BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Suku Bunga (Interest Rate) - Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Suku Bunga ( Interest Rate)

  Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat saving pada perekonomian suatu negara. Dalam beberapa kasus, terdapat penemuan yang tidak konsisten terhadap pernyataan tersebut, tetapi secara umum opini yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang positif dengan

  saving sudah dapat diterima. Hal ini berkaitan dengan motif nasabah dalam menabung di suatu bank yaitu untuk mendapatkan profit.

  Menurut Kasmir (2005: 121), bunga dapat diartikan “sebagai balas jasa yang diberikan bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Selain itu, bunga juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan harga yang harus diterima bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman. Sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman, yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam kegiatan operasionalnya, bank memberikan dua macam bunga kepada para nasabah, yakni: a.

  Bunga Simpanan, merupakan balas jasa bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya pada bank yang bersangkutan (misalnya jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito). b.

  Bunga Pinjaman, merupakan sejumlah harga yang harus dibayarkan oleh nasabah yang melakukan kegiatan peminjaman dana kepada bank yang bersangkutan. Bunga-bunga bank tersebut memiliki hubungan yang positif. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga simpanan mengalami kenaikan, maka bunga pinjaman pun akan mengalami kenaikan dan sebaliknya.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga (Kasmir, 2005: 122-124) adalah: a.

  Kebutuhan dana Kebutuhan dana yang diperlukan oleh bank akan mempengaruhi naik atau tidaknya suku bunga. Apabila bank membutuhkan dana yang cukup besar, namun permohonan pinjaman meningkat, maka bank perlu meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan demikian nasabah terdorong untuk menyimpankan uangnya pada bank tersebut dan akhirnya bank dapat menggunakannya dalam kegiatan operasional mereka.

  b.

  Persaingan Kompetisi dalam menentukan tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi seberapa banyak dana yang akan masuk pada bank tersebut. Misalkan ketika suatu bank memerlukan dana dalam waktu yang sempit, sedangkan rata-rata tingkat suku bunga berkisar 14% maka bank perlu meningkatkan suku bunganya agar nasabah lebih memilih memasukkan dan kepada bank tersebut.

  c.

  Jangka waktu Dalam setiap pengambilan keputusan khususnya yang berhubungan dengan finansial, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan kemungkinan timbulnya risiko. Hal ini berkaitan dengan prinsip Risk and Return. Ketika seseorang mengharapkan keuntungan yang besar, maka terdapat risiko yang besar. Begitu juga halnya dengan bank dalam meminimalkan kemungkinan terjadinya pengembalian pinjaman yang macet di kemudian hari. Pinjaman dengan rentang waktu yang cukup lama akan menyebabkan bunga yang tinggi. Begitu juga halnya dengan bunga simpanan. Semakin panjang waktunya, maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.

  d.

  Reputasi perusahaan Reputasi perusahaan juga mempengaruhi besar dan kecilnya tingkat bunga.

  Bonafiditas perusahaan dalam memperoleh kredit akan menentukan suku bunga yang dibebankan. Perusahaan yang bonafit akan memiliki citra yang baik, di mana bank memperkirakan bahwa kemungkinan kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan begitu pun sebaliknya.

  e.

  Hubungan baik Hubungan baik berkenaan dengan kebijakan bank dalam menggolongkan nasabahnya menjadi nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder).

  Penggolongan ini berkaitan dengan keaktifan dan loyalitas nsabah terhadap bank. Nasabah utama memiliki loyalitas yang lebih besar dibandingkan nasabah biasa, sehingga penentuan suku bunganya pun berbeda.

  f.

  Produk yang kompetitif Produk yang kompetitif artinya adalah produk-produk yang mampu bersaing dan laku di pasaran. Pada produk yang kompetitif, bunga kredit yang dikenakan relatif rendah karena tingkat pengembalian (pembayaran) yang diharapkan bank akan lancar.

  g.

  Kebijakan pemerintah Dalam penentuan bunga baik simpanan maupun pinjaman, pemerintah menentukan batasan maksimal dan batasan minimal. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara bank konvensional.

  h.

