PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan)
Mata Kuliah
MKKK-5111225213
PRESERVASI DAN KONSERVASI
(Pelestarian Bangunan dan Lingkungan)
Oleh: Jonny Wongso, ST, MT
M-2a:
Pemahaman Pelestarian Pusaka
Pemahaman Pelestarian Pusaka
Pusaka (heritage)
Pusaka
peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah, mengandung
kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta
memiliki peran yang sangat penting bagi keberlanjutan
hidup manusia. Ada pula yang mewakili gaya arsitektur
yang khas pada suatu masa.
• Pusaka, dalam kamus Indonesia-Inggris oleh Poerwadarminto, berarti
heritage (bhs.Ingris).
• Perkembangan pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu pada
artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka dapat berarti pula
suatu saujana[1] (cultural landscape) yang luas bahkan bisa lintas batas
wilayah serta menyangkut persoalan pusaka alam dan budaya.
[1]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia saujana adalah sejauh mata memandang.
Perkembangan yang lain, pusaka budaya
tidak pula hanya ragawi (tangible) tetapi
juga pusaka-pusaka budaya tak ragawi
(intangible).
Hal ini menjadikan isu pusaka tidak bisa
dipisahkan dari berbagai persoalan
kehidupan sehari-hari, pengelolaan seni
budaya hingga pengelolaan kota, desa
maupun wilayah.
Untuk menguatkan pemahaman pusaka, para pekerja dan
pemerhati pelestarian di Indonesia menyepakati tentang Pusaka
Indonesia.
Pada Tahun Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan
Keanekaragaman):
Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI)
bekerjasama dengan
International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia
dan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
mendeklarasikan
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003.
Piagam ini merupakan yang pertama dimiliki Indonesia dalam
menyepakati etika dan moral pelestarian pusaka
INDONESIAN CHARTA
FOR HERITAGE CONSERVATION 2003
1.
(Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003)
kota,
kawasan perkotaan,
Andaleh, Tanah Datar,
Gunung
Air
Sawah
Sungai
Lembah
Danau
Bukit
Jeram
Ngarai
Curug
Tanah
Batu
Hutan
Flora
Fauna
Pusaka Alam
Gunung
Air
Sawah
Sungai
Lembah
Danau
Bukit
Jeram
Ngarai
Curug
Tanah
Batu
Hutan
Flora
Fauna
Pusaka Alam
Seni Kriya
Seni Sastra
Seni Lukis
Seni Ukir
Seni Pahat
Seni Patung
Pusaka Budaya
Seni Tari
Seni Musik
Seni Pertunjukan
Seni Rakyat
Seni Suara
Seni Kriya
Seni Sastra
Seni Lukis
Seni Ukir
Seni Pahat
Seni Patung
Pusaka Budaya
Seni Tari
Seni Musik
Seni Pertunjukan
Seni Rakyat
Seni Suara
Lingkungan
Mata Pencaharian
Kehidupan
Rumah Adat
Istana
Keraton
Situs
Agama
Desa
Candi
Ritual
Kampung
Adat Istiadat
Dusun
Tradisi
Suku
Pusaka Saujana
Lingkungan
Mata Pencaharian
Kehidupan
Rumah Adat
Istana
Keraton
Situs
Agama
Desa
Candi
Ritual
Kampung
Adat Istiadat
Dusun
Tradisi
Suku
Pusaka Saujana
Arsitektur Tradisional Minangkabau
Arsitektur Serumpun – Arsitektur Melayu
Nagari Andaleh Baruah Bukik
Gedung Eks Standart Chartered
Gedung Pajak
Old City Entertainment
Hotel Batavia
Gedung Dasaad Musin
Gedung Kantor Pos Jakarta Kota
Gedung Jasa Raharja
Lorong Jasindo
Museum Sejarah Jakarta
Museum Wayang
Museum Seni Rupa dan Keramik
Menara Syah Bandar
weekend@kotatua
Festival Kotatua
weekend@kotatua
Festival Tempo Doeloe
Tingkat Pusaka dan Pengelolaannya
Ditinjau dari segi nilai penting dan luas pengaruhnya,
pusaka ada yang mempunyai nilai sempit terbatas bagi
perorangan dan ada pula yang bernilai sangat penting
dan luas bagi kehidupan masyarakat banyak, bangsa
dan kemanusiaan.
