Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Anak T

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN KELUARGA
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Terhadap Terbentuknya Generasi Muda
Dosen Pembimbing Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd

Disusun Oleh:
Arif Putra Wicaksana 15102241048

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua pada Anak Terhadap Terbentuknya Generasi Muda.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Dengan ini saya berharap semoga makalah tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
pada Anak Terhadap Terbentuknya Generasi Muda ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Juni 2017

Arif Putra Wicaksana

ABSTRAK
Proses perkembangan dan perubahan pada tiap individu terutama pemuda memiliki
banyak tantangan. Tantangan tersebut salah satunya berasalah dari faktor lingkungan, yang
mempengaruhi proses pendewasaan. Apabila generasi muda tidak mampu menghadapi
tantangan maka akan timbul kasus-kasus krisis moral seperti kenakalan remaja, tawuran, seks
bebas yang menyebabkan banyaknya pasangan muda hamil di luar nikah, bullying,
pencurian, pembunuhan, hingga yang paling kecil yaitu rokok dan alkohol yang mulai
merambah ke anak-anak dan remaja. Sehingga makalah ilmiah ini bertujuan untuk
memaparkan apa saja jenis pola asuh bagi anak, memandang pola asuh mana yang baik bagi
anak untuk diterapkan oleh orang tua, serta pengaruh pemberian pola asuh terhadap

terbentuknya generasi muda.
Makalah ini akan membahas mengenai jenis-jenis pola asuh yang bisa diterapkan oleh
orang tua dalam mengasuh anak-anaknya. Di antara lain, pola asuh otoriter, pola asuh
penelantaran, pola asuh permisif, dan pola asuh demokrasi. Menurut beberapa teori yang
digunakan dan hasil penelitian yang ada, pola asuh yang baik untuk diterapkan kepada anak
adalah pola asuh demokrasi. Karena pola asuh ini dapat memberikan kebebasan pada anak
tanpa melupakan kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilakukan anak. Sehingga
pemberian pola asuh akan mendidik, membimbing, mendisiplinkan serta melindungi anak
sehingga memungkinkan anak untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya. Selain itu pola
asuh berguna untuk mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia. Fase ini
berproses ke arah perkembangan dan perubahan – perubahan yang bersifat
transisional. Dalam peruses inilah setiap individu pemuda akan selalu berhadapan
dengan tantangan-tantangan baik yang timbul dari proses pertumbuhan
kepribadiannya maupun tantangan yang muncul dari lingkungannya. Factor
lingkungan mempengaruhi proses pendewasaan yang berpangkal tolak dari

lingkungan keluarga dan juga lingkungan masyarakat.
Di zaman sekarang, banyak permasalahan yang melanda rakyat Indonesia.
Salah satunya yang menyasar pada generasi muda bangsa Indonesia. Dimana generasi
muda bangsa Indonesia pada saat yang mengalami krisis moral. Kasus kasus seperti
kenakalan remaja, tawuran, seks bebas yang menyebabkan banyaknya pasangan hamil
diluar nikah, bullying, pencurian, pembunuhan, hingga yang paling kecil dimana
rokok dan alkohol mulai merambah ke anak anak dan para remaja.
Kasus kasus seperti diatas kini bahkan sudah bukan menjadi hal yang jarang
terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia pada saat ini.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja jenis jenis pola asuh ?
2. Bagaimana pola asuh yang baik untuk anak ?
3. Bagaimana pengaruh pola asuh terhadap terbentuknya generasi muda ?
C. Tujuan
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk menyadarkan pembaca bahwa
pentingnya kita mengetahuin bagaimana mengasuh anak, karena faktor terkecil yang
mempengaruhi terbentuknya moral atau sikap generasi muda dimulai dari bagaimana
generasi tersebut dididik di dalam keluarga.

KAJIAN TEORI

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi, membimbing, membina, dan
mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan menjadikan anak
sukses menjalani kehidupan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Euis (2004:18) “Pola asuh
merupakan serangkaian interaksi yang intensif, orangtua mengarahkan anak untuk memiliki
kecakapan hidup”. Sedangkan (Maccoby dalam Yanti, 2005:14) mengemukakan istilah pola
asuh orangtua untuk menggambarkan interaksi orangtua dan anak-anak yang didalamnya
orangtua mengekspresikan sikapsikap atau perilaku, nilai-nilai, minat dan harapan-harapanya
dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan Khon Mu’tadin ( 2002)
menyatakan bahwa pola asuh merupkan interaksi antara anak dan orangtua selama
mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan serta melindungi anak sehingga memungkinkan anak untuk mencapai tugastugas perkembangannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orangtua adalah proses interaksi orangtua dengan anak dimana orangtua mencerminkan sikap
dan perilakunya dalam menuntun dan mengarahkan perkembangan anak serta menjadi
teladan dalam menanamkan perilaku.
Pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan
masalah “Nilai” hal ini sering lebih merupakan pengertian ideologis dan cultural dari pada
pengertian ilmiah, misalnya “Pemuda harapan bangsa” dan “pemuda pemilik masa depan”
dan lain sebagainya yang kesemuanya itu merupakan beban moral bagi pemuda untuk
memberikan konstribusi pada masa depan masyarakat bangsa Indonesia. Tetapi dilain pihak
pemuda menghadapi persoalan-persoalan yang akut seperti narkoba, kenakalan remaja, dan

