Pengaruh Pemberian Isolat Fase Eter Ekstraks Petroleum Eter Daun Katu (Sauropus Androgynus (L.) Merr.) terhadap Peningkatan Sekresi Air Susu Mencit Betina yang Menyusui Repository - UNAIR REPOSITORY

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  CpvetSi AS I

  S K R IP S I S U N A S T O PENGARUH PEMBERIAN

  ISOLAT FASE ETER

EKSTRAKS PETROLEUM ETER DAUN KATU

( SAUROPUS ANDROGYNUS ( L. ) M ERR.)

  

TERHADAP PENINGKATAN SEKRESI

AIR SUSU MENCIT BETINA

YANG MENYUSUI

» a j \ r

  1 KW \ ^A I N I V f c R S I T A S A J K L A W U O ^ ,

  S i) R A 8 A Y *

  I r-r- a

  

F A K U L T A S F A R M A S 1 UNIVERSITAS A 1 R L A N G G A

S U R A B A Y A

  1 9 9 1

  

PBHGARUH PBMBERIAH ISOLAT FASE ETER EKSTRAKS

PETROLEUM ETER DAUN KATU (8AUR0PUS ANDROGYNUS (L.) K E R R . )

TERHADAP PENINGKATAN SEKRESI AIR SUSU MENCIT BETINA TANG MENTOSUI

SKRIPSI

DIBUAT UNTUIC MEMENUHI TUGAS AKHIR DAL AM

MENCAPAI GE1AR SARJANA FARMAS I

PADA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

  1991 oleh SUNARTO 058510709 Disetujui oleh pem'bimbing

  Pra. Kangestutl Agil MS

  DR, Noor Oholies Zainl

  /

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

P R A K A T A

  Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Tang Ma- ha Kuasa, atas berkat, rahmat dan hidayaliNya yang dilim- pahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan ta gas skripsi Ini untuk memenuhi tugas akhir dalam menca-

  Sftrjana FarnmaA pada Pakultae ffarmasA tJniver- sitas Airlangga Surabaya* Skripsi saya berjudul : "Pengaruh pemberian iso-? lat fase eter ekstraks petroleum eter daun katu (Sauro- pus androgvnus (!•) Merr*) terhadap peningkatan sekresi air susu mencit betina yang menyusui".

  Dalam penulisan skripsi ini tidak akan dapat ber jalan dengan lancar, jika tanpa adanya bentuan dari pi- hak lain baik yang berupa pikiran dan/atau waktu untuk membantu* Oleh karena itu tidak lupa saya ucapkan teri- makasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Ibu Dra. Mangestuti Agil MS, selaku dosen perabim bing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan skri£ si ini sampai selesai.

  2. Uapak DR. Noor Cholies Zaini, selaku dosen pem- bimbing serta, yang telah meluangkan waktunya ke pada saya untuk memberikan arahan serta bimbing- an sampai akhir penyusunan skripsi ini. 3 . Semua pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dan memberikan dorongan moril dalain penyusunan skripsi ini.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Semoga amal budi baik yang telah diberikan kepada saya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

  Saya menyadari bahwa dalam penyajian skripsi i- ni masih terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu saya membuka pintu untuk menerima saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan nas- kah skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pe mikiran dalam mengkaji permasalahan yang relevan.

  Surabaya, Agustus 1991 Penyusun

  DAFTAR IS

  2.1. Pengaruh estrogen terhadap kelenjar susu.................................

  i

iii

  17 Halaman

  17 1*1. Bahan penelitian....... ............

  17 1 • Bahan..................................

  14 BAB III. BAHAN, ALAT DAN METODE...................

  11 4» Uraian tentang air susu ibu...........

  10 3- Uraian tentang laktasi.............. .

  2.2. Pengaruh progesteron terhadap kelen­ jar susu.............................

  10

  9

  I KATA PENGANTAR...................................... i DAFTAR ISI.......................................... iii

  8 2. Uraian tentang kelenjar susu..........

  7 1.4. Penggunaan tanaman..................

  5 1.3. Morfologi tanaman.................. .

  5 1.2. Penyebaran dan tempat tumbuh.......

  1. Tinjauan tentang Sauropus androgvnus (L.) M e r r . , . » 1.1. Klasifikasi..........................

  5

  1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................

  IRAN. . ................................... vii BAB I. PENDAHULUAN...............................

  DAFTAR .............................................. v DAFTAR TABEL........................................ vi DAFTAR LAMP

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Halaman 1*2. Bahan kimia..........................

  17 1.3. Binatang percobaan..................

  17 2. Alat-alat percobaan...................

  18 3* Cara k erja.............................

  18 3*1. Pembuatan isolat fase eter dari petroleum eter dari daun k a t u ......

  18 3.2. Identifikasi reaksi warna...........

  21 3.3. Identifikasi isolat dengan K L T .....

  21 3.4. Perlakuan terhadap hewan percobaan..

  22 3.5. Rancangan analisis data.............

  23 BAB IV. HASIL-HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA.

  25 1. Hasil penelitian.......................

  2. Analisis data............... .........

  26 . BAB V. PEMBAHASAN................................

