Pemanfaatan Barang Bekas sebagai Bahan

PEMANFAATAN BARANG BEKAS
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MAJALAH DINDING 3 DIMENSI
UNTUK SISWA SMP KELAS VII
PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL
Dwi Khoirotun Nisak
4001413009
firenisa@gmail.com
Abstract
This research is aimed to employ the used good as materials for three dimensional wall
magazine media. In the world, every day produced used goods of human requirement.
Used goods are increasing all the time and utilization of used goods are still less. In
various sectors has tried to take advantage of used goods, including in education sector.
In science learning, students are directed to creative and caring environment. So on the
theme of global warming, the student is given a project to create three-dimensional wall
magazine using used good. Accumulation of used goods will increase the production of
emissions causing global warming. Making three dimensional wall magazine with used
goods to reduce the accumulation of used goods. It is the application of scientific
attitude creative and caring environment.
Keywords : wall magazine, three dimensional, used goods
1.


Pendahuluan
Banyaknya barang bekas di Indonesia memberikan beberapa kerugian. Lahan

di Indonesia menjadi sempit untuk menampung barang bekas tersebut. Selain itu barang
bekas yang berupa plastik sulit terurai dalam tanah dan dapat mengakibatkan rusaknya
unsur hara dalam tanah. Kurangnya inovasi untuk mengolah barang bekas menjadi
sesuatu yang bermanfaat membuat barang bekas semakin hari semakin bertambah.
Namun akhir-akhir ini beberapa barang bekas telah di daur ulang menjadi barang yang
layak pakai seperti pernak-pernik yang indah. Di bidang pendidikan barang bekas juga
banyak digunakan sebagai bahan membuat alat peraga dan media pembelajaran. Salah
satu media pembelajaran yang dapat dibuat dari barang bekas yaitu majalah dinding.
Majalah dinding merupakan salah satu media informasi kreatif yang ada di lingkungan
sekolah. Majalah dinding atau yang sering disebut mading ini biasanya memuat
informasi bermanfaat untuk siswa dan warga sekolah lainnya. Selain disajikan dengan
unik dan menarik, gaya bahasa dalam majalah dinding biasanya menggunakan gaya
bahasa remaja, hal inilah yang menjadikan para siswa dan siswi gemar membacanya.

(Landriany, 2014)
Pada materi Pemanasan Global, pembelajaran ipa dapat dilakukan dengan
model pembelajaran berbasis proyek (PBL). Salah satu proyek yang dapat dilakukan

yaitu pembuatan majalah dinding. Majalah dinding akan dibuat berbeda oleh siswa
walaupun dengan satu tema yaitu pemanasan global tergantung kreativitas siswa.
Pembuatan majalah dinding dapat melatih kreativitas siswa dalam memilih desain,
warna dan sub tema dari materi tersebut. Majalah dinding 3 dimensi merupakan hasil
inovasi dimana biasanya majalah dinding yang umum dibuat adalah majalah dinding 2
dimensi. Majalah dinding 3 dimensi akan lebih meningkatkan kreativitas siswa
dibanding hanya sekedar membuat majalah dinding 2 dimensi. Dengan menggunakan
majalah dinding 3 dimensi bahan dasar yang digunakan juga bisa bervariatif, salah
satunya yaitu mengunakan barang bekas agar biaya produksi tidak terlalu mahal dan
bisa memanfaatkan sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat.. Pengetahuan yang
diperoleh menjadi lebih berarti dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
karena pengetahuan itu bermanfaat baginya untuk lebih mengapresiasi lingkungannya
dengan memanfaatkan bahan bekas pakai, lebih memahami dan memecahkanmasalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. (Widiyatmoko & Pamelasari, 2012)

2.

