EVALUASI KINERJA PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN. pdf
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011 KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas KuasaNya, Makalah yang berjudul Evaluasi Kinerja Pembiayaan Pembangunan Fasilitas Kesehatan (Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan Rumah Sakit Daerah Malang Tahun 2011) ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah Pembiayaan Pembangunan, yang memuat analisis finansial dari pembangunan Rumah Sakit Daerah di Kota Malang yang mengkaji dari sisi sumber pendanaannya, dan besar keuntungannya. Banyak pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Sardjito, MT. selaku dosen pembimbing dalam Penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan makalah.
3. Pihak-pihak lain yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah di masa mendatang. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya.
Surabaya, November 2015
Penulis
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 1 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan kota berjalan seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam kota tersebut. Salah satu perubahan yang terjadi di dalam kota adalah perubahan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari waktu ke waktu. Pertambahan jumlah penduduk tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan fasilitas dan utilitas kota. Dengan semakin bertambahnya penduduk yang tinggal di suatu kota maka fasilitas-fasilitas yang telah ada harus disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dilayaninya. Oleh karena itu diperlukan adanya perencanaan yang cermat sehingga kota dapat menampung penduduk dengan segala aktivitasnya. Salah satu fasilitas umum yang juga menunjang pertumbuhan perkotaan adalah fasilitas kesehatan kota atau rumah sakit.
Luas wilayah dan adanya pertambahan penduduk Kota Malang memiliki kaitan yang erat dengan urgensi penyediaan dan akomodasi pelayanan publik khususnya fasilitas kesehatan. Tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah tentunya di ukur dari peningkatan tingkat kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Beberapa indikator yang menilai derajat kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Kota Malang mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pelayanan kesehatan yang kurang memadai, sosialisasi kesehatan yang kurang, atau tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang kurang.
Melihat hal diatas, upaya-upaya yang dapat dilakukan Pemerintah tentunya adalah dalam hal pengadaan fasilitas kesehatan. Lebih jauh terkait dengan hal ini adalah berkaitan dengan bagaimana kemampuan Pemerintah dari sisi finansial untuk dapat melakukan pembangunan fasilitas kesehatan guna meningkatkan pelayanan dan akomodasi kebutuhan publik. Kemampuan pemerintah dalam pengadaan berbagai fasilitas tentu terbatas, dalam beberapa penyediaan fasilitas publik seperti fasilitas kesehatan pemerintah dapat melakukan berbagai skenario pembiayaan. Dengan skenario tersebut, pemerintah dapat memilih berbagai alternatif strategi guna memaksimalkan pembangunan fasilitas kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan publik.
Kota Malang masih belum memiliki rumah sakit umum daerah yang merupakan fasilitas kesehatan yang ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada skala kota. Saat ini rumah sakit umum yang ada di Kota Malang selama ini adalah milik pemerintah Propinsi (RSSA) dan sisanya adalah milik swasta. Sehingga, untuk memenuhi semakin besarnya tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat yang mengharapkan pelayanan yang cepat, nyaman, efisien,dan efektif, juga masih banyaknya jumlah masyarakat yang belum terlayani masalah kesehatannya, maka direncanakan adanya pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang. Dalam tulisan ini akan disajikan bagaimana strategi maupun beberapa kajian kelayakan dari sisi finansial yang dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam memilih berbagai strategi pembiayaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana permasalahan yang terjadi pada pembiayaan pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang?
2. Bagaimana skenario pembiayaan pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang dan identifikasi alternatif sumber-sumber pembiayaan yang relevan?
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 4 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
1.3. Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembiayaan pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang.
2. Melakukan analisa skenario pembiayaan pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang dan identifikasi alternatif sumber-sumber pembiayaan yang relevan?
1.4. Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini terbatas pada identifikasi bagaimana komponen pembiayaan hingga analisis yang berkaitan dengan bagaimana kelayakan finansial pada pembiayaan pembangunan fasilitas kesehatan. Pembahasan pada dasarnya mencakup substansi yang berkaitan dengan pembiayaan pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang yang meliputi konsep, instrumen, dan strategi-strategi pembiayaan Rumah Sakit Daerah Kota malang.
1.5. Metode Pembahasan
Adapun metode pendekatan dalam penyusunan laporan ini ditempuh melalui 2 (dua) tahapan pokok, yaitu :
Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan kegiatan identifikasi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kasus dalam hal ini pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang. Tahap pengumpulan data ini meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber (artikel/jurnal) yang relevan dalam bentuk tulisan maupun data statistik (angka dan gambar).
Tahap Analisa
Tahap analisa merupakan prediksi terhadap biaya –biaya yang akan dikeluarkan, sumber- sumber pendanaan serta analisa strategi-strategi yang tepat terhadap proses pengembalian modal dalam pembiayaan pembangunan.
1.6. Sistematika Pelaporan BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang dari penulisan makalah ini, rumusan masalah, tujuan sasaran, lingkup pembahasan dan sistematika dari pelaporan makalah ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab yang memuat literatur yang relevan dengan pembahasan-pembahasan pada makalah ini. Literatur tersebut diantaranya adalah mengenai sumber-sumber pembiayaan, analisa capital budgeting, kriteria penilaian investasi dan strategi pembiayaan.
BAB III REVIEW STUDI KASUS
Bab Review Studi Kasus ini memuat tentang gambaran umum dari studi kasus yang dibahas yaitu RSUD Malang. Dalam bab ini dijelaskan mengenai deskripsi kegiatan dan juga kriteria kelayakannya.
