KATA PENGANTAR - Skripsi Rumput Laut

  STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BARRU Tesis

  untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

  Program Studi Magister Manajemen Pesisir Dan Teknologi Kelautan S U D A R M I 0005. 02. 06. 2008 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2012

  

Tesis

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT

LAUT (Kappaphycus alvarezii) BERKELANJUTAN

DI KABUPATEN BARRU

  OLEH :

  S U D A R M I

  0005. 02. 06. 2008 Disetujui Untuk Diseminarkan

  Komisi Pembimbing Pembimbing Utama Dr. Ir. Asbar, M.Si. Tanggal...............................

  .

  Pembimbing Pembantu Dr. Ir. Rustam, M.Si. Tanggal...............................

  .

  

ABSTRAK

SUDARMI, Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut (Kappapycus

alvarezii) Berkelanjutan Di Kabupaten Barru (dibimbing oleh Asbar dan

Rustam).

  Penelitian bertujuan (1) Menganalisis faktor-faktor utama yang berpengaruh dan besarnya konstribusi faktor-faktor tersebut terhadap pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru.(2). Menentukan strategi kebijakan pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru.

  Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Barru. Metode penelitian adalah observasi, interview, participatory rapid appraisal, fokus group discussion,. Analisis SWOT dan A’WOT

  Hasil penelitian: Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha budidaya rumput laut berkelanjutan di Kabupaten Barru adalah : (a) Kualitas perairan yang masih layak untuk kegiatan budidaya rumputlaut, (b) Potensi Perairan Lepas Pantai masih cukup besar untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut, (c) Metoda budidaya rumput laut yang cukup sederhana, (4) Budidaya rumput laut dapat dilakukan pada skala usaha kecil, (5) Tinnginya minat masyarakat untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut, (6) Permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap komoditas rumput laut, dan (7) Perhatian pemerintah terhadap pengelolaan perikanan cukup besar.

  Dengan menggunakan analisis A’WOT dalam merumuskan strategi pengembangan usaha budidaya rumput laut yang berkelanjutan di kabupaten Barru, alternatif strategi yang menjadi prioritas adalah : Penataan ruang/zonasi wilayah pesisir dan laut, bobot 0,03455. Peningkatan bintek budidaya (pemilihan bibit, pemeliharaan, pascapanen dan manejemen usaha, bobot 0,1936.

  Penerapan metoda long line dan rakit apung di perairan lepas pantai, bobot 0,1007. Peningkatan peran masyarakat dalam pengembangan rumput laut dan membentuk kemitraan antara pembudidaya dan pengusaha dengan bobot nilai 0,0826. Pengutan modal dan pembentukan Kelompok Usaha Bersama , bobot nilai 0,0752.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan tesis ini.

  Strategi pengembangan usaha budidaya rumput laut berkelanjutan menjadi fokus dan perhatian penulis, mengingat kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang berpotensi untuk dikembangan.

  Penulis menyadari bahwa tesis ini belum mampu mengungkap secara tuntas tentang Strategi Pengembangan Rumput Laut secara Berkelanjutan, sehingga diharapkan ada penelitian lain yang mampu menjadi pelengkap kajian pengembangan rumput laut berkelanjutan.

  Atas keberhasilan penulis merampungkan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

  1. Bapak Dr. Ir. Asbar, M.Si selaku ketua komosi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. H. Rustam, M.Si selaku anggota komosi pembimbing atas bimbingan dan arahan yang diberikan sejak penyusunan rencana penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini.

  2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia, para dosen pengasuh mata kuliah beserta unsur akademis lainnya yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis mengikuti pendidikan.

  3. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan beserta staf, atas segala dukungannya dan bantuannya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan.

  4. Kepala UPTD Pembinaan dan Pengembangan Sertifikasi Kesehatan Ikan Pangkep beserta staf atas bantuan selama penulis mengikuti pendidikan.

  5. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Suami dan anakanak tersayang dan saudara-saudaraku atas doa, motivasi dan cinta yang selalu diberikan.

  6. Kepada rekan-rekan Pasca Sarjana Anggatan ke dua (2), sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

  Akhinya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembangunan perikanan dimasa mendatang. Disadari bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu penulis sangat menghargai setiap saran dan masukan untuk perbaikan.

