Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH TINGKAT SUKU

BUNGA KREDIT TERHADAP JUMLAH KREDIT DAN

PEMBIAYAAN PADA BANK KONVENSIONAL

DAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

OLEH:

DWI JULI ADRIANI 070502157

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Judul penelitian peneliti yaitu “Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”. Tujuan penelitian adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan suku bunga kredit terhadap jumlah kredit dan pembiayaan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekplanasi dan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi linear sederhana pada tingkat signifikansi α = 5 %. Pengerjaan regresi linear sederhana ini menggunakan alat bantu program SPSS 16.00 for Windows. Sampel yang dijadikan objek penelitian ini adalah unit perkembangan bulanan kredit dan pembiayaan yang bersumber dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia yang diolah dan dikeluarkan oleh Bank Indonesia dari tahun 2005-2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga kredit memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan jumlah kredit pada bank konvensional dan variabel tingkat suku bunga kredit memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan jumlah pembiayaan pada bank syariah.


(3)

ABSRACT

The tittle of the study investigators that “Comparative Analysis of the influence of the Loan Interest Rate to Total Loans and Financing at the Conventional Banks and Islamic Banking in Indonesia”. The purpose of this study is to analyze how much influence caused loan interest rate to amount loans and financing.

This research is explanation type and hypothesis testing using simple linear regression analysis at a significance level α = 5%. Implementation of this simple linear regression using SPSS 16:00 tool for Windows. Samples made the object of this research is the development unit of the monthly loans and financing obtained from the Indonesian Banking Statistics Report compiled and published by Bank Indonesia from 2005-2010

The results showed that the variable rate mortgage interest rates have a negative and significant relationship with the number of conventional banks and credit at the variable loan interest rate has a negative and significant relationship with the amount of financing at the Islamic banks.

Keywords: Loan Interest Rate, Credit, Financing .


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada nabi junjungan umat, Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Ekonomi Manajemen

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Drs Adnan dan Kartini atas dukungan, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus dan tidak pernah putus unjtuk penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Ketua dan sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu pengetahuan, saran dan masukan kepada penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.


(5)

5. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA dan Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si dan selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya demi kemajuan negara.

7. Abang dan adik tersayang, Muhammad Mauliddin dan Tri Wira Satya Dharma, serta Fariz Ghadati yang selalu memberi semangat. Terima kasih atas motivasi, nasehat serta do’a nya.

8. Sahabat tercinta sekaligus kawan seperjuangan: Maliza, Vivi, Myta, Niken, Rizqa, Aya, Icha, Rika, Putri, serta sahabat yang telah bersama selama 7 tahun: Mimi, Ira, Adek. Semoga Allah selalu menyatukan hati kita di jalan-Nya dan mempertemukan kita kembali. Keep Fight !!

9. Teman-teman membolang: Ibal, Alex, Agung, Budi, Rachmad, Dinnul. 10. Seluruh rekan di bangku perkuliahan terutama teman-teman stambuk 2007

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar penulisan skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Medan, April 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan... 4

1.4 Manfaat... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Uraian Teoritis... 6

2.2 Penelitian Terdahulu... 32

2.3 Kerangka Konseptual... 34

2.4 Hipotesis... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

3.1 Jenis Penelitian... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 37

3.3 Batasan Operasional... 38

3.4 Definisi Operasional... 38

3.5 Populasi dan Sampel... 39

3.6 Jenis Data... 39

3.7 Metode Pengumpulan Data... 40

3.8 Teknis Analisis... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 42

4.2 Hasil Penelitian... 55

4.3 Pembahasan... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72

5.1 Kesimpulan... 72

5.2 Saran... 73


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Umum Bank

Konvensional... 13

Tabel 2.2 Perkembangan Jumlah Bank dan Unit Usaha Syariah... 18

Tabel 2.3 Perbandingan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah... 23

Tabel 2.4 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil... 27

Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Bank Persero... 52

Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa... 52

Tabel 4.3 Daftar Nama-nama Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non Devisa... 53