BAB IV EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN
Merupakan bab yang mengkaji tentang eksplorasi instrumen pembiayaan yang antara lain merupakan bab inti dari makalah ini. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian struktur
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 5 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
anggaran RSUD Malang, kajian sumber pembiayaan, dan analisis finansial sederhana dari kriteria kelayakan yang ditentukan.
BAB V STRATEGI IMPLEMENTASI
Bab ini berisi tentang strategi implementasi dari sisi finansial/pembiayaannya yang didasari oleh hasil analisis eksplorasi instrumen pembiayaannya. Bab ini memuat tentang skenario penanganan, dan juga pemilihan sumber pembiayaan alternatif yang sesuai dengan studi kasus.
BAB VI PENUTUP
Merupakan bab terakhir pada makalah ini yang berisi kesimpulan serta rekomendasi.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 6 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber-Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan pembangunan merupakan pengalokasian dana yang digunakan untuk pembangunan kegiatan ekonomi, sosial, fisik, dll. Sumber pembiayaan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber pembiayaan konvensional dan sumber pembiayaan non konvensional. Sumber pembiayaan konvensional diperoleh dari pemerintah, yaitu dari anggaran pemerintah seperti APBN/APBD, pajak, retribusi. Sedangkan sumber pembiayaan non-konvensional diperoleh dari gabungan dana pemerintah, swasta, dan masyarakat. Misalnya: zakat, dana pensiun, tabungan masyarakat.
Sumber Pembiayaan Pembangunan
Konvensional Non-Konvensional
Zakat/hibah
Pajak
Non Pajak
Dana pensiun Tabungan Masyarakat Investasi Asing Utang Luar Negeri Perdagangan Internasional
Gambar 1 Diagram Sumber Pembiayaan Pembangunan
Sumber-sumber pembiayaan suatu proyek bergantung pada jenis proyek yang akan direalisasikan. Berikut sumber – sumber dana yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam merealisasikan proyek pada kawasan pengembangan ekonomi terpadu.
2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hubungan antara individu dan masyarakat yang lahir dari kepribadian bangsa Indonesia merupakan dasar yang dianut sistem perekonomian di Indonesia (M. Suparmoko, 1986). Tujuannya mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan tetap mengacu pada trilogi pembangunan dimana setiap tahunnya pemerintah menyusun anggaran. Anggaran ini memuat daftar pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran negara yang direncanakan/dilaporkan setiap jangka waktu satu tahun. Inilah yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
APBN dapat menjadi salah satu sumber pendanaan dalam penyediaan infrastuktur skala besar atau infrastuktur yang memberikan sumbangsih terhadap ekonomi nasional. Untuk besaran anggaran tiap penyediaan infrastruktur berbeda beda, bergantung pada insfrastuktur yang akan dibiayai.
2.1.2 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 7 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Achmad Fauzi (1982), menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan program Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun mendatang, yang diwujudkan dalam satu bentuk uang. Sedangkan menurut Ateng Syafruddin (1993) APBD adalah rencana kerja atau program kerja Pemerintah Daerah untuk tahun kerja tertentu, di dalamnya memuat rencana pendapatan dan rencana pengeluaran selama tahun kerja tersebut.
Sumber pendapatan negara berasal dari penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan (utang luar negeri), sedangkan tujuan pembelanjaan negara terdiri atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Penyusunan APBN dan APBD berdampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, di antaranya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan kestabilan keuangan, menimbulkan investasi masyarakat, memperlancar distribusi pendapatan, dan dapat memperluas lapangan kerja.
2.1.3 Swasta/Investor
Dalam pembiayaan suatu proyek, swasta/investor memiliki peran yang cukup penting, karena Pemerintah belum mampu membiayai proyek-proyek skala besar yang membutuhkan dana besar dengan uang sendiri, sehingga sangat bergantung pada investasi investor.
Ketika Pemerintah memiliki proyek pembangunan pemerintah melakukan lelang proyek tersebut agar diketahui pihak swasta/investor. Sedangkan untuk pihak swasta/investor memiliki kriteria-kriteria tersendiri dalam berinvesatasi pada suatu proyek. Besaran dana yang diinvestasikan- pun beragam, bergantung pada jenis proyek, kemampuan swasta/investor itu sendiri dan karakteristik-karakteristik lainnya yang merupakan prinsip setiap swasta/investor.
2.2 Analisa Capital Budgeting
2.2.1 Pengertian
Modal (capital) merupakan ukuran aktiva tetap yang digunakan dalam sistem produksi. Sedangkan anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg akan datang. Dengan demikian capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap.
Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek- proyek dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal. Penganggaran modal juga merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kelayakan suatu proyek atau investasi modal dalam jangka panjang yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan di masa datang (Peterson, Pamela P.:5,2002).
Penganggaran modal sangat penting dilakukan dalam suatu usaha. Hal ini tidak terlepas dari peran modal sebagai ukuran aktiva tetap suatu perusahaan. Keseluruhan proses pengumpulan, pengevaluasan,penyeleksian dan penentuan alternative penananman modal akan memberikan penghasilan bagi peusahaan untuk jangka waktu yang lama sehingga penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan aktiva. Oleh karena itu kontrol terhadap pengeluaran modal sangat penting.
2.2.2 Tahapan Pengaggaran Modal
Secara umum kegiatan penganggaran modal mencakup dua langkah:
a. Bagaimana mengestimasi aliran kas yang dihasilkan dari investasi tersebut
b. Bagaimana mengevaluasi aliran kas tersebut sehingga bisa diperoleh kesimpulan apakah usulan investasi tersebut layak dilakukan atau tidak. Dari kegiatan tersebut terdapat beberapa langkah penting dalam penganggaran modal antara
lain :
1. Biaya proyek harus ditentukan
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 8 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai akhir aktiva.
