T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Candisari ecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Melalui Pendekatan Problem Based Learning Tahun Pembelajaran 20162017 T1 BAB II

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
proses penemuan (depdiknas: 2006). Sapriati (2008:5.11) menjelaskan bahwa IPA
merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
terorganisasi secara logis, sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh melalui
pengalaman dari serangkaian proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan,
penyusunan hipotesis yang diikuti pengujian gagasan-gagasan.
IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan
dalam

penggunaanya

secara

umum

terbatas


pada

gejala-gejala

alam.

Perkembangan tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh
adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah (Wahyana dalam Trianto, 2010: 136).
Berdasarkan beberapa definisi dan juga pendapat yang sudah dipaparkan
beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
merupakan mata pelajaran yang sistematis, didalamnya merupakan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, pada pelaksannannya menggunakan metode dan
proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan penyusunan hipotesis dan diikuti
dengan pengujian gagasan.

2.1.1

Pembelajaran IPA SD


Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi,
dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hosnan
(2014:18).

8

9

Senada dengan hal tersebut Rusman (2014:1) pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan
evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pendapat diatas dapat disimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem
yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Kompenen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat

komponen tersebut harus diperhatikan guru untuk memilih dan menentukan
model, media, metode, strategi dan pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran. Pembelajaran juga upaya sistematis yang disengaja untuk
menciptakan interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik.
2.1.2

Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh siswa
dalam pembelajaran. Setiap Proses pembelajaran akan menggunakan kompetisi
dasar sebagai acuan minimal bagi siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman
dalam pembelajaran. Pada pembelajaran IPA juga terdapat kompetensi dasar yang
harus dikuasai oleh setiap siswa. Tugas guru sebagai seorang pendidik adalah
menyampaikan pembelajaran dengan baik agar siswa mampu memahami materi
sesuai dengan SK dan juga KD.
Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar IPA untuk SD/MI kelas 4 yang
akan digunakan adalah sebagi berikut:

10


Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA untuk
SD/MI Kelas 4 Semester 1

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Benda dan Sifatnya
6. Memahami beragam sifat dan perubahan

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair,

wujud benda serta berbagai cara

dan gas memiliki sifat tertentu

penggunaan benda berdasarkan sifatnya

6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan


wujud cair padat  cair; cair  gas 
cair; padat  gas

6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan
dengan kegunaannya

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning
2.2.1

Pengertian

Model pembelajaran berbasis masalah yang biasa disebut Problem Based
Learning (PBL) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah
(Hamdayana 2014:209). Sedangkan menurut Tan dalam Rusman (2014:229)
menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam

pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan
model

pembelajaran

konstruktivisme.

yang

Dalam

berorientasi

model

pada


pembelajaran

kerangka
berbasis

kerja
masalah,

teoretik
fokus

pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga

11

metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu siswa tidak
saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat
perhatian, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan

keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan
menumbuhkan pola berpikir kritis (Hamdayana 2014:210).
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan
kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat
memberdayakan,

mengasah,

menguji,

dan

mengembangkan

kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep
yang berhubungan dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan
masalah.


2.2.2

Kekurangan dan Kelebihan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga

pendekatan belajar Problem Based Learning. Menurut (Warsono dan Hariyanto,
2012:152) Kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan tertantang
untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran
dikelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan seharihari (real world).
b. Menumpuk solidaritas dengan terbiasa bediskusi dengan teman-teman.
c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa.
d. Membiasakan siswa melakukan eksperimen.
Kelemahan dari penerapan model Problem Based Learning ini antara lain:
a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa pada pemecahan
masalah
b. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.
c. Aktivitasnya sulit dipantau


12

2.2.3

Langkah –Langkah Pendekatan Problem Based Learning

Langkah–langkah atau sintak Problem Based Learning (PBL) menurut
Ibrahim dan Nur Ismail dalam (Rusman 2014:243) adalah sebagi berikut :
Tabel 2.2
Sintak Problem Based Learning
Fase

Indikator

Tingkah laku guru

1.

