Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengelol

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
KINERJA PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN KEDIRI
Sugeng
Fakultas Ekonomi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
ABSTRACT
The implementation of local financial accounting system is absolutely necessary in
the local financial management to achieving good governance which has implications to
local government performance. This study has two purposes, first is to empirically test the
competence of personnel, understanding of local government financial accounting
systems and internal controls of financial management. Both empirical financial
management of local govern performance.
This study used a sample unit of local government officials in the district of
Kediri. The number of samples used in this study is 140, spread in 30 units of local
government. Regression analysis tool using multiple regression.
The resultsof this study show that partially showed that top officials of
competence and understanding of local government financial accounting systems do not
affect the financial management area, while for internal control have an influence on
financial management. Results of testing the research model 2 shows that the financial
management effect government performance.

Keywords: Competence apparatus, understanding the area of financial accounting
systems, internal control, financial management area, local government
performance.
PENDAHULUAN
Implementasi
otonomi
daerah
menimbulkan
beberapa
perubahan
mendasar dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan, baik di bidang administrasi
pemerintahan daerah maupun di bidang
pengelolaan keuangan daerah, seiring
dengan penyelenggaraan otonomi daerah
dan dikaitkan dengan pengelolaan keuangan
daerah, maka sebagai payung hukum dibuat
regulasi
yang
dapat

mendukung
pelaksanaannya antara lainUndang-undang
Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah
Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
yang telah diganti dengan Undang-Undang
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah
Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana
Perimbangan, Peraturan Pemerintah 105
Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggung jawaban Keuangan Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun
2000 Tentang Tata Cara Pertanggung
jawaban Kepala Daerah, Undang-undang
Nomor
15

Tahun
2004
Tentang
Pengawasan dan Pertanggung jawaban
Keuangan Negara yang memayungi
pengelolaan Keuangan Negara maupun
Keuangan Daerah.
Pengelolaan keuangan daerah dalam
pelaksanaannya menuntut diterapkannya
sistem akuntansi keuangan daerah sesuai
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah guna mewujudkan
good governance.Sistem akuntansi dapat
menjadi salah satu alat kontrol untuk
mencapai
tujuan
pemerintah,
yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui

pemberdayaan masyarakat (Neu, 2000;
Suwardjono, 2005:159).
Fenomena yang terjadi adalah (1).
Pemerintah daerah kabupaten Kediri telah

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

16

melaksanakan
pengelolaan
keuangan
daerah dengan berbasis pada kinerja
(performance budget); (2). Mekanisme
penyusunan APBD dengan berbasis pada
kinerja
dapat
memotivasi
dalam
merumuskan program-program yang lebih

berkualitas dan dapat memperjelas sasaran
program, dan (3). Partisipasi aparatur dalam
penyusunan program kerja instansi lebih
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan
serta dapat menghindari intervensi pihak
tertentu, walaupun Keterlibatan mereka
dalam proses
penyusunan Rencana
Anggaran hanya bersifat formalitas dan
mubazir, karena sebagus apa pun usulan
rencana kerja mereka belum tentu dapat
disetujui. (4) Kompetensi aparatur belum
menjadi pertimbangan fundamental dalam
menduduki suatu posisi, namun lebih
menekankan pada pertimbangan politis, (5)
Mengalami kesulitan dalam memahami
sistem
akuntansi
keuangan
daerah

walaupun sudah dilaksanakan, dan (6)
Adanya konflik kepentingan
antara
eksekutif
dengan
legislatif
dalam
pengelolaan keuangan daerah sehingga
pengawasan tidak efektif misalnya dalam
hal anggaran yang dikelola langsung
DPRD. Dewan terkesan melampaui
kewenangannya,
baik
pada
saat
penyusunan, penetapan, maupun dalam hal
pengawasan anggaran.
Uraian tersebut di atas disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain: (1)
Kemampuan pemahaman sistem akuntansi

keuangan daerah yang diterapkan tidak
dipahami secara komprehensif, yang
tentunya berdampak terhadap kinerja
pemerintah daerah yang diproksikan dalam
pelayanan publik; (2) Keterbatasan
kompetensi aparatur dalam pemahaman
pengelolaan keuangan daerah, termasuk
kemampuan mereka dalam memahami dan
mengadopsi peraturan yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan daerah, yang
tentunya berdampak pula terhadap kinerja
pemerintah daerah; dan (3) Lemahnya
sistem pengawasan internal karena ada
konflik kepentingan.
Meskipun
dalam
pengelolaan
keuangan daerah telah terdapat sejumlah
aturan dalam bentuk sistem pengelolaan