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran kas).
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva
6. Terakhir, komparasi nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.
Gambar 2 Diagram Alur Proses Penganggaran Modal Sumber : Capital Budgeting Financial Appraisal Of Investment Project – Cambridge Press
2.3 Kriteria Penilaian Investasi
Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.
4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut. Untuk menilai tingkat profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode non-konvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 9 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR). Ada beberapa kriteria yang bisa dipakai untuk mengevaluasi rencana investasi, yaitu:
a. Payback Period
b. Discounted Payback Period
c. Accounting Rate of Return
d. Net Present Value
e. Internal Rate of Return
f. Profitability Index
2.3.1 Payback Period
Payback Period atau periode pengembalian adalah metode penghitungan yang menunjukkan berapa lama atau berapa tahun investasi akan kembali. Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi tersebut semakin menguntungkan. Atau dengan kata lain semakin kecil waktu payback period, projek tersebut semakin baik. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran invesasi dengan menggunakan proceed atau net cash flow.
Total Investasi
Payback Period =
X 1 tahun
Proceed rata-rata tahunan
Keterangan: Jika payback period > umur ekonomis, Investasi ditolak Jika payback period < umur ekonomis, Investasi diterima
Payback Period memliki kelebihan dan kelemahan yang disajikan dalam table berikut:
Tabel 1 Kelebihan dan Kelemahan Payback Period Kelebihan
Kelemahan
1. Tidak memperhatikan nilai waktu dari yang diperlukan untuk pengembalian
1. Digunakan untuk mengetahui jangka waktu
uang.
investasi dengan resiko yang besar dan
2. Tidak memperhitungkan nilai sisa dari sulit.
investasi.
3. Tidak memperhatikan arus kas investasi yang mempunyai rate of return
2. Dapat digunakan untuk menilai dua proyek
setelah periode pengembalian dan resiko yang sama, sehingga dapat
tercapai.
dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya cepat.
3. Cukup sederhana untuk memilih usul-usul investasi
2.3.2 Accounting Rate of Return (ARR)
Metode ARR menggunakan keuntungan sesudah pajak, dibagi dengan rata-rata nilai baku investasi selama usia investasi. AAR mempunyai kelemahan yang mencolok, yang sama dengan payback period . Pertama, AAR menggunakan ‘input’ yang salah yaitu laba akuntansi, bukannya aliran kas. Input yang salah akan menghasilkan output yang salah juga (garbage in garbage out). Kedua, AAR tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Kemudian besarnya cut-off rate juga tidak mempunyai justifikasi teoritis yang kuat
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 10 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
a. ARR atas dasar Initial Investment
NI = Net Income (keuntungan netto rata-rata tahunan) Io = Initial Outlay (jumlah investasi pada awal periode)
b. ARR atas dasar Average Investment
NI = Net Income (keuntungan netto rata-rata tahunan) Io:2 = Average Invesment (investasi rata-rata)
2.3.3 Net Present Value (NPV)
NPV didefinisikan sebagai selisih antara Present Value dari komponen manfaat dan Present Value komponen biaya. Secara matematis rumusnya adalah sebagai berikut:
NPV = PV B – PV C NPV = �− � ∑
+� Dimana:
PV B = Present Value Benefit Ct = Besaran total dari komponen PV C = Present Value Cost
i = Tingkat suku bunga (%/tahun) Bt = Besaran total dari komponen
t = jumlah tahun
Kriteria NPV : NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam bentuk
present Value
Metode Net Present Value (NPV) memliki kelebihan dan kelemahan yang disajikan dalam table berikut:
Tabel 2 Kelebihan dan Kelemahan Net Present Value Kelebihan
Kelemahan
a. Memperhitungkan nilai waktu
a. Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya dari uang
modal yang relevan selama usia ekonomis
b. Memperhitungkan arus kas
proyek
selama usia ekonomis proyek
b. Jika proyek memiliki nilai investasi inisial yang
c. Memperhitungkan nilai sisa berbeda, serta usia ekonomis yang juga proyek
berbeda, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik
c. Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 11 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
2.3.4 Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat NPV sama dengan nol. IRR sering disebut sebagai laju pengembanlian modal. Kriteria untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah bila IRR-nya lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga). Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan demikian untuk mencari IRR kita harus menaikkan discount factor (DF) sehingga tercapai nilai NPV sama dengan nol. Rumus umum yang digunakan untuk penghitungan IRR adalah sebagai berikut:
At = Cash Flow untuk periode t
i = tingkat bunga (%/tahun) n = periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan atau
IRR I 1
NPV
NPV NPV
Keterangan :
I 1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.
I 2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif
Kriteria penilaian dengan menggunakan metode ini adalah bila nilai IRR yang didapat lebih besar dari tingkat bunga uang yang berlaku dalam masyarakat, maka investasi diterima. Dan sebaliknya, bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat, maka investasi ditolak (H.M. Yacob Ibrahim , 1997:150)
2.3.5 Benefit Cost Ratio (BCR)
Metode ini pada prinsipnya membandingkan semua pemasukan yang diterima (dihitung pada kondisi saat ini) dengan semua pengeluaran yang telah dilakukan (dihitung pada kondisi saat ini). secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
BCR = PV B/PV C
Dimana: Bt = Besaran total dari komponen manfaat proyek pada tahun t Ct = Besaran total dari komponen biaya pada tahun t
i = tingkat suku bunga (%/tahun) t = jumlah tahun
Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak atau tidak setelah melalui metode ini adalah : BCR >1 Artinya investasi layak BCR < 1 Artinya investasi tidak layak.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 12 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
2.4 Strategi Pembiayaan
Strategi pembiayaan adalah rencana yang dikerjakan untuk mencapai objektif keuangan program kerja. Dalam menganalisa dan memilih strategi pembiayaan bisa sangat rumit. Diagram alur berikut ini dapat membantu untuk mengerti proses pembiayaan. Berikut ini merupakan diagram alur strategi pembangunan:
Proyeksi
Anggaran Program Sumber Daya REVISI MINUS SAMA DENGAN jeda
Strategi untuk menigkatkan
Kesinambungan keuangan TIDAK Apakah jedanya YA
keuangan
Mobilisasi sumber daya
Realistis?