terbatasnya lapangan kerja.
Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa yang
dimaksud pemuda adalah;
a) Dilihat Dari Segi Biologis
Bayi
: 0-1 tahun
Anak
: 1-12 tahun
Remaja
: 12-15 tahun
Pemuda
: 15-30 tahun
Dewasa
: 30 tahun ke atas
b) Dilihat dari segi budaya
Anak
: 0-12 tahun
Remaja
: 13-18 tahun
Dewasa

: 18-21 tahun ke atas
c) Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua.
Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang
diambil antara 18-22 tahun.

a) Dilihat dari ideologis politis, maka generasi muda adalah calon pengganti dari
generasi terdahulu, dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan kadang-kadang
sampai umur 40 tahun.
b) Dilihat dari umur, lembaga dan ruang lingkup tempat diperoleh ada 3 kategori:
Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih ada di bangku sekolah.
Mahasiswa, usia antara 18-25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan tinggi.
Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 15-30
tahun.
Berdasarkan pengelompokan diatas, maka yang dimaksud dengan pemuda adalah
golongan manusia berusia muda antara 15-30 tahun.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis jenis pola asuh.
Menurut Baumrind (dalam Santrock 2002: 257-258) ada empat macam

bentuk pola asuh adalah sebagai berikut: Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk
pola asuh yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan
aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau
mengemukakan pendapat sendiri.. Anak dijadikan sebagai miniatur hidup dalam
pencapaian misi hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shapiro(1992:27) bahwa
“Orangtua otoriter berusaha menjalankan rumah tangga yang didasarkan pada struktur
dan tradisi, walaupun dalam banyak hal tekanan mereka akan keteraturan dan
pengawasan membebani anak”.
Baumrind juga mengatakan bahwa pola asuh otoritatif atau demokrasi, pada
pola asuh ini orangtua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri namun masih
memberikan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.
Musyawarah verbal dimungkinkan dengan kehangatan-kehangatan dan kasih sayang
yang diperlihatkan. Anak-anak yang hidup dalam keluarga demokratis ini memiliki
kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan menunjuk perilaku yang terpuji.
Shapiro (1999:28) mengemukakan “Dalam hal belajar orangtua otoritatif
menghargai kemandirian, memberikan dorongan dan pujian. Berdasarkan pendapat
para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan penerapan pola asuh
autoritatif indentik dengan penanaman nilai-nilai demokrasi yang menghargai dan
menghormati hak-hak anak, mengutamakan diskusi ketimbang interuksi, kebebasan
berpendapat dan selalu memotivasi anak untuk menjadi yang lebih baik.

Pola asuh penelantaran adalah pola asuh dimana orang tua sangat tidak
terlibat dalam kehidupan anak, orangtua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan
bahwa aspek-aspek lain kehidupan orangtua lebih penting dari pada anak-anak.
Dimana orangtua lebih cenderung membiarkan anak-anaknya dibesarkan tanpa kasih
sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Sedangkan yang dimaksud
dengan pola asuh orang tua permisif dimana pada pola asuh ini orangtua sangat
terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun menetapkan sedikit batas atau
kendali terhadap anak mereka. Orangtua cenderung membiarkan anak-anak mereka
melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan perilakunya serta tidak
mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.
Selanjutnya Shapiro (1999:127-128) mengemukakan bahwa “orangtua
permisif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung
sangat pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi
ketidak patuhan”. Orangtua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan
sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya
berkembang sesusai dengan kecenderungan alamiahnya. Sedangkan Covey (1997:45)