Orientasi siswa pada masalah


Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2.

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu
siswa
mendefinisikan
mengorganisasikan
tugas
belajar
berhubungan dengan masalah tersebut.

3.

Membimbing pengalaman individual /
kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah

4.

Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai laporan, dan
membantu mereka untuk berbagai tugas dengan
temannya.

5.

Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan

dan
yang

Sumber : Model-model pembelajaran (Rusman : 2014:243)

2.2.4

Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning menurut (Rusman 2014: 232) adalah:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
dan tidak terstruktur
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

13

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiiki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.

2.2.5

Komponen – Komponen model Problem Based Learning

Komponen pembelajaran Problem Based Learning menurut (Hosnan
2014:300) adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan
b. Keterkaitan masalah dengan berbagai masalah disiplin ilmu
c. Penyelidikan yang autentik
d. Menyajikan atau memamerkan hasil karya
e. Kolaborasi

2.3 Hasil Belajar IPA
Suatu proses belajar mengajar terdapat sesuatu yang telah tercapai. Hasil dari
proses pembelajaran yang telah tercapai ini disebut dengan hasil belajar. Hasil
belajar yang didapatkan diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran

14

penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non
tes.
Menurut Naniek, dkk (2012:399) keberhasilan peserta didik dapat dilihat dari
hasil belajarnya, keberhasilan peserta didik setelah mengikuti suatu pembelajaran
tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Hasil belajar peserta didik
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu :
a. Domain kognitif, yaitu pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan
bahasa dan kecerdasan logika - matematika
b.

Domain afektif, yaitu sikap dan nilai atau yang mencakup
kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata
lain kecerdasan emosional.

c. Domain psikomotor, yaitu keterampilan atau yang mencakup
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan
musikal.
Menurut Nana Sudjana (2009:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Oemar Hamalik (2013:33) juga menyatakan bahwa
Hasil belajar adalah bila seseorang belajar maka akan terjadi perubahan tingkah
laku pada seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
Senada dengan pendapat tersebut Abdul Majid (2014:28) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan
peserta didik.
Penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan akibat dari proses belajar yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Atau adanya perubahan
dalam tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.

15

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian tentang Pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning terhadap hasil belajar siswa diantaranya adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Perida, Frizta Wahyu Pety dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam
Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN 6
Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun
2012/2013” Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Model PTK yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis, S dan Mc
Taggart, R dengan menggunakan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari
3 tahap yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan
pengamatan, dan (3) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4
SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun
Pelajaran 2012/2013. Sebanyak 24 siswa. Hal ini nampak pada
perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus sebesar
29,217%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat
menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Hasil
penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD
terutama dalam menggunakan model Problem Based Learning.
b. Penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul “Penggunaan Model
Pembelajaran

Berbasis

Masalah

(Problem

Based

Learning)

untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 6 Semester I SD
Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Permasalahan dalam penelitan tindakan kelas ini ialah hasil belajar
matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 hasilnya rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil tes matematika 23 siswa kelas 6 yang tuntas
hanya 14 siswa (60,26%), dan 9 siswa (39,13%) tidak tuntas, dan nilai ratarata kelas 63,26. Kondisi tersebut masih jauh dari yang diharapkan.
Pembelajaran matematika dalam kurikulum KTSP kelas 6 SD Negeri
Batiombo 02 dianggap tuntas apabila 75% siswanya mencapai nilai ≥ 60.