efisiensi program kemapanan dana
Akankah Jedanya cukup dikurangi? Pertimbangkan kendala dan
TIDAK YA kesempatan:
REVISI Konteks Negara Konteks sector
pembangunan
Kembangkan Rencana Kerja dan terapkan
Sistem pengelolaan keuangan
Objektof Program
YA Apakah strategi TIDAK strateginya dapat diterapkan?
Gambar 3 Diagram Alur Strategi Pembangunan
Dalam melakukan pembiayaan perlu dipertimbangkan bagaimana strategi pembiayaan dapat diterapkan, apa saja resiko yang ada, apa resiko dan kemungkinan dampak dari pembiayaan tersebut serta siap yang dituju dari pembiayaan tersebut. Strategi tersebut harus relevan, memungkinkan dan spesifik. Dalam strategi pembiayaan yang relevan, memungkinkan dan spesifik tersebut ada beberapa hal yag harus diperhitungkan. Dalam Strategi yang relevan memperhitungkan:
Ukuran dan elemen-elemen jeda pembiayaan, Objektif program Kendala dan kesempatan yang diidentifikasi dalam sebuah penilaian keadaan ekonomi negara
anda yang lebih luas
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 13 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
3. REVIEW STUDI KASUS
3.1. Deskripsi Kegiatan
Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang Tahun 2011 memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna sehingga dapat mewadahi pelayanan spesialitik yang penting. Dalam pembangunan rumah sakit umum yang bermutu harus memiliki standar minimal yang terpenuhi dengan menyesuaikan Pedoman Teknis yang mengatur mengenai kebutuhan sarana fisik pembangunan Rumah Sakit tipe D yang tercantum pada Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2007 tentang standar Pelayanan Rumah Sakit. Berikut adalah rencana cakupan pelayanan yang bermutu dalam memenuhi standar minimal penyelenggaraan rumah sakit umum yaitu :
a) Tersedianya lingkup pelayanan rumah sakit yang mencakup: Pelayanan rawat jalan seperti Poliklinik Umum dan Gigi, Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Poliklinik Spesialis Penyakit Anak, Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam, Poliklinik Spesialis Bedah, dan Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Pelayanan rawat darurat yang mengacu pada jumlah pasien rawat inap dan pasien rujukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD). Unit rawat inap yang mencakup nurse station, rawat reguler, semi intensif, intensif dan isolasi, ruang tindakan, dapur kecil, ruang pembilasan, ruang tunggu, akses darurat, ruang isolasi, gudang, dan ruang tunggu.
b) Tersedianya kebutuhan peralatan medic dan non medic yang terdiri dari pelayanan penunjang medis seperti radiologi dan elektromedik, laboratorium, kamar bedah, kamar bersalin, urin perinatologi, rehabilitasi medic, ruang intensif (ICU), dan unit faramasi, pelayanan penunjang non medic seperti instalasi gizi dan laundry dan binatu, central sterilized supply department (CSSD), instalasi pemeliharaan sarana dan sanitasi rumah sakit (IPSRS), pelayanan administrasi, unit rekam medik, dan unit penunjang pelayanan publik
Dalam pembangunannya, pembiayaan kesehatan pada rumah sakit daerah kota malang memiliki total anggaran yang berasal dari beberapa sumber sebesar Rp 54.175.508.985 pada tahun 2010 dimana sebesar 86,29% yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota. Akan tetapi anggaran pembangunan untuk kesehatan di Kota Malang masih sebesar 4,59% dibandingkan dengan total APBD untuk belanja pembangunan atau belanja langsung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pencapaian target 10% anggaran kesehatan terhadap APBD yang sesuai dengan Pemenkes belum terwujud. Pembangunan rumah sakit ini bekerjasama dengan 13 instansi akan tetapi untuk pembangunan fisiknya merupakan tanggungjawab dari kontraktor. Pembangunan ini memiliki target waktu penyelesaian dalam 4 tahun akan tetapi telah terjadi 4 kali penundaan peresmian rumah sakit.