menyatakan bahwa “orangtua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung ingin
selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam mengenai standar
dan harapan, tanpa komitmen peribadi untuk disiplin dan bertanggungjawab.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola
asuh orang tua yang permisif, tidak dapat menanamkan perilaku moral yang sesuai
dengan standar sosial pada anak. Karena orangtua bersifat longgar dan menuruti
semua keinginan anak. Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa
masingmasing dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua juga akan menghasilkan
macammacam bentuk perilaku moral pada anak. oleh karena itu orang tua harus
memahami dan mengetahui pola asuh mana yang paling baik dia terapkan dalam
mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
B. Pengaruh pola asuh terhadap anak.
Bentuk pola asuh permisif, dalam mengasuh anak-anak orang tua menerapkan
aturan tapi aturan yang diterapkan itu tidak pernah di jalankan, setiap ada keinginan
selalu dipenuhi dan saat anak melakukan kesalahanpun dianggap biasa karena anak
masih belum mengerti karena usia anak masih cukup dini. Yang menhasilkan perilaku
anak yang kurang baik, dan menunjukkan sikap suka menang sendiri dan
berbicarapun dengan intonasi dan bahasa yang tidak enak didengar.
Shapiro (1999:127-128) mengemukakan bahwa “orangtua permisif berusaha
menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat pasif ketika
sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak patuhan”.
Orangtua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas
bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya berkembang sesusai dengan

kecenderungan alamiahnya.
Shocib (1998:14) menyatakan bahwa pola pertemuan antara orang tua sebagai
pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orangtua mengarahkan
anaknya sesuai dengan tujuan yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan
dasar-dasar perilaku moral. Orangtua dan anak sebagai pribadi dan pendidik dapat
mengelola bentuk
pola asuhnya dalam menanamkan perilaku moral dan
mengembangkan segala aspek pada anak sesuai dengan tempat, situasi dan kondisi
yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang saya jadikan acuan, bahwa bentuk pola asuh
demokrasilah yang paling dominan diterapkan oleh orang tua yang menjadi informan
dalam penelitian ini, walaupun ada yang menerapkan peraturan seperti halnya
orangtua otoriter, tapi mereka masih memberikan penjelasan kepada anaknya
mengapa anak harus mematuhi peraturan itu, begitu juga halnya dengan informan
yang menerapkan pola asuh permisif. Meskipun aturan yang diberikan sangat minim
namun pada kesempatan an tertentu dia juga mengharuskan anaknya mematuhi
peraturan yang ditetapkannya melalui penjelasan ataupun pilihan yang diajukan
kepada anak.

Bentuk pola asuh demokratis juga memberikan aturan kepada anaknya dan

menuntut anak untuk mematuhinya, namun dalam menerapkan aturan orang tua
menyertainya dengan penjelasan yang menggunakan kata-kata yang baik dan mudah
dipahami, sehingga anak tidak merasa keberatan untuk mematuhi atau menjalankan
aturan atau larangan yang diterapkan itu.
Dalam memberikan larangan atau menerapkan aturan, orang tua diharapkan
menggunakan pilihan untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada anaknya,
sehingga anak merasakan larangan atau aturan itu bukan lagi larangan peraturan yang
terpaksa dia ikuti melainkan tanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Menurut Natuna (2007:145) bahwa seperti halnya orangtua otoriter, orang tua
demokratis juga memiliki seperangkat standar dan aturan yang jelas, ia juga menuntut
anak untuk memetuhi segala aturan tersebut, perbedaannya adalah orangtua gaya ini
menerapkan peraturan tersebut melalui pemahaman bukan paksaan. Orangtua
demokratis berupaya menyampaikan peraturan-peraturan tersebut disertai penjelasan
yang dapat dimengerti.
Bentuk pola asuh otoriter, orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter,
dimana dalam mengelola pola asuhnya beliau menerapkan banyak aturan yang harus
dipatuhi oleh anak dan memberi hukuman kepada anak ketika anak melanggar aturan
tersebut. Hukuman yang diberikan dapat berupa dikuranginya uang jajan, waktu
bermain atau tidak dizinkan bermain keluar rumah.
Menurut Natuna (2007:145) bahwa anak-anak dari keluarga pola asuh otoriter
menunjukkan beberapa kesulitan tertentu dalam berperilaku. Mereka yang dibesarkan
dalam keluarga otoriter cenderung kurang memperlihatkan rasa ingin tahu dan
emosiemosi yang positif serta cenderung kurang bisa bergaul. Hal ini disebabkan oleh
sikap orangtua yang terlalu keras dan membatasi rasa ingin tahu anak dengan
menerapkan berbagai aturan yang apabila dilanggar akan mendapatkan hukuman.
C. Pengaruh pola asuh terhadap generasi muda.
Pola asuh yang diterapkan orang pada anaknya memilik dampak yang sangat
signifikan terhadap terbentuknya kepridadian anak. Kepribadian yang kurang baik
pada anak karna disebabkan pola asuh yang diterapkan orang tuanya juga akan
berdampak pada lingkungan bermain anak. Maka dari itu ada kaitan yang sangat erat
terhadap terbentuknya generasi muda dengan kepribadian anak yang dihasilkan dari
pola asuh yang diterapkan orang tua.
Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang tua dalam mendidik
anaknya, diantaranya :
a. Memaksakan kewajiban tanpa memberi pemahaman
Anak seringkali diberikan perintah atau bahkan larang oleh orang tuanya tanpa
anak diberikan pemahaman tentang perintah atau pemahaman kenapa harus menuruti
perintah tersebut.