  43 BAB VI. KESIMPULAN................................

  50 BAB VII. SARAN-SARAN...............................

  51 BAB VIII. RINGKASAN.................................

  52 DAFTAR PUS TAKA......................................

  53 LAMP IRAN. . ...........................................

  56

  iv

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR Hal am an

  /

  : Tanaman Sauroous andro^ynus (L.) Merr.,* Gambar 1

  6 Gambar 2 : Kromatogram KLT isolat daun katu de- ngan fase gerak heksan-etil asetat....

  27 : Kromatogram KLT isolat daun katu de-

  Gambar 3 ngan fase gerak Chloroform-metanol.....

  28

  ▼

  DAU'TAR TABEL Tabel I : Produksi air susu induk mencit

  (gram) pada hari ke' 5 ...*.............. .30 Tabel

  II : Ana.va u n t u k ‘data dalam .tabel 1 ..........31 Tabel ill : Produksi air susu induk mencit

  (gram) pacla hari ke 7 .................. .32 Tabel

  IV : Anava untuk data dalam tabel III...... .33 Tabel V : Produksi air susu induk mencit

  (gram) pada hari ke 9 .................. .34 Tabel

  VI : Anava untuk data dalam tabel V ..........35 Tabel VII : Produksi air susu induk mencit

  (gram) pada hari ke 11................. .36

  Tabel VIII Anava untuk data dalam tabel vll...... .37 Tabel

  IX : Produksi air susu induk mencit (gram) pada hari ke 13 ........ ........ .38

  Tabel X : Anava untuk data dalam tabel IX..*..... 39 Tabel

  XX : Produksi air susu induk mencit (gram) pada hari ke 15................. .40

  Tabel XII : Anava untuk data dalam tabel X I ....... .41 Hal am an

  vi

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Halaman Lampiran 1. Daftar tabel F ................ .......

  56 Lampiran 2. Daftar tabel K ...... ..................

  57

  \

vii

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR 1AMPIRAN

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB I r*---- PENDAHUIiUAN ! ^ L^tTxKCQAr

  ' ■ i f c i i b i T A S A l f v L A N G G A j S U R A B A Y A

  1 • I*atar be^Rkan,? m^aalah Air susu ibu (ASI) merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi bagi bayi. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki manfaat air susu ibu dan proses pemberiannya pada bayi.

  Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian terhadap ke~ unggulannya tetap mengatakan bahwa air susu ibu adalah makanan terbaik untuk bayi ( 1).

  Salah satu upaya yang masih dilakukan oleh ibu- ibu hamil dan menyusui di Indonesia untuk mjemperlancar produksi dan pengeluaran air susu adalah dengan minum air rebusan bahan-bahan yang berasal dari tanaman ber- khasiat laktagogum antara lain : Amaranthus spinosus Ii.

  (Bayam duri), Erythrina variegata L.(Dadap ayam), Pirn- pinella anisum (Adas manis), Moringa oleifera Lamk,(ke- lor), Nigella sativa L.’(Jinten hitam pahit), Coriandrum sativum L. (Ketumbar), Euphorbia hirta L.(Patikan kebo) Artocarpus heterophvllns Lamk.(Nangka) dan Sauropus an- drogvnus (L.) Merr.(Katu) (

  2 ). Tanaman katu, yang dalam bahasa latin beraama

  Sauropus androgvnus (L.) Merr. adalah salah satu tana­ man berkhasiat laktagogum yang sampai sek&rang masih ba nyak digunakan di beberapa daerah di Indonesia.

  

1

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2 Cara pemakaiannya adalr.h dengan memakan daunnya seba- gai sayuran (lalapan) atau dirainum air rebusan daunnya

  ( 2 ) .

  Penggunaan tanaman berkhasiat laktagogum oleh ibu yang sedang menyu.sui mempunyai tujuan untuk melancar- kan dan meningkatk'an pengeluaran air susu dari kelen- jar susu, seperti juga penggunaan daun tanaman katu. Pada umumnya ibu-ibu baru mulai minuni air rebusan daun katu pada fase laktogenesis dan galaktopoiesis dari proses laktasi. Penggunaan daun katu tidak saja dilaku kan oleh ibu yang mengalami gangguan pada proses menyu sui, tetapi juga oleh ibu-ibu yang proses laktasinya berjalan lancar dengan tujuan untuk rnempertahankan ke- adaan tersebut. Penemuan dan penggunaan tanaman katu itu bersifat* em- piris, sehingga masih harus dibuktikan apakah memang tanaman tersebut dapat mempengaruhi sekresi dan penge- luaran air susu ibu.

  Sudah cukup banyak penelitian dilakukan untuk mem buktikan apakah tanamon tersebut memang berkhasiat me- ningkatkan produksi dan pengeluaran air susu. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Widayati (I984)'dan Mangestuti Agil (1987) menunjukkan bahwa irlfus/air re­ busan daun katu meningkatkan produksi air susu *mencit betina yang menyusui (3>4).

  Penelitian yang dilakukan oleh Tjandra Sridjaja Prajonggo (1983) tentang pemeriksaan fitokimia dan pe-

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

3

  ngujian khasiat daun katu terhadap mencit betina yang menyusui, menunjukkan hasil positif terhadap pemerik- saan zat kandungan senyawa steroid dan senyawa polife- nol serta berdasarkan hasil pemeriksaan preparat his- tologi menunjukkan peningkatan jumlah acini dalam lo- bulus kelenjar susu (5).