Lokasi proyek pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang berada di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 1.1 Peta Rencana Lokasi Pembangunan RSD Kota Malang. Penetapan lokasi ini telah disesuaikan dengan arahan pengembangan pembangunan kota dalam rencana tata ruang Kota Malang (RTRW) Tahun 2010-2030 yang menyebutkan bahwa arahan pengembangan fasilitas sosial skala kota diarahkan di BWK Tenggara Kota Malang atau di Kecamatan Kedungkandang. Sesuai dengan yang ditetapkan dalam SK Walikota Malang Nomor 135 Tahun 2011 mengenai penetapan lokasi pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 14 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
yang berada di Kelurahan Bumiayu, luasan lahan yang direncanakan adalah sebesar 12.800 m2. Secara administratif, batasan wilayah Kelurahan Bumiayu yang memiliki luasan sebesar 386 ha adalah sebagai berikut: • Utara
: Kelurahan Mergosono, Kecamatan Kedungkandang • Timur
: Kelurahan Wonokoyo dan Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang • Selatan
: Kelurahan Wonokoyo dan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang
• Barat : Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun
Gambar 4 Wilayah Administratif Lokasi RSUD Malang
Perkiraan biaya yang diperhitungkan dalam rencana pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang tidak hanya dihitung dari biaya pembangunan (pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi), tetapi juga pembiayaan dalam pembelian alat-alat kesehatan dan sumber daya manusia. Tentunya pembiayaan tersebut juga disesuaikan dengan Anggaran Pembangunan untuk Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang ini. Untuk menganalisis pembiayaan dilakukan dengan metode yang paling sederhana yaitu Cash Flow atau aliran uang, yang diproyeksikan untuk lima tahun kedepan sampai tahun 2015, hal ini untuk mengetahui waktu terjadinya titik kembali dan internal rate of return (IRR). Adapun biaya penyelenggaraan rumah sakit atau cash outflow terdiri atas : biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pemeliharaan, sementara untuk cash inflow atau pendapatan operasional berasal dari unit produksi seperti rawat jalan (poli umum, gigi dan spesialis), rawat inap, rawat darurat, tindakan pembedahan, laboratorium, radiologi, apotek, gizi dan penunjang yang lain seperti ambulan, dan pelayanan administrasi yang lain.
3.2. Kriteria Kelayakan
Dalam menilai kelayakan pembangunan, digunakan berbagai kriteria secara komprehensif mulai dari kriteria sosial, lingkungan, fisik dasar hingga ekonomi. Dalam tulisan ini hanya akan mengeksplorasi kriteria kelayakan pembangunan dari aspek ekonomi ataupun kelayakan finansial untuk pembiayaan pembangunan. Untuk melihat apakah pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang ini layak/tidak layak dijalankan maka perlu dilakukan analisis pembiayaan pembangunan Rumah Sakit
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 15 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Daerah Kota Malang. Analisis ini dilakukan dengan cara metode Cash Flow atau aliran uang yang diproyeksikan lima tahun kedepan sampai tahun 2015. Hal ini untuk mengetahui waktu terjadinya titik kembali dan metode Internal Rate of Return (IRR). Adapun biaya penyelenggaraan rumah sakit atau Cash Outflow yang terdiri atas:
1. Biaya investasi
2. Biaya operasional
3. Biaya pemeliharaan Sedangkan untuk Cash Inflow atau pendapatan operasional yang berasal dari unit produksi seperti:
1. Rawat jalan (poli umum, gigi, dan spesialis)
2. Rawat inap
3. Rawat darurat
4. Tindakan pembedahan
10. Pelayanan administrasi Proyeksi pada biaya penyelenggaraan rumah sakit terdiri dari investasi berupa tanah, gedung, alat medik, alat non-medik, IPAL, incen, genset, dan kendaraan yang masing-masing memiliki nilai (Present Value Annuity) PVA 1%. Pembiayaan Cash Outflow jenis arus ulang investasi, operasional, dan pemeliharaan pada tahun 2011 hingga tahun 2015 diperhitungkan total pembiayaan investasi cenderung stagnant (menetap) pada tahun 2014 hingga 2015. Total pembiayaan investasi tersebut pada tahun 2011 sebesar Rp 23.127.833.871, tahun 2012 sebesar Rp 32.176.126.868, tahun 2013 sebesar Rp 27.814.278.930, dan tahun 2014-2015 sebesar Rp 28.004.304.578. Pada pembiayaan Cash Inflow yang mencakup jenis arus ulang operasional dan sewa kendaraan memiliki proyeksi total pembiayaan yang terus meningkat setiap tahunnya. Proyeksi total pembiayaan pada tahun 2011 sebesar Rp 13.875.120.938, tahun 2012 sebesar Rp 15.262.633.032, tahun 2013 sebesar Rp 16.650.145.126, tahun 2014 sebesar Rp 18.037.657.219, dan tahun 2015 sebesar Rp 19.425.169.313. Berikut adalah tabel proyeksi pembiayaan dari tahun 2011 hingga tahun 2015:
Tabel 3 Tabel Proyeksi Pembiayaan Tahun 2011-2015 Tahun
2014 2015 Cash Outflow
No. Jenis Arus Ulang
1 Investasi: Tanah
11.435.523.000 11.435.523.000 Alat medik
2.369.483.634 2.369.483.634 Alat non-medik
15.150.000 15.150.000 IPAL, Incen, Genset
60.600.000 60.600.000 Sub total 1
17.738.956.634 17.738.956.634 2 Operasional: Jasa
3.693.589.114 3.761.988.912 Sub total 2
8.928.253.939 9.093.591.975 3 Pemeliharaan: Gedung
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 16 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Tahun
No. Jenis Arus Ulang
120.820.205 121.993.217 Alat non-medik
Alat medik
9.750.000 10.500.000 IPAL, Incen, Genset
13.780.000 14.040.000 Sub total 3
1.337.094.005 1.361.781.617 Sub total A (1+2+3)
Cash Inflow:
4 Operasional: Pembedahan
1.069.087.500 1.151.325.000 Pelayanan medik
