BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi - Hubungan Antara Risiko Yang Diukur Dengan Metode Value At Risk (Var) Terhadap Imbal Hasil Reksa Dana Saham Di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

  Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang datang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Tandelilin (2010:5), alasan seseorang melakukan investasi antara lain:

  1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa mendatang 2.

  Mengurangi tekanan inflasi 3. Dorongan untuk menghemat pajak

  Menurut Frensidy (2013:35), investasi terbagi 2 (dua), antara lain: 1.

  Investasi real asset, yaitu investasi dalam bentuk pembelian asset yang berbentuk emas, tanah, dan properti.

  2. Investasi financial asset, yaitu investasi dalam bentuk porsi ekuitas seperti, deposito, saham, reksa dana, dan ETF Menurut Elton et al. (2011:29) bahwa investasi dalam asset financial terbagi atas 2 (dua) kategori, yaitu:

  1. Investasi langsung (Direct investing) Investor membeli secara langsung satu atau beberapa dari instrumen yang berbeda pada instrumen keuangan, seperti: instrumen pasar uang, instrumen pasar modal, dan instrumen derivatif.

2. Investasi tidak langsung (Indirect Investment)

  Sebagai alternatif, seorang investor dapat berinvestasi melalui perantara, dengan beberapa instrumen yang diinvestasikan secara langsung dan sudah memiliki portofolio pada aset keuangan, seperti: reksa dana.

2.2 Reksa Dana dan Karakteristik Reksa Dana

2.2.1 Reksa Dana

  Pengertian reksa dana menurut Undang-Undang dan beberapa ahli: Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27 adalah “Wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi”.

  “Mutual fund is financial institutions that pool the financial resources of

individuals and companies and invest in diversified portfolio of assets”( Saunders

et al ,. 2011:128).

   “The investor can instead choose to invest indirectly by purchasing the

share of investment companies. A mutual fund holds a portfolio of securities

usually in line with a stated policy and objective” (Elton et al,. 2011:35).

  “Reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun pasar uang” (Tandelilin, 2010:18).

  “Reksa dana adalah nama untuk perusahaan investasi terbuka yang mengelola dana dari masyarakat” (Bodie et al, 2006: 146).

  Ada tiga hal yang terkait dalam definisi tersebut, yaitu: adanya dana dari masyarakat pemodal, dana tersebut diinvestasikan dalam bentuk portofolio efek, dan dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang dalam reksa dana merupakan dana bersama dari pemodal , sedangkan manajer investasi dipercayakan untuk mengelola dana tersebut.

2.2.2 Karakteristik Reksa Dana

  Karakteristik reksa dana menurut Simatupang (2010:218) adalah sebagai berikut: 1.

  Investasi Dana dalam Bentuk Portofolio Produk reksa dana merupakan suatu produk investasi yang unik yang berbeda dengan investasi lainnya, dimana manajer investasi yang telah menghimpun dana dari investor hanya dapat menginvestasikan dana tersebut ke dalam bentuk efek yang tercatat di pasar modal. Berbeda dengan lembaga keuangan lain, seperti perbankan. Ketika perbankan menghimpun dana dari masyarakat, dan masyarakat melakukan investasi dalam bentuk deposito, tabungan, dan giro. Seluruh dana tersebut bebas untuk diinvestasikan oleh perbankan ke sektor apa saja.

2. Dana Pengelolaan Relatif dalam Jumlah Besar

  Pada umumnya setiap penawaran atau penerbitan reksa dana kepada publik, total nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana rata-rata bernilai 500 miliar, jumlah ini cukup fleksibel dan efektif untuk melakukan diversifikasi terhadap portofolio aset reksa dana yang diinginkan apabila dibandingkan dengan dana yang relatif terbatas yang dimiliki investor perorangan yang melakukan sendiri investasi secara langsung terhadap suatu saham.

  3. Dikelola Manajer Investasi dan Bersifat Terbuka Dengan peraturan Kep.19/PM/1996 tentang pengelolaan reksa dana baik bentuk perseorangan maupun Kontrak Investasi Kolektif (KIK), sepenuhnya hanya dapat dilakukan oleh manajer investasi yang telah memperoleh izin dari Bapepam-LK. Adanya persyaratan bahwa manajer investasi melakukan pengelolaan maka akan mampu memberikan prospektif bagi pertumbuhan suatu kinerja reksa dana.