  Kualitas jaminan Jaminan juga mempengaruhi penentuan suku bunga. Semakin likuid jaminan yang diberikan oleh nasabah, maka bunga kredit yang dibebankan bank pun rendah. Hal ini untuk menanggulangi risiko di kemudian hari, misalnya kredit yang bermasalah. i.

  Target laba yang diharapkan Laba (profit) merupakan salah satu motif bank konvensional dalam menentukan tingkat suku bunga. Jika bank menginginkan laba yang besar maka bunga pinjaman pun besar. Namun bank dihadapkan pada persaingan, sehingga laba yang diharapkan pun diturunkan seminimal mungkin.

2.1.3 Teori Penentuan Tingkat Suku Bunga

2.1.3.1 Penentuan Tingkat Suku Bunga dalam Moneter

  Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis penentuan tingkat suku bunga, yaitu loanable funds framework dan liquidity preference.

  a.

  Loanable Funds Framework Pendekatan ini digunakan untuk menganalisa penentuan tingkat suku bunga dari penawaran dan permintaan pada pasar obligasi. Bunga diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori kaum Klasik, bunga adalah „harga‟ yang terjadi di pasar investasi. Semakin tinggi tingkat bunga (tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Hal ini dikarenakan penambahan biaya yang harus dikeluarkan seorang pengusaha dalam investasinya sebagai biaya untuk penggunaan dana (cost of capital).

  Tingkat keseimbangan suku bunga riil bergantung pada permintaan dan penawaran obligasi. Artinya jika permintaan atas obligasi meningkat mengindikasikan permintaan untuk investasi dalam bentuk obligasi pun meningkat.

  b.

  Liquidity Preference Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan pada pasar uang.

  Diasumsikan bahwa aset yang digunakan masyarakat untuk menunjukkan kekayaannya yaitu uang dan obligasi. Keseimbangan tingkat suku bunga ditentukan atas interaksi antara permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Berkenaan dengan asumsi dasar bahwa uang bukan hanya digunakan sebagai tujuan transaksi, berjaga-jaga, namun juga untuk tujuan spekulatif. Ketiga motif permintaan uang ini disebut juga liquidity preference yang mengandung makna bahwa adanya keinginan seseorang untuk tetap berada pada kondisi yang liquid, merupakan faktor seseorang bersedia untuk membayar harga tertentu atas penggunaan uang. Ketika masyarakat cenderung memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan obligasi, dimaksudkan untuk memperoleh laba dari kondisi di mana terjadi peningkatan suku bunga yang berakibat turunnya harga obligasi. Dengan demikian, permintaan dan penawaran uang maupun obligasi berkaitan dengan ekspetasi tingkat suku bunga di masa depan.

2.1.3.2 Penentuan Tingkat Suku Bunga Non Moneter

  Penentuan tingkat suku bunga non moneter ditandai oleh kenyataan bahwa masyarakat mengelola pendapatannya baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberi pinjaman atau meminjam serta menginvestasikannnya dalam bentuk barang modal maupun tabungan. Teori ini terutama dikemukakan oleh kaum klasik yakni F.H Knight, Irving Fisher, dan Boehm Bowerk. Oleh karena itu, keseimbangan akan dicapai ketika suku bunga menyamakan jumlah pinjaman yang diberikan (desired lending) dengan jumlah pinjaman yang diinginkan atau diterima (desired borrowing). Artinya, tabungan yang direncanakan akan sama dengan investasinya. Kaum klasik menekankan bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan tabungan dan investasi.

  Jumlah tabungan dan tingkat suku bunga memiliki hubungan positif, berarti peningkatan return melalui tingkat suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung. Namun sebaliknya, tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif dengan investasi. Artinya ketika biaya pinjaman meningkat (sebagai akibat peningkatan suku bunga) maka tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan menurun. Akibatnya permintaan sumber dana untuk diinvestasikan pun mengalami penurunan.

  Bank konvensional mendapatkan keuntungan (profit)-nya melalui tingkat suku bunga yang dikenakan pada nasabah. Hal ini bertentangan dengan prinsip yang dipakai oleh perbankan syariah. Penetapan bunga dianggap sebagai riba oleh perbankan syariah. Dalam hal ini, pengertian riba adalah setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan oleh syariah (sesuai prinsip muamalah). Menurut Wirdyaningsih (2005: 44), riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, yang juga disebut

  riba nasi’ah.

