
bercerita tentang masalah mereka, jadi saya tahu
bagaimana caranya memberi motivasi untuk
mereka.

70

Nampak di sini perilaku positif yang diharapkan muncul,
yaitu

beberapa

siswa

ridak

ragu

untuk

berbagi

pengalaman atau menceritakan permasalahan mereka
kepada guru agama. Ini juga dibenarkan oleh beberapa
siswa dalam sesi wawancara.
S7:

Dulu guru pernah memberi kesempatan ke kita
untuk cerita tentang apa saja. Saya pernah
bercerita tentang masalah keluarga saya, sampai
saya menangis. Tetapi akhirnya guru bisa
memberi nasehat atau saran. Rasanya ayem
kalau cerita sama guru agama, soalnya nggak
perlu formal-formal, terus nasehatnya itu bikin
hati rasanya teduh.

Perilaku
bagaimana

yang

siswa

diharapkan

mampu

lainnya

mengintegralkan

adalah
materi

pembelajaran dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Seorang siswa menyatakan penggunaan analogi teks
Alkitab dengan pengalaman mereka sehari-hari membuat
mereka bersikap lebih baik. Selain itu mereka mampu
menemukan

sendiri

solusi

dari

permasalahan

yang

mereka hadapi.
S5:

Ayah saya kan seorang perokok, terus saya
teringat pelajaran di kelas kalau kita itu harus
menjaga kekudusan tubuh karena tubuh kita
merupakan Bait Allah. Jadi suatu saat saya
menegur ayah saya dengan itu. Dan sejak itu
ayah saya tidak pernah merokok lagi di depan
saya.

Dari jawaban siswa di atas, nampak bahwa siswa telah
mampu mengaplikasikan pembelajaran di kelas dengan
pengalaman mereka. Keberanian siswa dalam bersikap
71

juga

menjadi

pembelajaran

perilaku
berbasis

yang

diharapkan

kontekstual

ini.

dalam

Pengalaman

senada juga disampaikan beberapa siswa lainnya, yang
menyatakan pembelajaran yang mengambil contoh dari
kehidupan mereka membuat mereka tahu bagaimana
untuk bersikap. Analogi-analogi yang digunakan dari teks
Alkitab juga membuat mereka tidak sekedar paham
secara

teoritis

tetapi

membantu

mereka

untuk

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala

Sekolah

menambahkan

bahwa

seiring

dengan berjalannya waktu, profil Kekristenan bagi siswa
mulai dibangun. Berkurangnya tindakan perkelahian atau
kekerasan antar siswa telah terjadi. Siswa dirasa memiliki
budi pekerti yang baik pula.
KS:

Dampak atau manfaat yang terasa itu sudah
tidak ada perkelahian antar siswa. Ya paling
kalau saling menteleng (melotot) ada tapi tidak
sampai pada perkelahian. Selain itu ya karena
saya juga membiasakan untuk saling senyum,
menyapa dan memberi salam akhirnya siswa
juga terbentuk demikian. Ini kan yang Kristus
mau atas kita, yaitu hidup damai dan penuh
kasih.

Perilaku

lain

yang

memang

diharapkan

dari

program ini adalah profil Kekristenan yang nampak pada
siswa. Berdasarkan pernyataan guru BK, ada peningkatan
perilaku ke arah positif dari beberapa siswa yang dulunya
bermasalah. Namun demikian ada pula yang belum
mengalami peningkatan. Pembelajaran PAK di rasa baik
72

sebab siswa diajak terbuka dengan diri sendiri maupun
orang

lain,

sehingga

apabila

ada

masalah

yang

membutuhkan bantuan, guru agama atau guru BK bisa
saling bekerja sama untuk mengarahkan siswa.

4.2.6 Analisa hasil program
Program pembelajaran berbasis kontekstual pada
bidang studi PAK ini memiliki tujuan utama agar siswa
tidak hanya sampai pada pemahaman teoritis saja. Siswa
diharap mampu mengaplikasikan materi di kelas dengan
kehidupan

mereka.