  Dengan kombinasi antara keahlian manajer investasi serta pengelolaan dana yang cukup besar maka memudahkan mobilisasi dan fleksibiltas yang tinggi bagi manajer investasi dalam memilih dan menempatkan efek-efek didalam portofolio aset reksa dana serta sehingga dengan demikian produk reksa dana akan memberikan prospek keuntungan bagi investornya. Persyaratan lain dalam pengelolaan reksa dana ialah pengelolaan instrumen ini harus bersifat terbuka, khususnya bagi reksa dana terbuka. Nilai aktiva bersih harus dihitung setiap hari dan hasilnya diinformasikan oleh manajer investasi. Sehingga para investor mengetahui seberapa besar NAB yang

  4. Nilai Aktiva Bersih Sebagai Satuan Nilai Aset Reksa Dana Ukuran dari portofolio reksa dana adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net

  Asset Value (NAV). Dengan demikian kinerja dari reksa dana dapat dilihat

  dari suatu NAB masing-masing reksa dana yang menjadi satuan dari nilai aset suatu reksa dana. NAB suatu reksa dana berfluktuasi walaupun tidak sesering dan sebesar fluktuasi dari saham. Secara umum NAB suatu reksa dana sangat tergantung pada kinerja sekuritas yang menjadi portofolio dari reksa dana bersangkutan yaitu apabila harga pasar dari aset-aset yang menjadi portofolio reksa dana mengalami kenaikan, maka nilai aktiva bersih reksa dana juga mengalami kenaikan begitu juga sebaliknya. Selanjutnya para investor juga perlu memahami bahwa total NAB suatu reksa dana secara otomatis akan mencerminkan NAB per unit penyertaan yaitu total NAB dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang beredar (outstanding). Dalam Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 angka 29 menjelaskan bahwa: Unit penyertaan adalah suatu ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak dalam investasi portofolio kolektif. Sesuai dengan ketentuan bahwa unit penyertaan dinilai sebesar Rp 1.000,- pada hari perdana reksa dana ditawarkan dan selanjutnya dapat berubah setiap saat tergantung dari harga pasar yang menjadi portofolio efek dari masing-masing reksa dana tersebut.

  Dari uraian tersebut dapat disebutkan bahwa pihak yang disebutkan investor memiliki arti yang sangat penting bagi para investor reksa dana. Adapun hak- hak pemegang unit penyertaan dana meliputi: 1.

  Hak untuk memperoleh bukti penyertaan, yaitu surat konfirmasi unit penyertaan.

2. Hak memperoleh pembagian hasil investasi sesuai dengan kebijakan pembagian hasil investasi.

3. Hak untuk menjual kembali sebagian atau seluruh unit penyertaan.

  4. Hak untuk memperoleh informasi mengenai NAB harian per unit untuk reksa dana, mingguan untuk reksa dana tertutup, serta informasi kinerja reksa dana yang bersangkutan. Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dijadikan menjadi: 1.

  Reksa Dana Tertutup (Close-End Fund), adalah reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pembeli. Artinya, pemegang saham saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat reksa dana tersebut dicatatkan.

  2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund), adalah reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat kembali menjual unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi reksa dana, melalui bank kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit pada saat tersebut. Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan kewajiban-kewajiban yang ada.

  Dilihat dari portofolionya, reksa dana dibagikan menjadi: 1.

  Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds) Reksa dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo hanya kurang dari 1 tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.

  2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds) Reksa Dana ini menggunakan sekurang-kurangnya 80 % dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat hutang. Reksa dana ini memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk tingkat pengembalian yang stabil.

  3. Reksa Dana Saham (Equity Funds) Reksa dana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.

  4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds) Reksa dana ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek bersifat hutang.