  Penelitian yang dilakukan oleh Suswini K ( 19 8 9 )‘ berhasil mengisolasi kandungan daun katu kedalam empat fase yaitu fase eter dari petroleum eter, fase e.ter, fase etil asetat dan fase n-butanol dari metanol. Xdentifikasi dari keempat fase tersebut ternyata hanya isolat faseceter dari petroleum eter yang meamijukkan hasil positif terhadap pereaksi senyawa steroid golo- ngan sterol (sitosterol dan stigmasterol) (

  6 ). Untuk mengetahui pengaruh atau khasiat _isolat fase eter dari petroleum eter dari daun katu tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang dapat membuktikan apakah isolat tersebut dapat meningkatkan pengelunran air susu.

  Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah air susu yang diproduksi binatang percobaan tersebut adalah "test feeding method" atau "test weighing me­ thod". Dengan metode ini jumlah air susu induk mencit diperoleh melalui selisih berat badan anak mencit se- sudah menyusu induknya dengan berat badan anak mencit sebelum menyusu induknya dan/atau selisih berat badan induk mencit sebelum menyusui dengan berat badan induk mencit sesudah menyusui anaknya®

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  4 Basil penelitian diharapkan dapat memberi gam- baran khasiat isolat daun katu fase eter dari ekstraks petroleum eter yang akan memberi arah pada penelitian zat kandungan tanaman katu yang menyebabkan khasiat laktagogum*

  i

  2 . Tu.iuan penelitian Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti an ini melanjutkan penelitian terdahulu dengan mengama ti pengaruh pemberian isolat daun katu fase eter dari ekstraks petroleum eter yang berdasarkan skrining fi- tokimia mempunyai zat kandungan steroid golongan ste­ rol terhadap peningkatan sekresi air susu mencit beti- na yang menyusui.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 • Tin.iauan tentang Sauropus androgynus (L.) Merr.

  1.1# Klasifikasi (7) Divisi : Sperraatophyta

  Analc divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

  Anak kelas : Apetalae Bangsa : Euphorbiales

  Suku i Euphorbiaceae ■ Marga : Sauropus

  Jenis : Sauropus androg.vnus (1.) Merr* Tanaman ini dikenal dengan naina daerah antara lain : katu, katu!:, daun kartu, lcatukan, babing

  (Jawa), katoek (Sunda), kerakur (Madura), simani (Kinangknbau) (2,9).

  1*2. Pen.yebaran dan tempat tumbuh (7,8) Tanaman ini tumbuh tersebar diseluruh Asia- •

  Tenggara didaerah yang merapunyai ketinggian 5 - 300 m diatas permukaan laut* Tajiaman ini meru- pakan tanaman semak yang sering dijumpai ditepi jalan, halaman rumah atau pekarangan sebagai ta

  / naman hias dan didaerah hutan jati.

  Tanaman ini juga dibudxdayakan dan dikonsumsi sebagai cayuran. Diperban^ak dengan jalan stek.

  5 Gambar 1 Tanaman Sauropus androgynus (L.) Merr,

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7 tanaman (7,8) 1‘ *3i Morfologi berupa perdu yang tingginya menCapai

  Habitus 2 3, 5 gi dan bercabang-cabang.

  • merupakan daun tunggal, berbentuk bu-

  « Daun lat sampai panjang (bulat telur), ka- dang-kadang hampir seperti belah ketu- pat, Bagian atas helai daun b e r w a m a hijau tua dengan bercak putih dan bagi an bawah berwarna hijau muda. Panjang helai daun 2,25 - 7,50 cm.dan lebar

  1,25 - 3 cm. Panjang tangkai daun 2 - 4 mm.

  i terdiri dari :

  Bunga

  • bunga betina :

  Kelopak bunga berbentuk bulat lon- jong atau bulat, berlekuk-lekuk, ber warna merah gelap atau kuning dengan titik-titik merah tua. Lebar bunga

  2

  • 5,50 mm, panjang putik 0,75 mm dan

  /

  lebarnya 1,75 mm. Tangkai putik ber­ warna merah.

  • bunga jantan :

  Kelopak bunga berombak atau memptuny^ A enam lekukan. Lebar bunga 6 - 7,50 mm dan malai bu nga tidak bercabang. Buah

  : berwarna putih, panjang 1, 25 cm dan le bar 1,75 cm, Buah melekat pada cabang atau ranting.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  8

  1.4. Penggunaan tanaman Menurut Ridley (Heyne) akarnya digunakan untuk obat demam dan peluruh seni dengan cara digiling kemudian direbus dan diminum, sedangkan sebagai o- b^t luar digunakan terhadap frambosia. Tangkai dan daunnya banyak dijual di pasar-pasar terutama di Jakarta dan Jawa Barat untuk dimakan sebagai lalBja an (dikukus) atau dibuat sayur (

  8 ). Menurut Volderman (Heyne), bila daunnya diremas a- kan memberikan warna hijau sehingga sering diguna- kan sebagai pewarna beberapa makanan seperti kele- pon, tape ketan dan lain-lain. Buahnya kadang-ka- dang dibuat manisan.( 8 ). Kegunaan lain dalam masyarakat antara lain sebagai obat bisul, borok, darah kotor dan pelancar air su su,( 2 ,11),

  Belum banyak pustaka yang mengungkapkran tentang i- si atau kandungan tanaman katu. Dalain buku "Cabe - Puyang Warisan Nenek Hoyang" disebutkan bahwa ta-

  ,naman ini mengandung protein, lemak; kalsium, besi fosfor, vitajnin A, B dan C (11).