  Transaksi pengganti yang dimaksudkan adalah transaksi bisnis yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti: tranksaksi jual beli, gadai, sewa, ataupun bagi hasil (profit sharing).

2.1.4 Bagi Hasil ( Profit Sharing)

  Bagi hasil (profit sharing) merupakan sistem pembagian hasil keuntungan yang diterapkan oleh perbankan syariah, di mana porsi bagi hasilnya ditentukan pada saat kontrak (akad) kerjasama. Penentuan besarnya porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan dengan kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (At-Tarodhin) oleh masing-masing pihak tanpa adanya paksaan (Rivai, 2010: 800). Dasar yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil berupa laba bersih usaha, setelah dikurangi dengan biaya operasional (Fadhila, 2003). Namun jika terjadi kerugian, maka dalam konsep bagi hasil kedua belah pihak akan bersama-sama menanggung risiko. Di satu pihak, pemilik modal menanggung kerugian modalnya, di pihak lain pelaksana proyek akan mengalami kerugian atas tenaga atau biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. Tetapi jika modal berasal dari kedua belah pihak, maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Bagi hasil terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.

  Bank syariah perlu mempertimbangkan mekanisme perhitungan bagi hasil yang terdiri dari dua sistem (Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, 2001): 1.

  Profit Sharing, merupakan perhitungan bagi hasil berdasar pada net dari total pendapatan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

  2. Revenue Sharing, merupakan perhitungan bagi hasil berdasar pada total keseluruhan pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya- biaya yang telah dikeluarkan. Pihak manajemen perbankan syariah terlebih dahulu memproyeksikan tingkat bagi hasil yang diterima nasabah (% p.a) sebelum menetapkan nisbah bagi hasil pada awal kontrak kerjasama. Secara teknis, bagi hasil merupakan persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan keuntungan secara bulanan.

  Secara syariah, prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasar pada kaidah al-

  

mudharabah . Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berperan sebagai mitra,

  baik dengan penabung maupun dengan pengusaha peminjam dana. Bank akan bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal atau penyandang dana. Diantara keduanya akan diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak (Antonio, 2001: 137-139).

PENABUNG BANK

  Shahibul maal Mudharib

NASABAH BANK PEMINJAM

  Shahibul maal Mudharib Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti

  Gambar 2.1

Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah

dengan Satu Akad

  Dalam perkembangannya, para pengguna dana bank syariah tidak hanya membatasi dirinya pada satu akad, yaitu mudharabah. Sesuai dengan jenis dan

  nature usahanya, ada juga yang memperoleh dananya melalui sistem perkongsian, sistem jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya.

PENABUNG BANK NASABAH PEMINJAM

  Shahibul maal Mudharib Shahibul maal Mudharib Akad Mudharabah Akad: Mudharabah Musyarakah

  Murabahah Bai as-Salam Bai al-Istishna Ijarah, dll

  Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.2

  

Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah

dengan Beberapa Akad

  Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada dua (Antonio, 2001: 139- 140), yaitu: 1.

  Faktor langsung a.

  Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Apabila bank menetapkan 80% sebagai investment rate, maka 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuidasi.

  b.

  Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.

  Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

  c.

  Nisbah (profit sharing ratio)  Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

   Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.

   Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu pada satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

   Nisbah dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

2. Faktor tidak langsung a.

  Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah  Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing).

   Jika seluruh biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing .

  b.

  Kebijakan akunting (prinsip dan model akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

  Perhitungan tingkat bagi hasil

  Perhitungan tingkat bagi hasil

   x Total pendapatan bulanan a.

  Pendapatan yang dibagikan merupakan pendapatan operasional bank syariah, yang terdiri dari:  Pendapatan Jual Beli, seperti: pendapatan margin mudharabah, pendapatan bersih salam, dan pendapatan bersih istishna.

   Pendapatan Sewa, seperti: pendapatan bersih ijarah.  Pendapatan Bagi Hasil, seperti: mudharabah dan musyarakah.

   Pendapatan Operasional utama lainnya, seperti: pendapatan bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), penempatan pada bank lain, dan surat berharga syariah lainnya.

  b.