Majalah Dinding 3 Dimensi di Indonesia
Majalah dinding merupakan bentuk kreatif dari sebuah tulisan baik itu artikel


ataupun karya popular lainnya. Semua jenis informasi dapat dituangkan ke dalam
sebuah karya yang menarik yaitu majalah dinding. penggunaan majalah dinding sendiri
lebih banyak dipakai di sekolah. Berbagai jenjang sekolah sudah banyak yang memiliki
majalah dinding sebagai sarana berbagi informasi mengenai kegiatan dan aktivitas
sekolah. Majalah dinding 3 Dimensi merupakan inovasi dari majalah dinding 2 dimensi,
dimana majalah dinding ini sering digunakan dalam perlombaan tingkat sma ataupun
smp. Tidak berbeda dengan majalah dinding 2 dimensi, majalah dinding 3 dimensi juga
memuat mengenai berbagai informasi namun dengan tampilan yang lebih menarik dan
nyata karena majalah dinding ini dibuat secara timbul. Tak jarang banyak perlombaan
yang mewajibkan majalah dinding 3 dimensi dari bahan-bahan tertentu. Pada intinya
majalah dinding 3 dimensi tidak hanya memiliki bentuk yang 3 dimensi namun juga

memiliki informasi yang menunjang dari tema majalah dinding 3 dimensi tersebut.
Nursito dalam Angga, Indriani, dan Sriasih (2014) mengemukakan beberapa manfaat
majalah dinding, yaitu: sebagai media komunikasi, wadah kreativitas, menanamkan
kebiasaan membaca, pengisi waktu, melatih kecerdasan berpikir, melatih berorganisasi,
dan mendorong latihan menulis.
Penggunaan majalah dinding 3 dimensi dikembangkan dalam proses
pembelajaran yaitu sebagai media pembelajaran. Selain itu majalah dinding 3 dimensi
juga dipakai sebagai proyek yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan

kreativitas. Sebagai proyek yang diberikan kepada siswa, majalah dinding 3 dimensi
dibuat oleh siswa secara berkelompok dengan tema yang telah ditentukan oleh guru.

3.

Kondisi Barang Bekas di Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “barang” diartikan sebagai benda

umum (segala sesuatu yg berwujud atau berjasad). Sedangkan “bekas” memiliki arti
sudah pernah dipakai. Jadi barang bekas yaitu suatu benda (segala sesuatu yang
berwujud) yang sudah pernah dipakai. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah
(Kementerian LH, 2008). Dalam ketentuan UU No.18/2008 tentang Pengelolaan
Sampah dinyatakan, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Berdasarkan atas zat pembentuknya (biologis dan kimia),
sampah dibedakan menjadi sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik
(sampah kering). Sampah basah juga disebut sampah yang mudah membusuk (garbage)
karena aktivitas mikroorganisme, seperti daun, batang dan ranting pohon, sisa sayur
mayur, buah-buahan, kayu bekas bangunan, bangkai binatang, dsb. Sampah kering juga
disebut sampah yang sulit membusuk (refuse). (Wardi, 2011)

Berikut ini adalah data barang bekas yang banyak terdapat di lingkungan
masyarakat.
Tabel 1. Komposisi barang bekas di beberapa kota (% berat basah)

Dapat
dilihat bahwa kota Jakarta dan bandung yang merupakan wilayah Indonesia memiliki
barang bekas paling banyak dibandingkan barang bekas yang dimiliki oleh negara lain.
Dan apabila kita lihat dari sisi Indonesia sendiri, data sampah padat yang masih dapat di
daur ulang di Indonesia yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. Komposisi sampah di beberapa wilayah di Indonesia ( % berat basah)

Sampah organik : sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai
secara alamiah/biologis. (sampah dapur/sisa masakan, potongan kayu, potongan kecil
kertas, sisa makanan, dsb). Sampah non-organik : sampah yang terdiri dari bahan-bahan
yang sulit terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan
lebih lanjut (logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, kaca). (Sudarwanto, 2010).
Barang yang bisa dipakai sebagai bahan majalah dinding 3 dimensi yaitu sampah padat
yang dapat di daur ulang. Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampah padat
kebanyakan termasuk kedalam sampah non-organik dimana keberadaannya di Indonesia


tidak kalah banyak dengan sampah organik. Sehingga perlu adanya penanggulangan
untuk mengurangi sampah tersebut. Dengan adanya majalah dinding 3 dimensi yang
menggunakan bahan dari barang bekas, maka penumpukan barang bekas dapat
diminimalkan. Dan barang bekas tersebut dapat menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
dan memiliki nilai estetika.

