BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Kelas IV Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Belajar dan Pembelajaran di SD
Belajar merupakan proses yang terjadi dari diri seseorang sehingga seseorang yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti. Adapun cara belajar yang baik yaitu dengan siswa memperhatikan pola belajar. Maksudnya belajar juga harus mempersiapkan waktu, pikiran dan tenaga (Yusuf, 2009). Pembelajaran di SD merupakan pembelajaran yang harus memperhatikan karakter siswa. Biasanya pembelajaran masih dengan tahap konkret. Karakter merupakan suatu pola tingkah laku yang dimiliki seseorang. Biasanya karakter siswa satu dengan yang lain berbeda-beda (Nur, 2014). Dapat dikatakan bahwa Belajar dan pembelajaran di SD merupakan proses tahapan yang harus dilakukan siswa, sehingga pembelajaran yang diajarkan akan menghasilkan karakrter yang baik untuk siswa itu sendiri.
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi luar fisik seseorang. Sedangkan faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Menurut (Widiawati, 2012) Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran di SD yaitu:
1. Faktor eksternal
Pengaruh teman di sekitar siswa
- Pengaruh lingkungan
- Pengaruh guru ketika mengajar dikelas
- 2.
Fantor internal Adanya motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri
- Minat siswa dalam belajar.
- Pengaruh sikap kejiwaan siswa dalam belajar
- Dari pendapat diatas, bahwa faktor eksternal dan internal sangat berpengaruh terhadap pembelajaran ketika di kelas. Karena setiap siswa dapat mengambil keputusan sendiri. Baik dengan pengaruh pikiran siswa dari dalam diri ataupun dari luar pikiran siswa.
2.2 Pembelajaran Tematik di SD
Pembelajaran tematik SD merupakan pembelajaran yang menekankan Biasanya pembelajaran dapat berlangsung secara individu maupun kelompok (Santika, 2014). Selain itu, pembelajaran tematik SD adalah suatu perangkat yang tersusun mulai dari tema atau topik. Jadi pada saat proses pembelajaran, mata pelajaran tersusun menjadi satu (Kadir & Asrohah, 2014). Menurut kemendikbud pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai tema-tema. Pengintegrasian tersebut yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Tentunya dengan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari berbagai mata Pelajaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Pembelajaran tematik di SD merupakan pembelajaran yang menyatukan semua aspek baik pengetahuan, sikap dan psikomotor siswa yang mana setiap mata pelajaran dijadikan satu sehingga disebut kedalam tema dan subtema.
Permendikbud nomer 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, Kompetensi Inti (KI) adalah kompetensi yang digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi yang bersifat spesifik dan ruang lingkup materi untuk setiap muatan kurikulum. Kompetensi yang diharapkan mencakup 3 (tiga) ranah meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ranah sikap yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Kompetensi digunakan untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap muatan kurikulum. Selanjutnya kompetensi dalam ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan Kompetensi Dasar (KD) pada pengembangan kurikulum satuan dan jenjang pendidikan. Berikut dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Kompetensi Inti Kelas IV SD
KI Kompetensi Inti Sikap Spiritual Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial Menunjukan perilaku disiplin, tanggung jawab, jujur, peduli, santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, guru, teman, dan tetanggaPengetahuan Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati dan
menanyakan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan, dan kegiatannya, dan benda yang ditemuinya dirumah, sekolah, dan tempat bermain Keterampilan Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, sistematis da logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tingdakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak muliaSumber: Permendikbud Nomer 64 tentang Standar Isi
Dalam pembelajaran tematik kompetensi yang digunakan memiliki lingkup dan peran yang berbeda. Sehingga diharapkan dapat memenuhi seluruh aspek yang dibutuhkan untuk perkembangan siswa, agar seimbang secara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kompetensi Inti kemudian dituangkan dalam tema dan sub tema. Peneliti memilih tema 7 subtema 1 pembelajaran ke 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA. Namun, berikut akan peneliti paparkan pembelajaran tema 7. Lebih jelasnya akan disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tema 7 kelas IV (Semester II) Tema 7 Sub Tema 1.
Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku
Indahnya Keragaman di 2.
Indahnya Keragaman Budaya Negeriku Negeriku 3.
Indahnya Persatuan dan Kesatuan Negeriku
Sumber: Buku Guru Kelas 4 SD Tematik Semester II
Berdasarkan tabel diatas, pembelajaran tematik kelas IV ada 3 tema. Dimana setiap tema memiliki pokok bahasan. Dalam pokok bahasan, ada 6 pembelajaran yang mencangkup Kompetensi Inti. Yaitu pembelajaran 1, 2,3,4,5 dan 6. Berikut pemetaan Kompetensi Dasar (KD) subtema 1:
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 : Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 1 Kelas 4 Semester II
Bahasa Indonesia
3.7 Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, sistematis da logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tingdakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri
IPA
3.3Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain : gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
Gambar 2.1 Pemetaan Pembelajaran 1 Bahasa Indonesia3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 : Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 2 Kelas 4 Semester II
IPA SBdP
3.3Mengidentifikasi macam-macam
3.2 Mengetahui tanda tempo gaya, antara lain : gaya otot, gaya dan tinggi rendah nada listrik, gaya magnet, gaya gravitasi,
4.2 Menyanyikan lagu dengan dan gaya gesekan memperhatikan tempo dan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya tinggi rendah nada dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
Gambar 2.2 Pemetaan Pembelajaran 23.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 : Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 3
Kelas 4 Semester II Bahasa Indonesia
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
4.4 Menyajikan bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman, sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai idenetitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang
4.2Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman, sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai idenetitas bangsa. Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya
Gambar 2.3 Pemetaan Pembelajaran 3 Bahasa Indonesia3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 :
Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 4 Kelas 4 Semester II
PPKn
IPS
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk
3.2 Mengidentifikasi keragaman, sosial, keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang ekonomi, budaya, etnis, dan agama terikat persatuan dan kesatuan di provinsi setempat sebagai sebagai anugerah Tuhan Yang idenetitas bangsa Indonesia serta Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama hubungannya dengan karakteristik dalam berbagai bentuk ruang keragaman suku bangsa, sosial,
4.2 Menyajikan hasil identifikasi dan budaya di Indonesia yang
mengenai keragaman, sosial, terikat persatuan dan kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk ekonomi, budaya, etnis, dan agama keragaman suku, bangsa, sosial, di provinsi setempat sebagai dan budaya di Indonesia yang idenetitas bangsa Indonesia : serta terikat persatuan dan kesatuan
4.4 Menyajikan bentuk keragaman hubungannya dengan karakteristik suku, bangsa, sosial, dan budaya ruang di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
Gambar 2.4 Pemetaan Pembelajaran 4 Bahasa Indonesia3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 :
Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 5 Kelas 4 Semester II
PPKn SBdP
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk
3.2 Mengetahui tanda tempo dan keragaman suku, bangsa, sosial, dan tinggi rendah nada budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai
4.2 Menyanyikan lagu dengan anugerah Tuhan Yang Maha Esa memperhatikan tempo dan
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam tinggi rendah nada berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
4.4 Menyajikan bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
Gambar 2.5 Pemetaan Pembelajaran 5 SBdP3.2 Mengetahui tanda tempo dan tinggi rendah nada
4.2 Menyanyikan lagu dengan memperhatikan tempo dan
tinggi rendah nada
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 : KeragamanSuku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 6 Kelas 4 Semester II Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri
Gambar 2.6 Pemetaan Pembelajaran 6Dari pemetaan sub tema diatas dapat kita ketahui bahwa tema 7 “Indahnya Keragaman di Negeriku” memiliki 3 sub tema. Setiap sub tema terdiri dari 6 pembelajaran. Namun, dalam setiap pembelajaran meliputi beberapa mata pelajaran yang diintegrasikan. Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih menfokuskan pada satu mata pelajaran saja. Namun, tetap dalam tema 7 subtema 1 pembelajaran 1 dan 2. Peneliti akan menfokuskan mata
pelajaran IPA yang mana akan berpengaruh terhadap hasil belajar kelas IV SD Gugus Sudirman. Berikut KD Pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata
pelajaran IPA: Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 : Keragaman
Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 1 dan 2
Kelas 4 Semester II
IPA3.3Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain : gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah usaha yang telah dicapai seseorang melalui kerja keras dan terjadi dalam diri seseorang. Maksudnya yang terjadi adalah dengan perubahan pada hasil belajar siswa. Baik hasil belajar dari tes maupun nontes (Rohwati, 2012). Tolak ukur terhadap kemampuan siswa ketika pembelajaran juga disebut sebagai hasil belajar. Jadi dapat dilihat sejauh mana keberhasilan itu setelah pembelajaran berlangsung (Tahar & Enceng, 2006). Selain itu pengertian hasil belajar lainnya adalah suatu perubahan yang terjadi (nilai) baik dari aspek kognitif, afektif maupun
.