keuangan daerah dalam mewujudkan good
governance, namun dalam kenyataannya
masih terdapat sejumlah faktor tertentu,
berupa sistem akuntansi keuangan daerah,
pengawasan, kompetensi, dan pengelolaan
keuangan
daerah
yang
mempunyai
implikasi terhadap kinerja pemerintah
daerah. Merujuk pada uraian di atas maka
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
menguji pengelolaan keuangan daerah dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dan
pengaruh pengelolaan keuangan daerah
terhadap kinerja pemerintah daerah.
Penelitian
dilakukan
karena
pertama , Kabupaten Kediri mempunyai

tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi dari
tahun ke tahun, tahun 2007 sebesar 5,18 %
ini
berarti
tingkat
kesejahteraan
masyarakatnya sangat baik, hal ini
diharapkan berdampak dalam pelayanan
publik yang akan diberikan pemerintah
daerah
Kabupaten
Kediri
kepada
masyarakat sesuai dengan harapan dan
keinginannya. Kedua, Kabupaten Kediri
dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
daerah belum didukung sumber daya
manusia yang kompeten atas pengelolaan
keuangan daerah, karena pertimbangan
politis dan balas jasa (Tim Sukses) yang

dijadikan Kepala Daerah terpilih dalam
mengangkat aparatur yang menduduki
posisi strategis, maka penelitian tentang
pengelolaan keuangan daerah menurut
pemahaman peneliti perlu dilakukan atas
faktor-faktor (kompetensi, sistem akuntansi
keuangan daerah, pengawasan).
KAJIAN
TEORI
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pelayanan
publik
merupakan
kegiatan yang mendahulukan kepentingan
umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelayanan, dan
memberikan kepuasan kepada publik
(Thoha, 2004:14). Demikian pula Kimisean
et.al. (2004; 490) menjelaskan kinerja

pelayanan publik
suatu organisasi
merupakan salah satu aspek penting yang
perlu
dicermati
untuk
mengukur
keberhasilan organisasi dalam pencapaian
tujuannya, dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan pelayanan publik

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

17

yang dicapai.Mengacu pada pemahaman
tersebut,
pelayanan
publik
adalah
serangkaian
proses
kegiatan
yang
dilaksanakan aparatur lembaga pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Akuntabilitas
pemerintah
daerah dapat diukur dengan pengukuran
kinerja keuangan dan non keuangan.
Pengukuran kinerja memiliki peranan yang
signifikan guna menjamin organisasi dapat
dikelola sesuai dengan keinginan semua
stakeholders.
Sebagaimana disebutkan dalam
Commander
theory
bahwa
dalam
menjalankan roda pemerintahan ditentukan
pihak
yang
berwenang
dalam
pengendalian/pengawasan anggaran atau
keuangan daerah adalah pihak eksekutif
maupun pihak legislatif, sementara dalam
teori agensi menjelaskan bahwa adanya
kontrak yang dibuat antara pihak sebagai
agensi (pelaksana) dengan pihak prinsipal
(pemilik)
sering
terjadi
konflik
kepentingan. Pengelolaan anggaran yang
dilakukan oleh unit-unit satuan kerja harus
berorientasi pada unit kegiatan yang
didalamnya telah disiapkan sejumlah
anggaran dengan ditentukan kegiatannya,
hal ini digunakan sebagai dasar akuntansi
yang di implementasikan dalam sistem
akuntansi keuangan daerah sebagaimana
dijelaskan dalam teori dana (Fund Theory)
sebagai teori aplikasi dalam akuntansi
keuangan daerah.
Pengukuran kinerja dalam kaitannya
dengan pelayanan publik selalu berkaitan
dengan masalah ekonomi umumnya
berhubungan dengan anggaran/keuangan
daerah yang harus memenuhi kriteria
akuntabilitas, transparansi, efisien, dan
efektifitas, artinya setiap rupiah yang
dianggarkan untuk sesuatu kegiatan yang
tersaji dalam anggaran haruslah memenuhi
unsur-unsur dapat dipertanggungjawabkan
ke publik dan harus transparan serta dalam
melaksanakan kegiatannya haruslah benarbenar efisien dan efektif, sehingga semua
yang tertuang dalam rencana program dapat
dilaksanakan
sesuai
dengan
yang
diharapkan, tentunya dalam pelaksanaannya
diperlukan pengawasan dan pencatatan