Abstraknya

materi

tak

jarang

menuntut guru untuk lebih kreatif dalam memberi contoh
atau

analogi

yang

tepat.

Bagi

beberapa

siswa,

pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana telah
membantu mereka mewujudkan tujuan pembelajaran ini.
Sebagian mengaku sangat tertolong dengan analogi yang
dipilih, sebagian merasa tertolong untuk menyelesaikan
masalahnya.
S10:

Pelajaran PAK di kelas memang tidak 100%
kondusif, karena beberapa siswa masih ramai
sendiri. Tapi buat yang memperhatikan pasti
dapat pengetahuan penting. Kadang kan kita
sulit memahami materi, guru akan membantu
kami dengan contoh-contoh yang dekat dengan
kami, sampai kami benar-benar paham.

Pernyataan siswa ini didukung oleh beberapa siswa
lainnya tentang keberhasilan mereka memahami materi.
Di sisi lain seperti yang telah disampaikan pada poin
73

sebelumnya,

siswa

mampu

mengaplikasikan

materi

dengan kehidupan mereka.
Berdasarkan wawancara dengan guru dan hasil
observasi di kelas, masih ada beberapa kelemahan yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung. Kurangnya
kemampuan guru untuk memimpin kelas agar 100%
kondusif

membuat

jalannya

pembelajaran

ini

tidak

berhasil merata. Sebagian siswa tetap terjatuh pada
pemahaman teoritis atau menghafal materi. Disampaikan
oleh guru bahwa siswa yang memberikan perhatian
penuh pada pembelajaran akan mendapatkan hasil yang
maksimal, baik itu nilai maupun sikap.
Berdasarkan

studi

dokumentasi,

penugasan

maupun soal tes dirancang tidak sekedar memberikan
jawaban teoritis namun juga jawaban aplikatif. Studi
terhadap blanko nilai pun menunjukkan bahwa siswa
yang memberikan perhatian penuh pada pembelajaran ini
mayoritas tuntas dari KKM yang ditetapkan. Di sisi lain
siswa yang sekedar menghafal atau tidak memberikan
perhatiannya akan mendapat nilai setingkat KKM atau
bahkan tidak tuntas.
Melihat hasil ini, guru agama mengaku tetap
memiliki tugas untuk menarik perhatian siswa agar hasil
dari

pembelajaran

ini

merata.

Disampaikan

dalam

wawancara bahwa guru agama memang berhasil untuk

74

membuat siswa terbuka dan menceritakan kehidupan
pribadinya, namun ini hanya dilakukan sebagian siswa.
GA1:

Tugas saya memang untuk memperbaiki proses
di kelas. Percuma kalau hasilnya tidak bisa
merata. Beberapa siswa bersikap acuh tak acuh
dengan pelajaran PAK, karena ya itu, PAK cuma
dirasa nilai pelengkap dan tidak ada di UN.
Padahal sudah dirancang sedemikian rupa agar
pembelajaran tidak hanya ceramah, tapi ngajak
mereka aktif.

Di sisi lain, Kepala Sekolah berharap bahwa
pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana bisa
mengarahkan

siswa

untuk

menghayati

Kekristenan.

Sebagai lembaga pendidikan Kristen, Kepala Sekolah
selalu mengingatkan bahwa profil Kristiani yang ada
sebagai student profile tersebut harus tercapai dan
memberi pengaruhi signifikan bagi siswa.
KS:

Saya selalu mengarahkan guru bahwa PAK di
sekolah ini tidak hanya menjadi mata pelajaran,
tetapi PAK harus membangun Kekristenan siswa.
Memang yang sekolah di sini tidak semuanya
Kristen, tetapi Kekristenan melalui teladan
Kristus harus diajarkan. Saling menolong, saling
menyapa, memberi salam, tidak berkelahi, paling
tidak ini yang diharapkan. Sekolah juga
berusaha menfasilitasi dengan program-program
seperti retreat, ibadah awal pekan & akhir pekan,
perayaan natal & paskah.