psikomotor. Baik berupa angka (10-100) maupun huruf (A-E) Nilai siswa sangat dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mana dapat berdampak bagi hasil belajar. Untuk itu hasil belajar selalu beriringan terus menerus dan tidak bisa hanya dengan mempertimbangkan satu aspek saja (Yupita & Sari, 2013).
Sesuatu yang diketahui melalui kegiatan tes maupun non tes sehingga dapat dilihat tingkat keberhasilannya juga termasuk pengertian hasil belajar (Widayanti & Slameto, 2016). Sesuatu yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap hasil tes siswa, baik tes tertulis maupun tidak tertulis. Selain itu hasil belajar dapat mencangkup tiga ranah yaitu afektif, kognitif, psikomotor yang dimana ketiga ranah ini dapat mempengaruhi siswa dalam tuntas tidaknya nilai yang diperoleh (Widiantono & Harjono, 2017). Tuntas tidaknya atau yang disebut dengan KKM dapat mempengaruhi hasil belajar. Jika siswa mendapat nilai diatas KKM, artinya siswa mendapat nilai yang tuntas. Namun bila sebaliknya yaitu mendapat nilai dibawah KKM maka dikatakan tidak tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itulah patokan yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Dari pendapat diatas dikatakan bahwa hasil belajar merupakan proses yang terjadi kepada siswa baik afektif, psikomotor, dan kognitif yang mana ada tolak ukur untuk mengetahui tuntas atau tidaknya dalam pembelajaran. Tolak ukur dapat dikatakan juga sebagai KKM yang berupa nilai yaitu menerapkan. Jika angka biasanya 60-100 dan huruF biasanya A, B, C, D dan E.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu eksternal dan internal sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Pengaruh lingkungan sekolah
- Pengaruh lingkungan keluarga
- Kualitas pengajar (guru)
- 2.
Faktor Internal Motivasi belajar
- Perhatian dan minat siswa
- Kebiasaan dan ketekunan belajar
- Faktor-faktor hasil belajar diatas dapat kita lihat bahwa pengaruh dari dalam diri dan luar siswa sangat penting. Karena faktor itulah yang akan memberi pengaruh baik atau buruk sikap maupun nilai siswa.
2.4 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Model pembelajaran merupakan cara yang dapat digunakan ketika pembelajaran. Banyak sekali guru yang menggunakan model-model pembelajaran. Karena dengan menggunakan model pembelajaran dikelas, dapat lebih membuat siswa aktif ketika proses pembelajaran. Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran, akan lebih berguna jika benar- benar diterapkan dalam kehidupan (Lestari, 2013). Selain itu model pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran ilmu pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita terbangun dari pehamanan dan penemuan kita sendiri (Riyanto & Siroj, 2011). Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu cara yang menekankan siswa berpikir aktif dan kreatif. Model pembelajaran konstruktivisme contohnya adalah Prbolem Based Learning, Project Based
Learning, Problem Solving , dan lain sebagainya.