  Makassar, Desember 2012

  P e n u l i s

  

DAFTAR ISI

  8

  2.3 Karakteristik Sosial Masyarakat Pesisir............................................... 20

  2.2.3 Pengelolaan Keuangan dan Pemasaran..................................... 19

  2.2.2 Keragaan Sosial Ekonomi Budidaya Rumput Laut.................. 16

  2.2.1 Analisis Kelayakan Ekonomi.................................................... 16

  2.2 Keuangan Sosial Ekonomi Budidaya Rumput Laut............................. 16

  2.1.4 Tahapan Budidaya Rumput Laut............................................... 13

  2.1.3 Metode Budidaya....................................................................... 11

  7 2.1.2 Kelayakan Lingkungan dan Kualitas Perairan...........................

  Halaman Judul..................................................................................................... i Halaman Pengesahan.......................................................................................... ii Abstrak................................................................................................................ iii Kata Pengantar.................................................................................................... iv Daftar Isi.............................................................................................................. vi Daftar Gambar..................................................................................................... ix Daftar Tabel........................................................................................................ x BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................

  7 2.1.1 Persyaratan Lokasi Budidaya.....................................................

  7 2.1 Buididaya Rumput Laut.......................................................................

  6 BAB II. TINJUAN PUSTAKA..........................................................................

  5 1.4 Kegunaan..............................................................................................

  5 1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................

  1 1.1 Latar Belakang......................................................................................

  2.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir................................................................ 22

  2.5 Peran dan Partisipasi Masyarakat........................................................ 23

  2.6 Kesejahteraan Masyarakat Pesisir........................................................ 25

  2.7 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir....................................................... 26

  2.8 Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia............ 28

  2.8.1 Meluasnya Pemerataan.............................................................. 29

  2.8.2 Meningkatnya Kepedulian Masyarakat..................................... 30

  2.8.3 Meningkatnya Pertumbuhan .................................................... 31

  2.9 Analsis SWOT..................................................................................... 33

  2.10 Analisis A’WOT.................................................................................. 34

  2.11 Kerangka Pikir..................................................................................... 34

  BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................... 37

  3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................ 37

  3.2 Jenis dan Desain Penelitian.................................................................. 38

  3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 38

  3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian........................................................ 39

  3.5 Pengumpulan dan Analisis Data........................................................... 41

  3.5.1 Pengumpulan Data.................................................................... 41

  3.5.2 Analisis Faktor-Faktor Utama Yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Kab. Barru............. 44

  3.5.3 Analisis Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan di Kab. Barru..................................................... 44

  A. Analisis SWOT................................................................... 45

  B. Analisis Analytical Hierarchy Proses (AHP)..................... 49

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian.......................................................... 51

  1. Letak dan Luas Wilayah.................................................................. 51

  2. Keadaan Penduduk........................................................................... 53

  3. Keadaan Iklim.................................................................................. 54

  4. Kondisi Perikanan............................................................................ 55

  B. Faktor-Faktor Utama Yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan

  Rumput Laut Berkelanjutan Di Kab. Barru............................................ 58

  D. A’WOT Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kab. Barru................................................................... 68

  f. Program Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kab. Barru............................................................ 84

  e. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kab. Barru............................................................ 81

  d. Prioritas Pada Faktor Ancaman........................................................ 78

  c. Prioritas Pada Faktor Peluang.......................................................... 76

  b. Prioritas Pada Faktor Kelemahan..................................................... 73

  a. Prioritas Pada Faktor Kekuatan........................................................ 70

  C. Alternatif Strategi dan Program Pemgembangan Usaha Buididaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kab. Barru............................................ 65

  1. Kualitas Perairan Yang Masih Layak Untuk Kegiatan Budidaya Rumput Laut..................................................................................... 58

  7. Perhatian Pemerintah Terhadap Pengelolaan Perikanan Cukup Besar................................................................................................. 64

  6. Permintaan Pasar Yang Cukup Tinggi Terhadap Kualitas Rumput Laut..................................................................................... 64

  5. Tingginya Minat Masyarakat Untuk Mengembangkan Usaha Buidaya Rumput Laut...................................................................... 63

  4. Budidaya Rumput Laut Dapat Dilakukan Pada Skala Usaha Kecil................................................................................................. 62

  3. Metode Budidaya Rumput Laut Yang Cukup Sederhana................ 60

  2. Potensi Perairan Lepas Pantai Masih Cukup Besar Untuk Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut................................ 59

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................. 86 B. Saran........................................................................................................ 87 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 88 LAMPIRAN........................................................................................................ 91

  

DAFTAR GAMBAR

  No Teks Hal

  1. Desain Konstruksi Metode Lepas Dasar Untuk Budidaya Rumput Laut.... 11

  2. Desain KOnstruksi Metode Rakit Apung.................................................... 12

  3. Desain Konstruksi Metode Rawai................................................................ 12

  4. Kerangka Pikir............................................................................................. 36

  5. Peta Lokasi Kabupaten Barru...................................................................... 37

  6. Analisis dan Hirarki..................................................................................... 67

  