  9

  2. Uraian tentan# kelen.iar susu.

  Payudara manusia terbentuk dari 1 5 - 2 5 buah saluran-saluran pendek yang akhirnya tiunbuh menjadi duktus. Duktus tersebut dikelilingi oleh jaringan mi oepitel yang akan berfungsi mendorong air susu kelu- ar dari kelenjar susu( 15 ). Pada payudara yang tidak dalam keadaan laktasi, unit unit sekresi tidak tampak, melainkan hanya terdiri dari kelompok duktus bersama jaringan ikat tersusun dalam lobulus-lobulus dengan bantuan penyekat-penye- kat yang padat (15, 23)• Perkembangan kelenjar susu berhubungan dengan siklus menstruasi dan perubahan. yang berhubungan dengan sek resi air susu. Hemasuki masa puber kelenjar susu mu- lai mengalami perkembangan awal yang mengarah pada persiapan untuk dapat menjalankan fungsinya. Peruba­ han yang menyolok terjadi pada duktus, dimana duktus terlihat menjadi bertambah panjang serta bercabang. Kelenjar susu termasuk organ reproduksi, oleh karena itu perkembangannya berada di bawah kontrol hormon - hormon yang berasal dari ovarium dan hipofisa. Hormon estrogen rnenstimulasi pertumbuhan duktus se- dangkan progesteron rnenstimulasi pertumbuhan lobulus dan alveolus. Pertumbuhan optimum kelenjar susu terjadi pada masa kehamilan, yan-: ; membutuhkan aktifitas beberapa macam hormon secara koordinatif, yaitu hormon prolaktin,es trogen, progesteron, adrenal steroid, insulin, growth hormone dan thyroid hormone ( 15 , 16).

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  10

  2.1. Pengaruh estrogen terhadap kelenjar susu.

  Estrogen menstimulasi pertumbuhan payudara dan organ-organ untuk memproduksi air susu, dimana hal ini sebagai pctunjuk terhadap tanda karakteristik pertumbuhan payudara uanita remaja atau dewaca. Estrogen bersama hormon prolaktin dan growth hor­ mone memacu pertumbuhan duktus-duktus kelenjar su­ su. Tanpa kerja saraa dengan hormon-hormon hipofisa anterior itu, estrogen tidak dapat . meraperlihatkan efeknya terhadap pertumbuhan kelenjar susu (15,18). Sekresi estrogen yang berlebihan akan menghambat produksi air susu, walaupun payudara berkernbang de ngan baik (15,

  2.3) •

  Pemakaian krim. kulit yang mengandung estrogen, se-

  .cara lokal dapat menyebabkan pembesaran kelenjar . susu, karena ndanya absorpsi sistemik dari estro­ gen, yang disertai sedikit efek lokal (

  23).

  2o2. Pengafuh progesteron terhadap kelenjar snsu.

  Progesteron merangsang pertumbuhan lobulus dan alveolus kelenjar susu. Progesteron juga mempenga- ruhi pembesaran payudara, dimana pembesaran terse- but antnra lain disebabkan oleh perkembangan sek­ resi di dalom lobulus dan alveolus sorta meningkat nyra cairan di dal am jaringsn subcut an itu sendiri. Progesteron bekorja sccara sinergis dengan prolak­ tin dalain memacu pertumbuhan lobulus dan alveolus.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Seperti halnya estrogen, tanpa pengaruh hormon-hor- mon hipofisa anteri'or maka progesteron tidak memper d u s u lihatkan efek terhadap kelenjar ( 15 ,18 ,23).

  Uraian tentang: laktasi.

  Laktasi adalah proses yang merupakan fase pa­ ling akhir dari siklus reproduksi binatang menyusui, yaitu proses pembentukan dan pengeluaran air susu. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap mammo genesis, tahap laktogenesis dan tahap galaktopoesis

  ( 12 ). Mammogenesis adolrh tahap pertumbuhan kelenjar susu yang berlangsung sejak masa puber dan mencapai pertumbuhan sempurna pada masa kehamilan. Tahap ini merupakan langkah persiapan kelenjar terse­ but untuk dapat menjalankan perannya dalam mensekresi dan mengeluarkan air susu. Laktogenesis adalah tahap dimulainya sekresi air susu yang berlangsung sejak berakhirnya kehamilan.

  Galaktopoesis adalah tahap pengeluaran air susu seen- ra kontinu untuk mempertahankan kelangsungan proses menyusui. Kelangsungan tahap ini sangat tergantung pa da kerjasama beberapa hormon dan terdapatnya rangsa- ngan tambahan, yaitu pengosongan kelenjar susu yang raengaktifknn syaraf-syaraf untuk menjamin kontinuitas sekresi air susu. Dari penelitian yang telah dilakukan, para peneliti menyimpulknn bo.hu a penbentukan air susu di kelenjar

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1 2

  susu terjadi di dal an sel-sel untuk kemudian dialir- kan ke dalain lumen alveoli, duktus dan sinus kelen­ jar untuk disimpan ( 13 )-

  Dengan berakhirnya kehai-iilan, «kelenjar suou membutuh kan kerjasoma bcbcropa horraon hipoiisa anterior un­ tuk dapat menjalankan fungsinya dalam mensekresi dan mengeluarkan air susu, yaitu antara lain prolaktin, growth hormone dan ACa'II (14).