Pernyataan Kepala Sekolah secara tidak langsung
menunjukkan

peran

sekolah

untuk

mendukung

pembelajaran PAK. Kepala Sekolah berharap bahwa PAK
akan membentuk karakter siswa yang Kristen, sehingga
75

pembelajaran kontekstual merupakan metode yang tepat
untuk SMA Kristen Satya Wacana. Kepala Sekolah
mengevaluasi perlunya peningkatan kompetensi guru dan
program ini sehingga hasil yang dicapai maksimal.

4.3 Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen di SMA Kristen Satya Wacana
4.3.1 Relevansi program terhadap konteks
Seperti yang disebutkan oleh Bevans dalam upaya
kontekstualisasi

yang

tepat

adalah

dengan

memperhatikan latar belakang peserta didik berupa
status

keluarga,

kemampuan

ekonomi

dan

mata

pencaharian keluarga, pergaulan peserta didik baik di
sekolah maupun di luar sekolah, kemampuan akademis
peserta didik, relasi dalam keluarga, dll (Bevans, 2002:
13-18). Penulis berusaha menjabarkan kerangka ini
dalam diagram di bawah ini,
Topik
Teks Alkitab

Status
keluarga

Pembelajaran
Kontekstual

Masalah
pribadi
ekonomi

Siswa

sosial

Evaluasi
akademis

76

Hasil

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa seorang
guru

PAK

sebagai

manajer

kelas

dituntut

untuk

menyusun materi dengan mempertimbangkan tiga hal.
Topik pembelajaran, teks Alkitab dan latar belakang
siswa.

Dengan

pertimbangan

ini,

diharap

materi

pembelajaran PAK tidak sampai hanya pada topik dan
teks

Alkitab,

tetapi

latar

belakang

siswa

turut

diperhatikan. Jika pembelajaran PAK hanya sampai pada
dua aspek pertama, maka siswa hanya jatuh pada
pemahaman teoritis atau menghafal teori. Sedangkan
tujuan

dari

menggunaan
menjawab

pembelajaran
materi

kebutuhan

konstekstual

pembelajaran
dan

secara

di

kelas

aplikatif

adalah
untuk
menjadi

tawaran solusi bagi masalah siswa.
Penulis

menganalisis

bahwa

pelaksanaan

pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana telah
berjalan sesuai dengan diagram di atas. Guru telah
berusaha untuk menggunakan latar belakang siswa
sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

mempersiapkan

pembelajaran. Sesuai dengan hasil wawancara, guru
berusaha mengenal siswa melalui sesi kesaksian atau
menceritakan

pengalaman

pribadi

baik

itu

dalam

penugasan atau di tengah-tengah pembelajaran. Terbukti
bahwa melalui cara ini siswa merasa diberi kesempatan
untuk menceritakan identitas maupun pengalaman siswa.

77

Dari proses observasi, penulis juga menemukan
adanya usaha mengejawantahkan teks Alkitab dengan
bahasa sehari-hari siswa sebagai remaja. Cara ini dipilih
guru

untuk

menarik

perhatian

siswa

dan

menyederhanakan topik atau teks tersebut sehingga lebih
mudah untuk dipahami. Selain itu penggunaan analogi
atau contoh dalam kehidupan siswa menjadi tawaran
solusi melalui materi pembelajaran. Materi pembelajaran
yang bersifat abstrak dijabarkan dalam contoh konkret
bagi siswa.
Dari analisis di atas penulis melihat bahwa program
pembelajaran PAK berbasis kontekstual ini telah relevan
dengan kebutuhan siswa. Baik siswa sebagai naradidik
maupun siswa sebagai remaja seutuhnya. Wawancara
kepada

siswa

menunjukkan

adanya

usaha

untuk

memahami kebutuhan siswa dan guru masuk ke ranah
pengalaman

siswa.