16

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah observasi dan tes.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan
hanya 39,13% dengan rata-rata kelas 63,26 setelah dilakukan tindakan, pada
siklus1 ketuntasan belajar siswa 73,91% dengan nilai rata-rata 66,30. Pada
siklus 2 ketuntasan belajar siswa 100% dengan nilai rata-rata kelas 71,08
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan
model pembelajaran berbasisi masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan
Bandar Kabupaten Batang
c. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Andriastutik, Siti dengan judul
“Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran
Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas 5 Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran
2012/2013”

Penelitian

dilakukan

dengan

tujuan

ingin

mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model problem based
learningdalam proses pembelajaran matematika di kalangan siswa kelas 5
semester II SD Negeri 6 Sindurejo. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Teknik observasi
digunakan untuk mengetahui tingkah laku siswa dan aktifitas guru selama
proses pembelajaran.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data yang diperoleh dari
prasiklus, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model problem
based learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari rata-rata hasil
belajar matematika siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II diperoleh
peningkatan yaitu 62,3 pada prasiklus, 66,9 pada siklus I dan meningkat
menjadi 77,5 pada siklus II. Serta ketuntasan hasil belajar matematika siswa
mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu 44% pada prasiklus, 72%
pada siklus I serta meningkat menjadi 94% pada siklus II. Saran, kegiatan
pembelajaran matematika hendaknya menggunakan model problem based

17

learning karena model tersebut dapat menjebatani karakteristik siswa pada
operasional kongkrit dengan karakteristik matematika yang abstrak.
Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dalam penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu dalam penelitian menerapkan pendekatan
Problem Based Learning pada siswa sekolah dasar. Selain itu, terdapat kesamaan

pada variabel terikat yang diukur yaitu hasil belajar siswa. Sedangkan
perbedaanya hanya terdapat pada kelas penelitian yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan media peta konsep yang dapat memudahkan
siswa untuk memecahkan suatu topik permasalahan. Penggunaan peta konsep
yang menjabarkan setiap detail materi akan membuat siswa lebih mudah untuk
memahami suatu materi atau permasalahan. Tidak hanya menggunakan media
peta konsep, peneliti dalam penelitiannya juga menggunakan media lilin, sendok,
coklat, dan mentega untuk mengetahui cara benda padat bisa berubah menjadi
benda cair. Proses tersebut membuat siswa semakin penasaran akan pemecahan
permasalahan yang diberikan guru sehingga siswa lebih antusias dan
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan
antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Uma (dalam
Sugiyono, 2014: 91), mengemukakan bahwa kerangka pikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Pembelajaran akan berhasil secara optimal apabila ada penguatan proses
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan serta bermakna bagi siswa.
Melalui penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka siswa
dapat melakukan proses pembelajaran dengan mengkaitkan masalah kehidupan
sehari-hari siswa dengan keadaan nyata siswa yang kontekstual sehingga materi
yang diberikan guru pada mata pelajaran Matematika mudah diterima oleh siswa
dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi siswa.

18

Kerangka pikir dengan pendekatan Problem Based Learning akan dijelaskan
pada skema berikut :

Pembelajaran IPA

Pembelajaran Konvensional

Guru menggunakan
pendekatan konvensional
dan memonopoli kegiatan
pembelajaran

Siswa hanya pasif, mudah
bosan dan tidak memperhatikan
guru

Hasil Belajar Kurang
Optimal
(Nilai

��

Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Problem Based
Learning (PBL)
1.Guru
menyampaikan
tujuan
materi
pembelajaran
yang
ingin
dicapai
pada
pembelajaranmenjelaskan logistic yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada pemecahan
masalah (Orientasi siswa pada masalah)

2. Membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan
(Mengorganisasi siswa untuk belajar)
3. Membimbing pengalaman individual/ kelompok (Membimbing pengalaman individual/
kelompok)
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah)
6. Meminta perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

7.Membimbing siswa membuat laporan untuk semua materi yang telah dipelajari.

8. Memberikan tes
Hasil Belajar Lebih Optimal
���� �� 70

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran IPA Melalui pendekatan Problem Based
Learning (Model-model pembelajaran Rusman :2014)

70)

19

2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan
PBL dengan langkah-lagkah yang tepat dan benar maka dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Candisari 01 Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali Tahun pelajaran 2016/2017”.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13