  Dari sekian banyak hormon yang berperan, prolak tin memegang peran utaraa pada proses laktasi. Sejak masa kehamilan, terjadi peningkatan sekresi prolak­ tin yang bersama estrogen, progesteron, insulin me- ngatur perkeiabangan kelenjar susu. Pada masa kehamilan, estrogen merangsang perkembang- an duktus kelenjar susu dan menghambat efek prolak­ tin dalam memproduksi air susu.'

  Dengan penurunan kadar estrogen dan progesteron pada akhir kehamilan, hambatan tidak terjadi dan proses laktogenesis dapat berlangsung ( 15 ,16 ). Mekanisme.pengeluaran air sufsu terjadi setelah kelen jar susu memperoleh rangsangan. Ada dua jenis rang- sangan yang dapat menyebabkan pengeluaran air susu, yaitu rangsangan fisik dan psikis (17). Rangsangan fisik antara lain dapat berupa hisapan pa da puting susu, sedang rangsangan psikis misalnya ta ngis bayi atau keinginan untuk menyusui. Rangsangan fisik atau eksternal dalam bentuk hisapan - • , " T

  • . JU

  ' . , h K S I T A S A ,-v _.3iAK.AAN 1 K L A N G G A "

  S U R A B A Y A j

  13 bayi pada puting susu akan melewati alur tertentu yang secara anatomis mempunyai pola yang saina, baik pada binatang percobaan maupun pntln manusia. Rangsangan akan mengenervasi syaraf puting susu, ke- mudian melalui neuron-neuron spinal afferen rangsa- ngan menuju ke midbrain melalui spinal cord yang a- khirnya masuk ke hipothalamua lev/at forebrain bundle Dari hipothalamus terjadi pengnturan fungsi kelenjar yaitu regulasi sekresi hormon prolaktin dari hipofi­ sa anterior yang memegang peranan dalam pembentukan air susu dsn pengaturan pelepasan hormon oksitosin dari hipofisa posterior yang dibutuhksn untuk penge- luaran air susu (17). t

  Oksitosin merangsang kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveoli dan kontraksi itu menyebab kan air susu didalam alveoli terperas masuk kedalam duktus-duktus yang lebih besar. Akibatnya akan ter­ jadi peningkatan tekanan yrng tarjadi secara refleks yang memungkinkan air susu mengalir keluar melalui puting susu. Peningkatan tekanan itu disebut "milk- letdown reflex" (17,18). Dengan demikian maka bayi yang memyusii tidak dapat meraperoleh air s u p u secara lrmgsung, tetapi harus me nunggu lebih kurang satu setengah menit sebelum air susu keluar. Tanpa "milk letdown reflex", air susu tidak dapat keluar vralaupun kelenjar susu sudah te- risi penuh (17, 18 ).

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  14 Kegagalan pengeluaran air suau karena kegagalan "milk letdown reflex" mcngakibatkan hambatan proses pemben- tukan air susu karena tidak terjadi pengosongan kelen jar susu. Kalau hal itu terjadi maka galaktopoesis a- kan terhenti ( 17 ). Melalui penelitian-penelitian lanjutan dapat ditunjuk kan bahwa kegagalan laktasi pada ibu-ibu yang menga- lami stress emosional terjadi karena gangguan pada "milk letdown reflex". Rangsangan yans timbul dari pandangan mata bayi atau keinginan untuk menyusui dapat menimbulkan reflets tersebut. Rangsangan yang juga dapat menyebabkan pe­ ngeluaran air susu melalui puting susu adalah tekanan kepala dan tangan bayi terhadap payudara ( 17 ).

  4. Uraian tentang air susu ibu.

  Air susu ibu (ASI) sebagai bahan makanan alamiah merupakan makanan lanjutan dari makanan yang diterima janin melalui tali pusat dari plasenta. Selaraa lebih kurang sembilan bulan secara terus menerus dan tidak terputus-putus janin terjamin akan makanan yang diper lukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Setelah dilahirkan mulailah keadaan baru, ia harus be rusaha sendiri memperoleh bahan makanan yang berben- t tuk cairan baru sebagai ASI (1). Menurut stadium laktasi ASII dibedakan sebagai be rikut : kolostrum, ASI transisi dan ASI biasa (1).

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  15 Apabila plasenta sudah terlepas sama sekali dan di- lahirkan maka produksi kolostrum menjadi lancar* Biasanya kolostrum baru keluar dalam waktu 24-48 jam setelah melahirkan dan produksi ini berlangsung sela m-a empat sampai tujuh hari, baru kemudian disekresi air susu biasa.(1). Kolostrum merupakan cairan yang agak kental dan kasar serta berwarna kekuning- kuni- ngan, mengandung banyak protein dengan sedikit kase- in atau tanpa kasein, kadar mineral dan '.vitamin. A .tinggi serta mengandung zat-zat anti infeksi, kadar karbohidrat dan lemak rendah. Kolostrum merupakan ma kanan pertama yang sangat berharga untuk bayi, teta- pi banyak ibu yang tidak mengetahui hal ini dan me- nganggap kolostrum hanya cairan pelancar dan pember- sih saluran AS I yang tidak boleh diberikan pada bayi

  ASI transisi adalah jenis air susu yang keluar mula- i hari ke enam sesudah kelahiran sampai hari ke lima belas. Dengan melalui masa peralihan kemudian disek­ resi ASI biasa, yang merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang mengandung protein, fcarbohid- rat, lemak, mineral, vitamin dan zat anti infeksi. Kadar protein relatif rendah dengan kasein sebagai protein utama, kira-kira kadarnya 40% dari seluruh protein air susu ibu, selain itu juga terdapat lak- talbumin dan laktoglobulin. Kadar karbohidrat »m air susu ibu relatif) tinggi dan laktose merupakan karbohidrat utama. Kalori air susu ibu 90% berasal

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16 dari karbohidrat dan lemak serta

  10# berasal dari protein. ASI ini terus disekresi ssunpai bayi kira-r kira berumur dua tahun, tetapi setelah bayi berumur satu tahun, ASI hanya merupakan makanan tambahan(1 \

  Bila ibu dapat memelihara keadaan gizinya dengan ba ik maka waktu menyusui yang panjang itu hanyalah ku

  i

  antitas ASI yang berkurang, sedang kualitasnya te- tap terpelihara ( 1).

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE 1• Bahan 1*1* Bahan penelitian

  Daun Sauropus androg.vnus ( 1 .) Merr, diperoleh dari kebun di daerah Kotamadya Surabaya. Determinasi tanaman dilakukan Laboratorium Biologi Farmakognosi Fakultas Farmasi UNAIR Surabaya. Daun tanaman tersebut dicuci bersih kemudian dike- ringkan dan dibuat serbuk.

  Serbuk 'yang, diCapat diekstraksi dengan sokslet dan filtratnya diidentifikasi sampai didapat’isolat da­ ri fase eter dari petroleum eter. 1*2# Bahan kimia

  Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari petroleum eter, eter, metanol dan ka- lium hidroksida. 1*3* Binatang percobaan

  Dipakai mencit betina yangbberasal dari satu stra­ in, berumur sekitar tiga bulan dengan berat badan lebih kurang 25 sebelum dikawinkan,sebanyak

  gram

  30 ekor. Mencit tersebut baru melahirkan anaknya untuk pertama kali dan diambil yang mempunyai anak 12 ekor atau lebih, Pada hari ke lima sejak kela- hiran anak-anak mencit diambil delapan ekor.

  17

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Penyesuaian terhadap lingkungan percobaan selama eatu bulan. Pada masa penyesuaian, binatang per­ cobaan dipelihara didalam kandang dengan memper- hatikan faktor-faktor kebersihan, kebisingan, su bu dan kelembaban. Mencit-mencit betina yang me- menuhi persyaratan-persyaratan di atas dikawin- kan dan mencit-mencit yang hamil harus dip>isah- kan dalam kandang-kandang tersendiri. Jadi tiap kandang hanya ditempati satu induk mencit dengan anak-anaknya. Hanya anak-anak mencit hasil keha— milan pertama kali yang digunakan dalam percoba­ an ini, Pemberian makanan dan minuman ad libitum.

  Alat-alat percobaan

  • Sokslet - Refluks - Rotavapor -"Spuit disposable" “ Neraca analitik "Sartorius" (Chyo Electronic .Ba­ lance).

  Cara kert 1a 1• Pembuatan isolat fase eter dari petroleum eter da ri daun katu

  Sebanyak 1,1 kilogram serbuk daun katu disari dengan sokslet (yang terbagi dalam 8 kali penya- rian dan setiap penyarian dibutuhkan kurang lebih

  19 150 gram serbuk) dengan pelarut petroleom eter sebanyak satu setengah kali sirkulasi sampai fil trat tidak berwarna, kemudian filtrat ditampung dan ampas dibuang. Setelah fase petroleum eter ditampung kemudian diuapkan sampai kering, lalu sisa penguapan disabunkan dengan larutan 10 fo KOH dalam metanol dengan cara refluks selama

  2 jam. Setelah dingin diencerkan dengan air suling sama banyak dan dikocok berulang-ulang dengan ©ter sampai larutan eter tidak berwarna. J?*ase eter di kumpulkan sedang fase air dibuang. i’ase eter di­ uapkan sampai pekat lalu dicuci atau dikocok de­ ngan air suling sampai netral terhadap indikator universil, kemudian dibebaskan dari air dengan penambahan serbuk Natrium sulfat bebas air* Selanjutnya diuapkan sampai pekat, dengan demi- kian diperoleh isolat daun katu yang berwarna ku ning-coklat sebanyak 30 gram.

  t

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  sroi ISOLLSJ

  Siartffi u d rt fjn s IU ob ( I . ) k r r .

  

S e r M t

UUt

  >

  f e t r i l e a e te r

  41 U / I JC IB fl

  UfU

  f t j e p e l i 9 ) e * e te r < | U p t l> U p 4 l ^ I C J Uttn^r dtbUDf

  U / o U fi 1C * 101 • l e U a e l

  (lubriUB, 2 ju

  l e f J a r l i r s a j io s u w f t u y i l

  Eta ’

  d tt o c c t b f; D ) iD j - a J ic

  5 C o r o o j p iw &

  

n « t i e r

  Pise Air

  

l e U n p s r | d l p d i U u

  » dlbaiaj

  

M r u l l n f

d lD C t t ll U fl, C oron g p l u b d lk o c c t b u n U D g - o l iD j

fcefcu i i r

  dibtUsliB

  d i r l i l r

  htlil

  M t St f M U Si

  20

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  21

  3*2. Tes Liebermann Burchard.