akuntansi sebagai alat pengawasan serta
harus didukung oleh aparatur yang
mempunyai kompetensi sesuai dengan
bidangnya.
Pengelolaan keuangan daerah perlu
didukung oleh kompetensi, pemahaman
sistem akuntansi pemerintah keuangan
daerah, dan pengawasan internal. Bila
pengelolaan keuangan daerah didukung
oleh kompetensi, pemahaman sistem
akuntansi
keuangan
daerah,
dan
pengawasan internal, maka pengelolaan
keuangan daerah dapat terlaksana dengan
baik. Dalam pernyataan lain dapat
dikatakan bahwa semakin baik kompetensi
yang dimiliki, pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah tentunya harus didukung
dengan pemahaman yang baik, dan
pengawasan internal yang dilaksanakan
sesuai profesionalisme dan moralitas, maka
semakin baik pula pengelolaan keuangan
daerah yang dilaksanakan dengan demikian
kinerja pemerintah daerah yang diproksikan
pelayanan publik dapat ditingkatkan.
Beberapa penelitian terdahulu yang
menjelaskan mengenai hubungan antara
kompetensi aparatur, pengelolaan keuangan
daerah, dan kinerja pemerintah daerah telah
dilakukan, misalnya; Kimsen et al. (2004)
yang menemukan faktor kepemimpinan,
struktur, sumber daya manusia, budaya, dan
fasilitas mempengaruhi kinerja pelayanan
publik unit pelayanan satu atap. Mahmudi
dan
Mardiasmo
(2004)
melakukan
penelitian tentang pengukuran kinerja
pemerintah daerah di Yogyakarta dan
memberikan kesimpulan bahwa dalam
kenyataannya
pemerintah
daerah
mengalami kesulitan dalam menentukan
indikator outcome, benafit dan impact.
Pengukuran kinerja yang dilakukan masih
berorientasi pada output bukan outcome. Ini
berarti kualitas pelayanan, manfaat
(utilization) dan kepuasan customer tidak
tampak
dalam
desain
pengukuran
kinerja.Ririn Dwianasari dan Mardiasmo
(2004) melakukan penelitian tentang kinerja
agensi pemerintah daerah di Yogyakarta
dan memberikan kesimpulan bahwa
komitmen
organisasional,
struktur
desentralisasi dan partisipasi penyusunan
anggaran berpengaruh terhadap kinerja

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

18

manajer agensi pemerintah.
Afiah (2004), menguji Pengaruh
Kompetensi Anggota DPRD, Kompetensi
aparatur Pemerintah Daerah, Pelaksanaan
Sistem Informasi Akuntansi, anggaran,
serta kualitas Informasi Keuangan
Terhadap Prinsip-Prinsip Tata kelola
pemerintah
Daerah
yang
baik.menggunakan sampel 25 kabupaten
dan kota di Jawa Barat. Hasil
penelitiannya memberikan kesimpulan 1)
Kompetensi anggota DPRD, kompetensi
aparatur pemerintah daerah secara
bersama berpengaruh terhadap sistem
informasi akuntansi. Namun hanya
kompetensi aparatur pemerintah daerah
yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
sistem informasi akuntansi. 2) Kompetensi
anggota DPRD, kompetensi aparatur
pemerintah daerah, pelaksanaan sistem
informasi akuntansi secara bersama
berpengaruh terhadap
penganggaran.
Namun
hanya
pelaksanaan
sistem
informasi yang pengaruhnya signifikan
terhadap penganggaran. 3) Kompetensi
DPRD, kompetensi aparatur pemerintah
daerah, pelaksanaan sistem akuntansi dan
penganggaran
secara
bersama
berpengaruh
terhadap
informasi
keuangan. Namun hanya penganggaran
yang pengaruhnya signifikan terhadap
kualitas
informasi
keuangan.
4)
Kompetensi anggota DPRD, kompetensi
aparatur pemerintah daerah, pelaksanaan
sistem informasi akuntansi, dan kualitas
informasi keuangan secara bersama
berpengaruh tata kelola pemerintah
daerah yang baik.
Herbert et. al (1984: 3) menegaskan
pada organisasi pemerintah terdapat dua
orientasi atau kepentingan yang diperankan
dalam menjalankan roda pemerintahan,
yaitu orientasi laba dan bukan laba
(profitandnonprofit). Oleh karena itu,
pengelolaan administrasi pemerintahan
harus memahami penerapan sistem
akuntansi dan harus memahami pelaporan
akuntansi.Argumen ini sejalan dengan
pandangan Boockholdt, (1996: 455) yang
menyatakan sistem akuntansi menyediakan
informasi bagi setiap individu yang ada di
dalam dan di luar organisasi.