b. Menyikapi perilaku anak hanya dengan satu pola
Anak akan selalu berkembang baik sikap, perilaku hingga kepribadiannya.
Maka dari itu orang tua tidak bisa menerapkan satu pola saja dalam mendidik anak.
Diharap orang tua dapat memahami sehingga dapat menyesuaikan pola mana yang
tepat untuk dipakai.
c. Enggan menerapkan sikap disiplin
Terlalu memanjakan anak dari pola asuh permisif merupakan suatu hal yang
salah dalam mendidik anak. Orang tua juga harus dapat mendidik atau menerapkan
sikap disiplin kepada anak.
d. Tidak menggunakan siasat nafas panjang saat menyikapi kesalahan anak
Ketiadaan perilaku edukatif dalam menyikapi anak dan adanya perilaku buruk
seperti marah, membentak, reaktif, dan menyakiti sukup untuk menumpuhkan sikap
apriori, membangkang, frustasi, permusuhan, tertutup (introvert), pasif, dengki, dan
lain lain pada jiwa anak.
e. Tidak berupaya mengetahui motif anak berbuat salah
Ada beberapa motif dan alasan yang mendorong anak untuk berbuat
kesalahan. Namun, karena banyaknya orang tua yang tidak mengetahui dan tidak
memahaminya, sehingga orang tua menyikapi kesalahan kesalahan anaknya dengan
cara yang tidak tepat.
f. Selalu menerima syarat yang diajukan anak
Menerima syarat yag diajukan oleh anak agar ia mendapat imbalan atas segala
sesuatu yang memang harus dilakukan atau ditinggalkan akan membuat anak tidak
mau melakukan kewajiban atau meninggalkan hal hal buruk kecuali jikan anak
mandapatkan imbalan.
g. Berlebihan dalam berjanji kepada anak
Memberikan janji pada anak untuk memotivasi sang anak merupakan hal yang
diperbolehkan. Tetapi, tidak boleh berlebihan terutama memberikan janji pada anak
terhadap tidakan yang sudah semestinya anak lakukan (kewajiban) dan terhadap hal
yang harus ditinggalkan.
h. Menghukum anak atas perilaku baiknya
Seringkali orang tua tidak menyadari akan perbuatannya yang menghukum
anak atas perilaku yang dilakukan oleh anak, padahal belum tentu yang dilakukan
anak merupakan hal yang tidak baik untuknya. Biasanya orang tua terlampau ego
tanpa melihat dari sudut pandang lain.
i. Tidak menghukum perilaku buruk anak

Sikap pantang memberikan hukuman, baik fisik maupun hukuman lainnya,
terhadap kesalahan yang diperbuat oleh anak adalah kesalahan besar. Meskipun
dengan alasan “namanya juga masih anak anak”.
j. Memberikan isyarat negatif
Isyarat negatif yang diberikan pada anak baik secara lisan ataupun perbuatan
dalam menilai diri anak akan sangat mempengaruhi pada perkembangan psikologi
anak. Anak akan merasa dihantui oleh penilaian orang tua terhadap dirinya.
k. Membandingkan seorang anak dengan anak lainnya secara tidak adil
Membandingkan anak dengan anak lainnya baik saudaranya maupun anak
orang lain secara tidak adil dan tidak tepat, dapat mengahcurkan konsep diri si
anakdan menangkap segala perbandingan itu secara negatif.
l. Memberikan standar ganda
Apa yang telah orang tua ajarkan terhadap anak seperti kejujuran,
tanggungjawab serta nilai agama maka orang tua harus dapat mencerminkan apa yang
telah diajarkan pada sikap dan perbuatan.
m. Tidak memenuhi kebutuhan kasih sayang dan cinta anak
Kesalahan yang berkembang adalah anggapan bahwa rasa cinta indentik
dengan memenuhi kebutuhan fisik, berupa pakaian, makanan, dan lain lain. Padahal
cinta hakiki yang tidak disadari kebanyakan orang tua adalah emosi dan pemahaman.
n. Tidak memerhatikan patokan patokan dalam memberikan sanksi fisik
Orang tua perlu mempunyai patokan atau standar pada kesalahan yang
dilakukan oleh anak. Kesalahan seperti apa yang harus diberikan hukuman secara
fisik, sehingga sanksi secara fisik diharap menjadi pilihan terakhir dalam memberikan
sanksi.
o. Tidak memerhatikan perbedaan individual dalam mendidik anak
Anak diciptakan dengan segala keunikan dan perbedaan dengan anak lainnya,
baik fisik maupun karakter kejiwaan. Maka dari itu orang tua harus mampu
memahami dan mengoptimalkan apa yang ada pada diri anak.
p. Tidak bertahap dalam berinteraksi dengan anak

Dalam menyikapi berbuatan yang dilakukan oleh anak haruslah dilakukan
secara bertahap tidak langsung memberikan sanksi, seperti dimulai dari dinasihati,
kemudia diberi hukuman psikologis, barulah diberikan sanksi fisik.
q. Menghina, melecehkan, dan diskriminasi dalam memperlakukan anak

Sikap orang tua seperti itu akan sangat mempengaruhi perkembangan
psikologis anak. Menyebabkan anak menjadi pendiam dan minder atau penakut. Maka
dari itu perkataan orang tua haruslah sangat dijaga dalam mendidik anak.
r. Tidak kompak dalam cara mendidik
Tidak kompaknya antara kedua orang tua dalam mendidik anaknya akan
menimbulkan sikap kebingungan anak. Anak menjadi sulit membedakan mana yang
benar dan mana yang salah.
s. Tidak melibatkan anak dalam membuat aturan
Anak juga perlu dilibatkan dalam pembuatan peraturan yang akan diterapkan
pada anak. Karena saat anak terlibat dalam membuat peraturan maka anak akan
berusaha menghormati dan mematuhi peraturan tersebut.
t. Bersikap negatif dan salah terhadap anak
Perbuatan salah tersebut dilakukan orang tua karena kurangnya pemahaman
orang tua terhadap anaknya sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Jenis-jenis pola asuh yang bisa diterapkan oleh para orang tua yaitu pola asuh
otoriter, pola asuh penelantaraan, pola asuh permisif, dan pola asuh
demokratis
2. Pola asuh yang baik bagi anak yaitu jenis pola asuh demokratik. Yaitu orang
tua yang tidak terlalu mengekang anak dengan segala aturan yang orang tua
buat, membebaskan anak namun tidak melupakan tanggungjawab yang harus
anak penuhi.
3. Pengaruh pola asuh terhadap generasi muda yaitu dimana masih kurangnya
pemahaman orang tua terhadap pola asuh yang diterapkan pada anak
sehingga menyebabkan kesalahan dalam mendidik anak dan menghasilkan
anak tumbuh dengan kepribadian yang kurang baik dalam menjadi generasi
penerus bangsa.
B. Saran
Bagi para pembaca, khususnya orang tua, sekiranya dapat menerapkan pola
asuh dengan jenis demokratis. Karena pola asuh ini tidak terlalu membebankan
kepada anak, dimana anak masih diberi kebebasan untuk mengembangan diri sesuai
apa yang anak inginkan. Namun masih memegang tanggungjawab sebagai anak yang
harus dipenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Al-hamd,

muhammad. 2000. Kesalahan Mendidik Anak, Bagaimana
Diterjemahkan oleh: Abu Barzani. Jakarta: Gema Insani.

Terapinya.

Citro, RI Suhartini. 1980. Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara.
Dimas, Muhammad Rasyid. 2005. 20 Langkah Salah dalam Mendidik Anak. Diterjemahkan
oleh: Tate Qomaruddin. Bandung: PT Syamil Cipta Media.
Dwiyani, V. 2004. 11 Langkah Menjadi Sahabat Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua : dalam Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta
Digilib.uinsby.ac.id. 2009. Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan
Islam Non Formal di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
Diunduh dari digilib.uinsby.ac.id pada hari Sabtu, 17 juni 2017 pukul 12.04 WIB
Ejournal.kopertais4.or.id. 2015. Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak.
Diunduh dari ejournal.kopertais4.or.id pada hari Minggu, 18 Juni 2017 pukul
09.28 WIB.
Ejournal.unp.ac.id. 2015. Bentuk Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Perilaku Moral
Pada Anak Usia di Kecamatan Ampek Angkek. Diunduh dari ejournal.unp.ac.id
pada hari Sabtu, 12 Juni 2017 06.52 WIB

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65