DAFTAR TABEL

  No Teks Hal

  1. Narasumber Penelitian Secara Tentatif Sebagai Informan Kunci............... 40

  2. Pembobotan Setiap Unsur SWOT................................................................ 47

  3. Matriks Analisis SWOT Pengembangan Berkelanjutan Budidaya Rumput Laut.............................................................................................................. 48

  4. Ranking Alternatif Kebijkan Stategi Pengembangan Berkelanjutan Budidaya Rumput Laut................................................................................ 49

  5. Luas Daerah dan Potensi Sumber Daya Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Barru..................................................................................... 52

  6. Jumlah Penduduk Kabupaten Barru Dirinci Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin............................................................................................... 53

  7. Jumlah Penduduk Kabupaten Barru Berumur 15 Tahun Keatas Yang Termasuk Angkatan Kerja Dirinci Menurut Golongan Umur..................... 54

  8. Potensi Wilayah Pesisir Kabupaten Barru Untuk Kegiatan Perikanan dan Kelautan................................................................................................ 56

  9. Produksi Komoditi Unggulan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru Tahun 2006-2010............................................................................... 57

  10. Faktor Kekuatan, Kelamahan, Peluang, dan Ancaman dalam Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru.......................................................................................... 69

  11. Hasil Komponen SWOT Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru.............................................................. 70

  12. Hasil Analisis Faktor Kekuatan Dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru..................................................... 71

  13. Produksi Komoditi Unggulan Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2006-2010.................................................................................................... 71

  14. Hasil Analisis Faktor Kelemahan dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru..................................................... 74

  15. Hasil Analisis Faktor Peluang dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru..................................................... 76

  16. Hasil Analisis Faktor Ancaman dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru..................................................... 79

  17. Hasil Analisis Alternatif Strategi dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru..................................................... 83

  18. Hasil Analisis Program Strategi dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Di Kabupaten Barru..................................................... 85

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pembangunan bidang perikanan telah mengalami kemajuan yang pesat dalam hal peningkatan produksi, peningkatan ekspor dan peningkatan devisa negara serta peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. Berbagai kegiatan perikanan telah berorientasi kepada keuntungan.Salah satu komoditi perikanan yang mempunyai prospek yang baik dan memberi keuntungan bagi pembudidaya adalah rumput laut

  

Kappaphycus alvarezii. Potensi sumberdaya rumput laut di

  perairan Sulawesi Selatan cukup besar dan kebutuhan akan rumput laut di dalam maupun di luar negeri cukup tinggi. Oleh karena itu, budidaya rumput laut merupakan peluang usaha yang sangat baik bagi penyerapan tenaga kerja keluarga dan masyarakat pesisir secara optimal.

  Kegiatan budidaya rumput laut merupakan lapangan kerja baru yang bersifat padat karya dan semakin banyak peminatnya karena teknologi budidaya dan pascapanen yang sederhana dan mudah dilaksanakan serta pemakaian modal yang relatif rendah sehingga dapat dilaksanakan oleh pembudidaya beserta keluarganya (Soebarini, 2003). Kondisi ini didukung oleh harga jual rumput laut yang cenderung membaik, tingkat pertumbuhan yang tinggi dan waktu pemeliharaan yang singkat sehingga pembudidaya dapat meraup pendapatan 6 kali setahun(Anggadiredja dkk., 2006). Faktor kemudahan usaha ini menjadi tumpuan harapan nelayan bermodal kecil sehingga banyak diantaranya beralih dari usaha penangkapan ikan ke usaha budidaya rumput laut di perairan pantai.

  Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.

  Daerah ini memiliki 7 kecamatan,dan 5 diantaranya yang terletak di pesisir Selat Makassar dengan panjang garis pantai 78 km dengan luas perairan 56.160 Ha (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, 2011).

  Kegiatan budidaya rumput laut telah memberikan peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.Jumlah pembudidaya setiap tahun mengalami peningkatan. Faktor yang mendorong meningkatnya minat pembudidaya rumput laut adalah harga rumput laut yang cukup tinggi dan menguntungkan. Peningkatan harga komoditi tersebut pada pertengahan tahun 2007 yang sempat mencapai harga Rp 15.000,-/kg kering, telah memacu berkembangnya usaha budidaya rumput laut sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat pesisir serta meningkatkan peran serta anggota keluarga dan masyarakat dalam kegiatan tersebut.