3.1

Pemanfaatan Barang Bekas untuk Majalah Dinding 3 Dimensi
Pemanfaatan bahan bekas pakai yang tersedia di lingkungan bisa

dimaksimalkan sehingga dengan sendirinya siswa akan terlatih dalam menjaga dan
mengkonservasi lingkungan. Barang-barang limbah rumah tangga dan bahan bekas
pakai juga bisa dimanfaatkan. (Widiyatmoko & Pamelasari, 2012)
Barang bekas pakai ini termasuk sampah yang berdasarkan bentuknya. Sampah
tersebut yaitu sampah padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik
dan logam, dll. Dan untuk dapat digunakan menjadi bahan yang memiliki nilai dan
bermanfaat maka perlu adanya daur ulang. Menurut Sudarman (2010) Daur ulang
adalah salah satu cara yang digunakan untuk meminimalkan jumlah sampah yang ada
untuk meningkatkan nilai ekonomisnya menjadi barang-barang yang berguna. Daur

ulang merupakan proses untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas
rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Sedangkan
menurut Wardi (2011) Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan
dari sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan
mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi alumunium
dari tambang hingga prosesnya di pabrik.
Contoh barang bekas yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sebagai
majalah dinding 3 dimensi yaitu sebagai berikut:
1. Kertas
a) Sampah kertas dapat diolah menjadi bubur kertas kemudian dibuat menjadi
sesuatu yang baru untuk media pembelajaran seperti bukit ataupun tebing
sesuai kebutuhan.
b) Sampah kertas yang masih baik dapat langsung dimanfaatkan untuk membuat
c)

barang keperluan baru seperti untuk menulis atau menyampuli suatu benda.
Sampah kertas dapat diolah sedemikian rupa dengan keterampilan khusus

dibuat berbagai bentuk barang sederhana sebagai media pembelajaran

2. Kaos kaki bekas
Kaos kaki bekas dapat dibentuk dan dihiasi sedemikian rupa sehingga menjadi
bentuk boneka untuk sandiwara boneka atau bentuk lain yang dibutuhkan.

3. Magnet
a) Magnet dapat dibuat kompas dengan mengkombinasikannya dengan jarum,
gabus, dan air dalam baskom.

b) Membuat magnet buatan dengan mengkombinasikannya dengan peralatan lain
yang bersifat logam, atau dapat dibuat dengan menghantarkan arus listrik ke
4.

sebuah logam.
Kayu
a) Tripleks merupakan jenis kayu yang tipis. Tripleks dapat digunakan sebagai
dasar dari majalah dinding 3 dimensi.
b) Kayu balok dapat digunakan untuk melengkapi dan menghiasi majalah dinding 3

5.


dimensi.
Botol
a) Botol plastik dapat dimanfaatkan untuk bahan majalah dinding 3 dimensi seperti,
dibuat replica rumah kaca atau lainnya.
b) Botol kaca dapat dimanfaatkan menjadi bahan majalah dinding 3 dimensi sesuai
kebutuhan dan kreativitas siswa.
Selain barang-barang yang telah disebutkan diatas, masih banyak barang bekas

pakai yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan majalah dinding 3 dimensi.
Semua jenis barang bekas pakai padat bisa digunakan sebagai bahan pembuatan majalah
dinding 3 dimensi sesuai dengan kebutuhan pembuatnya.
4.

Manfaat Majalah Dinding 3 Dimensi dalam Pembelajaran
Pembelajaran menulis dengan media majalah dinding di sekolah dapat

dianggap sangat efektif dan efisien. Para peserta didik tidak merasa tertekan dan
terpaksa dalam melakukan aktivitas menulis, akan tetapi menumbuhkan rasa senang.
Dalam hal ini, pada dasarnya tidak ada pembelajaran yang sulit bagi peserta didik, jika
dalam proses pembelajarannya dianggap sesuatu yang menyenangkan. Maka, jika

belajar dengan merasa nyaman dan menyenangkan, yang terjadi adalah lahirnya
kreativitas dari dalam diri para peserta didik. (Rusdi, 2014). Pembuatan majalah dinding
3 dimensi dapat menanamkan nilai karakter seperti pendapat dari Angga et al. (2014)
bahwa terdapat delapan belas karakter yang ditanamkan melalui pembuatan majalah
dinding diantaranya: Religius, Jujur,Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Demokratis, Rasa Ingin tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai
Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial,
Tanggung Jawab.
Selain itu karena bahan yang digunakan dalam pembuatan majalah dinding
merupakan barang bekas pakai, maka akan memakan biaya yang sedikit. Dan
mencerminkan nilai karakter terhadap materi pembelajaran pemanasan global yaitu

