BAB I PENDAHULUAN - Modal Sosial Sebagai Suatu Aspek dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Credit Union Satolop Siborongborong )

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Permasalahan yang sering dihadapi masyarakat dengan ekonomi lemah adalah sempitnya akses terhadap sumber keuangan yang melayani pemberian kredit usaha. Bank yang seyogianya menjadi harapan terakhir guna memperoleh sokongan dana usaha tidak serta-merta dapat mengabulkan pengajuan pinjaman yang dilakukan oleh masyarakat sebagai akibat dari kebijakan bank yang mengharuskan beberapa persyaratan dalam prosesnya. Salah satu kebijakan ini diantaranya adalah keharusan adanya jaminan berupa materi yang memiliki nilai sesuai dengan besar pinjaman yang mereka ajukan, ditambah lagi dengan adanya perjanjian-perjanjian yang dalam prosedurnya tidak seluruhnya dapat dipahami oleh masyarakat awam. Minimnya modal usaha yang mereka miliki maka, kesempatan untuk melakukan diversifikasi usaha yang diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup mereka semakin jauh dari harapan.

  Banyaknya pilihan terhadap lembaga keuangan yang melayani transaksi simpan-pinjam pada saat ini, turut mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan yang menurut mereka dapat memberi kemudahan dan keringanan serta rasa aman dalam proses simpan-pinjam yang mana lembaga keuangan ini salah satunya adalah KOPDIT.

  Credit Union atau KOPDIT merupakan salah satu bentuk kegiatan KOPDIT yang dalam usahanya bergerak dalam melayani simpan-pinjam dimana KOPDIT ini berawal dari keinginan masyarakat untuk bersatu dan mengumpulkan dana milik mereka. Kepengurusan Credit Union ini seluruhnya dikelola oleh masyarakat yang menjadi anggota, dana diperoleh dari masyarakat yang menjadi anggota dan dimanfaatkan terutama untuk kepentingan anggotanya. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat ini selanjutnya dikelola oleh pengurus yang dipilih dari anggota melalui serangkaian proses pemilihan yang dilakukan secara berkala dan memperoleh kepercayaan dari seluruh anggota.

  Salah satu fungsi dari KOPDIT ini adalah mengakomodasi kebutuhan anggotanya dalam hal pemberian modal usaha untuk anggota-anggotanya sesuai dengan prinsip-prinsip KOPDIT. Hal ini menjadi salah satu ciri yang membedakan lembaga keuangan Bank dengan KOPDIT (KOPDIT ), dimana dana yang ada di KOPDIT ini pada dasarnya diperoleh dari anggota dan diperuntukkan hanya untuk anggota.

  Dengan adanya fungsi-fungsi yang hampir memiliki kesamaan dengan bank yang sama-sama bergerak dalam usaha simpan -pinjam, sehingga oleh masyarakat banyak KOPDIT ini tidak jarang disamakan dengan Bank. Hal ini turut menjadi faktor yang mempengaruhi pola pikir mereka dalam memutuskan pilihan mereka untuk menjadi anggota KOPDIT.

  Dengan prinsip-prinsip KOPDIT yang menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan usaha mereka maka keberadaan dan manfaat yang ada di dalam KOPDIT ini dominan berpihak kepada masyarakat yang menjadi anggota dibanding dengan lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini masyarakat yang menjadi anggota tidak hanya menjadi kelompok/ pihak yang sekedar menyetorkan sisa dari modal yang tidak terpakai, tetapi sekaligus juga memiliki hak serta kewajiban terhadap berlangsungnya kegiatan usaha KOPDIT ini. Adanya keuntungan dan kerugian yang terjadi dalam usaha KOPDIT merupakan konsekuensi yang akan ditanggung bersama oleh seluruh anggota di dalamnya.

  Dalam Credit Union anggota merupakan komponen utama dimana mereka menjadi sumber modal, pengelola dan menjadi pengguna modal yang ada dalam KOPDIT ini. Demikian juga halnya dengan Credit Union Satolop, anggota merupakan komponen utama yang sekaligus pemilik dan sumber modal dimana mereka menginginkan lembaga ini menjadi pihak yang mampu meningkatkan usaha dan taraf hidup para individunya melalui partisipasi mereka dalam berbagai wujud kegiatan-kegiatan yang ada dalam KOPDIT Satolop ini.

  Credit Union Satolop di Siborongborong yang terbentuk pada tanggal 28 Januari 1975 pada awalnya adalah KOPDIT yang menghimpun dana dari masyarakat dengan golongan ekonomi lemah yakni para petani dan pedagang kecil. Kelompok masyarakat ini mengalami berbagai kesulitan dalam hal mengakses sumber keuangan seperti bank. Dalam aktifitasnya KOPDIT ini menghimpun dana dari masyarakat di Kecamatan Siborongborong dan sekitarnya.

  Anggota di KOPDIT ini pada umumnya bekerja pada sektor pertanian dan perdagangan. Selanjutnya dana yang dikumpulkan oleh masyarakat ini dikelola untuk digunakan dalam membantu anggotanya yang membutuhkan bantuan dana melalui pemberian pinjaman dengan besaran bunga serta denda keterlambatan pengembalian pinjaman yang telah ditentukan sebelumnya.

  Credit Union Satolop bergerak dalam usaha simpan pinjam sehingga oleh masyarakat fungsinya dianggap sama dengan Bank, merupakan salah satu lembaga simpan pinjam yang dari segi ukuran jumlah kepemilikan aset berupa gedung permanen berlantai tiga di Jl. Sisingamangaraja No. 194-196 Siborongborong yang difungsikan sebagai pusat pelaksanaan kegiatan usaha, dibentuknya wirausaha koperasi (WIRAKOP), dan jumlah anggota yang tiap tahunnya bertambah dapat dikatakan berhasil dalam menjalankan fungsinya dalam kegiatan usahanya. Keberhasilan dari KOPDIT ini merupakan hasil dari adanya partisipasi serta rasa percaya anggota yang tinggi terhadap proses dan kinerja yang berlangsung secara berkelanjutan dalam kegiatan usaha yang dilakukan.

  Rasa percaya, tanggung jawab serta peran serta dari seluruh anggota terhadap berlangsungnya usaha KOPDIT merupakan salah satu wujud modal sosial yang dimiliki oleh KOPDIT yang dapat didayakan guna memberdayakan anggotanya untuk mencapai masyarakat yang mandiri serta terbebas dari kemiskinan.

  Modal sosial mampu menjadi suatu faktor yang memiliki kekuatan dalam menentukan arah dan keberhasilan dari suatu program maupun kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang terkait di dalamnya. Hal ini disebabkan karena modal sosial merupakan suatu komplemen yang terbentuk dari hubungan antar individu-individu yang memungkinkan terciptanya nilai-nilai baru, serta suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan norma, kepercayaan sosial, sehingga kerjasama dan kebijakan bersama dapat terjalin secara efektif dan efisien.

  Di berbagai daerah perkembangan KOPDIT ini cukup pesat, salah satu Credit Union yang dalam kinerjanya mampu memberdayakan anggotanya adalah Credit Union Harapan Kita di jalan Medan-Belawan (Sijabat, 2009, p. 58) melalui pemberian modal usaha kepada para pedagang untuk percepatan pengembangan usaha para anggotanya yang menekuni usaha dagang, dimana sebelum dana ini diberikan kepada anggotanya proses pertama yang harus dilalui adalah menjalani pendidikan profesi khusus pedagang.

  Sehingga dengan demikian diharapkan anggotanya akan mampu menggunakan modal yang diterimanya sesuai dengan tujuan awalnya. Selain dalam pemberdayaan ekonomi Credit Union ini juga memberdayakan anggotanya khususnya kaum wanita dengan melibatkan mereka dalam kegiatan usaha seperti menjadi kepala unit dalam kegiatan yang dijalankan oleh Credit Union ini sehingga mampu menciptakan kesetaraan gender.

  Kekuatan modal sosial selain dalam Credit Union sebagai sesuatu yang mengikat dan memperarat serta memperkuat daya yang dimiliki oleh masyarakat juga dapat dilihat dalam pengelolaan lubuk larangan di daerah Kabupaten Mandailing Natal.

  Dalam pengelolaan Lubuk Larangan di daerah Kabupaten Mandailing Natal (Lubis Z. , 1999) mereka mampu melakukan pengelolaan aliran anak sungai Batang Gadis menjadi milik komunal, sebagian aliran sungai yang melintasi wilayah suatu desa oleh penduduk desa tersebut berdasarkan kesepakatan bersama ditetapkan sebagai wilayah yang terlarang untuk diambil hasil ikannya selama jangka waktu tertentu (berkisar 6-12 bulan), setelah lewat masa ini maka ikan dapat diambil dan hasil pengelolaan lubuk larangan tersebut akan digunakan untuk berbagai keperluan pembangunan desa dan fasilitas lainnya.

  Sistem pengelolaan lubuk larangan ini mampu bertahan hingga puluhan tahun didasari oleh kuatnya modal sosial yang tumbuh di dalam masyarakat dimana mereka mampu menanam dan mengembangkan modal sosial dalam sistem pengelolaan lubuk larangan.

1.2 Tinjauan Pustaka

  Kegiatan tolong menolong sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang secara nyata dapat dilihat dari salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang hidup dari bercocok tanam di lading yakni suku bangsa Sumbawa. Interaksi ini terjadi berdasarkan pola tindakan tertentu yang disebut sistem sosial. Sistem- sistem sosial itu terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan tata kelakuan (Koentjaraningrat, 1991).

  Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebudayaan yang merupakan seperangkat sistem pengetahuan atau sistem gagasan yang berfungsi menjadi pedoman bagi sikap dan perilaku manusia sebagai anggota atau warga dari kesatuan sosial, tumbuh, berkembang dan berubah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia (Sairin & Hudayana, 2001).

  Brownislaw Malinowski dalam Sairin, 2001, mengatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial dan psikologis. Walaupun ketiga kebutuhan itu tampak terpisah namun sebenarnya ketiganya adalah tiga serangkai yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

  Jousari Hasbullah dalam bukunya “Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia : 2006)” mensistesiskan beberapa teori dari ahli mengenai Modal Sosial diantaranya :

  James Coleman mengartikan modal sosial (social capital) sebagai struktur hubungan antar individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai- nilai baru

  Eva Cox memaknai modal sosial sebagai sebuah proses. Sebuah rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan norma, kepercayaan sosial, sehingga kerjasama dan kebijakan bersama dapat terjalin secara efektif dan efisien

  Robert D. Putnam menyatakan komponen modal sosial terdiri dari kepercayaan ('trust’), aturan-aturan ('norms') dan jaringan-jaringan kerja ('networks’) yang dapat memperbaiki efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas tindakan-tindakan yang terkordinasi. Lebih lanjut dikatakan Putman bahwa kerjasama lebih mudah terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal balik dan jaringan-jaringan kesepakatan antar warga

  Menurut Bordieau, modal sosial adalah keseluruhan sumberdaya aktual dan potensial sekaligus, terkait dengan hubungan kelembagaan yang berpangkal pada saling kenal dan mengakui.

  Burt mendefinsikan, modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial adalah sebagai setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Senada dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah (2006) menjelaskan, modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seprti trust (rasa saling mempercayai), keimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya

  Adapun dimensi dari modal sosial adalah memberikan penekanan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas hidupnya, dan senantiasa melakukan perubahan dan penyesuaian secara terus menerus. Di dalam proses perubahan dan upaya mencapai tujuan tersebut, masyarakat senantiasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku, serta berhubungan atau membangun jaringan dengan pihak lain.

  Modal sosial menurut Fukuyama adalah merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat (bangsa) secara bersama-sama. Modal sosial ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisme kultural, seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah (Fukuyama, 2005).

  Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program pembangunan (Setiana, 2005).

  Credit Union berasal dari bahasa latin yakni Credere yang berarti percaya dan Union yang berarti kumpulan/kesatuan (mengikat diri dalam suatu kesatuan).

  Credit Union adalah badan usaha yang dimiliki oleh sekumpulan orang yang saling percaya dalam ikatan pemersatu, yang bersepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama guna dipinjamkan di antara sesama mereka dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan kesejahteraan (WIKIPEDIA Ensiklopedia Bebas, 2012).

  Dalam Credit Union tidak dikenal dengan istilah pemilik modal utama atau pemegang saham mayoritas, karena di Credit Union setiap anggota adalah sebagai pemilik sekaligus pengguna dari produk-produk Credit Union.

  Sejak awal kata kepercayaan (credere=credit) dan kumpulan (union) menjadi jiwa atas laju lalu lintas setiap anggota di Credit Union, dan jiwa inilah yang dimaksud dengan modal sosial. Pada bingkai kesejahteraan, Credit Union menjadi media atas pencapaian cita-cita setiap anggotanya. Sehingga aspek hasil dari mata pencaharian menjadi aset penting dalam menjamin keberlanjutan keuangan keluarga setiap anggota di Credit Union. Kekuatan modal sosial secara umum akan membawa dampak positif jika pengelolaan jaringan dan komunikasi terawat; perlindungan antara sesama, bertetangga yang tidak saling menciderai dan kekeluargaan. Hubungan yang saling mendukung dengan makna saling percaya.

  Seiring kekuatan yang terus dibangun akan muncul modal lain seperti modal manusia itu sendiri; pengetahuan dan keahlian, modal keuangan; tabungan, pensiun, penghasilan dan modal fisik; adanya kendaraan, rumah, komunikasi (CUAK, 2010).

  Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya sendiri. KOPDIT memiliki tiga prinsip utama yaitu:

  1. Asas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya) 2.

  Asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) 3. Asas pendidikan dan penyadaran/ membangun watak adalah yang utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman (WIKIPEDIA

  Ensiklopedia Bebas, 2012). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan KOPDIT atau Credit

  Union antara lain adalah : 1.

  KOPDIT akan eksis jika terdapat kebutuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara mandiri.

  2. KOPDIT akan berkembang jika terdapat kebebasan (independensi) dan otonomi untuk berorganisasi.

  3. Keberadaan KOPDIT akan ditentukan oleh proses pengembangan pemahaman nilai-nilai KOPDIT.

  4. KOPDIT akan semakin dirasakan peran dan manfaatnya bagi anggota dan masyarakat pada umumnya jika terdapat kesadaran dan kejelasan dalam hal keanggotaan KOPDIT.

  5. KOPDIT akan eksis jika mampu mengembangkan kegiatan usaha yang : a.

  Luwes atau sesuai dengan kepentingan anggota, b.

  Berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota, c. Berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota, d.

  Biaya transaksi antara KOPDIT dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya transaksi non-KOPDIT, dan e.

  Mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan KOPDIT dan anggota sendiri.

  6. Keberadaan KOPDIT akan sangat ditentukan oleh kesesuaian faktor-faktor tersebut dengan karakteristik masyarakat atau anggotanya (WIKIPEDIA Ensiklopedia Bebas, 2012). Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul “Membangun Masyarakat

  Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial)” menjelaskan bahwasanya konsep pemberdayaan memiliki tujuan dan fungsi guna memberdayakan masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, selain itu terdapat beberapa tujuan dari diadakannya pemberdayaan masyarakat serta faktor yang mempengaruhi keberhasilannya antara lain :

  Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam : (a). Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan: (b). Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan: (c) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

  Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan sebagai proses adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

  Kategori masyarakat yang dapat dikelompokkan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi :

  1. Kelompok lemah secara struktural, baik secara kelas, gender, maupun etnis.

  2. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, remaja dan penyandang cacat.

  3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga Sennett dan Cabb (1972) dan Conway (1979) menyatakan bahwa ketidakberdayaan disebabkan oleh beberapa faktor seperti : ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional

  Dalam pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi, diantara strategi tersebut adalah modernisasi yang mengarah pada struktur sosial, ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat setempat (Setiana, 2005, p.

  6).

1.3 Rumusan Masalah

  Masalah dalam penelitian ini mengenai modal sosial dan pemberdayaan masyarakat oleh Credit Union satolop di Siborongborong yang mana juga dianggap memiliki fungsi sebagai bank. Sehingga yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

  1. Apa saja bentuk partisipasi anggota dalam kegiatan usaha Credit Union Satolop ? 2. Apa saja nilai-nilai sosial dalam Credit Union yang dapat berfungsi dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial anggotanya?

  3. Apa saja usaha pemberdayaan yang dilakukan oleh Credit Union Satolop Siborongborong?

1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan

  1.4.1 Tujuan Penulisan

  Dari pemaparan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menggambarkan dan menjelaskan bentuk dan jenis modal sosial yang terdapat di KOPDIT Credit Union Satolop . Serta bagaimana modal sosial ini dapat berperan di dalam memberdayakan masyarakat yang menjadi anggotanya agar mampu menjadi masayarakat yang mandiri.

  1.4.2 Manfaat Penulisan

  Adapun manfaat yang diharapakan akan diperoleh dari peneltian ini memiliki 2 manfaat penting yakni :

  1. Akademis Menambah bahan bacaan dan studi kepustakaan sebagai informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan modal sosial serta pemberdayaan masyarakat dari sudut pandang ilmu Antropologi yang merupakan fokus kajian peneliti.

  2. Praktis

  Memberi masukkan kepada praktisi-praktisi yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat mengenai modal sosial dalam Credit Union yang mana mampu berperan dalam mendorong usaha-usaha pemberdayaaan anggotanya dan diharapkan mampu menjadi model dan masukan bagi usaha permberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri.

  1.5 Kerangka penulisan

  Dalam tulisan ini terdapat 5 bab penulisan, dalam bab II akan dijelaskan mengenai gambaran lokasi penelitian di Kecamatan Siborongborong, komposisi dan mata pencaharian masayarakat Siborongborong. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai lembaga keuangan Credit Union Satolop dan bidang usahanya. Bab III berisikan modal sosial yang ada di dalam Credit Union Satolop serta manfaatnya dalam kehidupan dan kelangsungan dari lembaga keuangan Credit Union Satolop ini. Dalam bab IV dijelaskan tentang manfaat yang diperoleh oleh masyarakat setelah bergabung menjadi anggota dibandingkan sebelum menjadi anggota. Bab V berisikan kesimpulan dan saran dari penulis atas hasil penelitian yang dilakukan di Credit Union Satolop di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.

  1.6 Metode Penelitian

  Adapun daerah yang menjadi lokasi penelitian yang akan saya kaji adalah Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli utara. Karena di Kecamatan inilah keberadaan Credit Union Satolop yang menjadi subjek penelitian melakukan aktifitas usahanya setiap hari yakni transaksi simpan pinjaman keuangan oleh masyarakat yang menjadi anggota Credit Union Satolop Siborongborong.

  Berkenaan dengan penelitian ini sebagai studi deskriptif maka penelitian ini menjelaskan mengenai nilai-nilai di dalam Credit Union dan bagaimana Credit Union itu mampu memberdayakan masyarakat khususnya para anggotanya, serta mengambarkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang menjadi anggota Credit Union Satolop .

  Hal ini senada dengan pengertian penelitian etnografi menurut James Spradley dalam bukunya Metode Etnografi bahwa etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan yang bertujuan untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.

1.6.1 Tipe dan pendekatan Penelitian

  Pada prinsipnya teknik pengumpulan data yang banyak digunakan adalah metode yang dapat mengakomodasi aspirasi dan keinginan dari informan yang ditemui, yaitu terutama dengan pendekatan kwalitatif seperti wawancara mendalam dan pengamatan.

  Wawancara mendalam yakni tanya jawab yang langsung dilakukan dengan para informan terpilih yakni para pengurus aktif dan mantan pengurus, kelompok masyarakat yang ada di dalam Credit Union ini seperti kelompok petani, peternak dan pedagang yang memiliki pengetahuan yang dalam mengenai proses yang berlangsung di Credit Union Satolop.

  Adapun syarat untuk dijadikan informan kunci adalah mereka yang mempunyai pengetahuan luas tentang proses yang berlangsung di lokasi penelitian dalam hal ini KOPDIT simpan-pinjam (Credit Union) Satolop serta hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pemberdayaan yang dijalankan. Dengan demikian yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari pengurus aktif dan mantan pengurus dari KOPDIT, serta anggota yang dianggap respek terhadap masalah yang diteliti. Jumlah informan yang dibutuhkan dalam penelitian direncanakan sekitar 5 (lima) orang dari anggota CU. Satolop Siborongborong dan 5 (lima) orang dari pengurus, namun tidak menutup kemungkinan jumlah informan yang dibutuhkan guna memperoleh informasi dapat lebih ataupun kurang dari perencanaan ini.

  Wawancara dalam hal ini sifatnya semi terstruktur dimana pertanyaan- pertanyaan yang diajukan sifatnya tidak mengikat hanya pada interview guide yang telah dibuat tetapi dikondisikan dengan situasi yang ditemui pada saat wawancara dilakukan sehingga informan bebas memberikan jawaban tanpa batasan, sehingga dari informasi yang diberikan peneliti akan mendapatkan fakta- fakta serta opini dari informan mengenai hal yang dikaji. Wawancara bersifat santai dan tidak tidak terlalu memaksa informan guna memberikan jawaban sehingga menimbulkan kesan intimidasi terhadap informan yang mengakibatkan interview tidak berjalan dengan lancar. Hal ini dibutuhkan agar informan dapat memberikan jawaban dengan jujur sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

  Observasi digunakan untuk melihat kondisi fisik yang menyangkut sarana dan prasarana dan lembaga-lembaga sosial yang ada di Kecamatan Siborongborong khususnya yang memiliki keterkaitan dengan aktifitas Credit Union Satolop. Adapun tujuan dari dilakukannya observasi ini adalah untuk memperkaya data- data dari teknik penelitian lain dan membuktikan kesahihan data/ informasi dari hasil wawancara. Serta untuk mengetahui apa saja yang menjadi bentuk dari peran serta anggota dalam proses yang berlangsung di Credit Union ini.

  Adapun dalam hal ini yang menjadi poin-poin yang observasi pada dasarnya diawali dengan argumen yang diberikan oleh informan pada saat wawancara, namun dalam hal ini sebagai gambaran beberapa poin yang diobservasi antara lain adalah : bangunan fisik dari kantor Credit Union Satolop, fasilitas penunjang yang ada di dalamnya, kantor-kantor dan fasilitas sosial yang ada, transportasi yang dapat digunakan untuk menjangkau kantor Credit Union ini serta apa saja serta bagaimana proses dan kegiatan yang berlangsung di Credit Union ini seperti proses simpan-pinjam, proses transaksi anggota yang belanaja di WIRAKOP Satolop.

  Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan menggali referensi-referensi penelitian terdahulu, buku, jurnal, majalah, surat kabar, internet maupun media cetak dan elektronik lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

1.6.2 Alokasi Waktu di lapangan

  Dalam menjalankan suatu kegiatan, efesiensi waktu yang secara langsung berhubungan dengan efektifitas kerja dan pengalokasian dana dibutuhkan adanya suatu rancangan kegiatan yang menggambarkan hal dan kegiatan apa saja yang akan dijalankan pada pra penelitian dan masa penelitian. Adapun rancangan kegiatan yang akan menggambarkan kegiatan penelitian sebelum dan memasuki lapangan penelitian disajikan dalam tahapan rangkaian kegiatan penelitian berikut.

  Tahapan pra penelitian, pada tahapan ini merupakan tahapan dimana pengajuan draf proposal ke departemen Antropologi USU pada tangggal 10 April 2012 yang bertujuan untuk memperoleh persetujuan dari ketua departemen mengenai judul proposal yang diajukan oleh mahasiswa, dengan adanya draf penelitian yang diajukan ini maka departemen dapat menentukan dosen pembimbing yang memiliki relevansi dengan judul proposal yang diajukan oleh mahasiswa.

  Adapun dalam hal ini yang oleh departemen, bapak Drs. Lister Berutu, MA ditunjuk sebagai dosen pembimbing proposal penelitian skripsi memberikan bimbingan proposal sejak tanggal 26 April 2012 sampai dengan ACC proposal untuk seminar pada tanggal 18 Juni 2012. Pada hari kamis tanggal 12 Juli 2012 seminar proposal diadakan di gedung Dharma Wanita dengan hasil seminar lulus dengan syarat revisi poroposal penelitian skripsi.

  Tahapan Pekerjaan lapangan, pada tahapan ini merupakan tahapan di mana penelitian lapangan diadakan berdasarkan hal-hal yang hendak dikaji melalui interview guide yang telah disusun pada proposal skripsi. Adapun kegiatan penelitian lapangan direncanakan diadakan mulai tanggal 20 Agustus 2012 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2012, sehingga penelitian lapangan ini diperkirakan akan membutuhkan waktu sekitar 5 (lima) minggu masa penelitian lapangan.

  Adapun aspek-aspek yang hendak dikaji adalah hal-hal yang berkenaan dengan topik yang dikaji, yakni modal sosial dan pemberdayaan masyarakat oleh Credit Union Satolop Siborongborong. Sementara teknik maupun metode penelitian yang digunakan pada masa penelitian lapangan disesuaikan dengan jenis data yang hendak dikumpulkan serta tingkat kelompok sasaran yang ditemui atau diwawacarai untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan memiliki relevansi dengan topik yang diteliti.

Dokumen yang terkait

Modal Sosial Sebagai Suatu Aspek dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Credit Union Satolop Siborongborong )

0 112 118

Modal Sosial Dalam Operasional Credit Union (Studi Deskriptif pada Credit Union Cinta Kasih, Pulo Brayan, Kota Medan)

3 95 91

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Credit Union (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan)

3 99 107

Credit Union Sebagai Usaha Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Deskriptif Usaha Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tukka Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbahas)

3 77 127

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penyaluran Kredit Pada Credit Union (Studi Kasus : Credit Union Cinta Mulia Pematang Siantar)

2 70 112

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Koperasi Credit Union Partisipasi Sukamakmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)

2 71 9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koperasi Credit Union dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Sukamakmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang)

1 50 19

Proses dan Peranan Credit Union dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan (Study Kasus : Credit Union Dampingan YAPIDI Pancurbatu Kab. Deli Serdang)

1 31 115

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus:...

1 40 3

Peranan Aktivitas Credit Union (CU) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (Studi Kasus : CU Ras Malem...

0 86 4