1.690.227.500 1.820.245.000 Penunjang medik
682.024.688 734.488.125 Apotek (netto)
548.923.782 591.148.688 Sub total 4
18.022.057.219 19.408.369.313 5 Sewa kendaraan
15.600.000 16.800.000 Sub total 5
15.600.000 16.800.000 Sub total B (4+5)
18.037.657.219 19.425.169.313 Total B-A
Sumber: Hasil perhitungan tahun 2011
Selain itu, dalam mengukur atau menilai pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Malang menggunakan beberapa kriteria penilaian yaitu NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan Pay Back Period.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 17 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
4. EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN
4.1. Kajian Struktur Anggaran
Menurut studi kelayakan RSUD Malang, pembiayaan pembangunan rumah sakit daerah Malang bersumber pada pembiayaan konvensional. Sumber pembiayaan konvensional berarti, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah. Untuk fasilitas kesehatan keseluruhan Kota Malang sampai dengan tahun 2010, anggaran untuk fasilitas kesehatan adalah Rp 54.175.508.985 dimana sebesar 86,29% bersumber pada APBD Kota. Anggaran pembangunan untuk kesehatan di Kota Malang masih sebesar 4,59% dibandingkan dengan total APBD untuk belanja pembangunan/belanja langsung. Oleh karena itu, pencapaian 10% anggaran APBD untuk Kota Malang belum tercapai. Sehingga, pembangunan Rumah sakit umum Kota Malang tidak dapat dilakukan secara langsung dan dikerjakan secara bertahap. Metode anggaran yang digunakan untuk pembangunan rumah sakit daerah Kota Malang dilakukan setiap tahun dengan sumber pembiyaan utama pemerintah dan anggaran dilakukan selama 5 tahun dengan kegiatan yang tidak terakomodasi sepenuhnya. Pembiayaan pembangunan rumah sakit daerah Kota Malang secara bertahap dapat dilihat lebih rinci pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 Pembiayaan Pembangunan RSUD Malang secara bertahap Tahun 2011-2015
Indikator Observasi
Uraian Penanggung
Tahun
2014 2015 Biaya Investasi
6.303.433.634 6.303.433.634 Kota Malang
Biaya Bappeda operasional
Kota Malang
Dinas Kesehatan
Feasibilty dan Bappeda
Studiy Kota Malang
Dinas Pembangunan
Kesehatan Knstruksi(seba
dan Dinas
gian) Pekerjaan Umum Penetapan Kelembagaan (Peraturan
Dinas Daerah,
Kesehatan, Struktur
Organisasi RS Hukum, dan Peraturan
Bagian Daerah
Organisasi Retribusi Tarif RS) Dinas
Penyusunan UKL/UPL
Kesehatan
dan BLH Dinas Penyusunan
Kesehatan Masterplan
dan Bappeda
Kota Malang Recruitment
Dinas Kesehatan
dan BKD Pempebasan
SDM
Dinas Lahan
Kesehatan,
Tambahan Bappeda
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 18 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Indikator Observasi
Penanggung
Tahun
Uraian jawab
2014 2015 Kota Malang dan Dinas perumahan Dinas
Pembangunan Kesehatan dan Dinas
11.435.523.000 11.435.523.000 Fisik Lanjutan Pekerjaan
Umum Pemindahan
Dinas Kantor
Kesehatan, Kelurahan
Dinas yang ada du
Perumahan
lokasi bagian eksisting (1000
pemerintaha m2)
n Dinas
Penyusunan Kesehatan ANDAL/LALIN
dan Dinas
Perhubungan Biaya
Dinas Pemeliharaan
1.337.094.005 1.361.781.617 Total Biaya yang dikeluarkan
per tahun
Dilihat dari pembiayaan yang telah dianggarkan dalam 5 tahun, pembangunan Rumah sakit daerah Kota Malang bersumber pada anggaran pemerintah atau APBD.
4.2. Kajian Sumber Pembiayaan
Secara umum, sumber pembiayaan yang digunakan dalam pembangunan RSUD Malang dalam studi kasus adalah berasal dari anggaran mandiri pemerintah atau APBD. Namun dalam hal ini, perlu dikaji dan dieksplorasi sumber-sumber pembiayaan yang berdasarkan teori dapat diimplementasikan pada studi kasus pembangunan. Sumber pembiayaan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber pembiayaan konvensional dan sumber pembiayaan non konvensional. Sumber pembiayaan konvensional adalah sumber-sumber penerimaan yang diperoleh oleh pemerintah (pembiayaan publik). Secara
dikelompokkan menjadi dua (Mangkoesoebroto, 2001), yaitu:
umum sumber-sumber
penerimaan
pemerintah
1. Sumber pembiayaan konvensional yang berasal dari pajak, misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan pajak-pajak daerah lainnya. Pada sumber ini, ketika masa operasi disertai tahap pembangunan, sumber pembiayaan yang paling mungkin adalah berasal dari pajak rumah sakit.
2. Sumber pembiayaan konvensional yang berasal dari bukan pajak, misalnya dari retribusi daerah, dana perimbangan (dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus), APBN/APBD, BUMN/BUMD dan lain-lain. Dalam sumber pembiayaan ini, yang paling mungkin dapat diterapkan adalah berkaitan dengan retribusi parkir maupun retribusi lainnya selama masa pembangunan dan operasional.
Sedangkan sumber pembiayaan non-konvensional diperoleh dari gabungan dana pemerintah, swasta, dan masyarakat. Misalnya: zakat, dana pensiun, tabungan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah:
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 19 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Gambar 5 Diagram Sumber Pembiayaan Pembangunan
Studi kasus ini, proyek pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan rumah sakit di daerah Kota Malang. Dilihat dari jenisnya, fasilitas kesehatan ini termasuk government goods atau lebih identic dengan barang yang dikelola pemerintah. Sehingga, sumber pembiayaan yang paling memungkinkan adalah sumber pembiayaan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari segala pembiayaan yang diperlukan untuk pembangunan dibiayai oleh pemerintah yang dimana sumbernya berasal dari APBN dan APBD.