sikap peduli lingkungan. Dengan mendaur ulang barang bekas maka sampah di dunia
akan semakin sedikit dan mengurangi emisi gas penyebab rumah kaca. Sudarman
(2010) menyatakan bahwa “Sampah memiliki potensi untuk memberi sumbangan
terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca, peristiwa ini terjadi pada penumpukan
sampah tanpa diolah yang melepaskan gas metan/methane (CH4). Sampah yang dibakar
juga menghasilkan gas CO2 (karbondioksida). Gas CH4 memiliki potensi merusak 20
kali lebih besar dari gas CO2.” Dari hal tersebut pembuatan majalah dinding tiga
dimensi akan mengajarkan kepada siswa sikap kepedulian lingkungan. Seperti pendapat

dari Taufiq, Dewi, & Widiyatmoko (2014) Ada pengaruh yang signifikan antara hasil
belajar IPA dengan sikap peduli lingkungan siswa. Semakin tinggi hasil belajar siswa
maka sikap siswa akan lebih positif. Dengan kata lain pemahaman kognitif siswa
tentang lingkungan hidup besar pengaruhnya terhadap sikap peduli lingkungan.
5.

Simpulan
Berdasarkan paparan yang telah disampaikan maka dapat disimpukan sebagai

berikut:
1) Dalam pembelajaran ipa pada tema pemanasan global dapat diterapkan dengan
model PBL dimana siswa dituntut untuk membuat majalah dinding 3 dimensi.
2) Majalah dinding yang biasanya hanya dibuat dalam bentuk 2 dimensi dapat
diinovasi menjadi majalah dinding 3 dimensi.
3) Penggunaan barang bekas pakai dapat digunakan sebagai bahan pembuatan majalah
dinding 3 dimensi
6.

Daftar Pustaka

Angga, P.A.C., Indriani, M.S.I., & Sriasih, S.A.P. (2014). Nilai-Nilai Karakter Bangsa
dalam Tulisan Siswa pada Majalah Dinding di SMP Negeri 1 Seririt. e-Jurnal
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2, 2(1).
Christianna, A. (2013). Pelatihan Perancangan Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis
Bahan Bekas untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Se-Siwalankerto
Surabaya. Journal of Service Learning, 1(1), 7-13.
Landriany, E. (2011). Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya Mewujudkan
Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang. Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan, 2(1), 82-88.
Nurseto, T. (2011). Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan, 8(1).
Paoletti, E., Schaub, M., Matyssek, R., Wieser, G., Augustaitis, A., Bastrup-Birk, A.M.,
Bytnerowicz, A., Gunthardt-Goerg, M.S., Muller-Starck, G., & Serengil, Y.

(2010). Advances of Air Pollution Science: From Forest Decline to MultipleStress Effects On Forest Ecosystem Services. Journal Enviromental Pollution,
158, 1986-1989.
Pires, A., Martinho, G., & Chang, N.B. (2011). Solid waste management in European
countries: A review of systems analysis techniques. Journal of Environmental
Management, 92, 1033-1050.
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. (2011). Pembelajaran Sains dengan Pendekatan
Ketrampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7, 106-110.
Rusdi, A. (2014). Kreativitas Peserta Didik SMPN 3 Sumenep dalam Menulis Buku
Harian Melalui Media Majalah Dinding. Jurnal Pelopor Pendidikan, 6(2).
Sudarman. (2010). Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global.
Jurnal Profesional, 8(1).
Sudarwanto, S. (2010). Peran Strategis Perempuan dalam Pengelolaan Limbah Padat
Bernilai Ekonomi. Jurnal ekosains, 2(1).
Taufiq M., Dewi N.R., & Widiyatmoko A. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran
IPA Terpadu Berkarakter Peduli Lingkungan Tema “Konservasi” Berpendekatan
Science-Edutainment. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(2), 140-145.
Wardi, I.N. (2011). Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya Mengatasi
Masalah Lingkungan di Bali. Jurnal Bumi Lestari, 11(1), 167-177.
Widiyatmoko, A., & Pamelasari S.D. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Mengembangkan Alat Peraga IPA dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1), 51-56.
Yuniati, N., Purnama, B.E., & Nugroho, G.K. (2011). Pembuatan Media Pembelajaran
Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam Pada Sekolah Dasar Negeri Kroyo 1 Sragen.
Journal speed, 3(4).