Louise (1999:3) mengemukakan
bahwa pemahaman sistem akuntansi dapat
digunakan untuk mengukur kinerja, karena
sistem
akuntansi
mempertimbangan
reliabilitas dan konsistensi, serta dapat
dihubungkan dengan kepentingan utama
pemilik dalam meningkatkan profit. Bila
dikaitkan dengan organisasi sektor publik,
khususnya pemerintah daerah tentang
pemahaman sistem akuntansi keuangan
daerah dapat meningkatkan kinerja
pemerintah daerah.
Instansi pemerintah menggunakan
anggaran
sebagai
alat
pengawasan
(Freeman et. al., 2004:71). Pengendalian
anggaran dapat dilakukan oleh dua
kelompok, yaitu: (1) Pengendalian yang
dilakukan oleh legislatif; dan (2)
pengendalian yang dilakukan oleh eksekutif
(Awio, 2001: 86). Pengawasan APBD yang
dilakukan oleh DPRD merupakan bentuk
pengawasan eksternal atas pelaksanaan
APBD dan hal itu merupakan pengawasan
politis.
Siegel et. al (1989:75) fokus utama
subsistem pengawasan keuangan, yaitu
pada perilaku orang-orang yang ada dalam
organisasi, bukan pada mesin atau peralatan
yang digunakan. Alasannya adalah dengan
pengawasan keuangan yang baik dapat
mengurangi perilaku manusia yang
cenderung melakukan penyimpangan.Ott et.
al (2001: 311) lebih rinci menyatakan
bahwa anggaran yang baik, termasuk proses
dan teknik anggaran pada semua level
pemerintah merupakan suatu mekanisme
pengendalian
keuangan
pada
level
pemerintah pusat, dan dapat memberi
pencerahan bagi semua pejabat dan
masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal
ini anggaran dapat digunakan sebagai alat
untuk mengontrol kinerja pemerintah
daerah. Hal senada ditegaskan pula oleh
Zimmerman (2000: 250) bahwa dalam
pengambilan keputusan yang terkait dengan
pengendalian, anggaran merupakan suatu
bagian dari sistem pengukuran kinerja,
dengan demikian pengawasan diperlukan
untuk mengetahui apakah rencana yang
telah ditetapkan dapat berjalan sesuai
dengan sasaran yang diharapkan.
Miah dan Mia (1996: 185)

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

19

menunjukkan bahwa hubungan antara
desentralisasi dengan kinerja pegawai
daerah dimoderasi oleh sistem pengendalian
akuntansi. Dalam pernyataan lain dapat
dinyatakan bahwa hubungan antara
desentralisasi dengan kinerja pegawai
daerah dibentuk oleh desain sistem
pengendalian akuntansi.
Beberapa penelitian terdahulu yang
meneliti antara hubungan penganggaran,
pengawasan, dan kinerja antara lain
dilakukan oleh Triyuwono dan Roekhuddin
(1998)
yang
melakukan
penelitian
mengenai konsistensi praktik sistem
pengendalian intern dan akuntabilitas pada
LAZIS.
Kesimpulan
penelitian
menunjukkan terdapat ketidakkonsistenan
praktik sistem pengendalian intern dengan
pemahaman
akuntabilitas.
Ketidakkonsistenan ini disebabkan oleh
lemahnya
sumber
daya
manusia.
Pamungkas (2005) melakukan penelitian
tentang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
Kesimpulan
penelitian
menunjukkan
kualitas
penerapan
pengawasan dan kualitas laporan keuangan
pemerintah
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas instansi pemerintah baik
secara parsial maupun simultan.
Tuasikal
(2007)
meneliti
pengaruh
pengawasan,
pemahaman
akuntansi keuangan dan pengelolaan
keuangan terhadap kinerja unit satuan
kerja pemerintah. Menggunakan sampel
responden sebanyak 114 di pemerintah
Kabupaten/Kota
Maluku.
Hasil
pengujian menggunakan teknik korelasi
menemukan hubungan negatif antara
pengawasan internal dan eksternal, tidak
terdapat hubungan antara pengawasan
eksternal
dan
pemahaman
sistem
akuntansi keuangan daerah, dan terdapat
hubungan antara pengawasan internal
dan pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah sedangkan hasil
pengujian menggunakan analisis jalur
menemukan secara parsial dan simultan
pengawasan internal dan pengawasan
eksternal
berpengaruh
terhadap
pengelolaan keuangan unit satuan kerja
pemerintah, selanjutnya secara parsial
pengawasan internal dan eksternal, tidak