  Pendapatan operasional lainnya, berasal dari biaya administrasi, fee dan komisi, fee mudharabah muqayyadah, pendapatan devisa, dan lainnya.

  Bagi Hasil = Distribusi bagi hasil x Nisbah x 12(360/30)

2.1.5 Penghimpunan Dana Bank Syariah

  Pada bank konvensional, selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk „menahan‟ uang. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh Keynes yang mengemukakan bahwa seseorang membutuhkan uang untuk tiga tujuan, yaitu: transaksi, cadangan (berjaga-jaga), dan investasi.

  Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan dengan tiga tujuan tersebut, yaitu: giro, tabungan, dan deposito.

  Berbeda dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya.

  Misalnya, pada tabungan, beberapa bank memperlakukannya seperti giro. Sementara itu, ada juga yang memperlakukannya seperti deposito. Bahkan, ada yang tidak menyediakan produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, dana pada bank syariah diperoleh dari tiga sumber, yaitu: modal, titipan, dan investasi.

2.1.5.1 Modal

   Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Pada akhir

  periode tahun buku, setelah dihitung keuntungan yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang biasa dikenal dengan dividen. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya, yang secara langsung tidak menghasilkan (fixxed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, misalnya pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, tentu saja hasilnya menjadi milik pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

  Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan modal pemegang saham dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity

  participation pada saham perseroan bank (Antonio, 1999).

1.Sektor Modal

INVESTOR BANK

  Shahibul Sahm Musyarik

4.Bagi Dividen (Pemegang Saham) (Partner)

  3.Bagi Hasil

  2.Pemanfaatan Dana USER

  Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.3

  

Sumber Dana dari Modal (Pemegang Saham) Keterangan: Salah satu sumber dana bank berasal dari pemegang saham dengan setoran modal, kemudian disalurkan menjadi pembiayaan. Dalam satu periode pembukuan, sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham, investor akan mendapatkan hasil dalam bentuk dividen.

2.1.5.2 Titipan (Prinsip

  Wadi’ah)

  Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dananya adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip tersebut adalah al-

  wadi’ah. Al-wadi’ah merupakan titipan murni yang

  setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara umum, prinsip

  wadi’ah terdiri dari dua jenis yaitu: wadi’ah amanah (murni titipan) dan wadi’ah dhamanah (barang atau uang yang dititip boleh dimanfaatkan).

  1.Titip Barang NASABAH BANK

Muwaddi’ Mustawda’

  

(Penitip) (Penyimpan)

  2.Bebankan Biaya Penitipan Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti

  Gambar 2.4 Skema al-

  Wadi’ah Yad al-Amanah

  Keterangan: Pada konsep

  wadi’ah amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh

  menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan (bank) dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

  Dalam perbankan syariah, yang diterapkan adalah

  wadi’ah dhamanah pada

  produk rekening giro. Pada prinsip ini, nasabah berlaku sebagai penitip dan meminjamkan uang, sedangkan bank sebagai pihak yang dipinjami dan dititipi uang.

  1.Titip Dana BANK NASABAH Mustawda’ Muwaddi’

  (Penyimpan) (Penitip)

  4.Beri Bonus

  3.Bagi Hasil

  2.Pemanfaatan Dana

USER OF FUND

  (Nasabah pengguna dana) Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti

  Gambar 2.5 Skema al-

  Wadi’ah Yad adh-Dhamanah

  Keterangan: Pada konsep

  wadi’ah dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh

  menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu saja, pihak penerima titipan (bank) akan mendapatkan hasil dari pemanfaatan dana.

  Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

  Mudharabah)

2.1.5.3 Investasi (Prinsip

  Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama antara pihak pertama (shahibul maal) yang menyediakan 100% modal dan pihak lainnya yang menjadi pengelola dana (mudharib). Menurut Karim (2006: 109-111), jenis-jenis

  mudharabah terdiri dari: a.

  Mudharabah Muthlaqah (General Investment)  Shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikan. Mudharib diberi wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya.

   Aplikasi perbankan yang sesuai adalah time deposit biasa.  Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah, tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Kesepakatan yang terjadi harus dicantumkan dalam akad.

   Terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

   Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. Bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, kartu ATM, dan atau alat penarikan lainnya.

   Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati yaitu 1,3,6,12 bulan. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi nilai pada akad sudah tercantum perpanjangan otomatis sehingga tidak perlu dibuat akad baru. Bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

   Ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku dengan ketentuan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

  Pemanfaat Titip dana dana Dunia

  Bank

  Penabung/ Usaha deposan

  Bagi hasil Pemanfaat dana Sumber : Antonio (2001), Karim (2006) diolah oleh peneliti

  Gambar 2.6

Skema Mudharabah Muthlaqah

b.

  Mudharabah MuqayyadahShahibul maal memberikan batasan dana yang akan diinvestasikan.

  Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan atau ketetapan yang diberikan shahibul maal.

   Aplikasi perbankan yang sesuai adalah special investment.

  Menurut Sudarsono (2004: 60-61) dan Karim (2006: 110-111), mudharabah

  muqayyadah terdiri dari dua jenis, yaitu:

  1) Mudharabah Muqayyadah on Balanse Sheet

  Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet merupakan simpanan khusus

  (restricted investment). Dalam hal ini pemilik dana dapat menetapkan syarat- syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya, disyaratkan harus digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

  Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:  Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank.

  Bank wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

   Bank wajib memberitahu pemilik dana mengenai nisbah, tata cara pemberitahuan keuntungan, dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan ditimbulkan dari penyimpanan dana. Kesepakatan yang terjadi harus dicantumkan dalam akad.

   Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus.

  Bank wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya.  Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

  2) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet

  Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya. Dalam hal ini, bank bertindak

  sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

  Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:  Bank menerbitkan bukti simpanan khusus sebagai tanda bukti simpanan.

  Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada porsi tersendiri dalam rekening administrasi.

   Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.

   Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.

  1.Proyek tertentu BANK Special

  4.Penyaluran dana Mudharib

  Project (Pengelola dana)

  5.Bagi hasil

  3.Invest dana

  6.Bagi hasil

  2.Hubungi Investor

  INVESTOR Shahibul maal

  (pemilik modal) Sumber : Antonio (2001), Karim (2006) diolah oleh peneliti Gambar 2.7

  Skema Mudharabah Muqayyadah Mudharabah

2.1.6 Tabungan

  Menurut Azis, et.al. (1996: 1198), tabungan mudharabah adalah “simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian”. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai

  mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal

  (pemilik dana). Bank syariah sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, bank syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

  Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

  Ketentuan umum tabungan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

  b.

  Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.

  c.

  Jumlah modal harus dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

  d.

  Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pada saat pembukaan rekening. e.

  Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

  f.

  Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

2.1.7 Deposito Mudharabah

  Perbankan syariah juga menggunakan teknik mudharabah untuk menghimpun dana masyarakat melalui bentuk investasi mudharabah atau yang disebut dengan deposito mudharabah selain melalui tabungan mudharabah. Deposito mudharabah (time deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Fatwa DSN No.3/DSN-MUI/IV/2000 memutuskan bahwa deposito yang berdasarkan bunga tidak dibenarkan secara syariah.

  Deposito mudharabah diklasifikasikan ke dalam deposito berjangka 1,3,6,12 bulan. Aturannya hampir sama dengan deposito bank konvensional kecuali pembayaran bunga, karena perbankan syariah tidak mengenal adanya sistem bunga. Namun simpanan dalam deposito mudharabah ditetapkan nisbah (porsi pembagian) keuntungan.

  Ketentuan umum deposito berprinsip mudharabah: a. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib (pengelola dana). b.

  Bank dapat menjalankan kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

  c.

  Modal dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

  d.

  Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan diatur dalam akad pembukaan rekening.

  e.

  Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi bagiannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Haron dan Ahmad (2000) melakukan penelitian dengan judul “The Effects

  Of Conventional Interest Rates And Rate Of Profit On Funds Deposited With Islamic Banking System In Malaysia

  ”. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa hubungan antara total dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah Malaysia dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh masing-masing bank syariah dan bank konvensional. Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan Adaptive Expectation Model untuk mengukur efek dari tingkat bagi hasil yang dikeluarkan oleh bank syariah terhadap jumlah dana yang disimpan oleh para nasabah bank syariah tersebut.