Dengan

demikian

analisis

ini

menjawab pertanyaan penelitian ini, yaitu program ini
dirasa telah relevan dengan latar belakang SMA Kristen
Satya Wacana sebagai lembaga pendidikan Kristen dan
siswa sebagai remaja.

4.3.2 Manfaat program
Manfaat besar yang diharapkan dari pembelajaran
berbasis

kontekstual

ini

ketersediaan

materi

pembelajaran yang mampu menjawab kebutuhan dan
78

mengantarkan

siswa

pada

perumusan

solusi

atas

masalah yang dialami (Rusman, 2011: 187). Manfaat
selanjutnya yang diharapkan melalui program ini adalah
mampunya siswa tidak hanya memahami tetapi juga
menghayati

materi

sehingga

bisa

dilakukan

dan

mendatangkan perubahan secara holistik (Sulistyowati:
2010). Berdasarkan ini maka manfaat dari program ini
terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.

4.3.3 Input
4.3.3.1 Guru
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai guru
pengampu mata pelajaran PAK, dapat disimpulkan bahwa
guru tersebut telah memiliki kualifikasi sebagai guru
bidang studi tingkat SMA. Ini didukung oleh Peraturan
Menteri

Pendidikan

Nasional

No.

16

Tahun

2007

mengenai kualifikasi dan kompetensi guru:
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat,
harus memiliki kualifikasi akademik minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Salah seorang guru merupakan alumni program
studi strata satu Pendidikan Agama Kristen dan seorang
yang lain alumni program studi Teologi. Meskipun alumni
program studi Teologi, guru tersebut memiliki kualifikasi
sebagai pengajar bidang studi PAK. Hal ini disebabkan
79

bahwa program studi Teologi tempat guru tersebut
menyelesaikan

pendidikannya

juga

menyediakan

kurikulum sebagai guru PAK.
Dalam hal pembelajaran PAK, kedua guru telah
memiliki

kompetensi

yang

baik.

Keduanya

tidak

mengajarkan materi dengan metode konvensional saja
yaitu

ceramah.

Penggunaan

berbagai

metode

menunjukkan bahwa guru tanggap dengan perubahan
yang terjadi di dunia pendidikan masa kini. Guru juga
telah

memahami

dengan

baik

konsep

pembelajaran

berbasis konteksual untuk bidang studi PAK. Dalam
proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan empat
aspek yang penulis pilih sebagai aspek yang tepat
digunakan untuk bidang studi PAK: Konstruktivisme,
Pemodelan, Refleksi dan Penilaian Nyata.
Guru pengampu bidang studi PAK di SMA Kristen
Satya Wacana yang telah menggunakan kurikulum 2013
sejak tahun 2013 menunjukkan pemahaman yang baik
tentang

kurikulum

PAK.

Guru

cukup

berhasil

mensubstitusi kompetensi inti dan kompetensi dasar
bidang

studi

topik/materi

PAK
yang

dalam
tepat

kurikulum
bagi

siswa.

2013

pada

Kemampuan

komunikasi verbal guru dalam menyampaikan materi
dalam bahasa yang mudah dipahami oleh siswa juga baik.
Hal ini ditunjukkan mampunya guru menafsir teks

80

Alkitab dan menyusunnya dalam kata-kata sederhana
sehingga siswa mampu memaknai teks tersebut.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan
bahwa aspek masukan (input) pertama yaitu guru PAK di
SMA Kristen Satya Wacana tergolong baik. Kemampuan
verbal,

penguasaan

materi,

penguasaan

kurikulum,

penguasaan metode pembelajaran dan kualifikasi guru
menurut permendiknas no. 17 tahun 2007 menjadi
indikatornya. Di samping itu pembinaan Kepala Sekolah
yang

rutin

diberikan

tiap

bulannya

menunjukkan

keinginan SMA Kristen Satya Wacana yang berusaha
meningkatkan kemampuan pengajarnya.

4.3.3.2 Siswa
Berdasarkan data masukan (input) tentang siswa di
SMA

Kristen

Satya

Wacana

tergolong

baik.

