LAPORAN PRAKTIKUM TPT H P T

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
ASPEK HAMA PENYAKIT TANAMAN
KOMODITAS KEDELAI (Glycine max L.)

Oleh
Fernando Sihombing

125040200111218

Erlina Eka Putri

125040201111076

Elda Kurniawati

125040201111261

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi
bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe.
Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500
tahun yang lalu di Asia Timur. Dalam budidaya kacang kedelai sering terjadi
kerusakan yang diakibatkan oleh OPT dikerenakan pengendalian hama yang kurang
baik. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa daun berlubang. Akibat dari itu dapat
menimbulkan intesintas penyakit yang tinggi. Penyakit tersebut dapat disebabkan
oleh berbagai patogen.
Dalam mengendalikan perkembangan hama tersebut kita dapat memanfaatkan
peranan musuh alami dari OPT tersebut. Dengan memanfaatkan secara maksimal
peranan dari musuh alami tersebut kita dapat menjaga stabillitas produksi tanaman
tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan terhadap tanaman agar tidak
terserang hama guna mengurangi intensitas penyakit pada tanaman kedelai.

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman (TPT) ini dilakukan untuk memberikan
pengetahuan dan bekal kepada mahasiswa agar kelak ketika sudah lulus sarjana bisa
mengembangkan tanaman dengan hasil yang baik dengan meningkatkan kualitas
tanaman dan menurunkan intesitas penyakit terutama pada tanaman kedelai. Selain
itu juga, sebagai salah satu syarat lulus dari mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit pada setiap verietas
yang berbeda dan mengetahui cara pengendalian dari hama-hama tersebut.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit pada setiap varietas
yang berbeda dan mengetahui cara pengendalian dari hama-hama tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Intensitas Penyakit dan Metode Perhitungan Intensitas Penyakit
2.1.1 Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat
kerusakan tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang
dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. (Pracaya, 1993)
2.1.2 Metode Perhitungan Intensitas Penyakit

Untuk mengetahui tingkat keparahan serangan penyakit ada beberapa
metode perhitungan antara lain sebagai berikut:
Tabel 1. Sistem skoring keparahan penyakit pada tanaman kacang tanah.
Skor (nilai)
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kriteria
Tidak ada gejala
Daun menguning (hanya indikasi tanaman sakit)
Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis 45%
Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis 5 mm
Tanaman mati

(Sastrahidayat, 2011)
∑ ( n. v )
I = N . Z x 100 %

Keterangan: I = Tingkat serangan (%),
n = jumlah skor yang sama,
v = nilai skor,
N=jumlah sampel yang diamati,
Z = nilai skor tertinggi
Tabel 2. Sistem skoring penyakit
Nilai skala

Tingkat kerusakan tanaman (%)

0
1
2
3
4
5


Tidak ada gejala serangan
> 0 – 20
> 20 – 40
> 40 – 60
> 60 – 80
> 80 – 100
(Lologau, 2006)

Pada dasarnya, jenis serangan penyakit dibedakan menjadi dua metode
yaitu metode non sistemik dan metode sistemik, sehingga rumus
penghitungan intensitas serangan adalah sebagai berikut:
a. Non Sistemik ( Tidak Menyeluruh)

∑ ( nxv )
I = N x Z x 100 %
Keterangan :
I = Intensitas serangan ( % )
n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori skala kerusakan yang
sama

v = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi
N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati
b. Sistemik (menyeluruh)
a
I = x 100 %
b
I = Tingkat serangan (%),
a = jumlah tanaman yang terserang,
b = jumlah tanaman yang diamati

2.2 Definisi Musuh Alami
Musuh alami adalah organism yang ditemukan di alam yang dapat
membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat

mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari
serangga. (Hadi,2010)
2.2.1 Predator
Predator adalah serangga yang dalam hidupnya membunuh dan
memakan sejumlah mangs. ( Kasumbogo 2007)

2.2.2 Parasitoid
Menurut Manjabal (2008), Parasitoid adalah serangga yang stadia
pradewasanya memparasit pada atau ada di dalam tubuh serangga lain,
sedangkan imago hidup bebas menjadikan nektar dan embun madu
sebagai makanannya.
2.2.3 Patogen Serangga (Entomopatogen)
Patogen adalah mikroba atau mikroorganisme seperti virus, bakteri,
prion, atau jamur yang menyebabkan penyakit pada hewan atau tanaman
inang. Ada beberapa substrat termasuk jalur dimana patogen dapat
menyerang inangnya, salah satunya adalah tanah. (Madigan dkk, 2006 )
2.2.5 Mikroorganisme Antagonis Penyakit
Menurut Thom (2012), agens antagonis merupakan mikroorganisme
yang menyebabkan mati, rusak, atau terhambatnya pertumbuhan
mikroorganisme penyebab penyakit tanaman (seperti: Gliocladium spp,
Trichoderma

spp.