Dalam pembangunan rumah sakit ini dapat juga dibiayai dari sumber pembiayaan non konvensional. Sumber pembiayaan yang dapat dilakukan melalui kekayaan (equality financing) yaitu:
1. Usaha Patungan Joint venture merupakan kerjasama antara swasta dan pemerintah dimana masing- masing pihak mempunyai posisi yang seimbang dalam perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama kerjasama ini adalah untuk memadukan keunggulan yang dimiliki oleh sektor swasta dengan keunggulan yang dimiliki oleh sektor pemerintah.
2. BOT (Build, Operate, Transfer) Build, operation, transfer atau bangun, guna dan serah merupakan bentuk konsesi dengan pengertian swasta membangun, mengoperasikan dan memperoleh pendapatan dari suatu fasilitas selama jangka waktu tertentu yang disepakati. Selama masa konsesi, fasilitas atau infrastruktur yang dibangun dan dioperasikan diserahkan kepada pemerintah.
3. BOO (Build Own Operate) Investror akan membangun proyek di atas tanah miliki pemerintah daerah, setelah selesai, proyek langsung dihibahkan kepada pemerintah daerah dan investor dapat mengoperasikan bangunan tersebut dalam jangka waktu tertentu.perusahaan swasta tetap memiliki hak terhadap terhadap proyek tersebut setelah masa konsesi. Perusahaan swasta kemudian dapat mengalihkan pengoperasian fasilitas infrastruktur kepada perusahaan lain atau terus mengoperasikannya sendiri.
4. Sewa (Leasing)
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 20 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Dalam pola ini, pemerintah menyewakan fasiltas untuk dioperasikan oleh swasta dengan fee tertentu. Swasta tentunya menanggung resiko komersial dan resiko lainnya yang mungkin terjadi. Tanggung jawab pemerintah adalah pada asset-aset tetap dan membayar utang jangka panjang untuk proyek terkait. Fasilitas tersebut akan dikembalikan lagi kepada pemerintah setelah batas waktu perjanjian berakhir.
4.3. Analisis Finansial Sederhana
Analisis finansial sederhana dilakukan untuk mensimulasikan bagaimana kelayakan proyek pembangunan dari sisi finansial. Pada dasarnya analisis ini melihat bagaimana tingkat keuntungan yang mungkin didapatkan oleh rumah sakit ketika sudah beroperasi. Tingkat keuntungan ini kemudian dibandingkan dengan berbagai ukuran pengeluaran investasi yang dikeluarkan selama proses pembangunan. Selanjutnya akan diketahui bagaimana kelayakan investasi pada proses pembangunan. Adapun dalam melakukan analisis ini digunakan beberapa asumsi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Beberapa alat ukur yang digunakan dalam analisis ini antara lain NPV (Net Present Value), Net B/C, IRR (Internal Rate of Return) dan simulasi lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemilihan sumber pembiayaan yakni dengan mengetahui nilai payback period. Berikut ini adalah skema penanganan kasus dalam pembangunan RSUD Malang :
Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang, Adapun Skema Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang ialah sebagai berikut:
Lokasi Pembangunan RSD Kota berada di wilayah yang disesuaikan dengan rencana tata ruang Kota Malang yang tercantum dalam kebijakan RTRW Kota Malang Tahun 2010-2030. Berdasarkan rencana pola ruang dan struktur ruang Kota Malang, maka diketahui bahwa arahan pengembangan Kota Malang akan diarahkan pada bagian Selatan – Tenggara Kota Malang.
Sehingga lokasi Pembangunan RSD berada di Kecamatan Kedungkandang. Lokasi tepat proyek pembangunan RSD Kota Malang ialah di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang. Di perkuat dengan dikeluarkan nya SK Walikota Malang No. 135 Tahun 2011 mengenai penetapan lokasi pembangunan RSD Kota Malang.
Luas Lahan yang direncanakan untuk dilakukan Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota
Malang ialah 12.800 m 2 .
Waktu Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang berlangsung selama lima tahun mulai dari tahun 2011 sampai 2015. Pembangunan konstruksi Rumah Sakit Daerah Kota Malang dibawah tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum. Dan pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang ini juga melibatkan Bappeda Kota Malang, BLH, BKD, Dinas Perumahan, Dinas Perhubungan, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, dan Bagian Organisasi, tentu dengan tugas dan wewenang masing-masing.
Melakukan Analisa-analisa yang diperlukan seperti: o Melakukan analisa kebutuhan pelayanan di masa mendatang berdasarkan kondisi
Demografis, Sosio-Ekonomi, Derajat Kesehatan, dan Kondisi pelayanan kesehatan eksisting. Melakukan analisa tingkat kepuasan penduduk dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (rumah sakit) dari bebagai aspek seperti tingkat pemanfaatan sarana, mutu, dan tingkat efisiensi pelayanan. Indikator standar yang biasa digunakan ialah pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata hari perawatan (ALOS), rata-rata tempat tidur yang dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR), dan persentase pasien yang meniggal setelah 48 jam dirawat (NDR).
