Modal Sosial Dalam Operasional Credit Union (Studi Deskriptif pada Credit Union Cinta Kasih, Pulo Brayan, Kota Medan)

(1)

1

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Modal Sosial Dalam Operasional Credit Union

(Studi Deskriptif pada Credit Union Cinta Kasih,

Pulo Brayan, Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Oleh

HERBIN MARTIN BUTARBUTAR

060901024

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2 ABSTRAK

Credit Union adalah bentuk lembaga permodalan yang dibentuk secara swadaya masyarakat artinya tidak menggunakan bantuan pemerintah dalam subsidi modal kepada usaha masyarakat, yakni adalah masyarakat tersebut sendirilah yang bergotong royong dalam pemenuhan modal usaha secara bersama-sama. Karena itu Credit Union sendiri lahir dari bentuk perlawanan terhadap pemburu rente atau tengkulak, yang merugikan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep modal sosial yang terimplementasi pada program-program yang dijalankan oleh Credit Union, yakni pada sisi pemanfaatan dan pengelolaan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan modal sosial dalam keorganisasian credit union.

Adapun jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, observasi, wawancara mendalam serta menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa credit union memanfaatkan modal sosial serta implementasi teori pertukaran sosial, hal tersebut terlihat jelas pada kegiatan-kegiatan Credit Union, pada sistem kredit dan sistem pendidikan dan pengembangan yang diterapkan oleh Credit Union Cinta Kasih P.Brayan – Medan. Penguatan pendidikan menjadi dasar perbedaan dengan bank konvensional, pengelolaan organisasi yang dilakukan secara internal oleh anggota dengan sistem regulasi yang ada juga menunjukkan kekuatan modal sosial bahwa partisipasi, jaringan dan norma-norma yang disepakati bersama untuk dijalankan bersama-sama adalah sesuai dengan filosofi Credit Union.


(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan anugerah dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Modal Sosial dalam Operasional Credit Union”, di Pulo Brayan – Kota Medan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk pemenuhan pra - syarat guna mencapai gelar sarjana dalam program studi sosiologi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pembelajaran dan hikmad, terutama dalam hal ketekunan, kesabaran, dan disiplin. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis merasakan betapa pentingnya eksplorasi berpikir dan bertindak, serta mengembangkan penalaran, hal tersebut merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan karena selain menambah pengalaman dalam melakukan riset atau penelitian ilmiah, hal ini juga merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Keluarga Besar M.T Uluan Butarbutar/br. Pangaribuan karena telah sabar dalam memberikan segalanya untuk pencapaian penulisan skripsi ini. Perjuangan yang besar dalam penyelesaian skripsi ini, walaupun situasi kehidupan ini menghimpit segala lini kehidupan penulis, namun dorongan dan semangat kalian tidak berkurang sedikitpun. Terkhusus kepada ibunda yang menjadi panutan besar penulis dalam kehidupan sehari-hari. Kerja keras mu dalam membimbing, mengajarkan anak-anakmu untuk bermimpi tentang masa depan dan kebaikan hidup, kesabaranmu adalah pelajaran yang berharga untuk kami anak-anakmu. Penulis selalu kehabisan kata-kata untuk melukiskan sosokmu, semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuk kalian,


(4)

4

karena kalian adalah orang tua terbaik, penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dititipkan untuk hidup bersama kalian. Dan kepada adik – adik penulis, Emilia Agustina Butarbutar, SE dan Angelina Ana Marcelina Butarbutar, semua bantuan baik moril maupun materi yang kalian berikan untuk menyemangati penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik moral dan moril, oleh sebab tersebut maka penulis juga ingin berkesempatan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

1. 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si selaku Ketua Jurusan Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Ilham Saladin, M.sp Selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku dosen pembimbing penulis. Terimakasih atas waktu dan perhatian yang telah banyak bapak berikan untuk membimbing penulis. Serta memberikan masukan terhadap penulis dan waktu dalam proses penulisan skripsi.

5. Bapak/Ibu dosen yang ada di FISIP USU khususnya dosen yang mengajarkan mata kuliah di departemen sosiologi, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini.


(5)

5

6. Bapak /Ibu Pengurus, Staff dan Anggota CU. Cinta Kasih Pulo Brayan – Kota Medan, terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Abang dan kakak alumni dan senior Departemen Sosiologi, yang menjadi teman diskusi penulis dalam masa studi di FISIP USU.

8. Seluruh mahasiswa Angkatan Stambuk 2006 Departemen Sosiologi, terima kasih telah menjadikan hari-hari kita menjadi istimewa, semoga semangat yang telah kita jalin ini tetap terpelihara untuk kedepannya.

9. Kepada IMASI dan Adik-adik Stambuk Mahasiswa Departermen Sosiologi FISIP USU, terima kasih atas semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Kepada Astri Sembiring, Domu Parulian Sinaga, Eko J.Lase, Rafael Simamora, Roy Chandra Sitohang, dkk. Penulis tidak dapat menuliskan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dari sahabat-sahabat sekalian atas perhatiannya dalam penulisan skripsi ini.

11.Kepada Guru-Guru SD St. Thomas II Medan, SLTP St. Thomas I Medan, SMUN 12 Medan, yang telah memberikan wawasan pendidikan melalui jenjang pendidikan formal.

12. GmnI Komisariat FISIP USU dan kawan-kawan Pengurus Cabang DPC GMNI Kota Medan, salam kepalan tangan kiri buat Bung dan Sarinah semoga semangat “Putra Sang Fajar” tetap bergelora di jiwa kita, Dengan mengucapkan GmnI Jaya, Marhaen Menang, saya mengucapkan terima kasih karena telah menjadi rumah kedua bagi proses pembelajaran dan pembentukan diri penulis.


(6)

6

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini memiliki keterbatasan.Oleh karena itu, masukan dan kritik yang membangun sangat penulis hargai.

Namun besar harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sebuah sintesa baru bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sosial. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2013


(7)

7 DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ekonomi Kerakyatan ... 11

2.2 Grameen Bank ... 16

2.3 Teori Pertukaran ... 18

2.3.1 Proposisi Sukses ... 19

2.3.2Proposisi Pendorong ...19

2.3.3 Proposisi Nilai ... 20

2.4 Teori Modal Sosial ... 20

2.5 Defenisi Konsep ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25


(8)

8

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26

3.3.1 Unit Analisis ... 26

3.3.2 Informan ... 26

3.3.2.1 Informan Kunci ... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5 Interpretasi Data ... 28

BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Sejarah Pendirian CU Cinta Kasih ... 29

4.2 Keorganisasian ... 36

4.2.1 Idenditas ... 36

4.2.2 Keanggotaan ... 36

4.2.3 Hak Dan Kewajiban Anggota CU Cinta Kasih ... 39

4.2.4Mitra Usaha ... 42

4.3 Struktur Organisasi CU Cinta Kasih ... 44

4.3.1 PenjelasanBagan ... 45

4.4 Bidang Usaha ... 48

4.4.1 Simpanan ... 48

4.4.2 Pinjaman ... 49

4.5 Wilayah Kerja ... 53

4.6 Implementasi Modal Sosial dalam Operasional CU Cinta Kasih ... 54

4.6.1 Keorganisasian ... 55

4.6.2 Sistem Perkreditan ... 57

4.6.2.1 Penanggulangan Kredit Macet ... 63

4.6.3 Sistem Pendidikan dan Pengembangan ... 65


(9)

9 BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 70 5.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

DRAF WAWANCARA

TRANSKRIP WAWANCARA LAMPIRAN FOTO


(10)

10

DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM

Diagram I : Statistik Perkembagan Anggota CU ………... 37

Bagan I : Struktru Organisasi CU ……….. 44 Diagram II : Statistik Perkembangan Saham CU ……….. 52


(11)

2 ABSTRAK

Credit Union adalah bentuk lembaga permodalan yang dibentuk secara swadaya masyarakat artinya tidak menggunakan bantuan pemerintah dalam subsidi modal kepada usaha masyarakat, yakni adalah masyarakat tersebut sendirilah yang bergotong royong dalam pemenuhan modal usaha secara bersama-sama. Karena itu Credit Union sendiri lahir dari bentuk perlawanan terhadap pemburu rente atau tengkulak, yang merugikan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep modal sosial yang terimplementasi pada program-program yang dijalankan oleh Credit Union, yakni pada sisi pemanfaatan dan pengelolaan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan modal sosial dalam keorganisasian credit union.

Adapun jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, observasi, wawancara mendalam serta menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa credit union memanfaatkan modal sosial serta implementasi teori pertukaran sosial, hal tersebut terlihat jelas pada kegiatan-kegiatan Credit Union, pada sistem kredit dan sistem pendidikan dan pengembangan yang diterapkan oleh Credit Union Cinta Kasih P.Brayan – Medan. Penguatan pendidikan menjadi dasar perbedaan dengan bank konvensional, pengelolaan organisasi yang dilakukan secara internal oleh anggota dengan sistem regulasi yang ada juga menunjukkan kekuatan modal sosial bahwa partisipasi, jaringan dan norma-norma yang disepakati bersama untuk dijalankan bersama-sama adalah sesuai dengan filosofi Credit Union.


(12)

11 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam sejarahnya rentenir atau tengkulak adalah pemodal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, atau dengan kata lain berada dalam lingkungan masyarakat. Kelompok ini adalah tempat untuk peminjaman modal usaha bagi masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku bunga yang sangat tinggi, membuat masyarakat menjadi tidak mendapat keuntungan dalam usahanya, karena hasil usaha masih tidak sebanding dengan pinjaman yang harus dibayar.

Artinya adalah lebih besar hutang yang harus dibayar daripada hasil produksi yang didapat. Dari sisi ini jelas terlihat bahwa meminjam modal usaha kepada rentenir ataupun tengkulak adalah bukan solusi tepat untuk produktivitas usaha masyarakat, karena dengan meminjam kita akan terjebak dalam situasi yang tidak dapat diselesaikan, atau dengan kata lain masyarakat akan dijadikan sapi perah

untuk keuntungan para tengkulak ataupun rentenir. Kondisi ini secara terus menerus yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat pada umumnya. Di Sumatera utara, kemiskinan juga masih menjadi masalah utama yang harus diselesaikan oleh birokrasi daerah, di tahun 2011 angka kemiskinan meningkat 10,62 % dibandingkan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi kemiskinan semakin meningkat untuk wilayah Sumatera Utara, hal ini senada dengan hasil survei dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada bulan


(13)

12

Maret 2011 bahwa penduduk miskin di Sumatera Utara berjumlah 1.481.300 orang atau sebesar 11,33 % dari jumlah penduduk keseluruhan di Provinsi Sumatera Utara.

Sekarang ini telah semakin banyak pilihan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat untuk memperoleh modal usaha, baik melalui lembaga seperti bank ataupun lembaga yang bukan perbankan. Namun untuk memperoleh modal usaha terutama bagi usaha kecil menengah juga dapat diperoleh melalui Credit Union yang notabene adalah lembaga keuangan bukan bank. Koperasi Kredit (Credit Union) adalah salah satu jenis koperasi di Indonesia, credit union termasuk kedalam jenis koperasi jasa yakni jasa usaha di bidang keuangan. Credit Union memiliki ciri khusus dibandingkan dengan model koperasi simpan pinjam lain, dimana prinsip koperasi internasional menjadi landasan dalam kegiatan Credit Union.

Credit Union adalah bentuk lembaga permodalan yang dibentuk secara swadaya masyarakat artinya tidak menggunakan bantuan pemerintah dalam subsidi modal kepada usaha masyarakat, yakni adalah masyarakat tersebut sendirilah yang bergotong royong dalam pemenuhan modal usaha secara bersama-sama. Karena itu Credit Union sendiri lahir dari bentuk perlawanan terhadap pemburu rente atau tengkulak, yang merugikan masyarakat. Pada awalnya Credit Union merupakan bentuk koperasi kredit. Gagasan koperasi kredit pertama kali lahir pada abad ke XVIII (18) di benua Eropa, tepatnya di negeri Jerman. Gerakan CU berawal dari gagasan para Pekerja dan Penenun Rochdale di England (Inggris) yang membentuk Koperasi konsumtif secara demokratis pada tahun 1840. Pada tahun 1852 dan 1864 koperasi ini kemudian dikembangkan oleh


(14)

13

Hermann Schulze Delitzsch dan Friedrich Wilhelm Raiffeisen menjadi Credit Union. Negara Jerman dilanda krisis ekonomi yang hebat, akibat gagal panen yang terjadi hampir di seluruh wilayah. Keadaan ini menarik perhatian seorang pejabat walikota di Heddesdorf (Jerman) Friedrich Wilhelm Raiffeisen (1818-1883). Beliau mencoba mengulurkan bantuan dengan cara memberikan uang tunai, namun cara ini bukannya membantu tetapi malah menjadikan ketergantungan yang berlanjut (menghilangkan nilai kemandirian).

Memahami keadaan ini ahirnya Raiffeisen berpendapat “MEREKA hanya dapat ditolong oleh DIRI MEREKA SENDIRI”, dengan jalan mengumpulkan uang mereka yang sangat kecil dan dipinjamkan kepada sesama mereka dengan bunga yang layak untuk mengembangkan usaha. Pemikiran sang walikota inilah yang mendorong lahirnya Gerakan Koperasi Kredit Credit Union (CU) yang pertama kali pada tahun 1864, dengan nama “HEDDESDORF CREDIT UNIOUN”. Maka pada tahun 1913, lebih dari 60 % Koperasi di Pedesaan Jerman adalah Koperasi Kredit (Credit Union) sebagai pelaku ekonomi yang membawa Jerman bangkit dari kemiskinan.

Masuknya Credit Union ke Indonesia oleh seorang pastor yang berkewarganegaraan Jerman yang bertugas di Kalimantan Barat yaitu Karl Albrectht Karim, SJ (almarhum). Bibit-bibit Credit Union yang ditabur, berkembang dan mengalami inkultarasi sesuai budaya Kalimantan (Dayak) menjadi CU “ala Kalimantan”. Dari wilayah Kalimantan Barat sesuai dengan perkembangannya, telah membentuk Credit Union di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara dan khususnya di Kota Medan.


(15)

14

Perkembangan Credit Union di Sumatera Utara dimulai di era 1971 dengan didirikannya Credit Union pertama, yakni C.U Cinta Mulia di Pematang Siantar oleh Drs. Pintaraja Marianus Sitanggang. Dengan menggagasi berdirinya CU dikalangan guru / pegawai SMA Budi Mulia sekitar 20 orang. Sungguh tidak mudah, dengan sedikit paksaan, potong gaji, jadilah berdiri CU CINTA MULIA, sebuah nama yang diambil dari nama gabungan sekolah BUDI MULIA dan CINTA RAKYAT, yang kebetulan pada saat itu guru-guru dan pegawai-pegawai dari kedua sekolah tersebut menjadi anggota awal, sehingga disepakati bernama CU CINTA MULIA. CU ini juga sekaligus embrio Gerakan CU di Sumtera Utara.Tahun berikutnya, 1972 tepatnya bulan Juni, suatu team dari CUCO (Credit Union Counceling Office) yang didatangkan oleh PANSOS (Panitia Sosial) Keuskupan Agung Medan, menyelenggarakan Kursus CU di Medan dan kemudian di P.Siantar (Wisma PEMUDA KATOLIK) Jl.Lingga 1, P.Siantar, pada bulan Juni 1972. Sesudah Kursus CU Perdana ini, oleh Ketua PANSOS KA Medan, Pastor Fidelis Sihotang, dibentuklah suatu TEAM MOBILE CU. Tugasnya, mempromosikan gerakan Credit Union di paroki-paroki se Keuskupan Agung Medan.

Ada beberapa Credit Union di Kota Medan, salah satunya adalah Credit Union Cinta Kasih di daerah Pulo Brayan, Kota Medan. Bahwasanya Credit Union Cinta Kasih pada awalnya terbentuk melalui perkumpulan doa agama katolik di lingkungan St.Bonaventura di wilayah Pulo Brayan. Alasan mendasar terbentuknya Credit Union Cinta Kasih, dikarenakan sebagian besar anggota perkumpulan tersebut adalah kalangan ekonomi yang lemah (miskin). Dengan


(16)

15

kondisi tersebut Pastor Hubertus Tamba, dimana adalah pimpinan kelompok doa tersebut menyarankan untuk membentuk koperasi simpan pinjam bagi internal anggota tersebut. Uang yang ditabung tersebut dapat dipinjam oleh anggota untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Solusi ini diharapkan mampu menjawab persoalan yang terjadi terkait peningkatan taraf hidup anggota tersebut. Agar memperkuat hal tersebut, tiap-tiap anggota dibekali pendidikan mengenai koperasi kredit, karena dengan pendidikan perubahan pola pikir anggota koperasi menjadi lebih baik dalam pengelolaan koperasi kredit. Anggota merupakan pilar-pilar yang sangat berpengaruh terhadap CU Cinta Kasih dalam menjalankan kegiatannya. Di mana hal ini dapat dilihat dari kesediaan para anggotanya dalam melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota secara bertanggung jawab, dalam hal simpan pinjam serta partisipasi anggota dalam mengikuti pendidikan yang diadakan CU bagi anggota maupun calon anggota.

Anggota-anggota CU kebanyakan memanfaatkan pinjaman yang ada sebagai modal usaha untuk mengembangkan aktivitas kegiatan ekonomi mereka. Tujuan CU Cinta Kasih untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dapat terlaksana, jika para anggotanya dapat memanfaatkan dengan baik pinjaman yang ada sebagai modal usaha. Secara resmi pada tahun 1996 menerima anggota secara nasional yang berarti ialah menerima siapa saja menjadi anggota tanpa membedakan suku dan agama. Hal yang diutamakan adalah keinginan untuk menabung uang diantara para anggotanya sehingga dapat menciptakan modal bersama yang nantinya dipinjamkan ke mereka dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Namun dalam penerimaan anggotanya CU Cinta Kasih terlebih dahulu melihat


(17)

16

lokasi tinggal calon anggota, karena wilayah kerja CU. Cinta Kasih adalah Kota Medan. CU Cinta Kasih yang merupakan koperasi simpan pinjam pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan uang dari para anggotanya, maka untuk dapat memperoleh uang, terlebih dahulu harus melakukan penyimpanan yang berdasarkan pada prinsip koperasi kredit. Berikut ini merupakan 3 prinsip utama koperasi kredit yaitu:

1.Tabungan hanya diperoleh dari anggota-anggotanya

2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja

3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri

Ketiga prinsip tersebut mencerminkan adanya usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib sepenanggungan, karena dilakukan “Dari, Oleh dan Untuk Anggota”. Sedangkan caranya adalah melalui usaha simpan pinjam yang berdasarkan kerjasama dan saling percaya.

CU Cinta Kasih bukanlah bank walaupun memiliki kesamaan dalam usaha pelayanan yang dilakukan, yaitu pelayanan jasa keuangan. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya adalah CU Cinta Kasih lebih mengutamakan modal sosial sedangkan bank lebih mengutamakan modal uang. Dalam praktiknya bank akan bekerja semata-mata mengejar keuntungan, sedangkan CU berorientasi untuk membangun manusia melalui kegiatan ekonomi. Bagi CU Cinta Kasih, keuntungan akan dikembalikan dalam bentuk pelayanan dan pembagian sisa hasil usaha. Sehingga kerjasama, kebersamaan dan kepedulian (solidaritas) bersama akan menjadi kekuatan utama dalam menjaga dan mempertahankan keberlangsungan organisasi. CU Cinta Kasih dapat dikatakan sebagai


(18)

17

perkumpulan orang bukan sekedar perkumpulan uang, yang artinya orang-orang yang ada di dalam CU ini menjadi subyek sekaligus fokus perhatian. Di dalam CU Cinta Kasih terdapat falsafah yang mengatakan “manusia yang kita utamakan sedangkan uang hanya sebagai alat saja”. Yang berarti bahwa meningkatkan penghasilan dan taraf hidup anggota-anggotanya itu merupakan tujuan CU dan uang menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut.

CU Cinta Kasih melayani anggotanya dalam bentuk peminjaman baik peminjaman produktif (peningkatan kegiatan usaha ataupun pengadaan) dan kesejahteraan (membeli tanah, perbaikan rumah dll.) Namun dalam hal ini CU lebih mengutamakan pinjaman untuk hal-hal yang bersifat produktif. Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga CU Cinta Kasih dapat melakukan peminjaman. Untuk mendapatkan pinjaman maka seorang anggota di CU, harus mendapatkan kepercayaan dari tiga anggota lain yang ada di CU Cinta Kasih. Mereka disebut penjamin yang berkewajiban menmbayar hutang apabila yang dijamin tidak dapat membayar hutangnya. Dengan konsep seperti ini, maka kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam CU Cinta Kasih. Setelah mendapat kepercayaan dari anggota maka dapat melakukan persayaratan administratif, yakni :

1. Sudah menjadi anggota aktif dan menabung secara aktif dan rutin selama 4 bulan.

2. Membuat berkas permohonan kredit minimal yang terdiri dari :

1. Surat permohonan yang ditandatangani lengkap.

2. Mengisi daftar isian yang disediakan CU Cinta Kasih.


(19)

18

4. Mengikuti wawancara oleh pihak bidang Kredit CU Cinta Kasih, yakni :

- Tujuan Pinjaman

- Kerajinan Menabung

- Kemampuan mengembalikan pinjaman

- Prestise

- Partisipasi masa lampau.

Perlu mengikuti kegiatan CU terutama kegiatan pendidikan karena merupakan pilar utama dalam CU Cinta Kasih. Besarnya pinjaman yang dikabulkan oleh pihak perkreditan ialah diatas dengan pinjaman maksimum 3 kali besarnya saham/simpanan, dan bunga pinjaman sebesar 2,75% menurun serta pengembalian pinjaman sesuai dengan kontrak perjanjian.

Modal sosial adalah bagian-bagian keorganisasian seperti kepercayaan (trust), norma (norm), jaringan (network). Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama. Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Fukuyama (2005) menyatakan bahwa modal sosial


(20)

19

memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern.

Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi, Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang tersebut maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana penerapan modal sosial dalam sistem operasional Credit Union.

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menggambarkan dan mengetahui upaya atau program yang diterapkan oleh Credit Union Cinta Kasih dalam konteks yang menggunakan modal sosial.

2. Untuk melihat dan mendeskripsikan pola pertukaran sosial dan pemanfaatan modal sosial pada Credit Union Cinta Kasih Pulo Brayan, Kota Medan


(21)

20 I.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi positif yang ilmiah bagi kajian sosiologis, khususnya dalam bidang pengembangan masyarakat dan modal sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini harapannya adalah selain meningkatkan kemampuan dan wawasan penulis dalam menulis karya ilmiah serta penerapan ilmu ditengah-tengah masyarakat, harapannya penelitian ini juga dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.


(22)

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ekonomi Kerakyatan

Pembangunan ekonomi harus diartikan sebagai perkembangan ekonomi rakyat dengan segala aspek kehidupan mereka (ekonomi, politik, harga diri, kepercayaan diri, kreativitas, solidaritas antar sesama, kemerdekaan yang berfungsi sosial, dll). Oleh karena itu negara yang masih tergolong negara berkembang pada umumnya termasuk Indonesia masih mengandung struktur sosial yang tidak seimbang atau pincang, pengembangan ekonomi rakyat harus melalui cara-cara atau jalan yang fundamental dan mengakar dalam struktur sosial dan penguasaan aset ekonomi.Pemikiran pembangunan ini bertujuan transformasi ekonomi bersamaan dengan transformasi sosial dalam arti pro-rakyat.

Sumber-sumber ekonomi akan ditujukan sebagian besar untuk keperluan rakyat banyak. Hal ini sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang dimana tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran individual atau personal. Sebab itu ekonomi disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas usaha kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Rumusan nasionalisme ekonomi untuk Indonesia seperti yang diutarakan diatas menghendaki secara mutlak adanya suatu restrukturisasi ekonomi Indonesia dari struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi bangsa merdeka dengan mayoritas bangsa


(23)

22

sebagai pelaku dan tulang punggungnya. Hal ini senada dengan apa yang dikemukan oleh Bung Hatta sebagai perumus Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945,

“Pasal 33 UUD 1945 itu adalah kebulatan pendapat yang hidup dalam perjuangan kemerdekaan pada zaman Hindia Belanda dahulu. Apabila diperhatikan struktur perekonomian dimasa itu, maka terdapatlah tiga golongan ekonomi yang tersusun bertingkat. Golongan atas ialah perekonomian kaum Kulit Putih, terutama bangsa Belanda. Produksi yang berhubungan dengan dunia luaran hampir rata-rata ditangan mereka, yaitu produksi perkebunan, produksi industri, jalan perhubungan di laut, sebagian di darat dan udara. Lapis ekonomi kedua, yang menjadi perantara dan hubungan dengan masyarakat Indonesia berada kira-kira 90% ditangan orang Tionghoa dan orang Asia lainnya. Orang Indonesia yang dapat dimasukkan ke dalam lapis kedua tersebut paling banyak sekitar 10%. Itupun menduduki tingkat sebelah bawah. Mereka sanggup masuk ke dalam lapis kedua itu karena kegiatannya bekerja dibantu oleh modal yang dimilikinya. Lapis ketiga adalah perekonomian segala kecil : pertanian kecil, pertukangan kecil, perdagangan kecil, dll, itulah daerah ekonomi bangsa Indonesia. Pun pekerja segala kecil, kuli, buruh kecil, dan pegawai kecil diambil dari masyarakat Indonesia ini. Dalam perekonomian yang segala kecil itu tidak mungkin orang-orang dengan tenaga sendiri sanggup maju keatas. Kecuali beberapa ratus orang-orang Indonesia yang memiliki modal usaha sedikit yang sanggup menempatkan dirinya dalam golongan dagang menengah yang hampir rata-rata diisi oleh orang Tionghoa dan orang-orang Asia lainnya.

Dalam keadaan ekonomi kolonial semacam itulah dimana pergerakan kemerdekaan mencita-citakan Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur di kemudian hari, hiduplah keyakinan, bahwa bangsa Indonesia dapat mengangkat dirinya keluar dari lumpur, tekanan dan isapan, apabila ekonomi rakyat disusun sebagai usaha bersama berdasarakan koperasi”—Hatta, 1970 (Sritua Arif , 2002:120)

Apa yang disampaikan oleh Bung Hatta adalah proses atau cara restrukturisasi ekonomi yang bertujuan mengubah dialektik ekonomi zaman Kolonial Belanda, yang pada jalannya adalah selain dalam pengorganisasian ekonomi rakyat juga dilakukan dengan upaya yang sistematis untuk menciptakan keseimbangan dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi Indonesia, terkhusus mengenai perimbangan kekuatan antara golongan Cina dengan golongan pribumi Indonesia yang perlu diperbaiki ekonomi.


(24)

23 Program Ekonomi Kerakyatan

1. Melaksanakan Etika Produksi Baru

Adalah dimana struktur produksi nasional dimana komposisi produksi nasional berbeda dari yang sekarang, bahwa produksi-produksi terbesar adalah barang pokok kebutuhan rakyat, dan produksi barang-barang tersebut haruslah mendominasi pertumbuhan produksi nasional. Bahwasanya hasil produksi melalui padat karya yang membutuhkan tenaga kerja dengan upah yang layak secara kemanusiaan, artinya upah yang layak secara kemanusiaan adalah upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan ada sisa disimpan.

2. Melaksanakan Demokrasi Ekonomi

Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, sistem tersebut dapat diartikan sebagai sistem kapitalisme kerakyatan melalui koperasi dengan peranan negara di bidang-bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Sekalipun negara berperan besar, tetapi proses ekonomi sebagaian besar diselenggarakan oleh rakyat atas dasar setiap usaha mempunyai fungsi sosial yang tercermin dalam distribusi yang adil dari hasil usaha dan juga tercermin dalam organisasi unit-unit usaha sedang dan besar berbentuk koperasi. Unit-unit kecil dibiarkan untuk dimiliki oleh individu atas dasar bentuk perorangan.

Dan sistem ini adalah cara atau konsep untuk menghindari dan menolak model proses ekonomi yang sentralistik perorangan, dimana kekuasaan ekonomi dipegang segelintir orang dan sekelompok orang.


(25)

24 3. Strategi Industrialisasi

Artinya bahwa adanya kawasan-kawasan industri pada tingkat daerah di Indonesia. Untuk barang-barang konsumsi massal atau pokok dalam kategori industri kecil dan menegah menyebar diseluruh daerah, sehingga setiap daerah mempunyai industri-industri barang konsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan daerah berdasarkan ketersediaan barang baku industri. Dengan langkah ini, produksi barang industri untuk keperluan rakyat dilakukan oleh orang banyak sebagai produsen, sehingga di tiap daerah dapat terlaksana pengembangan daerah dan demokrasi ekonomi secara bersamaan.

4. Pembangunan Koperasi

Koperasi dalam hal ini, harusnya dapat menjadi tulang punggung sistem ekonomi dalam sektor swasta, sehingga tidak lagi mempersoalkan skala kecil dan menengah, tetapi juga sudah mengukur kekuatan waktu untuk jangka menengah dan panjang. Model usaha koperasi diusulkan Bung Hatta sebagai bentuk ekonomi rakyat hal ini berdasarkan pengamatan Bung Hatta mengenai struktur sosial dan struktur ekonomi di Indonesia.

5. Program Pendidikan

Hal ini juga merupakan bagian penting untuk tetap mewariskan pengetahuan dan nilai-nilai filosofis yang terkadung dalam ekonomi kerakyatan bagi generasi muda untuk mencetak kader-kader bangsa yang


(26)

25

ulet dan cerdas dalam menghadapi tantangan bangsa di kemudian hari.. (Sritua Arif, 2002 : 197)

Ekonomi kerakyatan ini juga sesuai dengan salah satu pilar Trisakti yang dikemukan oleh Bung Karno yakni “Berdikari di bidang Ekonomi”. Bahwa Indonesia yang merdeka berdaulat atas sumber daya alamnya, dan berdaulat atas ekonominya bukan berdaulat kepada pihak asing yang pada akhirnya menciptakan penjajahan baru pada bangsa Indonesia. Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bung Karno terkait konsep perombakan ekonomi Indonesia dari ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional rakyat :

“Banyak diantara kaum nasionalis Indonesia yang berangan-angan jempol sekali jikalau negara kita bisa, seperti negeri Jepang, atau negeri Amerika atau negeri Inggris ! kaum nasionalis yang demikian itu adalah kaum nasionalis yang

burgerlijk, yaitu kaum nasionalis borjuis. Mereka adalah Burgelijk Revolutionair

dan tidak Social Revolutionair.

Nasionalisme kita tidak boleh nasionalisme yang demikian itu. Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang mencari selamatnya perikemanusiaan. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada menselijkheid.

Nasionalisme kita oleh karenanya, haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru kami sebutkan : Sosio Nasionalisme dan demokrasi yang harus kita cita-citakan haruslah juga demokrasi yang kami sebutkan :Sosio Demokrasi.

Apakah sosio - nasionalisme dan sosio - demokrasi itu ? Sosio – nasionalisme adalah dus : nasionalisme-masyarakat dan sosio – demokrasi adalah demokrasi masyarakat. Tetapi apakah nasionalisme-masyarakat dan demokrasi masyarakat ?

Memang maksudnya sosio – nasionalisme ialah memperbaiki keadaan-keadaan di dalam masyarakat itu sehingga keadaan-keadaan yang kini pincang itu menjadi keadaan yang sempurna, tidak ada kaum tertindas, tidak ada kaum yang cilaka, tidak ada kaum yang papa sengsara. Jadi sosio – nasionalisme adalah nasionalisme yang bermaksud mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri DAN keberesan rezeki.

Dan demokrasi masyarakat ? demokrasi masyarakat, sosio – demokrasi, adalah timbul karena sosio – nasionalisme. Sosio – demokrasi adalah pula demokrasi yang berdiri dengan dua-dua kakinya di dalam masyarakat. Sosio – demokrasi tidaklah ingin mengabdi suatu gundukan kecil saja, tetapi kepentingan masyarakat. Sosio – demokrasi adalah demokrasi politik DAN demokrasi ekonomi”---Soekarno, 1932 (Sritua Arif, 2002 : 200).


(27)

26

Bahwa Bung Karno berpendapat kemerdekaan bukan untuk kepentingan kemerdekaan itu sendiri, tetapi kemerdekaan yang adalah merupakan syarat fundamental untuk melalukan koreksi besar dalam tatanan sosial dan tatanan hubungan ekonomi di dalam masyarakat.

2.2 Grameen Bank

Konsepsi Grameen Bank (Bank Pedesaan) lahir sebagai antitesa kemiskinan, yang merupakan perwujudan sikap gotong royong sesama orang-orang miskin dengan cara mengumpulkan kapita (modal) mereka serta menggunakan sistem sirkulasi antrian dalam penggunaan modal di tiap-tiap anggotanya. Grameen Bank merupakan lembaga mikro kredit di pedesaan yang telah membuktikan keberhasilan dalam mengentaskan kemiskinan di Bangladesh, tepatnya berawal dari desa Jobra. Dengan mekanisme yang non-birokrasi yang berbelit-belit, karena pada awalnya nasabah Grameen Bank adalah 98 % orang-orang yang buta huruf dan terjebak dalam dimensi kemiskinan kultural dan struktural. Sehingga sistem grameen bank dapat langsung menyentuh orang-orang miskin dengan model pembangunan berbasis kelompok dan pembangunan ekonomi mikro.

Sistem Grameen Bank yang dirintis oleh Muhammad Yunus, menitikberatkan persoalan kemiskinan pada pendidikan dan modal. Bahwa pendidikan merupakan jalan keluar dari kemiskinan yang kultural, dimana pengaruh budaya dan adat menjadi sangat melekat pada masyarakat di Bangladesh menciptakan situasi masyarakat menjadi tidak berkembang dan maju terkhusus pada perempuan, karena di Bangladesh sosok perempuan adalah sosok yang paling terjajah secara kultural, karena ketika ada orang yang kelaparan di


(28)

27

Bangladesh yang pertama kali adalah perempuan. Hal ini disebabkan model budaya di Bangladesh, perempuan merupakan sosok yang sangat domestik dalam urusan rumah tangga, dan pria adalah sosok yang paling menjadi figur untuk urusan keluar bagi rumah tangga atau sosok publik, dengan kata lain perempuan di Bangladeh adalah sosok yang paling tidak memiliki nilai tawar dalam urusan ekonomi ataupun bisnis.

Kondisi ini diperparah dengan maraknya para tengkulak dan rentenir, dimana tiap-tiap rumah tangga yang tidak memliki modal (kapita) untuk diagunkan ke bank-bank komersil, maka akan melakukan pilihan yang pada dasarnya mereka tahu bahwa hal itu adalah bukan pilihan, namun terpaksa dilakukan yakni meminjam kepada rentenir dan tengkulak dengan bunga yang sangat tinggi. Muhammad Yunus dengan konsep Grameen Bank mencoba menjawab persoalan mayoritas masyarakat Bangladesh, dengan melakukan perekrutan anggota untuk masuk ke dalam Grameen Bank, dimana mekanisme awalnya sebelum menjadi anggota Grameen Bank dan dapat melakukan transaksi simpan-pinjam mereka pendapat pendidikan mengenai bisnis dan kredit, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 orang yang nantinya akan membentuk giliran dalam pemanfaatan modal. Langkah awal Grameen Bank untuk dapat melakukan advokasi secara inheren kepada masyarakat pada awalnya adalah dengan melakukan suntikan modal kepada masyarakat, lalu pinjaman yang telah dipakai oleh masyarakat dibayar dengan sistem per hari tanpa bunga, sehingga tidak menyulitkan bagi para peminjam yang notabene tidak memiliki modal, atau agunan namun sudah mempunyai kegiatan usaha (orang miskin), dan para peminjam juga menabung uangnya di Grameen Bank. Konsep ini sangat


(29)

28

mampu untuk menembus jantung kemiskinan, dimana pengemis sekalipun dapat melakukan pinjaman melalui Grameen Bank, sehingga memungkinkan mobilitas sosial terjadi dalam masyarakat.(Yunus,Muhammad.2007)

2.3 Teori Pertukaran Sosial

Dalaminteraksi sosial yang terjadimakapertukaransocialjugaterjadi, halinimerupakanprinsipdasardalaminteraksisosial (takeandgift). Teori pertukaran (exchange theory) menekankan pada manusia sebagai rational profit, dalam artian setiap individu interaksinya diorientasikan untuk mendapatkan keuntungan. Orang pertama yang memulai studi tentang teori pertukaran adalah Homans.

Dalam membangun teori ini ia menyandarkan analisanya pada teori behavorialisme sosial yang menekankan bahwa sikap manusia dalam keseharian merupakan respon atas impuls yang diberikan oleh lingkungan secara berulang ulang. Namun, walaupun begitu, Homans tidak setuju secara penuh atas pemikiran tersebut, menurut Homans, manusia memiliki daya nalar yang akhirnya dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan atas sikap-sikapnya selanjutnya. Juga ia melihat pengaruh norma sosial sebagai penghambat atas tindakan sosial seseorang.

Dalam karya teoritisnya, Homans membatasi diri pada interaksi kehidupan sehari-hari. Namun, jelas ia yakin bahwa sosiologi yang dibangun berdasarkan prinsip yang dikembangkannya akhirnya akan mampu menerangkan semua perilaku sosial. Dalam hal ini Homans menggunakan contoh jenis hubungan pertukaran yang menjadi sasaran perhatiannya. Berdasarkan dari pemikirannya


(30)

29

terhadap Skinner, Homans mengambangkan beberapa proposisi antara lain adalah:

2.3.1 Proposisi Sukses.

Ada beberapa hal yang ditetapkan Homans menganai proposisi sukses. Pertama, meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima menyebabkan makin sering tindakan dilakukan, namun pembahasan ini tak dapat berlangsung tanpa batas. Di saat individu benar-benar tak dapat betindak seperti itu sesering mungkin. Kedua, makin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, makin besar kemungkinan orang mengulangi perilaku, dan begitu pual sebaliknya. Ketiga, menurut Homans, pemberian hadiah secara intermiten lebih besar kemungkinannya menimbulkan perulangan perilaku ketimbang menimbulkan hadiah yang teratur. Hadiah yang teratur menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, sedangkan hadiah yang diterima dalam jarak waktu yang tek teratur sangat mungkin menimbulkan perulangan perilaku.

2.3.2 Proposisi Pendorong.

Homans tertarik pada proses generalisasi dalam arti kecenderungan memperluas perilaku keadaan yang serupa. Aktor mengkin hanya akan melakukan sesuatu dalam keadaan khusus yang terbukti sukses di masa lalu. Bila kondisi yang menghasilkan kesuksesan itu terjadi terlalu ruwet maka kondisi serupa mungkin tidak akan menstimulasi perilaku. Bila stimuli krusial muncul terlalu lama sebelum perilaku diperlukan maka stimuli itu benar-benar tak dapat merangsang perilaku. Aktor dapat menjadi terlalu sensitif terhadap stimuli terutama jika stimuli itu sangat bernilai bagi aktor. Kenyataannya aktor dapat


(31)

30

menanggapi stimuli yang tak berkaitan, setidaknya hingga situasi diperbaiki melalui kegagalan berulang kali. Semuanya ini dipengaruhi oleh kewaspadaan atau derajat perhatian individu terhadap stimuli.

(Sumber:http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2011/05/james-coleman-sosial-capital.html)

2.3.3 Proposisi Nilai.

Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. hadiah adalah tindakan dengan nilai positif; makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Hukuman adalah tindakan dengan nilai negatif; makin tinggi nilai hukuman berarti main kecil kemungkinan aktor mewujudkan perilaku yang tak diinginkan. Homans menemukan bahwa hukuman merupakan alat yang tak efisien untuk membujuk orang mengubah perilaku mereka karena orang dapat bereaksi terhadap hukuman menurut cara yang tak diinginkan. Sebenarnya lebih baik tak memberikan hadiah terhadap perilaku yang tak diinginkan; perilaku demikian akhirnya akan dihentikan. Hadiah jelas lebih disukai, tetapi persediaannya mungkin sangat terbatas

2.4 Teori Modal Sosial

Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang diartikan sebagai investasi untuk mencari sumber daya baru. Bahwa sesuatu yang disebut sumber daya adalah hal yang bisa untuk dikonsumsi, disimpan, dan disimpan. Modal sosial juga dekat dengan terminologi sosial lainnya yaitu seperti kebajikan sosial (social virtue), yang menjadi pembeda letaknya di dimensi jaringan Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika di dalamnya melekat


(32)

31

perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang besifat imbal balik dalam suatu bentuk hubungan sosial. Randall Collin mengemukakan kajian tentang apa yang dia sebut sebagai phenomena mikro dan interaksi sosial yaitu norma dan jaringan (the norms and networks) yang sangat berpengaruh pada kehidupan organisasi sosial. Norma yang terbentuk dan berulangnya pola pergaulan keseharian akan menciptakan aturan aturan tersendiri dalam suatu masyarakat.Aturan yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat dalam setiap proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan berbagai urusan sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma asosiasi atau norma kelompok, akan sangat banyak manfaatnya dan menguntungkan kehidupan institusi sosial tersebut. Kekuatan-kekuatan sosial dalam melakukan interaksi antar kelompok akan terbentuk. Pada akhirnya mempermudah upaya mencapai kemajuan bersama.

Setiap pola hubungan yang terjadi diikat oleh kepercayaan (trust) kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif

Unsur pokok modal sosial:

1. Partisipasi dalam suatu jaringan salah satu kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial.Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality),


(33)

32

kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan anggota anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.

2. Resiprocity. Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain). Dalam konsep Islam, semangat semacam ini disebut sebagai keikhlasan. Semangat untuk membantu bagi keuntungan orang lain. Imbalannya tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu tertentu. Pada masyarakat, dan pada kelompok-kelompok sosial yang terbentuk, yang di dalamnya memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat Keuntungan lain, masyarakat tersebut akan lebih mudah membangun diri, kelompok dan lingkungan sosial dan fisik mereka secara rnengagumkan.

3. Trust. Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak. yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. Dalam pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat


(34)

33

tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

4. Norma Sosial. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota rnasyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.

5. Nilai-Nilai. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat.

6. Tindakan Proaktif. Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan yang kuat dan anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Ide dasar dan premis ini, bahwa seseorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif. Mereka melibatkan diri dan mencari kesempatan kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dan sisi material tapi juga kekayaan hubungan hubungan sosial, dan menguntungkan kelompok, tanpa merugikan orang lain, secara bersama-sama. Mereka cenderung tidak menyukai bantuan bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih banyak melayani secara proaktif


(35)

34 2.5 Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian defenisi konsep sangat diperlukan agar mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah kerangka acuan penelitian didalam desain instrumen penelitian. Konsep digunakan agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan variabel, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya (Burhan Bungin, 2001). Adapun beberapa konsep penting dalam penelitian ini adalah :

1. Credit Union : Lembaga bukan bank, yang memberikan layanan kredit kepada masyarakat untuk peningkatan usaha dan ekonomi.

2. Modal Sosial : Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas.

3. Operasional : Satuan cara atau mekanisme kerja dalam sebuah lembaga atau organisasi.

4. Sistem : Pola atau bentuk yang disepakati untuk dijadikan panduan pengelolaan bagi seluruh elemen dalam sebuah lembaga atau


(36)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian pada karya tulis ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (holistic) dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiahdan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:1). Penelitian studi deskriptif ini merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dan bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti serta berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Credit Union Cinta Kasih, Pulo Brayan Kota Medan. Alasan peneliti melakukan pemilihan lokasi tersebut adalah, dikarenakan C.U Cinta Kasih adalah salah satu C.U terbesar di Kota Medan, dan area C.U Cinta Kasih dekat dengan lokasi peneliti.


(37)

36 3.3 Unit Analisis Dan Informan

3.3.1 Unit analisis

Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah, Sistem Kerja atau Program Kerja yang berorientasi modal sosial terhadap anggota dari C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan, dan perkembangan usaha nasabah atau anggota C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan.

3.3.1.1 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Pengurus C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan, dan anggota C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan dan masyarakat sekitar C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan

Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalahPengurus, Staff, dan Anggota C.U Cinta Kasih Pulo Brayan yang melakukan aktivitas peminjaman secara periodik atau berkala.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini, maka alat-alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu bentuk atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Melalui observasi maka peneliti dapat melihat perilaku dalam keadaan (setting) alamiah, melihat dinamika, melihat gambaran perilaku berdasarkan situasi yang ada dilapangan. Dalam penelitian ini, peneliti


(38)

37

menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi. Seorang peneliti dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi dan menetapkan untuk mengamati kelompok itu dengan menggunakan satu atau beberapa cara, atau dapat pula peneliti melakukan kerjasama dengan sebuah kelompok dalam tujuannya mengamati kelompok dengan beberapa cara. Tanpa melihat bagaimana peneliti bisa menjadi bagian dari lingkungannya, maka yang penting partisipan aktif sebagai bagian yang menyeluruh yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam yaitu peneliti mengadakan tanya jawab dengan pedoman pertanyaan yang telah disusun dengan ditujukan sedemikian rupa untuk menggali informasi dan mendapatkan data yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, informasi yang digali oleh peneliti adalah bagaimana mekanisme penerapan modal sosial dalam C.U Cinta Kasih, yang diperuntukan bagi pengembangan usaha anggota yang notabene adalah pelaku usaha kecil dan menengah.

3. Data Sekunder

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, atau surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.


(39)

38 3.5 Interpretasi data

Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaa data. Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diukur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Data tersebut setelah dibaca, dipelajari, ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi.Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuannya. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan diinterpretasikan secara kualitatif.


(40)

39 BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Sejarah Pendirian CU Cinta Kasih

Koperasi kredit lahir pertama sekali di Jerman tahun 1889 dan menyebar di negara-negara Eropa dan Asia. Masuk ke Indonesia (Jakarta) tahun 1970 yang dikembangkan oleh BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia), BK3I adalah Lembaga yang berazaskan Pancasila, yang selalu bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Departemen Koperasi.Koperasi kredit lahir pertama sekali di Jerman tahun 1889 dan menyebar di negara-negara Eropa dan Asia. Masuk ke Indonesia (Jakarta) tahun 1970 yang dikembangkan oleh BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia), BK3I adalah Lembaga yang berazaskan Pancasila, yang selalu bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Departemen Koperasi.Credit Union (CU) yang lazim disebut koperasi kredit merupakan kumpulan orang-orang yang saling percaya yang bersama-sama mengorganisir diri untuk menyediakan pelayanan bagi sesama mereka. Koperasi kredit/Credit Union berasal dari bahasa Yunani (Credere) yang berarti kepercayaan, dengan demikian dasar koperasi kredit adalah kepercayaan.

Kini CU telah berkembang dengan pesat keseluruh daerah dipenjuru tanah air. Di Sumatera Utara berdiri tahun 1971 dengan BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah) yang membawahi semua kopdit primer yang berpusat di Pematang Siantar. Berdasarkan hasil data Statistik Kopdit Binaan Puskopdit Bekatigade Sumatera Utara terdapat 83 CU yang bernaung di bawahnya, dan


(41)

40

untuk di wilayah Medan-Langkat terdapat 7 nama CU yang bernaung di bawahBK3D seperti: Karya Murni, Harapan Kita, Rukun Damai, Cinta Kasih, Karya Murni (Binjai), Tunas Karya dan Karya Bersama. BK3D ini dikoordinir oleh BK3I yang berpusat di Jakarta.

CU Cinta Kasih yang merupakan salah satu wadah koperasi kredit ditingkat primer yang ada di Sumatera Utara berdiri pada tahun 1990 yang berawal dari sebuah perkumpulan doa agama Khatolik di wilayah Pulo Brayan. CU ini pertama sekali diperkenalkan oleh Pastur Hubertus Tamba yang pada saat itu adalah seorang pastur di katedral Jl. Pemuda Medan. Perkumpulan doa tersebut berada di lingkungan St.Bonaventura yang berada di wilayah Pulo Brayan Kota Lrg I. Lingkungan St.Bonaventura ini adalah salah satu lingkungan doa dari 12 lingkungan yang ada di Paroki Katedral. Alasan mengapa dibentuknya CU di lingkungan St.Bonaventura karena sebagian besar anggota perkumpulan tersebut termasuk kategori ekonomilemah (miskin). Melihat kondisi perekonomian anggotanya yang begitu rendah, Pastor Hubertus Tamba merasa tergugah sehingga beliau menyarankan untuk didirikannya koperasi simpan pinjam di lingkungan St.Bonaventura. Anggota perkumpulan doa menyambut dengan baik usulan Pastor tersebut. Namun sebagian besar anggota perkumpulan belum begitu mengenal kegiatan CU, sehingga Pastor Hubertus meminta bantuan Suster Nikasya Sihombing untuk memperkenalkan CU di luar kegiatan doa lingkungan. Suster Nikasya adalah salah seorang Suster yang bernaung di Paroki KatedralPematang Siantar, di mana kegiatan CU ini sudah ada dan berjalan di Paroki tersebut.


(42)

41

Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup anggotanya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk menunjang hal tersebut maka setiap calon anggota maupun anggota wajib menerima pendidikan mengenai pengetahuan berkoperasi, karena hanya melalui pendidikanlah dapat merubah pola pikir para anggotanya bagaimana berkoperasi dengan baik. Adanya pendidikan ini jugalah yang membuat anggota lingkungan St.Bonaventura yang semula belum mengenal koperasi kredit menjadi lebih mengenal maksud dan tujuan kegiatan dalam kopdit tersebut.

Pada awalnya CU di lingkungan St.Bonaventura diberi nama CU Santa Maria, di mana anggota lingkungan St.Bonaventura hanya berjumlah 20 orang dan mereka diwajibkan menabungkan uang sebesar Rp 10.000/orang. Uang yang ditabung bersama itu dapat langsung dipinjamkan kepada mereka yang memerlukan modal untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Ketua, wakil ketua dan bendahara dipilih dari anggota dan pada saat itu mereka belum memiliki kantor tetap karena hanya berjumlah 20 anggota saja sehingga diputuskan rumah ketua sebagai kantor CU sementara. Setelah satu tahun CU Santa Maria berdiri diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), pada saat RAT inilah para anggota diminta untuk memberikan masukan untuk mengubah nama CU Santa Maria. Hal ini dilakukan mengingat nama Santa Maria dianggap terlalu bersifat ke Katolikan (agamasentris) sehingga mereka memutuskan untuk mengubahnya. Pada saat RAT (Rapat Anggota Tahunan) tersebut para anggota diberi kesempatan untuk memberikan nama baru yang sesuai dengankeinginan mereka, dan ada beberapa nama yang diusulkan anggota sebagai pengganti nama CU Santa Maria seperti


(43)

42

CU Solidaritas dan CU Cinta Kasih. Kebanyakan dari anggota tersebut memilih nama CU Cinta Kasih sebagai pengganti nama CU yang baru dan akhirnya diputuskan bersama untuk memakai nama CU Cinta Kasih dalam kegiatan koperasi di lingkungan St.Bonaventura.

Pada tanggal 5 Mei 1990 CU Cinta Kasih diresmikan dan setelah tiga tahun berdirinya CU tersebut telah menunjukkan hasil yang signifikan, ini dapat dilihat dari kehidupan anggotanya yang menjadi lebih baik dari sebelumnya terutama dalam perekonomian. Perbaikan kondisi ekonomi terjadi karena anggota CU ini memanfaatkan pinjaman uang dari CU yang digunakan sebagai suntikan modal baru serta pengelolaan yang tepat melalui bimbingan dari CU dimana rata-rata anggotanya adalah pedagang. Setelah beberapa waktu CU Cinta Kasih yang pada awalnya diperuntukkan kepada anggota perkumpulan doa St.Bonaventura, namun pada tahun 1994 memutuskan untuk menerima anggota non Katolik. Keputusan ini diambil setelah pihak CU Cinta Kasih melakukan studi banding ke CU Pardomuan di Dolok Sanggul yang dimotori oleh Pastor Libreak. Studi banding dan pelatihan itulah yang memberikan pandangan dan kesimpulan baru kepada CU Cinta Kasih untuk membuka diri dan akhirnya memutuskan memberikan ruang dan kesempatan kepada calon anggota non- katolik dan di luar lingkungan St.Bonaventura untuk menjadi anggota CU Cinta Kasih.

Secara resmi pada tahun 1996 CU Cinta Kasih menerima anggota secara umum dan tidak terikat pada kekatolikan yang berarti bahwa CU Cinta Kasih menerima siapa saja yang ingin menjadi anggotanya tanpa membedakan suku dan agama, hal yang menjadi prioritas utama adalah keinginan untuk menabung uang di antara para anggotanya sehingga dapat tercipta modal bersama yang pada


(44)

43

akhirnya dapat dipinjamkan bagi mereka dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Dalam proses penerimaan anggota CU terlebih dahulu dilihat wilayah tempat tinggal calon anggota karena wilayah kerja CU Cinta Kasih hanya berada di sekitar Medan. Namun sejak tahun 2000 CU Cinta Kasih telah memperluas wilayah kerja mereka menjadi Wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan Badan Hukum : 480/BH/KDK/2.17/X/2000. Dalam menjalankan kegiatannya, CU Cinta Kasih berpedoman pada koperasi. Namun CU Cinta Kasih lebih berkecimpung dalam bidang pelayanan jasa keuangan saja.

CU Cinta Kasih pada dasarnya merupakan koperasi kredit (simpan pinjam) yang beroperasi pada hal pemenuhan kebutuhan uang anggotanya. Sehingga dalam hal ini yang menjadi pedoman dalam proses peminjaman ada 3 (tiga) hal yang menjadi persyaratan utama bagi anggota untuk melakukan pinjaman, :

1. Tabungan hanya diperoleh dari anggota-anggotanya

2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja

3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri

Hal ini sesuai dengan pedoman koperasi kredit, dan juga hal ini telah tercermin dalam visi dan misi dari CU Cinta Kasih, yakni :

Visi

Pelayanan prima dan keramah tamahan dan menjadi Kopdit terbesar no 3 di tahun 2017 di Sumatera Utara tingkat Puskopdit BK3D.


(45)

44

1. Mengembangkan sikap saling tolong menolong diantara para anggota

2. Memberikan pelayanan simpan pinjam secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip-prinsip dan manajemen koperasi kredit guna meningkatkan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

3. Memperkokoh struktur organisasi baik intern maupun ekstern.

4. Menjalin kerja sama dalam gerakan koperasi kredit secara horizontal maupun vertikal dengan lembaga-lembaga mitra, baik pemerintah maupun non-pemerintah.

5. Meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Koperasi Kredit melalui penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.

Tujuan Kopdit CU Cinta Kasih :

1. Mengembangkan Kopdit sesuai dengan Jati diri koperasi : Organisasi, Nilai-nilai, dan prinsip koperasi.

2. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro kecil dan menengah dan koperasi melalui sistem simpan pinjam.

3. Mendorong kehidupan ekonomi anggota dalam kegiatan usaha mikro kecil dan menengah

4. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan Kopdit CU Cinta Kasih P.Brayan Medan.

Ketiga prinsip tersebut mencerminkan adanya usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib sepenanggungan, karena dilakukan “Dari,


(46)

45

Oleh dan untuk Anggota”. Sedangkan caranya dilakukan melalui simpan pinjam yang berdasarkan kerjasama dan saling percaya. CU Cinta Kasih kini telah ber-Badan Hukum dengan No. 480/KDK/2.17/x/2000 dan juga telah memiliki kantor tetap yang berada di Jl. KL. Yos Sudarso No. 138-D Pulo Brayan Kota Medan. Seiring dengan meningkatnya jumlah anggota CU Cinta Kasih maka selain memiliki kantor pusat, kini CU Cinta Kasih telah memiliki 4 kantor cabang atau yang lebih dikenal dengan sebutan TPK (Tempat Pelayanan Khusus) yang berada di :

1. Jl. Flamboyan Raya No. 16 Tj. Selamat - Medan

2. Jl. Letjend. Jamin Ginting No.154 Padang Bulan – Medan

3. Jl. Gatot Subroto Km. 8,2 No. 18-E Kp. Lalang – Medan

4. Jl. Glugur Rimbun Tanjung Anom – Medan.

. Hal inidilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota CU Cinta Kasih yang telah memberikan kepercayaan kepada CU dalam hal simpan pinjam.


(47)

46 4.2 Keorganisasian

4.2.1 Identitas

Nama : Kopdit (CU) Cinta Kasih Medan

Berdiri : 5 Mei 1990

Alamat : Jl. KL. Yos Sudarso No. 138 D Pulo Brayan Kota Medan

Badan Hukum : No. 480/KDK/2.17/X/2000

No. Anggota SPD : 068

No. Anggota Daperma : 687

Wilayah Kerja : Propinsi Sumatera Utara

Jumlah unit/ kelompok : 95 (dapat dilihat dalam lampiran)

4.2.2 Keanggotaan

1. Jumlah Anggota sampai Desember 2012

Laki-laki : 6.260 orang

Perempuan : 10.188 orang

2. Jumlah Anggota tarik diri


(48)

47

Perempuan : 348 orang

3. Jumlah Anggota yang meninggal

Laki-laki : 22 orang

Perempuan : 9 orang

Diagram I : Statistik Perkembangan Anggota CU

Keanggotaan CU Cinta Kasih :

Anggota biasa:

1. Berusia 17 tahun keatas atau sudah berumah tangga

2. Berdomisili di wilayah kerja CU Cinta Kasih

3. Beritikad baik

4. Berminat untuk menabung 8395

9964

11889

14433

16448

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

2008 2009 2010 2011 2012

Statistik Perkembangan Anggota CU.

Cinta Kasih P. Brayan - Medan


(49)

48

5. Usia anggota baru maksimum 65 tahun

Anggota Luar Biasa

1. Berusia 6 bulan sampai dengan dewasa tetapi belum mempunyai penghasilan

2. Berdomisili di wilayah kerja CU Cinta Kasih

Keanggotaan dinyatakan sah bila anggota yang diajukan kepada CU Cinta Kasih dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

Anggota Biasa

1. Membuat surat permohonan dengan melampirkan foto copy KTP yang berlaku dan pas foto

2. Membayar uang pangkal

3. Simpanan Pokok

4. Simpanan wajib

5. Membayar sukarela kelipatan

6. Membayar DAKESMA

7. Mengikuti pendidikan

8. Memperoleh buku anggota yang telag disahkan pengurus

Anggota Luar Biasa


(50)

49 2. Membayar simpanan pokok

3. Membayar simpanan wajib

4. Simpanan sukarela kelipatan

5. Memperoleh buku anggota yang telah disahkan pengurus

4.2.3Hak dan Kewajiban anggota CU Cinta Kasih

Anggota Biasa

Hak

1. Mendapatkan jasa-jasa pelayanan terutama bentuk pinjaman yang diberikan CU

2. Dipilih dan memilih untuk setiap jabatan dalam kepengurusan CU

3. Menarik simpanan sukarela jika dalam kondisi terdesak, pada jam kerja kantor

4. Menerima deviden setelah tutup buku

5. Menerima jasa pinjaman setelah tutup buku bila pinjaman tersebut lunas lebih awal atau sesuai dengan kontrak perjanjian

6. Mengemukakan pendapatnya tentang segala sesuatu yang dapat dirundingkan dalam rapat anggota


(51)

50 Kewajiban

1. Menghadiri dan ikut secara aktif memberikan suaranya dalam rapat anggota

2. Menabung secara rutin setiap bulan dan mengembalikan pinjaman serta bunga tepat pada waktunya

3. Membayar denda jika terjadi keterlambatan pengembalian pinjaman

4. Menjaga nama baik CU

5. Mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh CU

Anggota Luar Biasa Berhak:

1. Menerima deviden

2. Menjadi anggota biasa setelah menerima pendidikan

Anggota Luar Biasa Berkewajiban

1. Menabung secara rutin tiap bulan

2. Menjaga nama baik CU

Selain memberikan hak dan kewajiban kepada anggotanya, CU Cintga Kasih juga memberikan ansuransi kepada setiap anggota, yaitu:


(52)

51 a. DAPERMA

DAPERMA (Dana Perlindungan Bersama) merupakan suatu badan dalam CU yang dikelola langsung oleh BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia) yang berpusat di Jakarta, yaitu memberikan perlindungan simpanan maupun pinjaman anggota. CU Cinta Kasih telah menjadi anggota DAPERMA dengan no. 687. DAPERMA diperuntukkan bagi anggota CU itu sendiri, misalnya: ada anggota CU yang masih punya sisa pinjaman, lalu dia tiba-tiba meninggal maka DAPERMA akan membayar semua sisa hutang berikut bunganya kepada CU Cinta Kasih dan kepada ahli warisnya akan diberikan santunan. Seluruh simpanannya akan dikembalikan oleh CU sesuai dengan batas buku sahamnya.

b.DAKESMA

DAKESMA (Dana Kesejahteraan Bersama) merupakan ansuransi yang dikelola langsung oleh BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah) yang berpusat di P.Siantar yang baru dibentuk tahun 2008. Dengan perincian bahwa setiap anggota CU Cinta Kasih membayar sebesar Rp 30.000 per tahun. Misalnya: ada seorang anggota CU yang meninggal maka ahli warisnya akan mendapatkan santunan sesuai dengan aturan yakni, simpanannya akan dikembalikan oleh pihak CU ditambah dengan santunan Kematian serta pinjamannya dinyatakan LUNAS dengan aturan yang berlaku.


(53)

52

Dengan adanya kedua ansuransi ini maka CU Cinta Kasih terlihat berbeda dengan Kopdit/CU yang lainnya maupun lembaga keuangan yang lain, hanya di CU Cinta Kasih setiap anggotanya diberikan angsuransi yang bertujuanuntuk memberikan perlindungan kepada semua yang menjadi anggota di dalamnya.

4.2.5 Mitra Usaha

Selaras dengan kemajuan zaman CU Cinta Kasih juga melakukan kerja sama yang dalam hal ini

memiliki tujuan efisiensi dan pembangunan jaringan diluar kelompok untuk dapat bekerjasama dengan berbagai pihak/organisasi antara lain:

1. Pihak Pemerintah

Kejasama yang telah dibina antra lain:

a. Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara

b. BK3I Jakarta dalam pelayanan DAPERMA dan Pendidikan serta Pelatihan.

c. Kehadiran pihak Dinas Koperasi Medan dan Pemerintah setempat pada saat pelaksanaan RAT (Rapat Anggota Tahunan)

2. Pihak Pusat Koperasi/BK3D Sumut di P. Siantar

Kerjasama yang telah dibina antara lain:


(54)

53

b. Penyelenggaraan Silang Pinjam Daerah (SPD)

c. Penyelenggaran pendidikan pengurus Koperasi

3. Pihak Dealer Sepeda Motor

Kerjasama yang telah dibina antara lain:

a. Kerjasama dalam penyaluran kredit sepeda motor

b. Kerjasama dalam penyaluran kredit becak bermotor

4. Kerjasma antar CU tetangga

Kerjasama yag telah dibina antara lain:

a. Kehadiran para pengurus dan pengawas dari CU-CU tetangga pada saat pelaksanaan RAT

b. Kehadiran para pengurus dan pengawas dari CU-CU tetangga pada peresmian TPK (Tempat Pelayanan Khusus) yang baru

5. Kerja sama dengan Bank Mandiri, BNI, dan BTN cabang P.Brayan

6. Kerjasama dengan PT. Xinon, dalam hal pengadaan pupuk, pestisida dan insektisida serta pangan ternak.


(55)

54

4.3 Struktur Organisasi Koperasi Kredit (CU) Cinta Kasih

Bagan I : Struktur Organisasi CU Cinta Kasih

Rapat Anggota

Penasehat

Pengurus

Ketua

Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Anggota 1 Orang

Pengawas

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Calon anggota Anggota

Staf Perkreditan

Staf pendidikan

Adm. Keuangan Staf Hukum


(56)

55 4.3.1 Penjelelasan Bagan

Rapat Anggota Tahunan

Rapat Anggota Tahunan adalah pemegang kekuasan yang tertinggi dalam CU Cinta Kasih.

Pengawas

1. Menyusun rencana dan melaksanakan pengawasan/audit secara teratur 2. Melaksanakan pengawasan/audit sesuai standart audit yang sudah

ditetapkan oleh BK3D Sumut 3. Melaporkan hasil pengawasan

4. Mengawasi temuan-temuan audit apakah sudah ditindaklanjuti oleh pengurus dimana tindak lanjut perbaikan oleh pengurus paling lama 10 hari setelah hasil temuan disampaikan

5. Menskorsing pengurus yang tidak menjalankan tugas dengan benarPengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh anggota, dan merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.

Manager Fungsi

1. Memastikan bahwa CU memiliki perencanaan operasional 3 bulanan, 6 bulanan dan setiap bulan sebagai penjabaran tahunan dan pola kebijakan yang sudah disahkan oleh RAT

2. Memastikan bahwa CU diorganisir dengan benar dan sesuai dengan standart operasional yang sudah ditetapkan


(57)

56

4. Memastikan bahwa sistem dan mekanisme CU berjalan secara benar dan berkelanjutan

Tugas

1. Memberikan masukan perencanaan kepada pengurus

2. Menjabarkan perencanaan strategis dan perencanaan tahunan secara operasional

3. Bersama pengurus menseleksi dan merekrut staf baru 4. Menyusun uraian tugas para staf

5. Membuat prosedur/alur kerja

6. Melaksanakan dan melaporkan hasil kerja 7. Menyusun semua data secara akurat Staf Pendidikan

1. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus, pengawas, staf, calon anggota dan anggota

2. Melaksanakan pemasaran produk dan pelayanan CU Tugas

1. Mengorganisir penyelenggaran pendidikan motivasi

2. Melakukan pengorganisasian untuk pendirian TPK (Tempat Pelayanan Khusus) baru

3. Membuat jadwal, menunjuk fasilitator, menentukan tempat dan peserta 4. Membuat penilaian dan mendiskusikan apakah seorang peserta

pendidikan dasar layak diterima menjadi anggota

5. Memilih pengurus, pengawas atau staf yang akan diikutkan sebagai peserta pelatihan ke BK3D Sumut, Dinas Koperasi Inkopdit, dll


(58)

57

6. Mempromosikan produk-produk simpanan CU Staf Perkreditan

Fungsi

1. Memberikan pelayanan kredit secara berkualitas sesuai dengan pola kebijakan dan program kerja yang sudah disahkan RAT

2. Memberikan nasehat keuangan bagi calon peminjam, memberi masukan bagi pengurus dalam rangka pembuatan pola kebijakan

3. Mengusahakan uang milik CU sebagai komoditi yang harus dijual, aman, menghasilkan dan memenuhi kebutuhan anggota

4. Mempertimbangkan permohonan kredit secara cermat untuk menjamin ke layakannya berdasarkan TUKKEPAR

Tugas

1. Menerima dan memeriksa surat permohonan pinjaman yang diajukan anggota

2. Mengadakan analisis kredit, wawancara dan penyelidikan lapangan 3. Menilai kelayakan penjamin dan barang-barang jaminannya

4. Melakukan kerjasama dengan pihak Notaris

5. Membuat rapat-rapat bagian kredit untuk memutuskan apakah suatu permohonan kredit disetujui/ditolak

Adm. Keuangan Fungsi

Melaksanakan manajemen keuangan dan administrasi Tugas


(59)

58

1. Menyediakan kelengkapan administrasi baik administrasi keuangan maupun administrasi non keuangan

2. Melayani transaksi-transaksi keuangan secara berkualitas 3. Membukukan transaksi-transaksi keuangan sesuai pembukuan 4. Mengamankan uang di brankas

4.4 Bidang Usaha 4.4.1 Simpanan

Jenis-jenis simpanan yang ada dalam CU Cinta Kasih adalah sebagai berikut:

1. Simpanan Saham yaitu simpanan yang mendapat Deviden yang terdiri dari:

a. Simpanan Pokok b. Simpanan Wajib c. Simpanan Sukarela d. Simpanan Kapitalisasi

2. Simpanan Non Saham yaitu simpanan yang tidak mendapatkan Deviden tetapi mendapatkan bunga setiap bulan sesuai dengan aturan yang berlaku antara lain:

a. SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka) Bunga : 1,5% per bulan

b. SIBUHA (Simpanan Bunga Harian) Bunga : 1,15% per bulan

c. SHT (Simpanan Hari Tua) Bunga : 15% per tahun


(60)

59

d. SIPANDIK (Simpanan Pendidikan) Bunga : 15% per tahun

e. SIHARA (Simpanan Hari Raya) Bunga : 1% per bulan

4.4.2 Pinjaman

CU Cinta Kasih melayani setiap anggotanya dalam bentuk pinjaman, baik pinjaman produktif (misalnya buat berdagang, membeli mesin jahit untuk usaha konfeksi dan sebagainya) dan kesejahteraan (misalnya biaya sekolah, perbaikan rumah, membeli tanah, membelialat rumah tangga, dan sebagainya). Namun dalam hal ini CU Cinta Kasih lebih memprioritaskan pinjaman yang bertujuan produktif. Sesuai dengan ART (Anggaran Rumah Tangga) CU Cinta Kasih dikatakan bahwa setiap anggota berhak untuk melakukan peminjaman. Untuk mendapatkan pinjaman di CU, seorang anggota terlebih dulu harus mendapatkan kepercayaan dari tiga anggota CU yang lainnya. Mereka ini disebut sebagai penjamin, yang berkewajiban membayar utang jika anggota yang dijaminnya gagal membayar. Dengan aturan seperti ini, kepercayaan menjadi modal utama bagi anggota CU CInta Kasih. Setelah memperoleh kepercayaan dari anggota CU yang lain, maka anggoat tersebut dapat melakukan peminjaman jika telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pihak CU seperti:

a. Sudah menjadi anggota CU dan menabung secara aktif dan rutin selama 4 bulan berturut-turut

b. Membuat surat permohonan

Setiap berkas permohonan kredit minimal terdiri dari:


(61)

60

b.Mengisi daftar isian yang disediakan CU

c.Surat perjanjian pengembalian pinjaman bila terkabul

c. Mengikuti wawancara oleh bidang perkreditan dengan acuan TUKKEPAR yaitu:

a.Tujuan pinjaman

CU Cinta Kasih selalu mengarahkan anggotanya agar memanfaatkan pinjaman untuk tujuan produktif, agar memperoleh penghasilan sebagai upaya meningkatkan pendapatan.

b.Kerajinan menabung

c.Kemampuan mengembalikan pinjaman

d.Presitse

e.Partisipasi masa lampau

Perlu mengikuti kegiatan CU terutama kegiatan pendidikan karena merupakan pilar utama dalam CU Cinta Kasih.

Besarnya pinjaman yang dikabulkan oleh pihak perkreditan terletak pada TUKKEPAR di atas dengan pinjaman maksimum 3 kali besarnya saham/simpanan, dan bunga pinjaman sebesar 2,75% menurun serta pengembalian pinjaman sesuai dengan kontrak perjanjian.


(62)

61

Adapun jenis pinjaman yang disalurkan CU Cinta Kasih kepada anggota adalah:

1. Pinjaman biasa, dengan syarat

a.Peminjaman ini dapat dilakukan setelah 4 bulan menjadi anggota

b.Bunga pinjaman sebesar 2,75%

c.Besarnya pinjaman antara Rp1.000.000 sampai Rp 9.000.000

2. Pinjaman Terbatas (Pintas), dengan syarat:

a.Peminjaman ini dapat dilakukan oleh anggota yang baru masuk, namun telah memiliki rekomendasi dari kepala unit

b. Mengikuti pendidikan

c. Besarnya pinjaman antara Rp 1.000.000 sampai Rp 9.000.000

d. Bunga pinjaman sebesar 4%

3. Pinjaman Proposal

a. Besarnya pinjaman di atas Rp 9.000.000 namun menggunakan agunan (jaminan/surat berharga dari anggota)

b. Disurvei ke lokasi

c. Bunga pinjaman sebesar 2,75%

Meskipun CU memberikan bunga kepada anggota yang meminjam, tetapi bunga itu sama sekali tidak untuk mencari keuntungan melainkan untuk menutupi dana-dana yang telah dikeluar CU untuk kepentingan bersama. Sebab CU perlu


(63)

62

dana untuk membeli: alat-alat tulis, alat-alat kantor, dana pendidikan, dana rapat dan lain sebagainya. Pada akhir tahun setelah dipotong untuk keperluan CU maka bunga pinjaman itu akan dibagikan kepada anggota, ini yang disebut Deviden.

Adapun data perkembangan CU Cinta Kasih dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram II : Statistik Perkembangan Saham CU Cinta Kasih

Selama tahun 2012 terjadi peningkatan pinjaman, terutama peminjaman yang menggunakan agunan yang di bawah plafon (jumlah tabungan) dan pinjaman di atas plafon dengan melampirkan proposal dan harus melalui kebijakan dari pengurus. Berdasarkan surat permohonan pinjaman yang diterima oleh bagian perkreditan terdapat tujuan peminjaman yang dicantumkan oleh anggota antara lain: modal usaha, moda kerja, biaya perobatan, biaya pendidikan, membeli tanah, membangun rumah dan sebagainya. Namun dari surat permohonan pinjaman, bagian perkreditan memberi perhatian khusus pada

0 2.000.000.000 4.000.000.000 6.000.000.000 8.000.000.000 10.000.000.000 12.000.000.000 14.000.000.000 16.000.000.000

2008 2009 2010 2011 2012

R

UPIA

H

TAHUN

Statistik Perkembangan Simpanan Saham

CU. Cinta Kasih

P. Brayan - Medan

Simpanan Pokok

Simpanan Wajib


(64)

63

pinjaman yang bersifat produktif. Dengan adanya pertambahan mitra usaha mengakibatkan penguatan kepada anggota di CU Cinta Kasih, karena dengan adanya pertambahan mitra usaha maka tingkat kepercayaan (trust) yang diperoleh CU Cinta Kasih juga semakin bertambah, sehingga aktivitas yang dilakukan juga semakin bervariasi. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2012 merupakan bukti semakin kokohnya sistem yang tercipta di CU Cinta Kasih.

Selain memperoleh dana dari simpan pinjam yang dilakukan oleh anggotanya, CU Cinta Kasih juga memperoleh dana dari SPD.

a.SPD (Silang Pinjam Daerah)

SPD merupakan kerjasama antara koperasi kredit dengan BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah). Artinya bila terjadi kekurangan dana maka CU Cinta Kasih dapat memanfaatkan SPD. Hal ini dapat dilakukan karena CU Cinta Kasih telah terdaftar menjadi anggota SPD dengan nomor 068.

4.5Wilayah Kerja

CU Cinta Kasih meliputi wilayah kerja pada unit-unit yang dikoordinir oleh seorang kepala unit . Di mana unitlah yang menjadi ujung tombak perkembangan CU dan kepala unit yang menjadi perpanjangan tangan CU seperti halnya menjadi kolektor, penghubung antara pengurus dengan para anggotanya dan sebagainya. Dengan meningkatnya jumlah anggota CU, maka telah menunjukkan bahwa masyarakat sudah percaya pada CU Cinta Kasih untuk mengelola keuangan anggota dan ini terlihat dari jumlah unit yang mencapai 95 unit pada akhir tahun 2012.


(65)

64

Dikatakan unit, karena jumlah anggota yang terdapat di dalamnya sudah berjumlah lebih dari 100 orang yang diketuai oleh seorang kepala unit yang ditunjuk langsung oleh pengurus CU dari seorang anggota yang tugasnya bertanggung jawab atas anggota unitnya. Sedangkan kelompok, jumlah anggotayang bergabung di dalamnya masih di bawah 100 orang dan diketuai oleh seorang ketua kelompok. Kelompok ini dibentuk bagi calon anggota CU yang baru dan mereka mendapatkan pendidikan mengenai CU yang difasilitasi langsung oleh para pengurus CU Cinta Kasih.

4.6Implementasi Modal Sosial dalam Operasional CU Cinta Kasih

Pada dasarnya esensi dari kekuatan modal sosial adalah kerja sama dan pemberdayaan jaringan sehingga tercipta konsentrasi kelompok untuk melakukan peningkatan keadaan dalam kelompok tersebut. Hal ini juga terlihat dalam mekanisme yang dijalankan oleh CU Cinta Kasih, dimana peranan modal sosial adalah pondasi dasar penciptaan kesejahteraan anggota kelompok tersebut. Oleh karena itu modal sosial bukanlah entitas tunggal tapi dapat dikatakan entitas majemuk, karena terdiri dari 2 elemen :

1. Modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial

2. Modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (aktor), yang dalam hal ini dapat berupa perseorangan atau individu maupun kelompok atau organisasi dalam bagian tersebut.

Pada bagian ini modal sosial sama halnya dengan modal dalam konteks lain, yang artinya bahwa modal sosial adalah alat pencapaian tujuan (produktif) dimana apabila tidak tercapai maka akan mengancam eksitensi kelompok maupun


(1)

85

DRAF WAWANCARA

“MODAL SOSIAL DALAM OPERASIONAL CREDIT UNION” Idenditas

Nama : Pekerjaan :

Pertanyaan (Untuk Nasabah)

1. Sejak kapan anda mengenal CU Cinta Kasih, ?

2. Apa yang mendasari anda pada akhirnya memilih menjadi nasabah di CU Cinta Kasih ? 3. Kapan pertama sekali anda melakukan pinjaman kepada CU Cinta Kasih ?

4. Bagaimana perkembangan kehidupan anda setelah melakukan kegiatan simpan pinjam di CU Cinta Kasih, ?

5. Menurut anda, bagaimana pelayanan CU Cinta Kasih terhadap nasabah?

6. Apakah CU Cinta Kasih melakukan advokasi terhadap anda atau anggota lain dalam penentuan alokasi penggunaan dana bagi nasabah peminjam ?

7. Menurut anda, adakah manfaat positif dari proses simpan meminjam di CU Cinta Kasih

9. Adakah kesulitan dalam melakukan pinjaman di CU Cinta Kasih ? 10. Seberapa besar nominal yang pernah anda pinjam di Credit Union ?

11. Apakah pinjaman tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan usaha anda?


(2)

86 Pertanyaan (Untuk Pengurus Credit Union )

1. Berapa banyak jumlah pengurus dalam CU Cinta Kasih, dan seperti apa periodeisasi nya berjalan ?

2. Apakah ada permasalahan dalam internal pengurus terkait program dan kepengurusan ?

3. Bagaimana cara dari Pengurus dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut ? 4. Dalam penetapan program-program Credit Union, apakah masih mempertimbangkan nilai-nilai modal sosial kepada nasabah?

5 Bagaimana sistematika nasabah dalam melakukan pinjaman, dan apa saja yang menjadi pertimbangan pengurus dalam meloloskan permohonan pinjaman tersebut? 6. Apa yang dilakukan pengurus apabila dalam proses berjalannya pinjaman ada nasabah atau anggota yang mengalami masalah dalam penyelesaian hutang kepada Credit Union ?

7 Apakah ada proses advokasi terhadap anggota yang mengalami masalah dalam pembayaran pinjaman, adakah tindakan penyitaan terhadap aset ? dan untuk pinjaman yang tidak menggunakan agunan bagaimana prosesnya?

8. Sejauh ini, menurut anda apakah cara kerja Credit Union dapat dikatakan berhasil, dan apa saja indikatornya menurut anda?


(3)

87

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan Kunci

1. Bapak P. Samosir, SE (Manager CU Cinta Kasih P.Brayan – Medan)

Beliau adalah salah satu pengurus di CU Cinta Kasih P.Brayan – Medan, dan juga sebagai Manager pada lembaga tersebut. Beliau bergabung dengan CU Cinta Kasih berkisar 4 tahun yang lalu. Ia memilih bergabung dengan CU karena jenuh dengan pola hidup konsumtif perkotaan yang memaksa pengeluaran menjadi tinggi. Bapak kelahiran daerah Rianiate ini mengungkapkan bahwa banyak keuntungan dari menjadi anggota di CU, salah satunya adalah proses peminjaman modal usaha yang tidak sulit seperti di bank konvensional lainnya. Pemberian program pendidikan bagi anggota dan penambahan jaringan adalah kunci sukses sebuah usaha.

Permasalahan kredit menunggak adalah konsekuensi wajar dari sebuah lembaga keuangan, namun yang menjadi faktor pembeda dari lembaga lain adalah, kerja sama dan tanggung jawab. Dimana eksekusi persoalan pada kredit yang macet bukan pada penyitaan agunan ataupun penutupan rekening anggota melainkan advokasi terhadap anggota penyelesaian masalah bersama-sama selama anggota masih dapat diajak bekerja sama. Ditataran pengurus juga tidak pernah mengalami masalah yang krusial, karena semua pekerjaan telah tersistematis dalam pengelolaannya. Karena pendidikan lah yang menjadi bangun dasar lembaga maka, karakter yang diciptakan adalah model kerjasama dan kejujuran.


(4)

88

2. Martunas Turnip (Staff CU Cinta Kasih P.Brayan – Medan)

Beliau bergabung menjadi staff di lembaga tersebut masih terbilang muda sekitar 6 bulan. Beliau menuturkan bahwa ada peningkatan yang cukup baik di tahun 2012, dan CU Cinta Kasih telah memperluas wilayah kerjanya menjadi tingkat Propinsi Sumatera Utara, ia juga sering melakukan advokasi kepada kelompok binaan dan unit binaan CU tersebut. Beberapa permasalahan yang masih sering muncul adalah masih ada anggota CU yang tidak tahu proses peminjaman di CU itu sendiri, sehingga periode tahun ini bidang pendidikan menjadi fokus kerja, agar tiap-tiap anggota dapat memberdayakan CU sebagai mitra usahanya dalam bidang modal usaha.

3. MT.Butarbutar (Anggota CU)

Beliau menjadi anggota di CU Cinta Kasih melalui kelompok binaan CU di daerah Payabakung, Deliserdang. Dasar peminjaman yang dilakukan adalah untuk pengembangan usaha pertanian dan peternakan, peminjaman yang ia lakukan tidak menggunakan agunan, hanya saja beliau menjelaskan tujuan pinjaman tersebut kepada ketua kelompok dan ada bentuk survey yang dilakukan oleh CU. Perkembangan pinjaman tersebut memiliki daya guna terhadap usaha yang digeluti oleh Bapak MT Butarbutar, namun ada faktor diluar usaha yang menyebabkan pengeluaran modal menjadi besar. Hal ini merupakan faktor eksternal usaha, dan beliau diberi kesempatan untuk melakukan pemulihan usaha hingga dapat kembali membayar pinjamannya ke pihak CU.


(5)

89

4. R. Sitepu (Anggota dan juga Ketua Kelompok Desa Serba Jadi I)

Beliau menuturkan perkembangan mitra usaha yang dikembangkan pihak CU, sangat memberikan manfaat kepada petani, dalam transaksi pupuk dan pestisida, dengan model pinjaman dimuka, dan dicicil melalui hasi panen memberikan kesempatan petani melakukan pengelolaan uang kepada hal-hal produktif lainnya. Dengan bentuk pinjaman mikro, maka semakin sempit peluang tengkulak untuk meminjamkan uang ke petani, dan program pendidikan yang diberikan membuka wacana berpikir para petani di daerahnya.

5. Sihombing (Anggota CU )

Beliau menuturkan bahwa perbedaan mendasar CU dengan lembaga lainnya adalah pada bidang pendidikan dan advokasi, suasana di CU lebih bersahabat karena pihak CU memberikan pandangan-pandangan tentang peluang usaha yang kita tekuni. Walaupun harapannya suku bunga bisa diturunkan menjadi 2 % pada Rapat Anggota Tahunan berikutnya, agar semakin meringankan bunga yang diemban para peminjam, memang sebenarnya bunga itu juga akan kembali pada bentuk deviden ke anggota.


(6)

90 Lampiran Foto

Keterangan Foto : Aktivitas nasabah pada kantor CU. Cinta Kasih P.Brayan

Keterangan Foto : Papan Statistik Keanggotan CU Cinta Kasih P.Brayan – Medan.