• Warisan dunia (world heritage)
• Pusaka nasional
• Pusaka propinsi
• Pusaka kota/kabupaten
Pelestarian
Pengertian pelestarian terhadap peninggalan
lama pada awalnya dititikberatkan pada
bangunan tunggal atau benda-benda seni,
kini telah berkembang ke ruang yang lebih
luas seperti kawasan hingga kota bersejarah
serta komponen yang semakin beragam
seperti skala ruang yang intim, pemandangan
yang indah, suasana, dsbnya.
upaya untuk menjaga kesinambungan yang menerima perubahan
dan/atau pembangunan
bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya
lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk
memenuhi kebutuhan modern dan kualitas hidup yang lebih baik
Perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun
perubahan secara alami dan terseleksi
Kegiatan pelestarian ini bisa berbentuk pembangunan atau
pengembangan dan melakukan upaya preservasi, restorasi,
replikasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan/atau penggunaan untuk
fungsi baru suatu aset masa lalu
pelestarian merupakan pula upaya mengelola perubahan, dan
kemudian menciptakan pusaka masa mendatang
Pengertian Pelestarian
Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan,
perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau
pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan,
keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk
membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas (Piagam
Pelestarian Pusaka Indonesia 2003)
Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama
pelestarian, sebuah pengertian yang berbeda dengan preservasi.
Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara
drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti, 1997).
Pelestarian merupakan manajemen perubahan (Asworth, 1991)
Pelestarian dalam konteks perkotaan berarti pula mengawetkan bagian
tertentu pusaka dengan memberikan tidak hanya keberlanjutan
keberadaannya tetapi juga memiliki manfaat untuk masa depan (Burke,
1976 dalam Asworth, 1991)
Keanekaragaman pusaka serta tujuan pelestarian ini
menuntut keterlibatan banyak pihak, baik dalam
menjaga, mencegah kerusakan dan pengrusakan,
memelihara, melakukan tindakan pelestarian maupun
menyebarluaskan pentingnya pelestarian pusaka baik
bagi umat manusia, keluarga, masyarakat, lingkungan
daerah, nasional maupun dunia.
Perkembangan pemahaman terhadap
pusaka dan pelestarian
Piagam Athena, 1931, tentang restorasi monumen
bersejarah
(upaya pelestarian ditujukan hanya pada benda tunggal
dalam bentuk bangunan atau benda-benda seni)
Piagam Venice, 1964, tentang konservasi dan
restorasi monumen dan tapak
Kata heritage mulai banyak digunakan pada tahun
1970-an, terutama ketika Eropa menyelenggarakan
European Architectural Heritage Year tahun 1975
The European Architectural Heritage
terdiri tidak hanya monumen yang penting-penting,
tetapi juga termasuk kelompok bangunan di dalam kota
dan desa-desa yang berkarakteristik setting alamiah
maupun buatan dan terkait dengan kehidupan sosial
Pada tahun 80-an, perkembangan isu-isu pelestarian
mengarah kepada perlindungan, konservasi dan
restorasi kota-kota bersejarah dan area perkotaan yang
sejalan dengan pembangunan dan mampu beradaptasi
dengan kehidupan kontemporer
Dua standar penting untuk pelestarian
Piagam Burra (Australia) pada tahun 1979 dan
diratifikasi tahun 1981
Piagam Burra ditujukan untuk melestarikan tempat-tempat yang memiliki
signifikansi budaya.
Tempat di sini berarti tapak, area, bangunan atau karya disain, kelompok
bangunan atau hasil yang lain yang memiliki keterikatan dengan
lingkungannya
Piagam Washington, 1987
Piagam Washington peduli pada area-area perkotaan bersejarah, besar
dan kecil, termasuk kota, kota kecil, dan pusat-pusat atau kawasan
bersejarah serta lingkungan alam dan buatannya, termasuk nilai budaya
perkotaan tradisional.
Significance &
Authenticity of Place
Pelestarian karakter suatu tempat/area
Karakter apa yang membuat keunikan suatu
tempat / area
Elemen-elemen apa yang mengandung
siknifikansi
Beberapa standards, charter dan guidelines
The Venice Charter (1965)
The Burra Charter (1979)
The Nara Document on Authenticity (1994)
The Hoi An Protocols for Best Conservation Practice in
Asia (2001)
Principles for the Conservation of Heritage Sites in
China (2002)
.........