berpengaruh terhadap kinerja unit satuan
kerja pemerintah, namun secara simultan
pengawasan internal dan eksternal
berpengaruh terhadap kinerja unit satuan
kerja pemerintah.Case (2002: 429)
menyatakan anggaran merupakan suatu
rencana tindakan yang disiapkan untuk
menggunakan sumber daya keuangan oleh
pemerintah sesuai fungsi dan tujuan yang
akan dicapai. Hogye (2002: 12) juga
menegaskan anggaran yang disusun harus
akuntabel dan mencerminkan salah satu
instrumen kunci aktivitas pemerintah yang
transparan.
Beberapa penelitian terdahulu yang
menjelaskan mengenai hubungan antara
pengelolaan keuangan daerah dan kinerja
pemerintah daerah telah dilakukan,
misalnya; Dwianasari et al, (2004) meneliti
tentang faktor yang mempengaruhi kinerja
manajer agensi pemerintah daerah yang
difokuskan pada kinerja manajer agensi
pemerintah.
Hasil
penelitiannya
menemukan komitmen organisasional,
struktur desentralisasi dan partisipasi
penyusunan anggaran berpengaruh terhadap
kinerja manajer agensi pemerintah; dan
Kearns dan Paula, (1993) meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran
dan menemukan kesulitan anggaran,
perilaku politik, pendapatan dan sidang
legislatif mempengaruhi anggaran.
Berdasarkan
uraian
di
atas
penelitian ini ingin meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi pengelolaan keuangan
daerah dan implikasinya terhadap kinerja
pemerintah daerah yang diproksikan
pelayanan publik. Oleh karena itu, kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

20

Kompetensi

Pemahaman SAKD

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengawasan
Pengelolaan Keuangan Daerah

Kinerja Pemerintah Daerah

Gambar Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di
atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1 : Kompetensi aparatur berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan
daerah.
H2 : Pemahaman
sistem
akuntansi
keuangan
daerah
berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan
daerah.
H3 : Pengawasan Internal berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan
daerah.
H4 : Pengelolaan Keuangan Daerah
berpengaruh
terhadap
kinerja
pemerintah daerah.
METODE PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kompetensi aparatur pemerintah
daerah (X1), pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah (X2), pengawasan internal
(X3) dengan variabel dependen pengelolaan
keuangan daerah (Z) serta variabel kinerja
pemerintah daerah (Y). Variabel diukur
dengan menggunakan instrumen kuesioner
yang merujuk pada instrumen yang telah
digunakan oleh peneliti terdahulu, dengan
beberapa penyesuaian sesuai tujuan
penelitian,
dimanainstrumen
disusun
dengan lima poin skala likert.
Populasi penelitian ini adalah
seluruh unit satuan kerja pemerintah daerah
yang ada di Kabupaten Kediri yang
berjumlah 30 satuan kerja pemerintah
daerah (Dinas, Badan, Kantor, Sekda,
Sekwan). Sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah semua unit satuan
kerja pemerintah daerah yang ada di
kabupaten Kediri, dengan kata lain bahwa

jumlah sampel sama dengan jumlah
populasi yaitu sebanyak 30 satuan kerja
pemerintah
daerah.
Penelitian
ini
menggunakan metode purposive sampling
dalam memilih sampel responden dengan
kriteriaindividu-individu atau responden
yang levelnya setingkat di bawah
Sekda/Sekwan/kepala
dinas/badan/kantor.Unit
analisis
yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
individu dari beberapa unit satuan kerja
pemerintah daerah Kabupaten Kediri yang
berjumlah 30 unit satuan kerja pemerintah
daerah dengan responden sebanyak 140
Orang.
Pengujian terhadap hipotesis satu,
dua, dan tiga, menggunakan analisis regresi
linier berganda sebagai model penelitian
pertama, sementara pengujian terhadap
hipotesis empat menggunakan analisis
regresi sederhana sebagai model penelitian
kedua. Analisis regresi dilakukan setelah
semua item pernyataan valid dan
reliabelserta variabel penelitian memenuhi
asumsi dalam regresi yaitu memiliki
distribusi
normal,
tidak
terjadi
multikolinieritas
dan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Uji autokorelasi tidak
dilakukan karena data yang digunakan
adalah data cross sectional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji validitas
menunjukkan
bahwa
pada
variabel
kompetensi aparatur untuk pertanyaan no. 4
hasilnya menunjukkan nilai person
correlation sebesar 0,168 dengan level Sig
0,191, berarti item kuesioner no. 4 tidak
valid dan harus dikeluarkan untuk proses
berikutnya. Variabel Pemahaman sistem

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

21

akuntansi
keuangan
daerah
untuk
pertanyaan no. 1 dan 2, hasilnya masingmasing
menunjukkan
nilai
person
correlation sebesar -0,065 dengan level Sig
0,616 dan 0,158 dengan level signifikan
0,221, berarti item kuesioner no. 1 dan 2,
tidak valid dan harus dikeluarkan untuk
proses berikutnya. variabel Pengelolan
keuangan daerah untuk pertanyaan no.6,
hasilnya menunjukkan nilai person
correlation sebesar 0,189 dengan level Sig
0,142, berarti item kuesioner no.6, tidak
valid dan harus dikeluarkan untuk proses
berikutnya.