  5. Exchange Trade Fund (ETF)

  Produk reksa dana terbuka yang berbasis indeks LQ-45 yang unit penyertaannya diperdagangkan seperti saham BEI. ETF menawarkan seperti yang telah disebutkan nilai aktiva bersih reksa dana hanya dicatatkan sekali dalam sehari, sehingga investor dapat membeli atau menjual unit penyertaannya hanya sekali dalam sehari. Sebaliknya, ETF dapat diperdagangkan secara terus-menerus.

2.3 Biaya Berinvestasi Pada Reksa Dana Pada saat berinvestasi reksa dana, investor akan dikenakan biaya-biaya.

  Seorang investor perorangan yang memilih reksa dana tidak hanya mempertimbangkan pernyataan kebijakan investasi dan kinerja masa lalu, tetap juga jasa manajemen dan biaya-biaya lainnya. Ada 4 (empat) kelompok umum biaya-biaya tersebut menurut Bodie et al (2006: 151)

  1. Beban Awal (Front-End Load) Beban awal adalah komisi atau beban penjualan yang dibayar diawal saat investor membeli unit penyertaan. Beban- beban ini membayar pialang yang menjual reksa dana, tidak lebih dari 8,5%, tetapi dalam praktiknya jarang sekali 6%. Secara efektif beban-beban ini mengrangi jumlah uang yang diinvestasikan.

  2. Beban Akhir (Back End Load) Beban akhir adalah beban penebusan, atau “keluar” yang dibayar bila investor menjual unit penyertaannya. Biasanya, reksa dana yang memiliki beban akhir memulainya pada titik 5% atau 6% mengurang 1% pada setiap tahun berikutnya. Beban ini dikenal juga sebagai beban penjualan yang tertangguh kontijen (contingent deferred sales charges)

  Beban Operasional Beban operasional adalah beban-beban yang dikenakan reksa dana untuk menjalankan portofolio, termasuk beban adminitrasi dan biaya jasa penasihat yang dibayarkan ke manajer investasi. Beban-beban ini biasanya dinyatakan sebagai presentase dari total aset yang dikelola, bisa berkisar 0,2% sampai 2%. Pemegang unit penyertaan tidak menerima tagihan eksplisitatas beban- beban operasional ini; namun, secara periodic beban tersebut dikurangkan dari reksa dana. Pemegang unit penyertaan membayar beban ini melalui nilai portofolio yang sudah dikurangi.

  2.4 Imbal Hasil

  Tujuan seorang investor berinvestasi ialah memaksimalkan imbal hasil, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang akan dihadapinya. Imbal hasil merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor atas investasi yang dilakukannya.

  Sumber-sumber imbal hasil investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).

  Yield merupakan komponen imbal hasil yang mencerminkan aliran kas

  atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan

  

capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga yang bisa

  memberikan keuntungan ataupun kerugian pada investor. Pada instrumen reksa dana, harga ditunjukkan oleh NAB/Unit penyertaan. Adapun untuk menghitung imbal hasil reksa dana seperti dikutip pada (www.rudiyanto.blog.kontan.co.id):

  NAB / Up saat ini Pembagian Dividen NAB / Up masa lalu [ ( ) ] + − ( )

  × 100 % NAB / Up masa lalu ( )

  dimana: NAB = Nilai Aktiva Bersih Up = Unit penyertaan

  2.5 Imbal Hasil Yang Diharapkan

  Estimasi imbal hasil untuk setiap aset investor harus memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat imbal hasil tertentu, atau yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan hasil dari perkiraan imbal hasil yang akan terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas.

  Estimasi imbal hasil sekuritas dilakukan dengan menghitung imbal hasil apa yang diharapkan atas sekuritas tersebut. Imbal hasil yang diharapkan dapat dihitung melalui 3 (tiga) metode, antara lain:

  1. Metode Probabilitas E(R)=

  ∑ di mana: E(R) = Imbal hasil yang diharapkan dari sekuritas Ri = Imbal hasil ke-i yang mungkin terjadi Pri = Probabilitas kejadian imbal hasil ke-i n = Banyaknya imbal hasil yang terjadi

  2. Metode Rata-Rata Aritmatik ∑

  X =

  di mana ∑X adalah penjumlahan nilai imbal hasil selama suatu periode, dan n adalah total jumlah nilai n

3. Metode Geometric mean

  1/n

  G= [(1+R1)(1+R2)+……..(1+Rn)] -1 di mana Rn adalah imbal hasil relatif pada periode n. Imbal hasil relatif diperoleh penjumlahan 1,0 terhadap imbal hasil. Penambahan tersebut berguna untuk menghilangkan tanda negatif pada perhitungan geometric mean.