  Dari penelitian tersebut didapat beberapa temuan antara lain, setiap kenaikan satu persen dari bagi hasil bank syariah akan menyebabkan kenaikan jumlah dana deposito sebanyak 71 milyar ringgit. Sedangkan setiap kenaikan satu persen suku bunga bank konvensional akan menyebabkan penurunan jumlah dana deposito sebesar 65 milyar ringgit. Penelitian ini menunjukkan bahwa para nasabah yang menyimpan dananya pada tabungan dan deposito mudharabah didorong oleh motif mencari profit. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil bank syariah mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat suku bunga konvensional mempunyai hubungan negatif terhadap jumlah dana deposito bank syariah.

  Indrawan (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Mudharabah (Studi Kasus BPR Syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta) Periode Tahun 2002- 2005”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan tingkat bagi hasil dan suku bunga pada jumlah simpanan mudharabah di BPRS yang bersangkutan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Namun suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah pada BPRS Bangun Drajat Warga.

  Budiati (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Bagi Hasil Tehadap Pendanaan Pada Bank Muamalat Indonesia”. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh suku bunga konvensional dan bagi hasil pada Bank Muamalat Indonesia selaku Bank Syariah Pertama di Indonesia untuk semua jangka waktu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode S-VAR (System-Vector Autoregressive).

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap jumlah tabungan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia. Kedua, tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Muamalat Indonesia untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. Ketiga, tingkat kekayaan dan pendapatan masyarakat memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah dana pihak ketiga pada Bank Muamalat Indonesia berhubungan positif dengan kekayaan dan pendapatan masyarakat. Sementara itu, pengaruh return terhadap jumlah tabungan dan deposito mudharabah mengindikasikan bahwa nasabah BMI masih mempertimbangkan profit ketika menabung dalam bentuk tabungan mudharabah ataupun deposito mudharabah.

  Anifah (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profit Sharing dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank Syariah Indonesia”. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh profit sharing dan suku bunga terhadap kinerja perbankan syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja bank syariah yang menerapkan sistem bagi hasil berlandaskan pada syariat Islam. Baik bagi hasil maupun suku bunga di bank konvensional, keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bank syariah. Namun, hasil lain juga diperoleh yaitu pada kenyataannya bahwa nasabah yang memilih bank syariah bukan hanya karena prinsip syariah saja, tetapi juga motif mencari keuntungan.

2.3 Kerangka Konseptual

  Dalam mendapatkan nasabah, tentunya bank syariah harus dapat bersaing dengan bank-bank konvensional yang ada. Salah satu faktor penentu persaingan dapat dilihat dari keuntungan-keuntungan yang ditawarkan masing-masing bank kepada nasabah. Bank syariah harus dapat menawarkan bagi hasil yang lebih menguntungkan daripada sistem bunga, begitu pun sebaliknya yang berlaku pada bank konvensional. Tingkat bunga merupakan variabel penting yang mempengaruhi profitabilitas pada bank konvensial (Kasmir, 2005). Ketika bank menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, maka akan terjadi peralihan di yakni nasabah akan mencari bank yang menawarkan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang menabung atau mendepositokan dananya dan mengorbankan konsumsinya saat ini untuk dimanfaatkan di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penabung atau deposan bersifat profit motive, yaitu mengandalkan keuntungan di saat bunga bank tinggi (Khairunnisa, 2000).

  Metawa dan Almossawi (1998) dari hasil penelitiannya di Bahrain menemukan bahwa keputusan nasabah dalam memilih bank dikarenakan faktor agama. Selain itu, keputusan nasabah juga didorong oleh faktor keuntungan, faktor dorongan keluarga dan teman, serta faktor lokasi bank. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erol dan El-Bdour (1989), yang menemukan bahwa motif nasabah dalam memilih bank syariah didasarkan pada motif keuntungan (profit motive), dan bukan motif agama. Kesadaran nasabah terhadap keuntungan yang diperoleh melalui investasi profit/loss sharing, serta distribusi pendapatan sistem bank syariah juga mempengaruhi keputusan memilih bank.

  Bank syariah harus dapat mengelola dana yang dikumpulkan dari nasabah dengan penuh amanah. Dengan harapan akan mendatangkan keuntungan baik kepada bank maupun kepada nasabah. Prinsip yang digunakan oleh bank syariah adalah prinsip bagi hasil, di mana bank syariah harus mampu memberikan bagi hasil pada nasabah minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku pada bank konvensional.