Pseudomonas


Flourescent

Indofit(PF),

Corynebacterium sp., dst )
2.3 Mekanisme Peranan Musuh Alami
Menurut Tien (2009), musuh alami merupakan organisme yang
ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan
serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan
mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi
jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu
serangga. Musuh alami mempunyai peran positif, yaitu mengendalikan OPT.
Serangga hama dan patogen penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan
musuh alami seperti predator, parasitoid, entomopatogen dan antagonis.

Mekanisme kerjadari predator, parasitoid dan pathogen berbeda-beda,
dimana predator bekerja langsung memangsa musuhnya, parasitoid bekerja secara
perlahan-lahan membunuh musuhnya dengan menjadi parasite pada musuhnya
sedangkan pathogen bekerja dengan menginfeksi musuhnya .Seperti yang kita
ketahui bahwa Hama adalah binatang dalam populasi tertentu mengganggu

tanaman budidaya yang menyebabkan kerugian pada produksi tanaman, dengan
adanya musuh alami maka populasi hama ini dapat ditekan atau dikendalikan
sehingga ini menguntungkan dalam menjaga stabilita sproduksi tanaman karena
berkurangnya OPT yang dapat menurunkan stabilitas produksi tanaman.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Metodologi Pengamatan Intensitas Penyakit
a. Alat :
-

Gunting

: untuk mengambil sampel daun tanaman yang terserang

penyakit
-

Plastik


: sebagai wadah sampel daun yang terserang penyakit

-

Kamera

: mendokumentasikan sampel daun yang terserang penyakit

-

Alat tulis

: menghitung intensitas penyakit

b. Bahan
-

:

Tanaman yang terserang penyakit : sebagai bahan pengamatan


c. Cara kerja

d. Analisa Perlakuan
Pada pengamatan intensitas penyakit dilapang, siapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Kemudian amati jenis dan gejala penyakit pada tanaman
contoh secara acak sebanyak 10 tanaman. Ukur dan nilai intensitas kerusakan
tanaman dengan cara estimasi. Skala kerusakan yang digunakan adalah mulai

0-4. Kemudian catat hasil dan dokumentasikan, lalu hitung intensitas
kerusakan menggunakan rumus IP yang telah ada.
3.2 Metodologi Pengambilan Sampel Arthropoda
a) Alat :
-

Plastik

: sebagai tempat serangga yang tertangkap

-

Kamera

: untuk dokumentasi serangga

-

Alat Tulis

: untuk menulis hasil identifikasi

b) Cara Kerja :

c) Analisa Perlakuan
Pada pengambilan sampel arthropoda, hal pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan, kemudian gunakan sweep net atau pun
dapat diambil langsung menggunakan tangan untu mengambil arthropoda yang
ditemukan, kemudian masukkan kedalam plastic dan amati jenis serta
karateristik serangga menggunakan buku determinan atau literature lainnya.
Dokumtasikan serangga yang ditemukan kemudian catat hasil identifikasi.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penyakit yang Ditemukan
Nama Penyakit

Keterangan

Gambar Penyakit

Penyakit Karat

Pada

daun

terdapat

Daun

bercak-bercak.

(Phakopsora

ini berkembang ke daun-

pachyrhizi)

daun di atasnya. Warna

Bercak

bercak coklat kemerahan
seperti

warna

karat.

Bentuk bercak bersudut
banyak.

Bercak

terlihat

pada

juga
bagian

batang dan tangkai daun.

Penyakit Virus Mosaik

Terjadi pada tulang daun

(SMV)

yang masih muda dan
tidak

nampak

jelas.

Daun

terlihat
berkerut-

kerut dan warna menjadi
sedikit lebih gelap. Tepi
daunnya
klorosis.

mengalami

4.2 Data Intensitas Penyakit
a. Pengamatan Minggu ke-1
∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/ Skala
Kerusakan TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9
0
9
6
11
6
4
8
9
5
9
1
3
2
3
4
TOTAL DAUN 9
6
14
6
4
8
9
5
9

TC 10

13

13

b. Pengamatan Minggu ke-2
∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/ Skala
Kerusakan TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9
0
18
14
29
12
9
13
22
17
12
1
2
4
2
3
3
4
4
3
TOTAL DAUN 18
14
32
12
9
13
26
24
12

TC 10

24

24

c. Pengamatan Minggu ke-3
∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/ Skala
Kerusakan TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9
0
19
17
31
17
11
27
36
16
19
1
4
2
2
4
3
3
4
4
3
TOTAL DAUN 19
14
36
17
11
27
44
23
19

TC 10

24

24

d. Pengamatan Minggu ke-4
∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)
Kategori/ Skala
Kerusakan TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9
0
15
22
38
21
18
29
41
20
22
1
4
5
3
6
2
4
2
3
2
4
6
4
3
8
TOTAL DAUN 19
22
43
26
18
32
49
34
30

4.4 Grafik Presentase Penyakit

Grafk IP Tiap Mingggu
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%
Minggu 1

Minggu 2
TC 1
TC 6

TC 2
TC 7

Minggu 3
TC 3
TC 8

TC 4
TC 9

Minggu 4
TC 5
TC 10

TC 10

29
5

34

Total Kerusakan Tanaman Tiap Minggu
Intensitas penyakit (IP)

12.00%
10.00%
8.00%
TC
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

4.5 Pembahasan Intensitas Penyakit
Intensitas kerusakan yang terjadi pada tanaman kedelai dikarenakan penyakit
karat daun akibat jamur Phakospora pachyrhizi dan penyakit virus mosaik. Pada
tanaman kedelai yang kami tanam menunjukkan gejala penyakit virus mosaic lebih
banyak dibanding penyakit karat daun. Hal ini dapat dikarenakan virus dapat
menular secara mekanis, terbawa oleh biji tanaman sakit dan oleh beberapa macam
kutu daun. Pada pengamatan intensitas penyakit dilakukan empat kali pengamatan
yang dimulai pada Minggu ke-2. Pada pengamatan pertama, intensitas penyakit
sangat jarang ditemukan, kecuali pada tanaman contoh 3. Tanaman contoh 3
mengalami kerusakan 21%. Pada pengamatn kedua, intensitas penyakit mulai
meningkat menjadi 3 tanaman, yaitu tanaman contoh 3 sebanyak 12,5%; tanaman
contoh 7 sebanyak 15,3%; dan tanaman contoh 8 sebanyak 16,6%. Kemudian untuk
pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan ketiga, intensitas penyakit mulai stabil
karena tanaman yang terserang tidak bertambah dan juga berkurang, akan tetapi
tingkat kerusakan yang dialami menjadi lebih parah dibanding seblumnya. Untuk
pengamatan terakhir, jumlah tanaman yang terserang penyakit bertambah menjadi 7
tanaman, yaitu tanaman contoh 1 memiliki intensitas penyakit sebanyak 21%;
tanaman contoh 3 sebnyak 10,4%; tanaman contoh 4 sebnyak 19,2%; tanaman

contoh 6 sebanyak 9,3%; tanaman coontoh 7 sebanyak 13,6%; tanaman contoh 8
sebanyak 19,12% dan tanaman contoh 9 sebanyak 13,3%.
Intensitas penyakit pada tanaman kedelai yang kami tanam mengalami
peningkatan, meskipun demikian ada beberapa tanaman yang intensitas
kerusakannya pada daun berkurang, hal ini kemungkinan dapat dikeranakan
pengendalian yang dilakukan. Pengendalian yang selama ini dilakukan hanya
pembumbunan dan pemotongan tangkai ataupun daun yang telah terserang. Akan
tetapi, metode yang dilakukan kurang maksimal sehingga penyakit masih dapat
menyerang. Pada grafik juga dapat dilihat bahwa total kerusakan tanaman yang
terjadi paling banyak adalah pada tanaman contoh 3 yaitu sebesar 55,9%.
Menurut Marwoto dkk (2006), Soybean Mozaic Virus (SMV) dapat
menginfeksi tanaman kacang-kacangan salah satunya adalah kedelai. Virus SMV
tidak aktif pada suhu 55-70°C dan tetap infektif pada dau kedelai kering selama 7
hari pada suhu 25-33°C. Partikel SMV sukar dimurnikan kaena cepat mengalami
agregasi. Penyakit ini dapat menyerang melalui benih yang telah terinveksi dan
juga serangga vector yaitu Aphis sp. Pengendalian penyakit ini dengan cara
mengurangi sumber penularan virus, menekan serangga vector serta menanam
varietas toleran. Sedangkan untuk penyakit karat daun, epideminya didorong oleh
panjangnya waktu daun dalam kondisi basah. Perkecambahan spora dan penetrasi
spora membutuhkan air bebas. Kondisi yang lembab yang panjang dan periode
dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan sporulasi. Penyebaran
urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada saat hujan. Patogen ini tidak
ditilarkan melalui benih. Pengendalian penyakit ini dapat dengan cara menanam
variestas tahan dan aplikasi fungisida.

4.6 Identifikasi Arthropoda yang ditemukan

Nama Hama
Ulat Jengkal

Keterangan
a.Ciri-cirinya

Klasifikasi
yaitu

ulat

(larva)

berwarna

hijau

dengan garis-garis
putih

di

sisinya

kemudian

cara

jalannya

seperti
spesies

Pengamatan:

Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Chrysodeixis
Spesies: Chrysodeixis

menjengkal.
b. Jumlah

Kingdom: Animalia

Gambar
Gambar

chalcites

Gambar
Literatur:

yang ditemukan 3.
c. Arthropoda
berperan

sebagai

hama

dengan

memakan
Ulat

ini

daun

pada tanaman.
a. Ciri-cirinya adalah
berwarna

(Annonymousa, 2013)

Kindom: Animalia

Penggulung

ulat

Daun

hijau pucat hingga

Class: Insect

krem dengan garis

Ordo: Lepidoptera

hitam

melingkar

Family: Pyralidae

serta

berukuran

Genus: Lamprosema

kecil.
b.

Jumlah

Phylum: Arthropoda

Gambar
Pengamatan:

Spesies:Lamprosema
spesias

indicata

Gambar Literatur:

yang ditemukan 2.
c. Arthropoda ini
berperan sebagai
hama
(Marwoto dkk, 2006)

Belalang

a.Ciri-cirinya

yaitu

Kingdom: Animalia

Gambar

Kayu

berwarna

coklat

Filum

: Arthropoda

memiliki

sepasang

Kelas

: Insecta

antena memiliki dua

Ordo : Orthoptera

mata

Famili :Acrididae

majemuk,2

pasang sayap dan 3

Genus: Valanga

pasang kaki.

Spesies: Valanga

b.Jumlah spesies yang

nigricornis

ditemukan satu.
c.Arthropoda

Pengamatan:

Gambar Literatur:
ini

berperan

sebagai

hama.

(Nurhudda, 2012)

Belalang
Hijau

a.Ciri-cirinya

yaitu

Kingdom: Animalia

Gambar

berwarna

hijau

Phylum: Arthropoda

Pengamatan:

memiliki

sepasang

Kelas: Insecta

antena memiliki dua

Ordo: Orthoptera

mata majemuk, 2

Family: Acrididae

pasang sayap dan 3

Genus: Atractomorpha

pasang kaki.

Species:

b.Jumlah

yang

ditemukan ada dua.
c.Arthropoda
berperan

Atractomorpha
crenulata

Gambar Literatur:

ini
sebagai

hama.

(Fikri, 2012)

Kumbang
Kubah
M

Spot

a.Ciri-cirinya

adalah

memiliki

sayap

Filum

depan (elitra) lebih

Kelas

tebal

Ordo

dari

sayap

Kingdom : animalia,
:

arthropoda,
: insekta

:

coleoptera,

belakang, berwarna

Famili

merah

Genus : menochillus,

sedikit

:

carabidae,

Gambar
Pengamatan:

oranye dan sayap

Spesies:

memiliki

sexmaculatus.

bintik-

Menochillus
Gambar Literatur:

bintik dengan ada
garis seperti huruf
M.
b.Jumlah spesies yang
ditemukan 2.
c.Arthropod
berperan

ini

(Annonymousb, 2011)

sebagai

musuh alami yaitu
predator.
4.7 Pembahasan Arthropoda
Pada lahan, kami menemukan 5 arthropoda yaitu ulat jengkal, ulat penggulung
daun, belalang kayu, belalang hijau, dan kumbang kubah spot M. Kami
menemukan arthropoda ini tidak dengan jumlah yang banyak. Hampir semua
arthropoda yang kami temukan berperan sebagai hama yang merugikan baik dalam
segi kualitas maupun kuantitas. Hanya saja, kami menemukan kumbang kubah spot
M yang memiliki pearan sebagai musuh alami.
Ulat Jengkal yang kami temukan selama pengamatan berjumlah 3, ulat ini
berperan sebagai hama yang memiliki relung atau niche pada daun. Hama ini
menyerang dengan cara memakan daun tanaman. Hama ini merupakan hama
penting pada tanaman kedelai yang kehadirannya merugikan produksi tanaman.
Menurut Marwoto dkk (2006), mekanisme penyerangannya denga cara memakan
daun dari arah pinggir sehingga mengakibatkan yang tersisa hanya tulang daun,
keadaan ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong.
Ulat penggulung daun yang kami temukan selama pengamatan berjumlah 2,
ulat ini menyerang daun tanaman dengan cara menggulung daunnya. Hama ini
termasuk hama penting tanaman kedelai sehingga dampak kehadirannya akan
merugikan. Marwoto dkk (2006) menyatakan bahwa mekanisme penyerangannya
adalah ulat ini membentuk gulungan daun dengan merekatkan daun yang satu
dengan yang lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat yang dihasilkannya.
Didalam daun, ulat memakan daun sehingga hanya tersisa tulang daunnya saja.

Belalang kayu yang ditemukan selama pengamatan hanya satu sedangkan
untuk belalang hijau ditemukan berjumlah 2 . Belalang ini menyerang dengan
memakan daun tanaman kedelai. Akan tetapi belalang kayu dan belalang hijau
bukanlah hama penting pada tanaman kedelai. Hama ini dapat dikatakan hama
sekunder yaitu hama yang tidak selalu muncul di pertanaman tertentu, tetapi apabila
kondisi lingkungan menguntungkan, maka populasi hama tersebut dapat
menimbulkan masalah.
Arthropoda terakhir yang kami temukan adalah kumbang kubah spot M.
Arthropoda ini memiliki peran sebagai musuh alami yaitu predator pada hama
Aphis sp. akan tetapi kami tidak menemukan adanya hama tersebut. Kumbang
kubah spot M yang ditemukan cukup banyak dibanding arthropoda sebelumnya
yaitu berjumlah 3. Kumbang kubah spot M menyerang inangnya dengan cara
memakannya.

Dampak

kehadiran

dari

musuh

alami

ini

adalah

dapat

menguntungkan bagi para petani dan dapat mengurangi populasi hama. Jika musuh
alami ini tidak ada maka populasi hama akan semakin bertambah dan akan semakin
merugikan baik dalam segi kualitas maupun kuantitas.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyakit
penting yang dapat menurunkan hasil produktivitas tanaman kedelai adalah
penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) dan penyakit virus mosaic (SMV).
Intensitas penyakit pada tanaman kedelai yang diamati dari hari ke hari dapat
semakin meningkat apabila tidak dilakukan pengendalian dan pencegahan secara
maksimal. Hama yang ditemukan adalah ulat jengkal, ulat penggulung daun,
belalang kayu dan belalang hijau. Sedangkan untuk musuh alami yang ditemukan
adaah kumbang kubah spot M. Hama yang intensitas penyerangannya besar adalah
ulat jengkal.

DAFTAR PUSTAKA
Annonymousa.2013. Gambar Ulat Jengkal (Online), http://planthospital.blogspot.com.
Diakses 8 desember 2013.
Anonymousb. 2011. Gambar Kumbang (Online), http://1.bp.blogspot.com/IMG_06561
JPG. Diakses 7 Desember 2013.
Fikri. 2012. Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata) (Online), http://www.flickriver.
com/places/Indonesia/West+Java/Suka+Sirna/. Diakses 8 Desember 2013.
Hadi. 2010. Musuh Alami (Online), http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/
musuh-alami-pada-serangga/. Diakses 7 Desember 2013.
Kasumbogo, Untung. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Lologau, Baso Aliem. 2006. Tingkat Serangan Lalat Pengorok Liriomyza huidobrensis
(Banchard) dan Kehilangan Hasil pada Tanaman Kentang. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
Manjabal.2008. Pengendalian Hayati (Online), http://manjabal41.blogspot.com
/2008/06/pengendalian-hayatiistilah.html. Di akses 7 Desember 2013.
Marwoto dkk. 2006. Hama, Penyakit, dan Masalah Hara Pada Tanaman Kedelai
(Identifikasi dan pengendaliannya). Bogor: Puslitbangtan
Nurhudda. 2012. Belalang Kayu (Online), http://florafaunaindonesia.blogspot.com
/2012/05/belalang-goreng.html. Diakses 8 Desember 2013.
Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastrahidayat, R. I. 2011. Epidemologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. Malang: UB Press
Universitas Brawijaya.
Thom. 2012. Agen Antagonis (Online), http://agenhayati.wordpress.com/tag/agenantagonis/ Diakses 7 Desember 2013
Tien. 2009. Mekanisme Peranan Musuh Alami (Online), http://www.scribd.com/doc
/190054032/3-Mekanisme-Peranan-Musuh-Alami. Diakses 8 Desember 2013.