  2.6 Manfaat Reksa Dana

  Manfaat yang diperoleh jika melakukan investasi dalam reksa dana seperti yang dikutip dari (www.idx.co.id), antara lain:

  1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi dalam bentuk efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar.

  Dengan reksa dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.

  2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.

  3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.

  2.7 Risiko

  Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang

  .

  risiko Risiko adalah peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak menguntungkan (Brigham et al, 2010: 323). Adapun risiko dari reksa dana seperti yang dikutip dari (www.bisnisinvestasisaham.com), antara lain:

1. Risiko Menurunnya Nilai Aktiva Bersih dan Unit Penyertaan

  Risiko pasar yang ada pada reksa dana ialah berkurangnya NAB dengan unit penyertaan. Walaupun reksa dana merupakan produk terdiversifikasi, tidak menutup kemungkinan bahwa unit penyertaannya akan turun. Turun atau naiknya nilai unit penyertaan tidak terlepas dari kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan/atau efek hutang yang menjadi alat reksa dana tersebut.

  Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio reksa dana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan harga pembelian awal. Penyebab penurunan dari portofolio reksa dana ini dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya akibat menurunnya kinerja saham dan obligasi secara drastis (bearish). Risiko ini secara tidak langsung juga akan mengakibatkan NAB yang ada pada unit penyertaan akan turun.

  Risiko Likuiditas Reksa Dana Terbuka Potensi risiko likuiditas pada reksa dana ini ialah dapat terjadi apabila salah satu manajer investasi yang memegang unit penyertaan dana menarik dalam jumlah yang besar pada kurun waktu bersamaan. Istilahnya, manajer investasi melakukan rush (penarikan secara besar-besaran) atas unit penyertaan reksa dana.

  Hal ini dapat tejadi apabila ada faktor negatif yang mempengaruhi investor reksa dana untuk melakukan penjualan kembali terhadap unit penyertaan tersebut. Faktor lainnya terjadi situasi politik dan ekonomi yang buruk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan terhadap emiten publik yang saham atau obligasi yang menjadi bagian portofolionya dari reksa dana tersebut.

3. Risiko Berhubungan dengan Peraturan

  Reksa dana memiliki batasan-batasan untuk melindungi investor, tetapi batasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi investor. Contoh batasan yang tidak membolehkan pembelian efek di luar negeri dan membeli efek yang diterbitkan perusahaan melebihi 10% dari nilai aktiva reksa dana saat pembelian. Batasan-batasan ini sangat dirasakan ketika adanya penurunan pada pasar modal, pengelola reksa dana ini tidak dapat memindahkan portofolionya ke pasar modal luar negeri yang mungkin memiliki pasar lebih potensial. Pengelola reksa dana pun tidak boleh membeli sahamnya lebih dari 10% NAB-nya, walaupun saham tersebut sangat potensial.

2.7.1 Ukuran Risiko

  Investor harus mampu menghitung risiko yang akan dihadapi dari suatu investasi. Untuk menghitung ukuran risiko dikaitkan dengan imbal hasil yang diharapkan (expected return). Ada beberapa ukuran untuk mengukur risiko pada investasi, antara lain:

1. Varians dan Standar Deviasi

  Varians maupun standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas, yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variabel random di antara rata-ratanya; semakin besar penyebarannya, semakin besar varians atau standar deviasi investasi tersebut.

  Untuk menghitung varians maupun standar deviasi, harus terlebih dahulu menghitung distribusi imbal hasil yang diharapkan. Untuk menghitung varians dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

  − ( )2

2 Varians imbal hasil = =

  σ −1

  − ( )2

  Standar Deviasi = σ =

  � −1 2.

  Beta Beta merupakan ukuran kepekaan imbal hasil sekuritas terhadap imbal hasil pasar. Semakin besar beta sekuritas, semakin besar kepekaan imbal hasil sekuritas tersebut terhadap perubahan imbal hasil pasar. Dalam menggunakan metode indeks tunggal kita perlu terlebih dahulu mengestimasi beta sekuritas secara subjektif. Untuk menghitung risiko model ini bisa digambarkan, sebagai berikut: Ri i i R M + e i

  = α + β di mana: Ri = imbal hasil sekuritas i R M = imbal hasil indeks pasar

  = intersep α i

  i = slope

  β e i = random residual error

2.7.2 Value at Risk

  Value at Risk (market risk) adalah jumlah atau presentasi nilai yang

  berisiko hilang pada saat investasi yang dapat disebabkan oleh perubahan pada kondisi pasar, seperti harga dari sebuah aset, tingkat suku bunga, volatilitas pasar, dan likuiditas pasar sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh investor. Model simulasi Value at Risk (VaR) digunakan untuk mengukur potensi kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari kondisi pasar tersebut.

  Menurut Jorion (2007: 15) risiko pasar dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: risiko absolut (absolute risk) yang diukur dengan potensi kehilangan uang dan risiko relatif (relative risk) yang menjadi tolok ukur ialah indeks. Selain itu, risiko pasar dapat diklasifikasikan menjadi risiko direksional (directional risk) dan risiko non-direksional (non-directional risk). Adapun beberapa manfaat dari menilai risiko pasar (Market Risk of Measurement) menurut Saunders et al.

  (2011:285) 1.

  Informasi Manajemen (Management Information). Penilaian risiko pasar memberikan informasi tentang eksposur risiko yang akan dihadapi sehingga pihak investor dapat membandingkan ekposur risiko dengan sumber daya modal.

  2. Menetapkan Batas (Setting Limits). Menilai risiko pasar mampu sebagai alat pertimbangan atas risiko pasar yang terjadi akibat perdagangan portofolio, yang akan mengarah pada pembentukan batasan posisi logis ekonomis.

  3. Alokasi Sumber Daya (Resources Allocation). Menilai risiko pasar mampu sebagai alat pembanding untuk menilai keuntungan per unit risiko sehingga lebih mampu untuk mengarahkan modal dan sumber daya pada hari perdagangan.

  4. Evaluasi Kinerja (Performance Evaluation). Menilai risiko pasar berkaitan dengan mepertimbangkan rasio dari imbal hasil-risiko dari perdagangan, yang memungkinkan untuk menerima bonus yang lebih rasional untuk ditempatkan. Seperti investor yang menerima imbal hasil tertinggi merupakan salah satu yang menerima risiko tertinggi pula. Dari manfaat tersebut, penilaian risiko pasar dapat sebagai alat yang digunakan oleh investor sebagai alat preventif untuk menghindari kerugian – kerugian akibat dari risiko pasar. Ada tiga pendekatan dalam mengukur risiko pasar, yaitu:

  

Variance-Covariance (Parametric), Historic atau Back Simulation, dan Monte

2.7.2.1 Variance – Covariance (Model Parametric)

  Metode Variance – Covariance atau dapat disebut juga dengan model parametrik VaR merupakan model yang dikembangkan oleh J.P. Morgan.

  Dimana metode berasumsi imbal hasil harus berdistribusi normal. Dengan asumsi seperti ini, metode ini tidak dapat digunakan jika imbal hasil tersebut bersifat nonlinear seperti instrumen keuangan Opsi.

  Perhitungan metode Variance-Covariance adalah sebagai berikut : µ

  VaR P = Z 1-a

  Χ Χ σ di mana: µ = Rata- rata imbal hasil

  Z = Realibilty Factor (bernilai 1,65 untuk tingkat kepercayaan 95%) = Standar Deviasi

  σ

  Jika VaR dihitung dengan memperhitungkan lama waktu investasi t (Holding

  Period) , maka:

  µ

  VaR P = x Z 1-a x S x √

2.7.2.2 Modified VaR

  Apabila imbal hasil reksa dana saham tidak berdistribusi normal maka nilai Z dikoreksi dengan pendekatan Cornish Fisher expansion. Menurut Cornish

  

et al . (1937) Cornish Fisher Expansion adalah salah satu cara untuk mengubah

standard Gaussian variabel Z acak dengan Gaussian variabel Z non-acak.