Adapun prinsip pembelajaran adalah siswa membangun pengetahuannya sendiri, siswa menalar dari apa yang diberikan guru sehingga pengetahuan yang dibangun dapat membuat aktif. Disini guru hanya membantu memberi saran dan sebagai pembimbing saja. Selain itu prinsip pembelajaran konstruktivis adalah membuat siswa juga menghadapi permasalahan yang relevan dan nyata secara langsung. Selain prinsip konstruktivisme, adapula ciri-ciri model pembelajaran konstruktivisme, yaitu memberi peluang siswa dalam membangun pengetahuan baru dengan melibatkan kehidupan yang relevan atau nyata, memberi persoalan juga ide kepada siswa untuk merancang pemahaman, memberi peluang siswa agar mengambil sikap sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan membangun kerjasama antar siswa dan kerjasama antar guru.
2.4.1 Problem Solving
Problem Solving merupakan salah satu contoh model pembelajaran
yang dapat digunakan ketika proses pembelajaran dikelas. Problem solving merupakan pendekatan yang menyajikan suatu permasalahan dimana siswa dapat menggali pemahamannya sendiri. Problem Solving dapat memberi kesempatan untuk siswa agar lebih menggunakan strategi yang dimiliki sehingga siswa akan lebih berpikir tingkat tinggi (Chrisnawati, 2007).
Problem Solving dapat menjadikan siswa berpikir kreatif, dapat menggali
pemahaman sendiri dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Solving, ada 5 tahapan yang harus dilalui. Yaitu tahap 1 (orientasi siswa
kepada masalah), tahap 2 (Mengorganisasi siwa untuk belajar), tahap 3 (Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok), tahap 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) dan tahap 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).
Berikut tabel Problem Solving yang harus dilakukan dalam pembelajaran.
Tabel 3.1 Sintak Problem SolvingTahap Tingkah Laku Guru Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas Orientasi siswa kepada masalah pemecahan masalah yang dipilihnya Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan Mengorganisasi siwa untuk menelaah dengan masalah tersebut masalah
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan Membimbing penyelidikan dan eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan merumuskan hipotesis pemecahan masalah Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, Mengembangkan dan mengumpulkan video, dan model dan membantu mereka untuk data berbagi tugas dengan temannya Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau Menyajikan dan mengevaluasi data proses-proses yang mereka gunakan
2.4.2 Problem Based Learning
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pembelajaran yang membuat siswa mampu untuk memecahkan permasalahan baik dalam masa sekarang maupun yang akan datang. Problem Based Learning merupakan pemecahan masalah ada beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana itu, dan mengecek kembali (menyimpulkan) (Marwoto, 2013). Problem Based Learning merupakan model pembelajarn yang sangat bermanfaat ketika diterapkan di kelas. Karena selain siswa mampu memecahkan masalah, siswa juga lebih aktif saat menghadapi masalah. Implementasi model ini saat dikelas sangat mudah. Banyak guru yang sering menggunakan model Problem . Ada beberapa tahapan yang harus dilalui guru ketika
Based Learning
pembelajaran dikelas. Yaitu tahap 1 (Penyajian suatu masalah siswa), tahap 2 (Siswa berkelompok untuk berdiskusi tentang masalah yang didapat), tahap 3 (Saling sharing informasi antara siswa satu dengan lainnya), tahap 4 (Siswa mencari solusi atas masalah yang dihadapi) dan tahap 5 (Siswa mereview apa yang telah dipelajari ketika proses pembelajaran). Berikut tabel Problem Based Learning yang harus diperhatikan ketika pembelajaran:
Tabel 3.2 Sintak Problem Based Learning
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah (Orientasi masalah)yang dipilihnya
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
(Organisasi peserta didik) mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
Siswa berkelompok untuk berdiskusi masalah tersebut tentang masalah yang didapatTahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
(Membimbing penyelidikan individu yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat
atau kelompok) penjelasan dan pemecahan masalah Saling sharing informasi antara siswa satu dengan lainnyaTahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
(Mengembangkan dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
hasil) dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
Siswa mencari solusi atas masalah yang dengan temannya dihadapiTahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
(Menganalisa dan mengevaluasi) evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau proses-
Siswa mereview apa yang telah proses yang mereka gunakan dipelajari ketika proses pembelajaran2.5 Penerapan Problem Based Learning dan Problem Solving dalam Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran dapat diterapkan dan digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Karena pembelajaran yang baik juga tidak lepas dari bantuan model pembelajaran (Wahyu & Guna, 2013). Salah satu contohnya dengan menggunakan model Problem Based Learning dan
Problem Solving . Lebih sempurna lagi jika selalu menggunakan model-
model pembelajaran ketika dikelas karena itu akan membantu siswa melakukan dan berbuat sesuatu.