Heritage value typologies derived by
various scholars and organizations
Various scholars
and organizations
Heritage Values
(Reigl., 1982) Age – Historical – Commemorative – Use - Newness
(Lipe., 1984) Economic – Aesthetic – Associative - symbolic – Informational
(A. ICOMOS., 1999) Aesthetic – Historic – Scientific - Social (including spiritual, political,
national, other cultural)
(Frey., 1997) Monetary – Option – Existence – Bequest – Prestige – Educational
(English Heritage, 1997) Cultural - Educational and academic – Economic – Resource –
Recreational – Aesthetic
(Mason., 2002) Socio-Cultural Values: Historical - Cultural/symbolic - Social Spiritual/religious - Aesthetic
Economic Values: Use (market) value - Nonuse (nonmarket)
values – Existence – Option – Bequest
(Drury. & McPherson.,
Evidential - Historical - Aesthetic - Communal
2007)
(Jokilehto., 2007b) Cultural values - Contemporary socio-economic
(Orbasli., 2008) Age and rarity - Architectural – Artistic – Associative - Cultural value –
Economic – Educational – Emotional – Historic – Landscape - Local –
distinctiveness – Political – Public – Religious - Scientific, research
and knowledge – Social – Symbolic – Technical – Townscape.
The Venice Charter
(1965)
The Burra Charter
(1979)
Menekankan pada keaslian secara fisik.
Adanya penambahan material baru
dengan cara penanganan yang berbeda.
Menekankan pada pemeliharaan kondisi
suatu tempat.
The Nara
Pemanfaatan keahlian membangun.
Documents on the
Authenticity (1994) Memperbaharui elemen-elemen awal
dengan penggunaan material baru dan
metode-metode tradisional.
The Hoi An
Protocols for Best
Conservation in
Asia
Menekankan pada penjagaan dari suatu
keaslian yang merupakan tujuan utama
dan persyaratan dari upaya pelestarian.
Pusaka (Heritage)
Warisan
Cagar
Cagar Budaya..…..
Kawasan Pusaka…..
Kota Pusaka…..
Kawasan Pusaka
Suatu daerah yang memiliki beberapa objek pusaka, baik itu
berupa bentangan alam, benda-benda, aktivitas lainnya yang
merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan
melengkapi.
Kawasan Pusaka
Pemahamanan tentang kawasan hanya sebagai objek wisata
Masih banyak bentuk lain objek potensial yang perlu
dikembangkan dan dilindungi
budaya-budaya unik berupa aktivitas dan kegiatan masyarakat
yang selama ini tidak disadari memiliki potensi yang menarik untuk
dikembangkan, seperti begitu juga kondisi alam yang ada
disekitarnya.
Bagaimana melestarikan
lingkungan bersejarah?
Bagaimana agar
kesejarahan lingkungan terjaga, namun
tetap memenuhi kebutuhan hidup sesuai
jaman?
Kecenderungan global
heritage
Dari benda-benda tunggal
yang indah, megah kemudian
kelompok bangunan,
kawasan, desa, kota,
pemandangan yang
indah
hingga kegiatan sosial dan
budaya yang memiliki
kekentalan lokal dan
kesejarahan, termasuk
komponen yang tidak terlihat
Pelestarian
Upaya pengelolaan pusaka
melalui kegiatan:
penelitian
perencanaan
perlindungan
pemeliharaan
pemanfaatan
pengawasan
dan / atau pengembangan secara selektif untuk menjaga:
kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam
menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa
yang lebih berkualitas.
Pengertian Konservasi / Pelestarian
Piagam Burra - “The Charter for the Conservation of Place of
Cultural Significance”, 1981
Konservasi / Pelestarian
Segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural
yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Konservasi dapat pula mencakup preservasi, restorasi,
rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.
Piagam Burra - “The Charter for the Conservation of Place of
Cultural Significance”, 1981
Preservasi
Pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada
perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran.
Restorasi / Rehabilitasi
Mengembalikan suatu tempat ke keadaan semula dengan menghilangkan
tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa
menggunakan bahan baru.
Rekonstruksi
Mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula,
dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru.
Adaptasi/Revitalisasi
Merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih
sesuai – kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis, atau yang
hanya memerlukan sedikit dampak minimal.
Adanya upaya untuk memvitalkan kembali suatu tempat / kawasan.
Demolisi
Penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau
membahayakan.
Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan
KONSERVASI
Tingkat Perubahan
Demolisi
Adaptasi / Revitalisasi
3
Total
2
Banyak
1
Sedikit
0
Tidak Ada
Rekonstruksi
Restorasi / Rehabilitasi
Preservasi
MKKK-5111225213
PRESERVASI DAN KONSERVASI
(Pelestarian Bangunan dan Lingkungan)
Oleh: Jonny Wongso, ST, MT
M-2a:
Pemahaman Pelestarian Pusaka
Pemahaman Pelestarian Pusaka
Pusaka (heritage)
Pusaka
peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah, mengandung
kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta
memiliki peran yang sangat penting bagi keberlanjutan
hidup manusia. Ada pula yang mewakili gaya arsitektur
yang khas pada suatu masa.
• Pusaka, dalam kamus Indonesia-Inggris oleh Poerwadarminto, berarti
heritage (bhs.Ingris).
• Perkembangan pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu pada
artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka dapat berarti pula
suatu saujana[1] (cultural landscape) yang luas bahkan bisa lintas batas
wilayah serta menyangkut persoalan pusaka alam dan budaya.
[1]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia saujana adalah sejauh mata memandang.
Perkembangan yang lain, pusaka budaya
tidak pula hanya ragawi (tangible) tetapi
juga pusaka-pusaka budaya tak ragawi
(intangible).
Hal ini menjadikan isu pusaka tidak bisa
dipisahkan dari berbagai persoalan
kehidupan sehari-hari, pengelolaan seni
budaya hingga pengelolaan kota, desa
maupun wilayah.
Untuk menguatkan pemahaman pusaka, para pekerja dan
pemerhati pelestarian di Indonesia menyepakati tentang Pusaka
Indonesia.
Pada Tahun Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan
Keanekaragaman):
Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI)
bekerjasama dengan
International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia
dan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
mendeklarasikan
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003.
Piagam ini merupakan yang pertama dimiliki Indonesia dalam
menyepakati etika dan moral pelestarian pusaka
INDONESIAN CHARTA
FOR HERITAGE CONSERVATION 2003
1.
(Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003)
kota,
kawasan perkotaan,
Andaleh, Tanah Datar,
Gunung
Air
Sawah
Sungai
Lembah
Danau
Bukit
Jeram
Ngarai
Curug
Tanah
Batu
Hutan
Flora
Fauna
Pusaka Alam
Gunung
Air
Sawah
Sungai
Lembah
Danau
Bukit
Jeram
Ngarai
Curug
Tanah
Batu
Hutan
Flora
Fauna
Pusaka Alam
Seni Kriya
Seni Sastra
Seni Lukis
Seni Ukir
Seni Pahat
Seni Patung
Pusaka Budaya
Seni Tari
Seni Musik
Seni Pertunjukan
Seni Rakyat
Seni Suara
Seni Kriya
Seni Sastra
Seni Lukis
Seni Ukir
Seni Pahat
Seni Patung
Pusaka Budaya
Seni Tari
Seni Musik
Seni Pertunjukan
Seni Rakyat
Seni Suara
Lingkungan
Mata Pencaharian
Kehidupan
Rumah Adat
Istana
Keraton
Situs
Agama
Desa
Candi
Ritual
Kampung
Adat Istiadat
Dusun
Tradisi
Suku
Pusaka Saujana
Lingkungan
Mata Pencaharian
Kehidupan
Rumah Adat
Istana
Keraton
Situs
Agama
Desa
Candi
Ritual
Kampung
Adat Istiadat
Dusun
Tradisi
Suku
Pusaka Saujana
Arsitektur Tradisional Minangkabau
Arsitektur Serumpun – Arsitektur Melayu
Nagari Andaleh Baruah Bukik
Gedung Eks Standart Chartered
Gedung Pajak
Old City Entertainment
Hotel Batavia
Gedung Dasaad Musin
Gedung Kantor Pos Jakarta Kota
Gedung Jasa Raharja
Lorong Jasindo
Museum Sejarah Jakarta
Museum Wayang
Museum Seni Rupa dan Keramik
Menara Syah Bandar
weekend@kotatua
Festival Kotatua
weekend@kotatua
Festival Tempo Doeloe
Tingkat Pusaka dan Pengelolaannya
Ditinjau dari segi nilai penting dan luas pengaruhnya,
pusaka ada yang mempunyai nilai sempit terbatas bagi
perorangan dan ada pula yang bernilai sangat penting
dan luas bagi kehidupan masyarakat banyak, bangsa
dan kemanusiaan.