  Perkembangan usaha budidaya rumput laut tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Berdasarkan hasil pengamatan awal, sejumlah permasalahan yang dapat diidentifkasi antara lain; (1) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dasar pembudidaya tentang teknis budidaya yang sesuai anjuran, (2)keterbatasan modal dan akses ke sumber permodalan yang layak, mudah, cepat, dan tepat, (3) kurangnya pemahaman tentang pengelolaan atau manajemen usaha, (4) harga yang fuktuatif, (5) serangan penyakit ”ice-ice”, dan (6) konfik pemanfaatan wilayah perairan antara pembudidaya, nelayan, alur pelayaran, dan pariwisata.

  Keseluruhan permasalahan tersebut disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) pembudidaya dan faktor di luar pembudidaya (ekternal). Jika permasalahan tersebut dikaji lebih mendalam maka dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap pengembangan budidaya rumput laut.

  Berdasarkan pengamatan awal di Kabupaten Barru, maka aspek sosial yang menarik untuk dicermati adalah karakteristik sosial pembudidaya rumput laut. Mereka berasal dari berbagai kalangan misalnya nelayan, petani, pedagang, pengusaha, pegawai, dan masyarakat pesisir lainnya tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang memadai tentang teknis budidaya rumput laut. Sebagian dari mereka menjadikan budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian pokok dan sebagian menjadikannya sebagai mata pencaharian sampingan.

  Karakteristik sosial lainnya yang menarik adalah peranan anggota keluarga dan masyarakat yang cukup tinggi sehingga menimbulkan interaksi sosial yang intensif dan terciptanya pola hubungan kerja yang saling menguntungkan. Anggota keluarga dan masyarakat lainnya berperan serta dalam proses persiapan sarana produksi, pemasangan bibit, dan penjemuran rumput laut.

  Dari aspek ekonomi yang menarik untuk dicermati adalah terbatasnya permodalan dan akses ke lembaga keuangan.

  Sebagian pembudidaya bergantung kepada pemilik modal misalnya pedagang pengumpul dan pengusaha, sehingga terjadi ketergantungan kepada pemilik modal tersebut. Pembudidaya rumput laut yang tidak memiliki modal cenderung hanya sebagai pekerja dan memperoleh pendapatan berdasarkan sistem bagi hasil.

  Pengembangan budidaya rumput laut juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan yang menarik dicermati adalah terjadinya serangan penyakit ”ice-ice” pada saat pergantian musim dari musim hujan ke musim kemarau. Berdasarkan pengamatan awal diketahui bahwa pada saat pergantian musim dan selama musim kemarau pertumbuhan rumput laut tidak baik.

  Metode budidaya yang diterapkan oleh pembudidaya adalah metode rawai atau tali panjang (long line) dengan menggunakan tiang pancang dari bambu atau batang kayu. Pemasangan tiang pancang, ukuran tali bentangan, jarak tanam tidak berpedoman pada petunjuk teknis yang ada. Kegiatan budidaya rumput laut yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis tersebut berdampak pada produksi yang tidak optimal dan munculnya ketidakteraturan yang berpotensi menimbulkan konfik pemanfaatan wilayah perairan. Potensi konfik tersebut juga disebabkan karena jumlah pembudidaya yang semakin bertambah. Pertambahan jumlah pembudidaya menyebabkan persaingan mendapatkan lokasi yang berpotensi sehingga memicu konfik baik antar pembudidaya dengan pembudidaya maupun dengan pihak lain seperti nelayan, alur pelayaran, dan wisata pantai.

  Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas maka perlu dilakukan analisis atau kajian yang mendalam tentang bagaimana mengembangkan budidaya rumput laut dengan memperhatikan pada faktor-faktor utama yang berpengaruh baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan memberikan gambaran faktor-faktor utama apa yang berpengaruh dan bagaimana konstribusinya dalam upaya pengembangan budidaya rumput laut, dan bagaimana strategi pengembangan budidaya rumput laut tersebut. Kajian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan budidaya rumput laut, sehingga budidaya rumput laut dapat berkembang dan menjadi produk unggulan daerah serta berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya khususnya dan masyarakat pesisir pada umumnya.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

  1. Faktor-faktor utama apa yang berpengaruh dan bagaimana konstribusi faktor-faktor tersebut terhadap pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru?

  2. Bagaimana strategi pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

  1 Menganalisis faktor-faktor utama yang berpengaruh dan besarnya konstribusi faktor-faktor tersebut terhadap pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru.

  2 Menentukan strategi kebijakan pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru.

1.4. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1) Memberikan informasi dan solusi bagi pembudidaya rumput laut untuk memecahkan masalahnya.