Sistem

penerimaan siswa baru di sekolah ini menunjukkan
adanya usaha untuk menyeleksi calon siswanya. Siswa
berprestasi

diberi

kesempatan

yang

besar

untuk

menempuh jenjang pendidikan SMA di tempat ini dan
juga mendapatkan beasiswa. Kemampuan akademis siswa
secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran juga
cukup baik. Ini ditunjukkan dengan hasil belajar yang
bervariatif namun tetap mengindikasikan perkembangan
yang baik.

81

Latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya siswa
yang beragama menunjukkan keunikan siswa di sekolah
ini. Siswa yang 30% berasal dari luar kota Salatiga
bahkan berasal dari luar pulau Jawa menunjukkan
keberagaman siswa. SMA Kristen Satya Wacana pun
membuka diri terhadap program pemerataan pendidikan
bagi anak Indonesia dengan menerima siswa dari Papua
tiap tahunnya.
Melihat beberapa pernyataan tersebut, aspek siswa
menjadi

dukungan

yang

baik

bagi

pelaksaan

pembelajaran di SMA Kristen Satya Wacana. Dalam hal
pembelajaran PAK, siswa cukup kooperatif dan mampu
memahami materi yang diberikan secara baik. Beberapa
siswa

yang

memiliki

kelemahan

akademis

menjadi

perhatian khusus bagi guru PAK untuk mengetahui
penyebab atau metode pembelajaran yang tepat guna
untuk semua siswa.

4.3.3.3 Sarana Prasarana
Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun
2013 tentang perubahan standar nasional pendidikan,
standar sarana prasarana menjadi kriteria yang harus
diperhatikan.

Setiap

satuan

pendidikan

harus

menyediakan ruang belajar, tempat olah raga, tempat
ibadah,

perpustakaan,

laboratorium,

bengkel

kerja,

tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi untuk
82

menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan
teknologi komunikasi dan komunikasi. Keadaan sarana
prasarana di SMA Kristen Satya Wacana tergolong sangat
baik.
Ruang

kelas

yang

dilengkapi

LCD

projector,

pengkondisi udara, kursi-meja siswa, white board dan
kebutuhan fisik lainnya menunjukkan kondisi kelas yang
baik. Di sisi lain, siswa mendapatkan fasilitas gedung
olahraga, ruang laboratorium, taman dan teater terbuka,
perpustakaan, ruang IT, wifi, loker, kantin, dan ruang
pendampingan sebagai penunjang proses pembelajaran.
Fasilitas fisik yang disediakan SMA Kristen Satya Wacana
menunjukkan sarana prasarana yang lengkap sebagai
penunjang kegiatan pembelajaran.
Penerapan

kurikulum

2013

dan

penyediaan

perangkat yang dibutuhkan guru menjadi kemudahan
yang diberikan kepada setiap pengajar. Kurikulum ini
masih cukup baru diterapkan di sekolah ini, namun
demikian pihak sekolah telah memberikan kemudahan
dengan menyediakan perangkat yang dibutuhkan. Dalam
hal

ini,

guru

cukup

berfokus

pada

proses

belajar

mengajar dengan baik, sedangkan silabus dan blanko
penilaian disediakan oleh pihak sekolah.
Sarana prasarana ruang PAK juga cukup baik.
Kelas didesain tanpa kursi sehingga siswa duduk di lantai
beralaskan karpet, serta disediakan meja. Filosofi di balik
83

desain ruangan ini menunjukkan adanya pembedaan
kelas lain dengan kelas PAK. Siswa diharapkan tunduk
kepada

Tuhan

dan

mengikuti

pembelajaran

dengan

kerendahan hati. Namun demikian kebersihan ruangan
ini, khususnya karpet agaknya harus mendapatkan
perhatian

lebih.