• Warisan dunia (world heritage)
• Pusaka nasional
• Pusaka propinsi
• Pusaka kota/kabupaten
Pelestarian
Pengertian pelestarian terhadap peninggalan
lama pada awalnya dititikberatkan pada
bangunan tunggal atau benda-benda seni,
kini telah berkembang ke ruang yang lebih
luas seperti kawasan hingga kota bersejarah
serta komponen yang semakin beragam
seperti skala ruang yang intim, pemandangan
yang indah, suasana, dsbnya.
upaya untuk menjaga kesinambungan yang menerima perubahan
dan/atau pembangunan
bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya
lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk
memenuhi kebutuhan modern dan kualitas hidup yang lebih baik
Perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun
perubahan secara alami dan terseleksi
Kegiatan pelestarian ini bisa berbentuk pembangunan atau
pengembangan dan melakukan upaya preservasi, restorasi,
replikasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan/atau penggunaan untuk
fungsi baru suatu aset masa lalu
pelestarian merupakan pula upaya mengelola perubahan, dan
kemudian menciptakan pusaka masa mendatang
Pengertian Pelestarian
Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan,
perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau
pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan,
keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk
membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas (Piagam
Pelestarian Pusaka Indonesia 2003)
Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama
pelestarian, sebuah pengertian yang berbeda dengan preservasi.
Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara
drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti, 1997).
Pelestarian merupakan manajemen perubahan (Asworth, 1991)
Pelestarian dalam konteks perkotaan berarti pula mengawetkan bagian
tertentu pusaka dengan memberikan tidak hanya keberlanjutan
keberadaannya tetapi juga memiliki manfaat untuk masa depan (Burke,
1976 dalam Asworth, 1991)
Keanekaragaman pusaka serta tujuan pelestarian ini
menuntut keterlibatan banyak pihak, baik dalam
menjaga, mencegah kerusakan dan pengrusakan,
memelihara, melakukan tindakan pelestarian maupun
menyebarluaskan pentingnya pelestarian pusaka baik
bagi umat manusia, keluarga, masyarakat, lingkungan
daerah, nasional maupun dunia.
Perkembangan pemahaman terhadap
pusaka dan pelestarian
Piagam Athena, 1931, tentang restorasi monumen
bersejarah
(upaya pelestarian ditujukan hanya pada benda tunggal
dalam bentuk bangunan atau benda-benda seni)
Piagam Venice, 1964, tentang konservasi dan
restorasi monumen dan tapak
Kata heritage mulai banyak digunakan pada tahun
1970-an, terutama ketika Eropa menyelenggarakan
European Architectural Heritage Year tahun 1975
The European Architectural Heritage
terdiri tidak hanya monumen yang penting-penting,
tetapi juga termasuk kelompok bangunan di dalam kota
dan desa-desa yang berkarakteristik setting alamiah
maupun buatan dan terkait dengan kehidupan sosial
Pada tahun 80-an, perkembangan isu-isu pelestarian
mengarah kepada perlindungan, konservasi dan
restorasi kota-kota bersejarah dan area perkotaan yang
sejalan dengan pembangunan dan mampu beradaptasi
dengan kehidupan kontemporer
Dua standar penting untuk pelestarian
Piagam Burra (Australia) pada tahun 1979 dan
diratifikasi tahun 1981
Piagam Burra ditujukan untuk melestarikan tempat-tempat yang memiliki
signifikansi budaya.
Tempat di sini berarti tapak, area, bangunan atau karya disain, kelompok
bangunan atau hasil yang lain yang memiliki keterikatan dengan
lingkungannya
Piagam Washington, 1987
Piagam Washington peduli pada area-area perkotaan bersejarah, besar
dan kecil, termasuk kota, kota kecil, dan pusat-pusat atau kawasan
bersejarah serta lingkungan alam dan buatannya, termasuk nilai budaya
perkotaan tradisional.
Significance &
Authenticity of Place
Pelestarian karakter suatu tempat/area
Karakter apa yang membuat keunikan suatu
tempat / area
Elemen-elemen apa yang mengandung
siknifikansi
Beberapa standards, charter dan guidelines
The Venice Charter (1965)
The Burra Charter (1979)
The Nara Document on Authenticity (1994)
The Hoi An Protocols for Best Conservation Practice in
Asia (2001)
Principles for the Conservation of Heritage Sites in
China (2002)
.........
Heritage value typologies derived by
various scholars and organizations
Various scholars
and organizations
Heritage Values
(Reigl., 1982) Age – Historical – Commemorative – Use - Newness
(Lipe., 1984) Economic – Aesthetic – Associative - symbolic – Informational
(A. ICOMOS., 1999) Aesthetic – Historic – Scientific - Social (including spiritual, political,
national, other cultural)
(Frey., 1997) Monetary – Option – Existence – Bequest – Prestige – Educational
(English Heritage, 1997) Cultural - Educational and academic – Economic – Resource –
Recreational – Aesthetic
(Mason., 2002) Socio-Cultural Values: Historical - Cultural/symbolic - Social Spiritual/religious - Aesthetic
Economic Values: Use (market) value - Nonuse (nonmarket)
values – Existence – Option – Bequest
(Drury. & McPherson.,
Evidential - Historical - Aesthetic - Communal
2007)
(Jokilehto., 2007b) Cultural values - Contemporary socio-economic
(Orbasli., 2008) Age and rarity - Architectural – Artistic – Associative - Cultural value –
Economic – Educational – Emotional – Historic – Landscape - Local –
distinctiveness – Political – Public – Religious - Scientific, research
and knowledge – Social – Symbolic – Technical – Townscape.
The Venice Charter
(1965)
The Burra Charter
(1979)
Menekankan pada keaslian secara fisik.
Adanya penambahan material baru
dengan cara penanganan yang berbeda.
Menekankan pada pemeliharaan kondisi
suatu tempat.
The Nara
Pemanfaatan keahlian membangun.
Documents on the
Authenticity (1994) Memperbaharui elemen-elemen awal
dengan penggunaan material baru dan
metode-metode tradisional.
The Hoi An
Protocols for Best
Conservation in
Asia
Menekankan pada penjagaan dari suatu
keaslian yang merupakan tujuan utama
dan persyaratan dari upaya pelestarian.
Pusaka (Heritage)
Warisan
Cagar
Cagar Budaya..…..
Kawasan Pusaka…..
Kota Pusaka…..
Kawasan Pusaka
Suatu daerah yang memiliki beberapa objek pusaka, baik itu
berupa bentangan alam, benda-benda, aktivitas lainnya yang
merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan
melengkapi.
Kawasan Pusaka
Pemahamanan tentang kawasan hanya sebagai objek wisata
Masih banyak bentuk lain objek potensial yang perlu
dikembangkan dan dilindungi
budaya-budaya unik berupa aktivitas dan kegiatan masyarakat
yang selama ini tidak disadari memiliki potensi yang menarik untuk
dikembangkan, seperti begitu juga kondisi alam yang ada
disekitarnya.
Bagaimana melestarikan
lingkungan bersejarah?
Bagaimana agar
kesejarahan lingkungan terjaga, namun
tetap memenuhi kebutuhan hidup sesuai
jaman?
Kecenderungan global
heritage
Dari benda-benda tunggal
yang indah, megah kemudian
kelompok bangunan,
kawasan, desa, kota,
pemandangan yang
indah
hingga kegiatan sosial dan
budaya yang memiliki
kekentalan lokal dan
kesejarahan, termasuk
komponen yang tidak terlihat
Pelestarian
Upaya pengelolaan pusaka
melalui kegiatan:
penelitian
perencanaan
perlindungan
pemeliharaan
pemanfaatan
pengawasan
dan / atau pengembangan secara selektif untuk menjaga:
kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam
menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa
yang lebih berkualitas.
Pengertian Konservasi / Pelestarian
Piagam Burra - “The Charter for the Conservation of Place of
Cultural Significance”, 1981
Konservasi / Pelestarian
Segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural
yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Konservasi dapat pula mencakup preservasi, restorasi,
rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.
Piagam Burra - “The Charter for the Conservation of Place of
Cultural Significance”, 1981
Preservasi
Pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada
perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran.
Restorasi / Rehabilitasi
Mengembalikan suatu tempat ke keadaan semula dengan menghilangkan
tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa
menggunakan bahan baru.
Rekonstruksi
Mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula,
dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru.
Adaptasi/Revitalisasi
Merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih
sesuai – kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis, atau yang
hanya memerlukan sedikit dampak minimal.
Adanya upaya untuk memvitalkan kembali suatu tempat / kawasan.
Demolisi
Penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau
membahayakan.
Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan
KONSERVASI
Tingkat Perubahan
Demolisi
Adaptasi / Revitalisasi
3
Total
2
Banyak
1
Sedikit
0
Tidak Ada
Rekonstruksi
Restorasi / Rehabilitasi
Preservasi