menunjukkan hasil yang signifikansinya
lebih dari 0,05 dengan nilai 0,403 untuk
model yang pertama dan nilai 0,508 untuk
model yang kedua. Hal ini menjelaskan
bahwa
sebaran
data
menunjukkan
berdistribusi normal.
Pengujian
asumsi
klasik
multikoliniearitas model yang pertama dan
model yang kedua menunjukkan bahwa
semua variabel mempunyai nilai VIF lebih
kecil dari 10 ini berarti bahwa model
analisis tidak terjadi multikoliniearitas.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.
Hasil Uji Multikolinieritas
Model

Variabel
Kompetensi
1
Pemahaman SAKD
Pengawasan internal
2
PKD
Sumber : Data primer, diolah

Nilai Tolerance
0.888
0.880
0.812
1.000

Tabel 2.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
Kausal
Kompetensi Residual kuadrat
1
Pemahaman SAKD Residual kuadrat
Pengawasan internal Residual kuadrat
2
PKD Residual kuadrat
Sumber : Data primer, diolah
Hasil pengujian heteroskedastisitas
model yang pertama dan model yang kedua
menunjukkan bahwa nilai probalibility
semua variabel lebih besar dari 5 %,
sehingga tidak signifikan pada level 5 %,
ini berarti bahwa varian faktor pengganggu
variabel prediktor adalah sama atau konstan
sehingga bebas dari heteroskedastisitas.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Pengelolaan keuangan daerah (Z), serta
variable Kinerja pemda (Y), memiliki
reliabilitas yang baik dengan nilai
Cronbach’s Alpha melebihi 0,5.
Berdasarkan hasil uji normalitas
dengan uji Kolmogorov-Smirnov baik pada
model pertama maupun model yang kedua,

VIF
1.126
1.136
1.231
1.000

t hitung
1.374
-0.676
-1.135
-1.749

Sig.
0.175
0.502
0.261
0.085

Berdasarkan hasil uji simultan (uji
F) menunjukkan bahwa kompetensi
aparatur pemerintah daerah, pemahaman
sistem akuntansi keuangan daerah, dan
pengawasan nternal berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan daerah, sehingga
model regresi yang dihasilkan adalah cocok
atau sesuai dalam menjelaskan pengelolaan
keuangan daerah.

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

22

Tabel 3.
Hasil Uji Sumultan
Model
Kausalitas
Kompetensi aparatur pemda, Pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah, dan Pengawasan
1
internal  pengelolaan keuangan daerah
pengelolaan keuangan daerah  Kinerja
2
pemerintah daerah
Sumber : Data primer, diolah
Tabel 4.
Hasil Uji Pengaruh Parsial
Model
Kausalitas
Koefisien
Kompetensi  PKD
-0,101
1
Pemahaman SAKD  PKD
0,123
Pengawasan internal  PKD
0,444
2
PKD  Kinerja
0,204
Sumber : Data primer, diolah
Berdasarkan uji t untuk variabel
kompetensi aparatur dan pemahaman sistem
akuntansi
keuangan
daerah
tidak
berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah, sedangkan pengawasan
internal berpengaruh terhadap pengelolaan
keuangan daerah. Sementara variabel
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
Sementara berdasarkan uji F juga
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah,
sehingga model regresi yang dihasilkan
adalah
cocok
atau
sesuai
dalam
menjelaskan Kinerja pemerintah daerah.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil ini menunjukkan bahwa
kabupaten Kediri di dalam melakukan
pengelolaan
keuangan
daerah,
pengembangan sistem yang menunjang
memerlukan suatu perencanaan dan
pengimplementasian yang lebih hati-hati,
guna menghindari penolakan terhadap
sistem
yang
dikembangkan.
Suatu
keberhasilan implementasi sistem tidak
hanya ditentukan oleh faktor teknis belaka,
namun juga ditentukan oleh faktor
kompetensi aparatur, pemahaman sistem
akuntansi
keuangan
daerah,
dan
pengawasan internal, sehingga pengelolaan
keuangan daerah dapat dikelola dengan

F hitung

Sig.