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 21 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
o Melakukan analisa kebutuhan sarana dan peralatan kesehatan dimasa mendatang. Hal ini mencakup kebutuhan sarana dan fasilitas fisik seperti Tipe Rumah Sakit yang akan
dibangun. Maupun rencana lingkup pelayanan seperti Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap dan Unit Rawat Inap. Serta kebutuhan peralatan medic dan non-medic.
o Kemudian melakukan kajian Alternatif lokasi yang dilihat dari kondisi lokasi tapak, kondisi fisik lahan, dan aksesibilitas. Serta dilakukan juga analisa kesesuaian pembangunan dengan
kebijakan o Melakukan kajian dampak lingkungan rencana kegiatan pembangunan Rumah Sakit
Daerah Kota Malang dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut
Tabel 5 Tahapan Kegiatan Pembangunan RSUD Malang
Tahap
Kegitan
Pra kontruksi
1. Survei lapangan dan pengukuran
2. Pembebasan dan penyiapan lahan
Kontuksi
1. Pembuatan dan pengoperasian Kantr Proyek dan Base
Camp
2. Mobilitas Tenaga kerja
3. Mobilitas alat berat
4. Pengangkutan material
5. Pekerjaan tanah
6. Pekerjaan pondasi
Pasca
kontruksi
1. Pelayanan medis, keperawatan dan kebidanan, penunjang
2. Pengelolaan sampah
3. Pengelolaan limbah cair
4. Pengelolaan limbah klinis
o Selanjutnya melakukan kajian ekonomi, terhitung dari pembiayaan pembangunan gedung dan juga pembelian alat-alat kesehatan dan sumber daya manusia. Untuk itu
dilakukan analisa dengan metode Cash Flow atau aliran uang, yang diproyeksikan hingga lima tahun mendatang. Serta dilakukan kajian Legalitas, Manajemen dan SDM.
o Berikut ringkasan bagan skema pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang Berdasarkan Kajian Studi Kelayakan Pembangunan RSD Kota Malang Tahun 2011.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 22 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Gambar 6 Diagram Skema Pembangunan RSUD Malang
Adapun beberapa asumsi yang digunakan untuk melakukan analisis finansial sederhana sebagai lanjutan pendalaman dari skema penanganan kasus antara lain :
- Nilai investasi total diperoleh berdasarkan nilai investasi yang telah dijelaskan pada BAB sebelumnya dimana komponen pembiayaan terdiri dari Biaya investasi, Biaya operasional dan Biaya pemeliharaan dengan nilai total sebesar RP 103.177.294.958 (biaya investasi dan pemeliharaan)
- Jangka waktu perhitungan kelayakan investasi adalah selama 20 tahun sesuai dengan jangka
waktu RTRW pada wilayah yang merupakan lingkup wilayah lokasi pembangunan RSUD Malang. Adapun tahun 0 adalah tahun 2011 dan tahun akhir adalah tahun 2030.
- Proses pembangunan berlangsung selama 5 tahun secara bertahap dimana masa operasional
sudah berlangsung sejak tahun 0, artinya sudah terjadi pemasukan. - Nilai biaya operasional merupakan nilai cash inflow yang didapatkan sejak masa awal
pembangunan. Nilai cash inflow setelah 5 tahun didapatkan berdasarkan nilai pertambahan cash inflow 5 tahun pertama dengan rumus aritmatika. Begitu juga dengan nilai biaya pemeliharaan setelah 5 tahun proses pembangunan.
- Nilai faktor diskon yang digunakan adalah 10% dan pembandingnya adalah 25%. - Dalam simulasi, dilakukan juga perhitungan IRR dan Payback Period guna mengetahui
kemungkinan skenario pembiayaan lainnya seperti pinjaman investasi. Berikut ini adalah hasil perhitungan untuk beberapa alat ukur kelayakan investasi.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 23 Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Tabel 6 Perhitungan Kelayakan Menggunakan NPV 10 % dengan Skenario Pembiayaan 100 % berasal dari APBD
Interest Tahun
Tahun
Biaya Investasi
NPV Ke
Keterangan Pembiayaan
Pemeliharaan
Total Outflow
Cash Inflow
Net Benefit
(Konstruksi dll)
0 Biaya Internal APBD
1 Biaya Internal APBD
2 Biaya Internal APBD
3 Biaya Internal APBD
4 Biaya Internal APBD
NPV > 1 LAYAK
Sumber : Analisis, 2015
MATA KULIAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN | 24
Perencanaan Wilayah dan Kota | 2015 |
Studi Kasus: Studi Kelayakan Pembangunan RSUD Kota Malang Tahun 2011
Berdasarkan analisis NPV dengan faktor diskon nilai kedepan 10% dan masa analisis kelayakan adalah 20 tahun, didapatkan bahwa pembangunan RSUD Malang tersebut dapat menghasilkan nilai kini bersih sebesar Rp 120.287.309.442. Nilai ini berdasarkan kriteria NPV > 1, maka dapat dikatakan pembangunan RSUD Malang layak untuk diusahakan pembangunannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan sumber pembiayaan menggunakan Anggaran Daerah, pembangunan RSUD ini untuk 20 tahun kedepan layak menjadi salah satu prioritas pembangunan utama guna meningkatkan pelayanan publik pada bidang kesehatan.
Tabel 7 Perhitungan Kelayakan Menggunakan BCR dengan Faktor Diskon 10 % dan Skenario
Pembiayaan 100 % berasal dari APBD
Tahun Keterangan Pembiayaan
NPV Ke
Net Benefit
Interest Rate 10%
0 Biaya Internal APBD
1 Biaya Internal APBD
2 Biaya Internal APBD
3 Biaya Internal APBD
4 Biaya Internal APBD
LAYAK Sumber : Analisis, 2015
BCR > 1
Berdasarkan hasil perhitungan dengan kriteria net BCR atau Net B/C didapatkan nilainya adalah sebesar 3,4425 dimana nilai ini tentu saja > 1. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari kriteria ini pembangunan RSUD Malang layak untuk diusahakan. Adapun secara harfiah bahwa setiap satuan biaya yang dikeluarkan pada pembangunan RSUD Malang akan menghasilkan sebesar 3,4425.
Tabel 8 Perhitungan Kelayakan Menggunakan IRR dengan Faktor Diskon 10 % dan Pembanding
25 % (Untuk simulasi pembiayaan dengan skenario pinjaman bank 100 %)