  1

  1

  1 Cornish Fisher

= − − − −

2 3 3 2

  • Z z ( z

  1 ) S ( z 3 z ) K ( 2 z 5 z ) S

  6

  24

  36

  di mana: Z= Nilai distribusi Z S= Skewness K= Kurtosis Cornish Fisher

  MVaR = z × σ µ + di mana: MVaR = Modified Value at Risk =Rata- rata imbal hasil

  µ

  σ = Standar deviasi

  Z = Nilai Z koreksi '

2.8 Penelitian Terdahulu 1.

  Sahi et al. (2013) melakukan penelitian dengan judul “Value at Risk

  Methodology for Measuring Performance of Mutual Funds” , melalui teknik

  analisis Monte Carlo Simulation, Modified VaR, dan Normal VaR, penulis membuktikan bahwa Kotak Arbitrage Fund memiliki potensi kerugian paling rendah melalui metode Modified VaR.

  2. Jiang (2013) melakukan penelitian dengan judul “Using VaR to Measure the

  Relationship Between return and Risk of Mutual Funds in China” melalui

  teknik CVaR, penulis membuktikan bahwa imbal hasil dan risiko masa lalu yang diukur melalui metode VaR mempunyai hubungan yang positif. Selain itu VaR dengan periode sebelumnya memiliki dampak negatif terhadap imbal hasil reksa dana.

  3. Danila (2012) melakukan penelitian dengan judul “Estimating the Risk of

  Mutual Funds in Indonesia by Employing Value at Risk (VaR)” , melalui

  teknik analisis modified VaR dan ES/CVaR, penulis membuktikan bahwa reksa dana berdasarkan stock selection terbaik dan market timing terbaik di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99% untuk reksa dana saham Panin dana Prima memiliki potensi kerugian 5.53% dan 5.96%, Panin Dana maksima

  4.49%, dan Manulife Dana Saham 6.26% dan 7.10% periode 27 Januari 2007 sampai 29 September 2008.

  4. Nuozhou (2012) melakukan penelitian dengan judul “The Correlation

  Between Risk and Return of Canadian Based on VaR” melalui teknik

  historical risk, regresi linear sederhana, dan regresi linear berganda. Penulis membuktikan bahwa ada hubungan antara VaR masa lalu dengan imbal hasil saat ini dan hubungan tersebut bersifat negatif serta perubahan VaR pada masa lalu memiliki hubungan negatif.

  5. Carles et al (2009) melakukan penelitian dengan judul “Different Risk Adjusted Fund Performance Measures: A Comparison” melalui teknik historical VaR, parametrik VaR, dan simulasi Monte Carlo. Penulis membuktikan bahwa VaR salah satu alat untuk mengukur risiko reksa dana selain dari metode Sharpe, Jansen, dan Treynor.

  6. Guesmi et al (2008) melakukan penelitian dengan judul “Value at Risk in

  Mutual Funds which Methodology of Estimation” melalui teknik parametrik,

  historical,dan simulasi Monte Carlo. Penulis membuktikan bahwa VaR dapat . bisa ditolak, menjadi alat perbandingan, dan mengawasi risiko pasar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  Peneliti/ Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian

  Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Anu Sahi, Anurag Pahuja, Balram Dogra/ 2013

  Value at Risk Methodology for Measuring Performance of Mutual Funds

Average return,

  Standard Deviation,

Reability Factor,

dan Z koreksi Monte Carlo

  Simulation, Modified VaR, dan Normal VaR.

  Kotak Arbitrage Fund di India memiliki potensi kerugian paling rendah melalui metode Modified VaR. Hao Jiang/ 2013

  Using VaR to Measure the Relationship Between Return and Risk of Mutual Funds in China

  Return t,

VaR

t, VaR t-1

, VaR

t-2, VaR t-3.

  Regresi linear berganda Imbal hasil dan risiko yang diukur melalui metode VaR mempunyai hubungan yang positif. Selain itu VaR dengan periode sebelumnya memiliki dampak negatif terhadap imbal hasil reksa dana.

  Nevi Danila/ 2012 Estimating the Risk of Mutual Funds in Indonesia by Employing Value at Risk (VaR)

Average return,

  Standard Deviation,

Reability Factor,

dan Z koreksi Modified VaR dan ES/CVaR, Pada tingkat kepercayaan 99% untuk reksa dana Panin Dana Prima memiliki potensi kerugian 5.53% dan 5.96%, Panin Dana maksima 4.49%, dan Manulife Dana Saham 6.26% dan 7.10% periode 27Jan 2007 -29 Sept 2008. Nuozhou/ 2012

  The Correlation between risk and return of Canadian Mutual Fund Based on VaR

  Return t,

VaR

t, VaR t-1 , VaR t-2, VaR

t-3, Δreturn

dan Δvar

  Regresi linear sederhana, dan regrsi linear berganda

  Hubungan antara VaR masa lalu dengan imbal hasil memiliki hubungan negatif dan pengaruhnya sampai minggu kedua sebelum VaR t.

  

Lanjutan Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti/ Variabel Teknik Analisis Hasil

Judul Penelitian

  Tahun Penelitian Data Penelitian

Pilar Grau- Different Risk Average Return, Sharpe, Treynor, VaR dapat

Cares, Jorge Adjusted Fund Standard Jansen, digunakan

Sainz, Javier Performance Deviation, Beta, Historical VaR, sebagai alat

Otamendi, Measures: A Realibility Factor, Parametrik VaR, unutk

dan Luis Comparison dan Z koreksi dan Modified mengukur

Miguel,

  VaR risiko reksa Doncel dana selain dari metode Sharpe, Jansen, dan Treynor.

  

Guesmi/2008 Value at Risk in Average return, Parametric, VaR dapat

Mutual Funds which Standard Historical, digunakan Methodology of Deviation, Monte Carlo sebagai alat Estimation Reability Factor, Simulation, dan mengukur dan Z koreksi Kupiec Test risiko reksa dana, sebuah alat yang tidak bisa ditolak, menjadi alat perbandingan, dan mengawasi risiko pasar.

2.9 Kerangka Pemikiran

  Nilai aktiva bersih dan unit penyertaan dapat digunakan sebagai alat mengetahui perkembangan dari reksa dana dan potensi kerugian reksa dana apabila reksa dana tersebut dijual kembali. Rasio dari nilai aktiva bersih beserta unit penyertaan per hari menghasilkan imbal hasil mingguan yang diterima oleh investor. Investor menyukai tingkat pengembalian dan tidak menyukai risiko. Oleh karena itu investor akan berinvestasi pada aset yang berisiko jika aset tesebut menawarkan perkiraan pengembalian yang lebih tinggi. Risiko dapat dihitung dengan berbagai cara dan bergantung pada alat yang digunakan, dapat diperoleh informasi yang berlainan tentang tingkat risiko suau aset (Brigham et

  al 2010: 323).

  VaR merupakan alat yang dapat digunakan oleh investor untuk mengalokasikan aset, unit bisnis, dan produk yang akan menjadi alat investasi.

  Proses ini akan dimulai dengan menyesuaikan imbal hasil terhadap risiko (risk

  

adjusted performance measures) . Pengimplementasian ini akan membantu

  seorang investor untuk pengambilan keputusan atas investasinya (Jorion 2007:383). Imbal hasil yang diterima oleh investor dapat menilai potensi kehilangan (VaR) pada reksa dana saham yang didasarkan atas imbal hasil.

  Mengetahui pengaruh dan hubungan antara risiko yang diukur dengan VaR terhadap imbal hasil akan membantu seorang investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi (Nuozhou: 2012). Berdasarkan latar belakang, pendapat pakar keuangan, dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran penelitian ini adalah:

  VaR t Imbal hasil periode t

  VaR t-1 VaR t-2 VaR t-3

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

2.10 Hipotesis

  Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Risiko reksa dana saham yang diukur dengan VaR berada dibawah 5% 2.

  Terdapat hubungan dan pengaruh signifikan secara parsial antara VaR masa lalu terhadap imbal hasil.