Berbuat sesuatu yang dimaksud adalah siswa dapat lebih memiliki pemikiran yang berkembang. Pada saat menggunakan model Problem Baesd
Learning dan Problem Solving, siswa akan dapat berfikir kritis dalam
menemukan masalah. Tentu juga masalah yang akan siswa temui dalam kehidupan sehari-hari. Jadi harapan guru sangat besar ketika siswa dapat belajar dikelas dengan menggunakan model-model pembelajaran yang dapat memunculkan ide kreatif.
Penerapan model Problem Baesd Learning dan Problem Solving dalam pembelajaran tematik harus sesuai dengan karakteristik siswa. Pembelajaran selalu dikaitkan dengan kenyataan yang fakta seperti tidak dibuat-buat (Slameto, 2012). Selain itu harus selalu menyesuaikan porsi peserta didik. Sehingga apa yang telah dipelajari di dalam kelas dapat bermanfaat bagi siswa, baik untuk saat ini maupun yang akan datang. Baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam hidup bermasyarakat. Dapat dikatakan bahwa Penerapan Problem Based Learning dan Problem Solving dalam Pembelajaran Tematik sangatlah penting. Karena memudahkan guru dalam menggunakan dan tidak memakan biaya banyak. Selain itu sangat mudah untuk siswa dalam pengajarannya baik kesesuaikan materi dengan karakteristik siswa itu sendiri.
Adanya penerapan Problem Based Learning dan Problem Solving dalam Pembelajaran Tematik sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya pada saat pelajaran IPA materi gaya menggunakan model Problem Based Learning dan Problem Solving, siswa akan mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam rumah. Lebih konkretnya lagi ketika siswa di rumah akan menyalakan tv, langkah pertama adalah mencolokkan kabel ke dalam saklar. Dalam hal itu, siswa dapat berpikir bahwa listrik dapat membuat tv menyala. Sehingga siswa dapat lebih berhati-hati ketika akan menyalakannya. Karena jika tidak hati-hati akan kesetrum, konslet dan lain sebagainya.
2.6 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengenai model Poblem Based Learning dengan
Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas 4 tema 7 subtema 1
Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir. Berdasarkan eksplorasi peneliti ditemukan beberapa tulisan yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian dari Irawati, (2014) menyimpulkan bahwa model Problem
Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu dapat
meningkatkan keterampilan berpikir. Karena siswa dapat menemukan konsep sendiri ketika pembelajaran di kelas. Selain itu rasa tanggung jawab siswa lebih tinggi. Hal ini terlihat dari hasil belajar signifikan antara model Problem Solving dan Problem Posing yaitu (0,033) < (0,05). Bahwa rata- rata nilai tes kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas Problem Solving (79) lebih tinggi dibanding dengan kelas Problem Posing (70). Dengan adanya pemecahan masalah, siswa dapat berproses dalam mencari solusi (Sulasamono, 2012). Mencari solusi dapat membantu siswa lebih berfikir kearah yang lebih baik. Hal ini akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Penelitian kedua dari Angga, (2016) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat lebih meningkatkan keefektifan dalam hasil belajar. Seperti yang telah dilakukan bahwa ketuntasan dari 50 % menjadi 84,6%. Hal tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebelum menerapkan pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar siswa belum tuntas (Masih dibawah KKM). Namun, setelah menerapkan pembelajaran berbasis masalah, rata-rata yang tadinya dari 62,5 menjadi 81,34 dan sudah melebihi kriteria rata- siswa akan menggunakan pikirannya dalam menghadapi permasalahan (Wahyu K. C., 2012). Siswa menggunakan pemikirannya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sehingga akan memunculkan sikap yang dipilih sesuai keinginan. Penelitian yang ketiga dari Dwi, (2013)
menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dengan adanya penerapan model Problem Based Learning. Pembelajaran Problem Based Learning lebih memperoleh hasil yang baik sehingga siswa lebih aktif