Mengingat

beberapa

siswa

merasa

terganggu dengan bau karpet yang kotor. Penyediaan alat
musik

di

ruangan

ini

juga

mendukung

proses

pembelajaran, mengingat kelas akan dimulai dengan
renungan bersama.

4.3.4 Pelaksanaan Program
Menurut

Rusman,

konsep

dasar

CTL

atau

pembelajaran kontekstual berdasarkan asas manusia
belajar dari pengalaman dan refleksi (2011: 187). Pola dari
model ini adalah siswa dirancang untuk membangun
makna dari materi yang telah dipelajari, serta diminta
untuk menghubungkan muatan pengetahuan akademis
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Ada empat dari
tujuh aspek pembelajaran berbasis kontekstual yang
penulis

pilih

dan

telah

berhasil

diterapkan

pada

pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana (Saud:
2010).
a. Konstruktivisme
Pada tahap ini siswa diminta untuk membangun
pemahaman dasar mereka mengenai topik yang
84

akan dipelajari. Cara guru untuk menstimulus
siswa membangun pemahaman adalah dengan
memberikan

beberapa

pertanyaan

mendasar

tentang makna topik. Bagian selanjutnya guru
akan menarik kesimpulan sementara berdasarkan
jawaban siswa. Tak jarang guru menanyakan
pemahaman

materi

berdasarkan

pengalaman

siswa. Hal ini sesuai dengan asas konstruktivisme
dalam

CTL,

yaitu

membangun

pemahaman

berdasarkan pengalaman siswa (2006: 262).
b. Pemodelan
Pada tahap ini siswa diajak untuk mencari dan
melihat

tokoh

baik

dalam

Alkitab

maupun

kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan model
untuk

menguatkan

materi.

Pemodelan

dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami
materi dengan meneladani sikap maupun kejadian
dari tokoh yang dipilih. Dalam pembelajaran PAK di
SMA

Kristen

Satya

Wacana,

guru

sering

menggunakan tokoh Alkitab sebagai dasarnya,
kemudian menggunakan contoh dalam kehidupan
masa

kini

untuk

memperkuat

pemodelan.

Contohnya adalah ketika guru memilih Yesus
sebagai contoh teladan kasih menurut Alkitab dan
kemudian menggunakan teladan Bunda Teresa di
masa kini sebagai penguatnya.
85

c. Refleksi
Tahap refleksi tidak hanya dilakukan dengan
memberi waktu kepada siswa untuk merenungkan
kaitan materi dengan pengalaman sehari-hari. Asas
refleksi beberapa kali diberikan dalam bentuk
penugasan, misalnya dengan membuat kesaksian
verbal maupun non-verbal, membuat renungan
singkat secara tertulis, mencari pengalaman seharihari yang berhubungan dengan materi, maupun
portofolio yang merupakan kaitan antara materi
dengan kehidupan nyata sehari-hari.
d. Penilaian Nyata
Tahap penilaian dilakukan oleh guru tidak hanya
berdasarkan

hasil

pembelajaran.

tes,

namun

Penilaian

nyata

sejak

proses

menunjukkan

apakah siswa mempelajari sesuatu yang baru sejak
proses pembelajaran atau tidak. Kecermatan guru
sangat diperlukan dalam proses penilaian nyata ini,
sebab kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa
dalam belajar menjadi perhatian utama guru (2011:
198). Dalam hal ini guru PAK cukup berhasil
melakukan asas penilaian nyata.
Ada aspek lain yang digunakan oleh guru PAK
untuk memperkuat pelaksanaan pembelajaran berbasis
kontekstual

di

SMA

Kristen

Satya

Wacana,

yaitu

pendampingan pastoral. Messach Krisetya menyatakan
86

bahwa

pendampingan

pertolongan
perhatian

atau
yang

pastoral

kesembuhan
intensif

merupakan
dan

kepada

layanan

asuhan

individu

melalui
maupun

kelompok dalam permasalahan kehidupan mereka (2010:
13). Pelaksanaan pendampingan pastoral di SMA Kristen
Satya Wacana tidak menyalahi atau melebihi kinerja guru
bidang bimbingan konseling. Pendampingan pastoral di
sekolah ini juga dilakukan dengan bantuan guru BK.
Proses pendampingan pastoral bisa dimulai dari
hasil kesaksian atau cerita siswa dikelas baik secara
verbal maupun non-verbal. Dalam praktiknya, guru kerap
kali menanyakan hasil refleksi siswa dari materi yang
diajarkan dan tak jarang merupakan masalah yang
sedang

dihadapinya.

kemudian

Berawal

melakukan

dari

tahap

pendekatan

ini,

guru

pribadi

dan

pembicaraan empat mata atau berkelompok dengan siswa
untuk meminta kejelasan lebih tentang masalah yang
dihadapi.

Jika

siswa

merasa

perlu

bantuan

untuk

penyelesaian masalah ini, maka guru akan mengadakan
pembicaraan yang lebih intens. Berdasarkan pembicaraan
tersebut, guru dapat mengetahui akar permasalahan dan
mengarahkan siswa untuk menemukan jalan keluarnya.
Jika dirasa guru PAK tidak memiliki kompetensi untuk
menyelesaikan

masalah

tersebut,

maka

guru

akan

merujuk siswa kepada guru BK untuk ditindaklanjuti.

87

Berdasarkan

hasil

wawancara

yang

telah

disampaikan siswa, metode ini berhasil secara maksimal
untuk membantu siswa memahami materi secara praktis.
Di samping itu layanan pendampingan pastoral menjadi
penguatan bagi siswa untuk menemukan jalan keluar
atas masalahnya. Melalui pendampingan pastoral dapat
ditemukan pula penyebab penurunan prestasi siswa,
penurunan

semangat

siswa

dalam

belajar,

maupun

konflik antar siswa.
Dalam

pelaksanaan

pembelajaran

berbasis

kontesktual pada bidang studi PAK di SMA Kristen Satya
Wacana, guru telah mempersiapkan pembelajaran (prapembelajaran) dengan baik. Buku paket yang digunakan
tidak digunakan secara mentah tanpa memperhatikan
konteks.

Beberapa

berdasarkan

tepat

pembelajaran

di

kegiatan

pembelajaran

dipilih

gunanya

bagi

Proses

kelas

pun

siswa.

berjalan

dengan

menyenangkan. Guru tidak menyampaikan materi secara
konvensional

(ceramah)

saja,

tetapi

menggunakan

permainan, film, dan media lainnya. Guru telah berusaha
bersikap komunikatif dengan tidak menutup diri dari
pendapat siswa dan berhasil membangun relasi yang baik
dengan siswa. Guru juga telah mampu membantu siswa
memahami teks-teks Alkitab yang bersifat abstrak dengan
mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari atau
bahasa yang lebih sederhana.
88

Beberapa evaluasi yang dicatat penulis saat proses
pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana adalah
perlunya perhatian guru bagi siswa yang masih belum
memberikan

perhatian

sepenuhnya

pada

PAK.

Berdasarkan hasil wawancara, di tiap kelas masih ada
beberapa siswa yang cenderung tidak memperhatikan
atau mengikuti proses pembelajaran 100%. Jika hal ini
tidak ditindaklanjuti guru, maka dampak yang muncul
adalah pemahaman dangkal siswa dan manfaat yang
tidak tercapai. Catatan evaluasi lainnya adalah

4.3.5 Pengaruh yang diharapkan dan tidak diharapkan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ada
dua perilaku yang muncul sebagai hasil pembelajaran
berbasis kontekstual pada bidang PAK. Sikap yang
diharapkan

berdasarkan

program

ini

adalah

siswa

mampu tidak hanya mengkaitkan materi pembelajaran
dengan

pengalaman,

namun

menerapkannya

untuk

menyelesaikan masalahnya. Ini telah berhasil dilakukan
oleh beberapa siswa dengan baik. Perilaku yang di
harapkan lainnya adalah siswa memil

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20