6.705

0.001

5.098

0.028

t hitung
-0,571
1,264
3,622
2,258

Sig.
0.570
0,211
0,001
0.028

baik sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Hasil penelitian untuk variabel
kompetensi aparatur pemerintah daerah
menunjukkan bahwa kompetensi aparatur
pemerintah daerah secara parsial tidak
berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah, berdasarkan hasil
penelitian ini diharapkan kabupaten Kediri
hendaknya
lebih
meningkatkan
diadakannya
pelatihan
secara
berkesinambungan setiap periodik, karena
dengan
adanya
pelatihan
yang
berkesinambungan, maka seorang pegawai
akan lebih mudah dalam melaksanakan
tugasnya dan lebih profesional karena
memiliki kompetensi yang memadai.
Temuan penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan kompetensi aparatur pemerintah
daerah terhadap pengelolaan keuangan
daerah tidak mendukung temuan penelitian
yang dilakukan oleh Kimsen, et.al. (2004)
dan Afiah (2004) yang menemukan hasil
yang bertentangan. Hasil yang berbeda ini
kemungkinan
disebabkan
fenomena
dilapangan bahwa pelatihan, pendidikan,
dan
pengalaman
yang
membentuk
kompetensi masih belum melibatkan
seluruh pegawai yang bertugas dan terkait
untuk mengelola keuangan daerah.
Hasil penelitian untuk variabel

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

23

pemahaman sistem akuntansi keuangan
daerah menunjukkan bahwa pemahaman
sistem keuangan daerah secara parsial tidak
berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah, hasil ini menunjukkan
bahwa pada kabupaten Kediri untuk
masalah
kompetensi
masih
kurang
sebagaimana diperkuat dari hasil pengujian
variabel kompetensi dalam penelitian ini.
Temuan penelitian ini sejalan dengan
temuan Tuasikal (2007) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh pemahaman
sistem akuntansi keuangan daerah terhadap
pengelolaan keuangan daerah. Hal ini harus
menjadi perhatian yang serius karena untuk
memahami sistem akuntansi keuangan
daerah haruslah dibangun kompetensi yang
memadai bagi setiap pegawai, tentunya
dengan cara diadakannya pelatihanpelatihan
yang
terstruktur
dan
berkesinambungan, dan bila memungkinkan
dapat ditunjuk konsultan bidang keuangan
daerah guna pendampingan untuk menuju
kepada pengelolaan keuangan daerah yang
benar.
Hasil penelitian untuk variabel
pengawasan internal menunjukkan bahwa
pengawasan
internal
secara
parsial
berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah, hasil ini menunjukkan
bahwa kabupaten Kediri untuk masalah
pengawasan internal sudah cukup memadai
pada pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah. Temuan penelitian ini yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif pengawasan internal terhadap
pengelolaan keuangan daerah mendukung
hasil studi Tuasikal (2007), Pamungkas
(2005) dan Triyuwono dan Roekhuddin
(1998).
Hasil model penelitian 2, untuk
variabel pengelolaan keuangan daerah
menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan
daerah berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah, Temuan hasil penelitian
ini berhasil mendukung temuan hasil studi
Tuasikal (2007), dan Dwianasari et al,
(2004),
yang
menyatakan
bahwa
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah.
Implikasi Hasil penelitian ini secara
umum diharapkan dapat memberi petunjuk

kepada pihak kepala daerah Bupati Kediri
ataupun pihak pejabat yang berwenang,
agar dapat lebih mempertimbangkan
kompetensi aparatur pemerintah daerah
ditinjuau dari sisi pendidikan, pelatihan,
pengalaman,
dan bermoral daripada
mempertimbangkan politik sebagai balas
jasa atas pengangkatan pejabat dalam
menduduki posisi tertentu yang strategis,
sehingga di dalam melakukan pekerjaan
yang
dibebankan
kepada
pegawai
khususnya mengelola keuangan daerah
dapat dijalankan dengan baik dan benar
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian apabila pengelolaan
keuangan daerah dapat dikelola dengan
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
maka hal tersebut dapat meningkatkan
kinerja pemerintah daerah khususnya pada
sektor pemenuhan pelayanan publik yang
benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat
kabupaten Kediri. Disamping itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti kepada kepala daerah dan badan
regulasi lain (Perda) mengenai seberapa
jauh kepatuhan atas ketentuan perundangan
dan pemahamannya sehingga dapat
dijadikan
dasar
untuk
menegakkan
peraturan atau bahkan sebagai dasar untuk
meninjau kembali peraturan yang ada atau
keputusan yang telah diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Afiah, Nunuy Nur. 2004. Pengaruh
Kompetensi
Anggota
DPRD,
Kompetensi
Aparatur
Pemerintah
Daerah, Pelaksanaan Sistem Informasi
Akunansi,
Penganggaran,
serta
Kualitas Informasi Keuangan terhadap
Prinsip-Prinsip
Tata
Kelola
Pemerintah Daerah yang Baik.
Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran Bandung (disertasi).
Awio, Godwin. 2001. Dercentralization and
Budgeting: The Uganda Health Sector
Experience. The International Journal
of Public Sector Management, Vol 14.
No.1.
Boockholdt,
L.J.1996.
Accounting
Information
Systems-Transaction
Processing and Controls. 4th Edition.