ketika proses belajar mengajar. Melalui uji Post-Hoc dengan Least
Significant Difference dapat diketahui perbedaannya yaitu (i) perbedaan
signifikan nilai p = 0,002 (p < 0,01). Bahwa Problem Based Learning lebih menghasilkan rata-rata skor tinggi (49,175) dan (45,933), (ii) perbedaan signifikasn antara Problem Based Learning dan pemahaman konsep dengan nilai p = 0,000 (p < 0,01). Bahwa metode Problem Based Learning lebih menghasilkan rata-rata skor tinggi (49,175) daripada (38,570). Dengan adanya model pembelajaran yang digunakan, maka akan lebih optimal proses belajar mengajar (Mediatati & Sukoco, 2015). Model pembelajarn yang digunakan dapat mempertimbangkan kerjasama antar kelompok dan tim. Sehingga hasil belajar akan lebih meningkat. Selain itu siswa akan belajar menghormati satu sama lain dalam proses pembelajaran dan mampu menahan ego masing-masing.
Dari pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa penelitian yang relevan adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran misalnya model
Problem Based Learning dan Problem Solving. Sehingga pada saat
pembelajaran dikelas siswa aktif dan antusias. Maka hasil pembelajaranpun dapat meningkat.
2.7 Kerangka Pikir
Penelitian ini dilaksanakan karena adanya keragu-raguan penulis terhadap perbandingan penerapan model Problem Based Learning dan
Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas IV tema 7 subtema 1 khususnya mata pelajaran IPA di Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir.
Beberapa model pembelajaran konstruktivis yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui Problem Based Learning dan Problem Solving. Kedua model pembelajaran ini menekankan pada siswa untuk aktif dalam mencari informasi dan memecahkan masalah sendiri. Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivis dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar dan membuat siswa menjadi aktif didalam kelas.
Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang membuat siswa dapat mengembangkan pemikirannya. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap ke tiga yaitu siswa saling sharing dalam mencari infromasi. Baik dari ide sendiri maupun diskusi bersama teman (Wahyudi & Indarwati, 2014). Selain itu pengertian lain Problem Solving adalah pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah. Jadi pada saat pembelajaran di dalam kelas, siswa diminta mengamati dan menemukan persoalan yang mana diselesaikan dengan berfikir secara kritis, kreatif dan aktif (Widyawati H. H., 2014). Berdasarkan uraian diatas, besar kemungkinan bahwa hasil belajar tematik siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning akan lebih baik dari siswa yang mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
Problem Solving. Adapun kerangka berfikir mengenai perbedaan model
Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap hasil belajar
siswa kelas IV tema 7 subtema 1 Pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata
pelajaran IPA di Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir:
Adanya keraguan terhadap model Problem Based Learning dan Problem Solving
Kegiatan Pembelajaran kelas IV Tema 7 Subtema 1 pada mapel IPA Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Pretest
Perlakuan A Perlakuan B
Dengan menggunakan model Dengan menggunakan
PBL (Problem Based Learning) model PS (Problem Solving)Posttest
2.8 Hipotesis Penelitian 1.
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara model Problem Based
Learning dengan Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas IV
tema 7 subtema 1 pada mapel IPA di Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir.
2. Ada perbandingan hasil belajar siswa saat menggunkan model Problem
Based Learning dengan Problem Solving terhadap hasil belajar siswa
kelas IV tema 7 subtema 1 pada mapel IPA di Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir.