BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Sampah

  2.1.1. Definisi Sampah

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentu padat (Sarudji, 2010).

  Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

  2.1.2. Jenis Sampah

  Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori (Chandra, 2006), sebagai berikut:

  1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalam sampah dibedakan menjadi: a. Sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

  b. Sampah in-organik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan lain- lain.

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar.

  a.

  Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, plastik, daun kering, b. Sampah yang sukar terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan lain- lain.

  3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk.

  a.

  Sampah yang mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.

  b.

  Sampah yang sukar membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

  4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

  a. Garbage (sampah mudah membusuk) cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

  b. Rubbish , terbagi menjadi dua: 1)

  Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

  2) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya kaca, kaleng, dan sebagainya.

  c. Ashes (abu) Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor, maupun industri.

  d.

  Street sweeping (sampah jalanan)

  Sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

  e. Dead animal (bangkai binatang) Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.

  f. House hold refuse Yaitu sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.

  g. Abandoned vehicles (bangkai kendaraan) Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut, dan alat transportasi lainnya.

  h. Sampah industry Terdiri dari sampah padat yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. i. Demolotion wastes , berasal dari sisa-sisa pembangunan gedung. j.

  Contruction wastes, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu. k. Santage solid

  Terdiri dari benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat, pada pintu masuk suatu pusat pengolahan limbah cair.

  Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif, dan zat yang toksis.

2.1.3. Sampah dan Kesehatan

  Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dijelaskan sebagai berikut (Sarudji, 2010): 1.

  Sampah sebagai sarang vektor dan binatang pengerat Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan sumber makanan lalat dan tikus. Lalat dan tikus merupakan vektor penyakit yang mempunyai kebiasaan hidup di sekitar kegiatan manusia karena manusia secara tidak sadar telah menyediakan makanan bagi mereka. Kontaminasi oleh lalat atau tikus terhadap makanan disebabkan karena kebiasaan mereka hidup di tempat yang kotor (sampah) dan juga kebiasaan menjamah makanan manusia.

  2. Sampah sebagai sumber infeksi Sumber infeksi adalah zat atau bahan dimana hidup agen (penyebab) penyakit sebelum agen penyakit mencapai host yang baru. Seringkali sampah tercampur dengan kotoran manusia atau vomitus dan bahan lain yang berasal dari penderita yang bersifat infeksius. Kontak antara manusia dan sampah dapat langsung maupun melalui vektor penyakit.

  3. Sampah sebagai sumber infeksi

  Pembuangan sampah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan masyarakat/lingkungan seperti open dumping akan berpotensi mencemari tanah dan air tanah di dalamnya. Hasil penguraian maupun bahan kimia toksik yang terdapat dalam sampah akan terbawa oleh lindi (leachate) sampai akhirnya mencapai air tanah.

  4. Sampah berbahaya Sifat sampah ada yang membahayakan kehidupan/kesehatan manusia yang dikelompokkan dalam sampah berbahaya (hazardous waste). Ada yang bersifat toksik seperti sampah kimia yang dihasilkan oleh kegiatan industri Sampah berbahaya lainnya adalah sampah infeksius, sampah eksplosif, sampah mudah terbakar, dan sampah radioaktif.

  5. Sampah mengganggu estetika Sampah, baik bentuk atau wujud maupun baunya sudah menimbulkan kesan tidak estetis.

2.2. Tinjauan Umum Kecacingan

2.2.1. Infeksi Kecacingan

  Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masihbanyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian (neglected diseases). Salah satu jenis penyakit dari kelompok ini adalah penyakit kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi cacing kelompok Soil

  

Transmitted Helminth (STH), yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya

  

diseases tersebut merupakan penyakit tersembunyi atau silent diseases, dan

kurang terpantau oleh petugas kesehatan.

2.2.2. Morfologi dan Daur Hidup 1. Morfologi dan Daur Hidup Ascariasis lumbricoides (Cacing cambuk) Cacing jantan berukukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm.

  Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur buahi. Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak di buahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang di buahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe lalu dialirkan ke jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea, larva ini menuju laring sehingga menimbulkan rangsangan pada laring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan. Gejala yang muncul akibat cacing organ yang dilalui cacing pada siklus hidupnya, maka keluhan klinis sering berasal dari organ tersebut. Gejala penyakit berkisar dari yang ringan berupa batuk sampai yang berat seperti sesak napas. Gejala yang disebabkan cacing dewasa dapat bervariasi mulai dari pertumbuhan lumen usus karena banyaknya cacing, kemudian cacing berjalan ke jaringan hati, sampai muntah cacing yang bisa menyumbat saluran napas (Syamsu: 2001).

2. Morfologi dan Daur Hidup Trichuris trichiura (Cacing gelang)

  Cacing betina kira-kira panjangnya 5 cm, sedangkan cacing jantan kira- kira 4 cm. Bagian anterior halus seperti cambuk panjangnya kira-kira dari panjang bentuknya membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa ini hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina di perkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000-10.000 butir telur.

  Telur berukuran 50-54 x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning- kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang di buahi di keluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 minggu di tanah. Telur matang yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung yaitu bila secara kebetulan hospes menelan telur matang, larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari. Penyakit cacing cambuk biasanya tanpa gejala (asimtomatis). Infeksi berat bisa menyebabkan anemia ringan dan diare berdarah (bloody) sebagai konsekuensi kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada kasus yang jarang dapat terjadi prolaps recti. Diagnosis didapatkan dari adanya telur atau cacing dewasa dalam tinja. Cacing trichuris hidup di sekum; pada infeksi berat, terutama pada anak, ia tersebar diseluruh kolon dan rektum. Cacing ini dapat mengisap darah hospesnya, sehingga menimbulkan anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang di sertai prolaps rektum.

3. Morfologi dan Daur Hidup Hookworms (Cacing tambang)

  Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang melekat di dinding mukosa dinding usus. Cacing betina N. americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih dari 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm.bentuk badan N. americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A. duodenalemenyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Pada mulut N.americanus terdapat kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur yang besarnya kira-kira 60x 40 mikron berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis, di dalamnya terdapat beberapa sel. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1- 1,5 hari keluarlah larva rhabdithiform tumbuh menjadi larva filariform yang berukuran kira 600 mikron dan dapat hidup selama 7-8 jantung terus ke paru-paru. Larva menembus alveoli dan masuk ke bronkus lalu ke trakea dan laring dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa (Samad: 2009).

2.2.3. Gejala Klinis Kecacingan 1. Gejala Klinis Ascaris Lumbricoides

  Ascaris lumbricoides menimbulkan gejala penyakit yang disebabkan oleh: 1.

  Larva: menimbulkan kerusakan kecil pada paru-paru dan dapat menyebabkan “Loeffler syndrome” dengan gejala: demam, batuk,

  2. Cacing dewasa: penderitanya disebut ascariasis. Penderita dengan infeksi ringan biasanya mengalami gejala gangguan usus ringan seperti: mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keaddaan malnutrisi. Dalam sehari setiap ekor cacing menghisap 0.14 gram karbohidrat dalam usus halus penderita.

2. Gejala Klinis Trichuris trichiura

  Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga di kolon asendens. Pada infeksi berat, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rectum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rectum, yang mengalami prolapses akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, usus. Pada tempat perletakannya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Infeksi Trichuria trichiura sering disertai dengan infeksi klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja secara rutin.

3. Gejala Klinis Hookworms (Cacing Tambang) 1.

  Larva: bila banyak larva filaform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. Cacing dewasa: gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b) keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N.

  

americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005

  • – 0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08
  • – 0,34 cc. Biasanya terjadi adenmia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinophilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

2.2.4. Diagnosis Kecacingan 1. Diagnosis Ascaris lombricoides

  Cara menegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis ascariasis. Selain diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut hidung

  2. Diagnosis Trichuris trichiura Diagnosis adalah dengan menentukan telur dalam tinja.

  3. Diagnosis Hookworm

  Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telu dari tinja segar. Dalam tinja lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan Anclystoma duodenale dan

  

Necator americanus dapat dilakukan dengan biakan tinja misalnya dengan cara

Harada-Mori.

2.2.5. Tahapan Pekerja Terinfeksi Cacing

  mengumpulkan, mengangkut dan membuang sampah. Di setiap kegiatan tersebut mereka sangat beresiko terinfeksi cacing. Mereka dapat terinfeksi cacing baik lewat oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar dan melalui penetrasi kulit. Bila pekerja kebersihan mengelola sampah tidak menggunakan Alat Pelindung Diri seperti topi, pakaian kerja, masker, sepatu dan sarung tangan maka kemungkinan terinfeksi cacing lebih besar daripada mereka yang menggunakan APD secara lengkap.

  Menurut Pulungan (2002) mengemukakan bahwa: “cacing Ascariasis

  

lumbricoides, Trichuris trichura, Ancylostoma duanale dapat menginfeksi pekerja

  kebersihan yang mengelola sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri dengan menelan telur cacing tersebut yang melekat pada tangan yang tidak memakai pelindungnya seperti sarung tangan. Bisa juga terinfeksi dengan cara dengan sampahdan tidak memakai APD seperti sarung tangan dan baju lengan panjang dan sepatu”.

2.2.6. Pencegahan dan Upaya Penanggulangan

  Penanggulangan infeksi cacing usus tidak mudah karena keterkaitan dengan masalah lingkungan. Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati tetapi tidak memutuskan mata rantai penularan. Berdasarkan gejala yang di timbulkan, maka upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut:

  1. Penyuluhan Kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna yaitu melakukan persiapan makanan dan hendak makan tangan dicuci terlebih dahulu dengan sabun, bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

2. Pengobatan massal 3.

  Peningkatan status gizi 4. Perbaikan sanitasi lingkungan 5. Higiene perorangan serta partispasi masyarakat (Purba: 2005).

2.3. Alat Pelindung Diri

  Terdapat berbagai upaya untuk menanggulangi bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, yaitu: pengendalian secara teknik (engineering

  

control ), pengendalian secara administratif (administrative control) dan

  Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,

  

personal protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat

  yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

  Alat pelindung diri yang efektif harus: 1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi 2.

  Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut 3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas 5. Memiliki konstruksi yang kuat 6. Tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan

7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainnya (Ridley, 2008).

  Ada berbagai macam alat pelindung diri, yaitu: a.

  Alat pelindung kepala Tujuan dari penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk mencegah bahaya terbentur oleh benda padat atau benda keras yang dapat menyebabkan luka gores, potong atau tusuk; bahaya kejatuhan benda- benda atau terpukul oleh benda-benda yang melayang atau meluncur di udara; bahaya panas radiasi, api, dan percikan bahan-bahan kimia yang korosif.

  Alat pelindung mata menurut bentuknya dapat dikategorikan menjadi: kacamata (spectacles), goggles (cup type/box type), tameng muka (face

  screen/face shields ).

  c.

  Alat pelindung telinga Alat pelindung telinga berfungsi sebagai penghalang (barrier) antara sumber bising dan telinga bagiana dalam, juga melindungi telinga dari ketulian akibat kebisingan. Secara umum, alat pelindung telinga dibedakan menjadi sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).

  d.

  Pemakaian masker (Daryanto, 2007).

  e.

  Alat pelindung tangan Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan. Dalam memilih sarung tangan perlu dipertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut: bahaya terpapar, apakah berbentuk bahan korosif, panas atau dingin, tajam atau kasar, dan daya tahan terhadap bahaya- bahaya kimia.

  f.

  Alat pelindung kaki Alat pelindung kaki atau sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk melindungi kaki dari bahayanya kejatuan benda-benda berat, percikan cairan, dan tertusuk oleh benda-benda tajam g. Pakaian pelindung

  Pakaian pelindung atau pakaian kerja dapat berbentu Apron yang menutupi sebagian dari tubuh, pemakaiannya yaitu mulai dari dada samoai lutut san Overalls yang menutupi seluruh tubuh. Pakaian pellindung digunakan untuk melindungi pemakai dari percikan bahan kimia dan cuaca kerja yang ekstrim.

  h.

  Sabuk dan tali pengaman Sabuk dan tali pengaman dipergunakan untuk bekerja di tempat tinggi, misalnya pada palka kapal, sumur atau tangki. Alat pengaman ini juga dipergunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan konstruksi

2.4. Tinjauan Umum Hygiene

  2.4.1. Pengertian Hygiene

  Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikikan rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan (Aswar, 1996).

  2.4.2. Personal Hygiene Personal hygiene (kebersihan perorangan) adalah cara perawatan diri

  manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Kebersihan

1. Kebersihan kulit

  Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya.

  Untuk memelihara kebersihan kulit kebiasaan sehat harus selalu memperhatikan seperti:

1) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.

  2) Mandi minimal 2x sehari

  3) Mandi memakai sabun

  4) Menjaga kebersihan pakaian Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

  6) Menjaga kebersihan lingkungan 2.

  Kebersihan rambut Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut menjadi suburdan indah sehingga akan menimbulkan kesan indah dan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala maka diperhatikan halsebagai berikut:

  1) Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu.

  2) Mencuci rambut dengan menggunakan shampoo atau pencuci rambut lainnya.

  3) Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharan rambut sendiri.

  3. Kebersihan gigi

  Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkangigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjagakesehatan gigi adalah:

  1) Menggosok gigi secara benar dan teratur di anjurkan setiap habis makan.

2) Memakai sikat gigi sendiri.

  3) Menghindari makan makanan yang merusak gigi

  4) Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

  5) Memeriksa gigi secara teratur

  Kebersihan mata Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah:

  1) Membaca ditempat yang terang

  2) Makan makanan yang bergizi

  3) Istirahat yang cukup dan teratur

  4) Memakai peralatan sendiri seperti handuk dan sapu tangan

  5) Memelihara kebersihan lingkungan 5.

  Kebersihan telinga Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah:

  1) Membersihkan telinga secara teratur

  2) Jangan mengorek-korek telinga dengan benda tajam 6.

  Kebersihan tangan, kaki dan kuku Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara. Kuku seseorang. Kuku yang panjang dan tidak terawatt menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan mikroorganisme, diantaranya bakteri dan telur cacing. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut:

  1) Membersikan tangan sebelum makan

  2) Memotong kuku secara teratur

  3) Membersihkan lingkungan

  4) Mencuci kaki sebelum tidur

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

  Pekerja Pengangkut Sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan

  Wilayah I Kejadian Kecacingan

  • Alat Pelindung Diri - Personal hygiene

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

40 525 116

Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014

9 102 99

Pengelolaan Sampah Padat Dengan Menggunakan Mobil Compactor dan Non Compactor Sebagai Pengangkut Sampah Padat Kota Medan Tahun 2004

0 33 98

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 52

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi - Gambaran Pola Menstruasi pada Siswi SMA As-Syafi’iyah Medan Tahun 2014

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dermatitis Kontak Alergi 2.1.1. Definisi - Hubungan Merokok dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (1-<5) Tahun di Kota Padang sidempuan Tahun 2015

0 1 37

Hubungan Alat Pelindung Diri Dan Personal Hygienedengan Kejadian Kecacingan Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Wilayah I Kota Medan Tahun 2014

0 2 27