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

24

Irwin
Case, E. Fred. 2002. The Budget as a
Measure of the Federal Urban Housing
Programs. The Journal of Finance.
Volume 6.
Dwianasari, Ririn dan Mardiasmo. 2004.
The Effect Of Relationship Between
Budgetary
Participation
And
Decentralization
Structure
On
Managerial Performance Of Local
Government Agencies: The Role of
Organizational
Commitment
As
Intervening Variable. (Empirical Study
On Municipality And Regencies in
Yogyakarta Province). SOSIOSAINS,
17 (4). Hal 655-674.
Freeman, J. Robert and Craig D. Shoulders.
2004. Governmental and nonprofit
Accounting. Pearson Education. Inc.
New Jersey
Ghozali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis
Multivarrate dengan Program SPSS,
Semarang: Universitas diponorogo
Herbert, Leo. Larry N. Killough. and Alan
Walter. 1984. Govermental Accounting
and
Control.
Cole
Publishing
Company.
Hogye, Mihaly.2002. Local Government
Budgeting.Local
Government
and
Public Service Reform Initiative.
Kearns, S. Paula. 1993. The Determinants
of
State Budget Periodicity: An
Empirical Analysis. Public Budgeting
& Finance. Vol. 13 No. 1.
Kimsean, 2004. Analisis Kinerja Pelayanan
Publik pada unit Pelayanan Terpadu
Satu
Atap
Kota
Yogyakarta.
SOSIOSAINS.17(3). Yogyakarta.
Louise,
Kloot.
1999.
Performance
measurement and accountability in
Victorian local government. The
International Journal of Public Sector
Management. Vol. 12
Mahmudi dan Mardiasmo. 2004. Local
Government
Performance
Measurement In The Era Of Local
Autonomy: The Case Of Sleman
Regency Yogyakarta. SOSIOSAINS. 17
(1). Hal 117-133.
Miah, Z. N dan L. Mia. 1996.
Decentralization, Accounting Controls
and Performance of Government

Organizations: A New Zealand
Empirical
Study.
Financial
Accountability & Management. 12 (3),
August.
Neu, Dean. 2000. Accounting and
Accountability Relations: Colonization,
Genocide and Canada’s First Nations,
Accounting, Auditing & Accountability
Journal, Vol. 13. No. 3.
_______________. 2004. Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan
Keuangan
antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
_______________.
2000.
Peraturan
Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000
Tentang Dana Perimbangan.
________________.
2000.
Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000
Tentang
Pengelolaan
dan
Pertanggungjawaban
Keuangan
Daerah.
________________.2000.
Peraturan
Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000
Tentang
Tata
Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
________________. 2004. Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan
Pengelolaan
dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
________________.2005.
Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintah.
Ott, Katarina and Anto Bajo. 2001. Local
Government Budgeting in Croatia On
year after. Institute of Public Finance.
Zagreb.
Pamungkas, Bambang. 2005. Pengaruh
Kualitas
Peraturan
PerundangUndangan,
Penerapan
Akuntansi
Keuangan Sektor Publik dan Penerapan
Pengawasan
Terhadap
Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah dan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah. Program Pascasarjana
Universitas
Padjadjaran
Bandung
(disertasi).
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintah Daerah.
Siegel, Gary. Helene R. Marconi, and Ivana

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

25

A. Setiaone. 1989. Behavioural
Accounting. South-Western Publishing
Co.
Suwardjono 2005. Teori Akuntansi. BPFE.
Yogyarakarta.
Thoha, Miftah. 2004. Perspektif Perilaku
Birokrasi: Dimensi-dimensi Prima
Ilmu Administrasi Negara . Jilid II. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Triyuwono, Iwan dan Roekhuddin. 1998.
Konsistensi
Praktik
Sistem
Pengendalian Intern dan Akuntabilitas
Pada LAZIZ (Studi Kasus di LAZIZ X
Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol 3. No. 2 Juli 2000
Tuasikal,
Askam.
2007.
Pengaruh
Pengawasan,
Pemahaman
Sistem
Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan
Keuangan Terhadap Kinerja Unit
Satuan Kerja Pemerintah Daerah.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor
Publik, Vol.8 No.1, Februari.
Zimmerman, Jerold. 2000, Accounting for
Decision Making and Control. 3rd
Edition.
McGraw-Hill
Higher
Companies.

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Juli 2014

26