  Konsep bagi hasil (profit sharing) pada bank syariah berbeda dengan konsep suku bunga pada bank konvensional, di mana simpanan yang ditabung pada bank syariah nantinya digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh perbankan syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi, di mana baik untung maupun rugi akan ditanggung oleh bank dan pemilik dana (Ghafur, 2003).

  Tingkat suku bunga dan bagi hasil sama-sama mempengaruhi banyaknya jumlah dana yang masuk bagi bank yang bersangkutan. Jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil, maka nasabah akan memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional. Dan sebaliknya, jika tingkat bagi hasil lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga maka nasabah akan memilih untuk menyimpan dana pada bank syariah.

  Tingkat suku bunga memiliki hubungan positif dengan tingkat tabungan. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya penabung berorientasi pada keuntungan yang akan didapat. Konsep ini berbeda dengan konsep yang dianut perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh peminjam (baik pihak nasabah maupun bank). Seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga memiliki penghimpunan dana seperti Giro

  

Wadi’ah, Tabungan Mudharabah dan Musyarakah, serta Deposito Mudharabah

(Antonio, 2001: 146).

  Penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Ahmad (2000) menunjukkan bahwa bagi hasil bank syariah mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat suku bunga konvensional mempunyai hubungan negatif terhadap jumlah dana deposito bank syariah. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa para nasabah yang menyimpan dananya pada tabungan dan deposito mudharabah didorong oleh motif mencari profit. Hasil ini bertentangan dengan prinsip syariah yaitu “keputusan seseorang menabung di perbankan syariah seharusnya ditujukan pada tujuan-tujuan syariah (maqashid al-

  syariah

  ) yang mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat” (Budiati, 2007). Pada banyak penelitian sebelumnya di Bahrain (Metawa dan Almossawi, 1997) juga ditunjukkan bahwa faktor utama yang menentukan konsumen memilih perbankan syariah adalah agama bukanlah keuntungan (profit). Hasil ini mengindikasikan bahwa sebenarnya tingkat suku bunga tidak berpengaruh pada jumlah dana yang terhimpun dari nasabah pada bank syariah, karena pada prinsipnya, faktor agama yang mendorong nasabah memilih menabung di perbankan syariah. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrawan (2006). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Namun suku bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Hasil ini bertentangan secara teori yang menyatakan sistem bagi hasil berpengaruh secara langsung terhadap jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan syariah, karena pada dasarnya perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya.

  Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh dari tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil terhadap banyaknya jumlah dana yang terhimpun, khususnya pada tabungan mudharabah di bank-bank syariah.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

  SUKU BUNGA KONVENSIONAL JUMLAH TABUNGAN (X 1 ) MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH

  (Y) BAGI HASIL (X 2 ) Sumber: Indrawan (2006), diolah oleh peneliti

Gambar 2.8 Kerangka Konseptual Penelitian

  Keterangan:

  • : hubungan simultan (serempak) variabel bebas (X

  1 dan X 2 ) terhadap variabel terikat (Y).

  ___ : hubungan parsial (individu) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (variabel X

  1 terhadap Y, dan variabel X 2 terhadap Y).

2.4 Hipotesis

  Hipotesis adalah pernyataan dugaan yang bersifat sementara tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, berdasarkan teori yang ada (Sugiyono, 2006: 51).

  Adapun hipotesis yang diambil berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan sebelumnya adalah tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

3 82 98

Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Antara Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (Bi Rate) dengan Suku Bunga Bank Amerika Serikat (The Fed)

1 45 83

Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

2 44 92

Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah (Studi Kasus Bank SUMUT Syariah cabang Medan)

20 241 96

Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah (Studi Kasus BPRS Puduarta Insani Medan)

8 140 95

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia

1 27 79

Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012)

0 13 130

Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2007-2011)

0 16 136

Analisis Tingkat Bagi Hasil Dan Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Deposito Mudharabah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia Cabang Sukabumi)

1 8 108

Analisis Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pengaruhnya Terhadap Tingkat Bagi Hasil Dan Implikasinya Pada Penghimpunan Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri

1 63 162