  Sedikit isolat pada papan tetes ditambah beberapa tetes anhidridn asetat, dibiarkan lima menit, ke- mudian ditetesi dengan a.sam sulfot pekat. Adanya saponin steroid ditunjulrkan oleh warna hi­ jau atau biru;.adanya tritorpen steroid ditunjuk-

  t

  kan oleh waraa merah atau violet dan adanya sapo­ nin jenuh;ditunjukkan oleh warna kuning.

  3• 3 • Kromatografi Lapisan Tipis.

  20-40 mikroliter isolat ditotolkan pada fase diam kemudian fase diam tersebut dimasukkan kedalara bejana yang telah diisi dan dijenuhkan dengan fa­ se gerak. Jika fase gerak telah membasahi fase di am sampai batas yang telah ditetapkan, Fase diam tersebut dikeluarkan dan dikerint r*kan diudara ter- buka, Selanjutnya diamati dengan sinar tampak dan lampu lembayung ultra lalu disemprot dengan penam pak noda, dikeringkan dalam almari pengering se- lama 5 - 1 0 menit pada suhu 100-110°C.

  Dan harga Hf-nya dihitung. Fase diam adalah Kieselgel GF 254 dengan . tebal plate 0, 25 mm,

  Sebagai fase gerak adalah heksan - etil asetat (4 ! 1) dan Chloroform - metanol (95 : 5). Sebagai penampak noda adalnh anisaldehid-sulfat. Adanya steroid dap^.t ditunjukkan dengan noda me­ rah muda violet.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2 2

  3. 4. Perlakuan terhadap hewan percobaan.

  Hewan percobaan dibagi atas tiga kelompok seca­ ra acak, masing-masing kelompok terdiri dari 10 e- kor hewan percobaan. Kelompok I : sebagai kelompok kontrol dengan pem berian suspensi metil cellulose dengan volume pemberian 0,5 ml per oral.

  Kelompok II : sebagai kelompok dengan pemberian suspensi isolat 2 mg/g berat badan (setara dengan 73 mg serbuk bahan kering) dengan volume pemberian 0,5 ml per oral. Kelompok III ; sebagai kelompok dengan pemberian suspensi isolat 4 mg/g berat badan

  . (setara dengan 146 mg serbuk bahan kering) dengan volume pemberian 0,5 ml per oral. Hewan percobaan setelah melahirkan diberi suspensi isolat atau suspensi tanpa isolat sebagai kontrol sehari dua kali dengan selang waktu 12 jam, selama 15 hari. Pada hari ke 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 sete­ lah kelahiran, anak-anak mencit dipuasakan selama 6 jam, kemudian ditimbang bersama-sama (delapan e- kor). Setelah dibiarkan menyusu induknya selama

  /

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  23 1,5 jam, anak-anak mencit tersebut ditimbang kem- bali. Selisih berat badan anak mencit sesudah me- nyusu dengan berat badan anak mencit sebelum me- nyusu induknya merupakan jumlah air susu induk mencit yang diminum oleh anak mencit (21), Sebelum dan selama percobaan, mencit-mencit kelom pok I, II dan III diberi makanan dan perlakuan yang sama.

  3*5 * Rancangan analisis data* Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah air susu yang diproduksi binatang percobaan ter­ sebut adalah "test feeding method" atau "test wei. ghing method". Dengan metode ini jumlah air susu induk mencit diperoleh melalui selisih berat ba­ dan anak mencit sesudah menyusu induknya dengan berat badan anak mencit sebelum menyusu induknya.

  Pengolahan.data percobaan yang diperoleh dilaku­ kan dengan menggunakan analisa varian (ANAVA) me- nurut rancangan acak sempurna (Complete Randomi­ zed Design)• Apabila harga F hitung lebih besar atau sama de­ ngan F tabel, maka ada perbedaan yang bermakna an

  / tara data yang diperoleh, berarti ada pengaruh pemberian suspensi isolat daun katu terhadap sek- resi air susu mencit betina yang menyusui.

  Tetapi apabila harga F hitung lebih kecil dari F

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  24 tabel, maka tidak ada perbedaan yang bermakna anta ra data yang diperoleh dari penelitian tersebut, Apabila ada perbedaan yang bermakna antar kelompok maka dilanjutkan dengan uji HSD untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda (22,2?) •

  HASIL-HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

  1* Hasil penelitian Serbuk daun katu mempunyai aroma yang khas (se- perti aroma susu bubuk). Jumlah serbuk yang diisola- si kurang lebih adalah 1,1 kg, yang terbagi dalain 8 kali penyarian (setiap penyarian dibutuhkan kurang lebih 150 g serbuk). Hasil penyarian bahan berwarna coklat-hijau gelap pada fase Petroleum eter. Dari hasil identifikasi isolat fase eter dari petro­ leum eter dengan reaksi waraa Liebermann-Buchard di- hasilkan larutan berwarna biru-ungu. Reaksi varna i- ni juga dilakukan terhadap senyawa sterol pembanding yaitu/S -sitosterol, dengan memberikan hasil yang sa- ma. Hasil KLT isolat fase eter dari petroleum eter dapat dilihat pada gambar 2 dan

  3 .

  Dari hasil kromatografi lapisan tipis menunjukkan 4 varna noda yang berbeda dengan harga Rf yang berlai- nan. Pada penelitian ini menggunakan dua macam faee yaitu heksan - etil asetat dengan perbandingan 4 : 1 dan phloroform - metanol dengan perbandingan 93 *>5* Sebagai senyava pembanding adalah^-sitosterol dan sebagai penampak noda adalah anisaldehid - sulfat. Hasil pengukuran pengeluaran air susu mencit dari ke lompok kontrol, kelompok isolat dosis 2 mg/g.BB dan kelompok yang diberi isolat dosis 4 mg/g.BB pada

  25 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  26 hari ke 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 dapat dilihat pada ta bel I, III, V, VII, IX dan XI.

  2. Analisis data Jumlah air susu yang diproduksi induk mencit di

  f

  peroleh melalui selisih berat badan seluruh anak men cit sesudah menyusu dengan berat badan seluruh anak mencit sebelum menyusu induknya. Untuk mengetahui terdapatnya perbedaan yang bermakna antar kelompok penelitian dilakukan analisa statis- tik "Complete Randomized Design". Hasil analisa statistik menunjukkan F hitung lebih kecil dari F tabel 5%, berarti tidak ada perbedaan yang bermakna dari masing-masing perlakuan. Tabel perhitungan ANAVA dari data-data yang dipero- leh terdapat pada tabel II, IV, VI, VIII, X dan XII.

  r

2 7

  

Gambar 2. Kromatogram KLT isolat fase eter dari petro­

leum eter dari daun katu.

Keterangan : P = senyawa sterol pembanding yaitu^ -si­

tosterol.

  S = sampel isolat fase eter dari petrole­ um eter dari daun katu. Fase gerak s heksan - etil asetat = 4 t 1 Penampak noda t anisaldehid - sulfat.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  28 Gambar

  3 . Kromatogram KLT isolat fase eter dari petro­ leum *ter dari daun katu.

  Keterangan

1 P = senyawa sterol pembandlng y a i t u ^ - s i - tosterol.

  3 & sampel isolat fase eter dari petrole­ um eter dari daun katu. Fase gerak 1 kloroform - metanol » 95 * 5 Penampak noda * anlsaldehid - eulfat.

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  29 Hasil KLT isolat daun katu fase eter dari petroleum eter Fase gerak Sampel Varna noda

  Harga Rf C

  o M

  P ungu - merah muda coklat 0,67 • isolat heksan : etil kuning

  0,43 ungu - merah muda asetat (4:1)

  0,33 biru 0,14 P ungu -r merah muda

  0,52 coklat 0,71 metanol:klo- isolat kuning 0,62 ' ungu - merah muda. roform (5 s 95)

  ’ 0,52 biru 0,43

  Keterangan s P = &enyawa sterol pembanding ys-sitosterol penampak noda : anisaldehid - sulfat.

  30 TABEL I

  PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI HASIL PERTAMBAIIAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 5 K O N T R O L

  ISOLAT 2 mg/g.BB

  ISOLAT 4 mg/g.BB 0,7396 0,7582 0 ,3911 0,7131

  0,7570 1,1492 0,5553 1,0545 /

  0,7606 0,2133

  0,7455 0,8397 1,6290 0,5221

  1,4691 0,5315 0 ,26^ 2

  0,7323 0,6557

  0,8182 1,4610 1,0702

  1,0209 1,5937 0,8731 1,5864 0,650 6

  1,5885 1,0052 0,5484

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  31 TABEL II ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL I

  Kontrol Isolat Isolat 2 mg/g.!bB

  4 mg/g.EB

  & o li

  10

  10

  10 n i J.. 8,5312

  8,5693 J = 26

  9,5957 ,6 96 2

  1 0,9596

  0,8569 0,8531

  h

  JK RJK F Sunber Variasi dk

  ^tabel 5^ hitung Rata-rata 1 23,7562 23,7562 Antar perla-

  2 0,07297 0,2132

  0>0365 3,35 kuan Dalain perla- 27 •0,1712

  4,6237 kuan Jumlah

  30 28,4529

  .1 f < f

  hitungN tabel Tidak ada perbedaan potensi antar grup penelitian.

  r

  32 TABEL III

  0,6733 1,2651

  1,2622 0,9420

  0,1209 1,1311 0,9339 1,1550

  1,7272 0,6338 0,8979

  0,1282 0,3841

  1,0 9 58 1,3697

  1,0645 0,6812

  0,6489 1,5614

  PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI HASIL PERTAMBAHAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 7 K O N T R O L

  0,4170 0,5230

  1,1432 0,7443 0,9514

  1,0059 0,4287

  0,3407 0,9491 1,2503

  ISOLAT 4 mg/g.BB 0,3265

  ISOLAT 2 mg/g.BB

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

33 !

  TABEL IV ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL III Isolat

  1 Isolat Kontrol 2 m e / f i . ' i B 4 mc/g.BB 2 J I I

10 S

  10

  10

  o

  n i 7,1242

  10,1357 8,4969 J = 25,7568 0,7124

  1,0136 .0,8497 t JIC RJK

  Sumber Variasi dk