  2) Menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan, kalangan swasta dan usahawan dalam rangka pengembangan budidaya rumput laut sebagai upaya pemberdayaan dan mengangkat taraf hidup masyarakat.

  3) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji lebih dalam tentang budidaya rumput laut baik ditinjau dari aspek kesesuaian lahan maupun aspek sosial ekonominya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Rumput Laut

2.1.1. Persyaratan Lokasi Budidaya

  Pemilihan lokasi sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Hal ini disebabkan karena produksi dan kualitas rumput laut dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis yang meliputi kondisi substrat perairan, kualitas air, iklim, dan geografs dasar perairan, Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemudahan, risiko, serta konfik kepentingan dengan sektor lain misalnya pariwisata, perhubungan dan taman laut nasional (Anggadireja, 2006). Persyaratan lokasi budidaya rumput laut tersebut diperkuat oleh pendapat Indriani dan Sumiarsih (1999) yang menyatakan beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam penentuan lokasi sebagai berikut:

  

a. Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh

angin topan.

  

b. Lokasi sebaiknya tidak mengalami fuktuasi salinitas yang

besar.

  

c. Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan

untuk tumbuhnya rumput laut.

  

d. Perairan harus bebas dari pencemaran industri dan rumah

tangga.

  

e. Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode

  budidaya

  

f. Lokasi budidaya harus mudah dijangkau sehingga biaya

transportasi tidak terlalu besar.

  g. Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja.

  Menurut Indriani dan Sumiarsih (1999), dalam pembudidayaan rumput laut jenis K. alvareziidiperlukan beberapa persyaratan khusus dalam memilih lokasi yaitu:

a. Letak budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh daratan.

  Lokasi yang langsung menghadap laut lepas sebaiknya terdapat karang penghalang yang berfungsi melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat, juga akan menyebabkan keruhnya perairan lokasi budidaya sehingga mengganggu proses fotosintesis.

  

b. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi,

  pergerakan air pada lokasi budidaya harus cukup. Hal ini bertujuan agar rumput laut yang ditanam memperoleh pasokan makanan secara tetap, serta terhindar dari akumulasi debu dan tanaman penempel.

  

c. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut masih

  digenangi air sedalam 30 - 60 cm. Ada dua keuntungan dari genangan air tersebut yaitu penyerapan makanan dapat berlangsung terus menerus, dan tanaman dapat terhindar dari kerusakan akibat terkena sinar matahari langsung.

  

d. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi komunitas yang

  terdiri dari berbagai jenis makro algae. Bila perairan tersebut telah ditumbuhi rumput laut alamiah, maka daerah tersebut cocok untuk pertumbuhannya.

2.1.2. Kelayakan Lingkungan dan Kualitas Perairan

  Kelayakan lingkungan dan kualitas perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Beberapa parameter lingkungan dan kualitas perairan yang berpengaruh antara lain:

  

a. Kondisi dasar perairan. Menurut Anggadireja (2006)

  bahwa dasar perairan berupa pasir kasar yang bercampur dengan pecahan karang merupakan substrat dasar yang cocok untuk budidaya rumput laut Eucheuma sp. Hal ini sejalan dengan pendapat Aslan (1998) bahwa dasar perairan yang ideal untuk budidaya rumput laut adalah perairan dengan dasarnya terdiri dari pasir kasar (coarse sand) yang bercampur dengan potongan-potongan karang. Lokasi seperti ini biasanya berarus sedang sehingga memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik dan tidak mudah terancam oleh faktor-faktor lingkungan serta memudahkan pemasangan konstruksi budidaya.

  

b. Tingkat kecerahan air. Tingkat kecerahan perairan

  menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kondisi perairan untuk budidaya Eucheuma sp sebaiknya relatif jernih dengan tingkat kecerahan tinggi. Tingkat kecerahan diukur menggunakan alat “sechi-disk’ mencapai 2 - 5 m. Kondisi seperti ini dibutuhkan agar cahaya matahari dapat mencapai tanaman untuk proses fotosintesis (Anggadireja, 2006).

  

c. Salinitas dan suhu air. Lokasi budidaya sebaiknya

  berjauhan dengan sumber air tawar untuk menghindari penurunan salinitas secara drastis. Menurut Anggadireja

  (2006) salinitas ideal untuk budidaya rumput laut adalah 28 - 33 ‰, sedangkan Aslan (1998) mengemukakan hal berbeda bahwa salinitas ideal untuk budidaya rumput laut adalah 30 - 37 ‰.

  Suhu berpengaruh langsung terhadap rumput laut dalam proses fotosintesis, proses metabolisme, dan siklus reproduksi (Rani, dkk, 2009). Menurut Anggadireja (2006) bahwa suhu yang optimal untuk budidaya rumput laut adalah 26–30ºC, sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Aslan (1998) bahwa suhu yang idealnya 26 – 33ºC.

  

d.Pergerakan air (gelombang dan arus). Lokasi untuk

  budidaya rumput laut harus terlindung dari hempasan gelombang besar dan arus yang terlalu kuat, karena merusak tanaman rumput laut. Menurut Anggadireja (2006) kecepatan arus yang baik untuk budidaya rumput laut berkisar 0,2 - 0,4 m/detik, sedangkan menurut Rani, dkk. (2009) bahwa berdasarkan hasil penelitian budidaya rumput laut jenis K. alvarezii di Perairan Tonra Kabupaten Bone pada tahun 2007 diperoleh data kecepatan arus 17,67 - 29,67 cm/ detik.

  

e.Pencemaran. Bahan pencemar yang mungkin berasal dari

  buangan industri, rumah tangga, dan tumpahan minyak (tabrakan kapal tanker, pengeboran minyak, dan aktivitas nelayan) harus dihindari karena dapat merusak dan mengganggu tanaman yang dipelihara (Aslan, 1998). Hal ini sejalan dengan pendapat Anggadireja (2006) bahwa lokasi yang berdekatan dengan sumber pencemaran seperti industri dan tempat bersandarnya kapal sebaiknya dihindari sebagai lokasi budidaya rumput laut.

  

f. Bukan jalur pelayaran dan memperoleh izin dari

pemerintah. Untuk keamanan dan keberlanjutan budidaya

  maka lokasi yang dipilih bukan merupakan jalur pelayaran yang ramai dan tidak dipakai sebagai tempat penyeberangan sehari-hari (Aslan, 1998 dan Anggadireja, 2006). Selain itu, kegiatan budidaya rumput laut harus mendapat izin dari pemerintah setempat sehingga tidak terjadi hambatan dan konfik kepentingan dengan berbagai pihak.

2.1.3. Metode Budidaya

  Menurut Anggadireja (2006), bahwa metode budidaya rumput laut K. alvarezii terbagi tiga yaitu metode lepas dasar, metode rakit apung, dan metode rawai/tali panjang (long line).

  

a.Metode lepas dasar. Metode ini pada umumnya dilakukan

  di lokasi yang memiliki substrat dasar karang atau pasir dengan pecahan karang serta terlindung dari hempasan gelombang yang besar, dikelilingi oleh pecahan -pecahan karang (Barrier reef). Selain itu, lokasi budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar harus memiliki kedalaman sekitar 0,5 m pada saat surut terendah dan 3 m pada saat pasang tertinggi. Desain konstruksi metode ini dapat dilihat pada Gambar 1.

  Gambar 1. Desain konstruksi metode lepas dasar untuk budidaya rumput laut K. alvarezii(Anggadireja, 2006)

  

b.Metode rakit apung. Metode ini dengan cara mengikat

  setiap rumpun bibit rumput laut pada tali ris atau tali bentangan. Tali ris yang telah berisikan bibit kemudian diikat pada rakit apung yang terbuat dari bambu.

  Gambar 2. Desain konstruksi metode rakit apung untuk budidayarumput laut K. alvarezii (Anggadireja, 2006)

c. Metode rawai/tali panjang (long line). Metode ini paling

  banyak digunakan oleh petani pembudidaya, karena feksibel dalam penggunaan lokasi serta biaya yang lebih murah.

  Metode ini dapat diterapkan pada perairan yang cukup dalam. Untuk mempertahankan posisi tali utama dan tali ris maka digunakan jangkar dan pelampung.

  Gambar 3. Desain konstruksi metode rawai untuk budidaya rumputlaut K. alvarezii. (Anggadireja, 2006) Budidaya rumput laut merupakan bentuk kegiatan budidaya pantai yang produktif. Budidaya rumput laut adalah satu kegiatan dimasukkannya bibit rumput laut ke dalam kolong air di lokasi budidaya dengan berbagai metode.

  Penerapan metode budidaya sangat tergantung pada kondisi wilayah perairan di mana budidaya tersebut dilakukan (Jamal, 1992).

  Menurut Mubarak (1991) budidaya rumput laut tidak banyak membutuhkan sarana produksi. Sarana produksi yang digunakan dalam budidaya rumput laut adalah: 1) Rakit atau kayu pancang dilengkapi tali, jangkar, dan tali rafa.

  2) Benih yang diambil dari alam 3) Tenaga kerja

  4) Perahu sebagai alat transportasi dalam proses pemeliharaan maupunpengangkutan hasil Menurut Anggadireja (2006), budidaya rumput laut dengan metode rawai/tali panjang (long line) memerlukan peralatan dan bahan untuk satu blok yang terdiri dari 6 bentangan tali ris dengan luas satu blok 5 x 50 m sebagai berikut:

  1) Tali ris polietilen berdiameter (Ǿ) 8 mm sebanyak 8 kg 2) Tali jangkar dan tali utama berdiameter (Ǿ)10 mm sebanyak4,5 kg 3) Jangkar, patok kayu, atau batu pemberat sebanyak 4 buah 4) Tali rafa satu gulung kecil sebanyak 3 kg 5) Bibit rumput laut sebanyak 150 kg (1 simpul = @ 100 g) 6) Pelampung utama sebanyak 6 - 8 buah 7) Pelampung kecil dari botol polietilen sebanyak 200 buah 8) Peralatan lainnya berupa pisau, keranjang, alat penjemuran, dan perahu.

2.1.4. Tahapan Budidaya Rumput Laut

  a.Penyediaan bibit. Menurut Aslan (1998), ciri-ciri bibit

  rumput laut yang baik adalah (1) bila dipegang terasa elastis, (2) mempunyai cabang yang banyak dengan ujungnya yang berwarna kuning kemerah-merahan, (3) mempunyai batang yang tebal dan berat, dan (4) bebas dari tanaman lain atau benda-benda asing.

  Menurut Aslan (1998), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bibit rumput laut adalah: 1) Bila jaraknya dekat dengan lokasi budidaya, maka bibit dapat diangkut dengan sampan namun harus ditutup dengan terpal

  2) Biarkan bibit selalu basah dengan menyiramnya dengan air laut, 3) Jangan biarkan bibit terkena air hujan 4) Jika bibit tidak langsung ditanam sebaiknya disimpan dalam kandang bibit (seed bin) yang telah disiapkan

  

b.Penanaman bibit. Bibit yang akan ditanam adalah thallus

yang masih muda dan berasal dari ujung thallus tersebut.

  Saat yang baik untuk pengikatan atau penanaman bibit adalah pada saat cuaca teduh atau pada pagi dan sore hari menjelang malam. Menurut Anggadireja (2006) tahapan penanaman bibit terdiri dari: 1)Pengikatan bibit pada tali ris dengan jarak 25 cm setiap rumpun dengan panjang tali ris 50 – 75 m yang direntangkan pada tali utama

  2)Pengikatan tali jangkar pada tali utama

  3)Pengikatan pelampung dari botol polietilen (500 ml) pada tali ris.

  Pendapat berbeda dikemukakan oleh Aslan (1998) bahwa jarak tanam bibit rumput laut adalah 20 cm, sedangkan penelitian budidaya rumput laut jenis

  Kappaphycus alvarezii di Perairan Tonra Kabupaten Bone oleh Rani, dkk. (2009) menerapkan jarak tanam 15 cm.

c. Pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan selama

  pemeliharaan rumput laut adalah membersihkan lumpur dan kotoran, menyulam tanaman yang rusak, mengganti tali, patok, bambu dan pelampung yang rusak. Lumpur akan melekat pada tanaman bila pergerakan air kurang. Dalam kondisi demikian maka perlu dilakukan pemeliharaan yang sungguh-sungguh yaitu menggoyang-goyang tali ris untuk menghindari lumpur dan kotoran menempel pada rumput laut. Selain itu, perlu dilakukan penyulaman bila ada tanaman yang rusak agar jumlah tanaman pada setiap tali ris tidak berkurang (Anggadireja, 2006).

  

d.Panen dan pascapanen. Menurut Saleh (1991),

  pemanenan rumput laut dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari, sedangkan menurut Aslan (1998), bahwa rumput laut sudah dapat dipanen setelah berumur 1,5 - 4 bulan dengan cara melepas tali yang berisi rumput laut. Teknik panen yang dilakukan oleh pembudidaya adalah panen keseluruhan (full harvest) karena lebih praktis dan lebih cepat dibandingkan dengan teknik memetik (Anggadireja, 2006).

  Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh teknik budidaya, umur panen, dan penanganan pascapanen. Menurut Anggadireja (2006), penanganan pascapanen meliputi kegiatan:

  1. Pencucian

  2. Pengeringan/penjemuran sampai mencapai kadar air 14

  • 18 %,

  3. Pembersihan kotora/garam untuk mendapatkan rumput laut yang berkualitas yaitu total garam dan kotoran tidak lebih dari 3 – 5 %,

  4. Pengepakan,

  5. Pengangkutan dan 6. Penyimpanan/penggudangan.

2.2. Keragaan Sosial Ekonomi Budidaya Rumput Laut

2.2.1. Analisis Kelayakan Ekonomi

  Berbagai teori yang mengemukakan bahwa pada dasarnya untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani, maka dapat dilakukan dua pendekatan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan analisis biaya dan pendekatan analisis pendapatan (Mahyono, 1999).

  

a.Analisis biaya. Biaya adalah semua pengeluaran dinyatakan

  dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau produk menentukan besarnya harga pokok dari produksi yang dihasilkan. Menurut Soekartawi (1993) komponen biaya terdiri dari:

  1)Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan, misalnya penyusutan alat, pajak, upah tenaga kerja tetap. 2)Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

  Biaya tidak tetap adalah biaya yang mempengaruhi besarnya produksi yang akan dicapai, misalnya biaya pembelian sarana produksi.

b. Analisis pendapatan. yaitu analisis yang menghitung

  besarnya penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani dengan adanya sistem agribisnis selama proses produksi yang dihitung sebagai berikut (Soekartawi, 2003);

  Menurut Soekartawi (2003), ukuran pendapatan adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan kotor (gross income), yaitu nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual. 2) Pendapatan bersih (net income), yaitu selisih antara pendapatan kotor usaha budidaya dan pengeluaran total usaha dan merupakan nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga pembudidaya, bunga modal sendiri, dan bunga modal pinjaman. Penghasilan bersih usaha diperoleh dengan mengurangkan pendapatan bersih dan bunga modal pinjaman.

2.2.2. Keragaan Sosial Ekonomi

  Berdasarkan hasil penelitian Zamroni, dkk. (2006) di Kabupaten Bulukumba bahwa usaha budidaya rumput laut K.

  

alvarezii telah membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.

  Hal ini tampak dari aktifnya kegiatan budidaya yang menandakan hidupnya kegiatan ekonomi. Budidaya rumput laut yang dikelola masyarakat di sepanjang pesisir secara umum dilakukan oleh laki-laki dibantu oleh saudara/kerabat laki-laki yang bersangkutan. Namun demikian, pembagian peran dalam satu keluarga telah terbagi secara sistematis.

  Metode budidaya yang diterapkan adalah metode tali apung. Penggunaan metode ini didasarkan oleh beberapa pertimbangan seperti; metode ini cocok dengan kondisi perairan yang cukup dinamis, mudah diawasi, biaya relatif murah, pembuatan yang relatif mudah, tahan lama dan dapat digunakan lebih dari satu kali pemakaian. Jumlah bentangan bervariasi tergantung pada ketersediaan bibit, luas lahan, jarak antar bentangan, dan jarak ikat bibit dalam satu bentangan (Zamroni, dkk. 2006).

  Berkaitan dengan analisis kelayakan usaha, besarnya investasi dan keuntungan budidaya rumput laut dengan metode

  

long line di Bulukumba diperoleh revenue cost/ratio sebesar

  2,94, artinya usaha tersebut layak untuk dikembangkan (Zamroni, dkk. 2006). Sementara itu, hasil penelitian Soebarini (2003) di Kabupaten Takalar menyimpulkan bahwa revenue cost/

  

ratio budidaya rumput laut K. alvarezii dengan metode long line

  adalah 2,14 dan penelitian Amin dkk. (2005) di Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah menyimpulkan bahwa revenue cost/ratio budidaya K. alvarezii dengan metode tali rentang adalah 2,2 atau lebih dari 1 yang berarti layak untuk dikembangkan. Sedangkan penelitian Farchan dan Hendarsih

  (2005) di Perairan Teluk Banten menyimpulkan bahwa revenue

  

cost/ratio budidaya rumput laut K. alvarezii dengan metode long

line adalah 1,40.

  Menurut Utojo, dkk. (2006) bahwa dalam rangka pengembangan usaha budidaya rumput laut, maka harus dilakukan 2 hal sebagai berikut:

  a. Membentuk usaha secara berkelompok seperti Kelompok Usaha Bersama (KUB) atau koperasi diharapkan dapat mendorong tumbuhnya industri pasca panen yang dapat merangsang berkembangnya industri hulu dan hilir.

  b. Memperkuat lembaga sosial ekonomi pembudidaya rumput laut dengan melibatkan pembudidaya sebagai subyek dalam pembangunan agribisnis melalui pengembangan kemitraan antara kelompok pembudidaya rumput laut dengan pengusaha yang diharapkan terjadi peningkatan kualitas dalam manajemen usaha, kemampuan dalam mengakses modal dan teknologi serta merespon perluasan jaringan pemasaran.