Tabel 4.4 Daftar Nama-nama Bank Pembangunan Daerah (BPD).... 54

Tabel 4.5 Daftar Nama-nama Bank Campuran... 54

Tabel 4.6 Daftar Nama-nama Bank Asing... 55

Tabel 4.7 Tingkat Suku Bunga Kredit pada Bank Umum... 56

Tabel 4.8 Perkembangan Kredit Bank Konvensional... 57

Tabel 4.9 Jumlah Kredit per Kelompok Bank (Triliun Rupiah)... 57

Tabel 4.10 Pembiayaan Bank Syariah (Triliun Rupiah)... 60

Tabel 4.11 Jumlah Pembiayaan tiap BUS dan UUS (triliun Rupiah). 61 Tabel 4.12 Pengaruh Tingkat suku Bunga terhadap Perkembangan Kredit... 63

Tabel 4.11 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Perkembangan Pembiayaan... 65


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 35 Gambar 4.1 Organisasi Bank Indonesia... 49


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Perkembangan Kredit dan Suku Bunga Kredit... 69 Grafik 2 Perkembangan Pembiayaan dan Suku Bunga Kredit... 70


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data SPSS 16.00 for windows... 76 Lampiran 2 Hasil Perhitungan Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit.... 78 Lampiran 3 Jumlah Kredit Bank Konvensional Tahun 2005-2010... 79 Lampiran 4 Jumlah Pembiayaan Bank Syariah Tahun 2005-2010... 80


(11)

ABSTRAK

Judul penelitian peneliti yaitu “Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”. Tujuan penelitian adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan suku bunga kredit terhadap jumlah kredit dan pembiayaan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekplanasi dan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi linear sederhana pada tingkat signifikansi α = 5 %. Pengerjaan regresi linear sederhana ini menggunakan alat bantu program SPSS 16.00 for Windows. Sampel yang dijadikan objek penelitian ini adalah unit perkembangan bulanan kredit dan pembiayaan yang bersumber dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia yang diolah dan dikeluarkan oleh Bank Indonesia dari tahun 2005-2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga kredit memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan jumlah kredit pada bank konvensional dan variabel tingkat suku bunga kredit memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan jumlah pembiayaan pada bank syariah.


(12)

ABSRACT

The tittle of the study investigators that “Comparative Analysis of the influence of the Loan Interest Rate to Total Loans and Financing at the Conventional Banks and Islamic Banking in Indonesia”. The purpose of this study is to analyze how much influence caused loan interest rate to amount loans and financing.

This research is explanation type and hypothesis testing using simple linear regression analysis at a significance level α = 5%. Implementation of this simple linear regression using SPSS 16:00 tool for Windows. Samples made the object of this research is the development unit of the monthly loans and financing obtained from the Indonesian Banking Statistics Report compiled and published by Bank Indonesia from 2005-2010

The results showed that the variable rate mortgage interest rates have a negative and significant relationship with the number of conventional banks and credit at the variable loan interest rate has a negative and significant relationship with the amount of financing at the Islamic banks.

Keywords: Loan Interest Rate, Credit, Financing .


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat untuk menghimpun dana melalui simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman.

Penyaluran dana dengan tujuan memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan, perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh oleh penyimpanan dana lebih tinggi dibanding pendapatan dari alternatif investasi lain dengan tingkat risiko yang seimbang, risko penyimpanan dana yang rendah, dan pelayanan yang baik yang diberikan oleh bank kepada nasabah. (Triandaru dan Budisantoso,2006:95)

Dalam menjalankan kegiatannya, bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost consept) untuk menghitung keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan kepada nasabah penabung merupakan harga yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu, bank harus menetapkan harga (bunga) yang lebih tinggi kepada nasabah peminjam. Selisih di antara keduanya disebut spread. Jika bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang harus dibayar kepada nasabah penabung, bank akan mendapatkan spread positif. Sedangkan jika


(14)

bunga yang diterima dari peminjam lebih rendah daripada yang dibayar kepada penabung, maka terjadi spread negatif bagi bank. (Antonio, 2001:158)

Bank syariah tidak menggunakan konsep biaya (cost concept) tetapi menggunakan pendekatan bagi hasil (profit sharing), art inya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang didapatkan dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka (sesuai dengan nisbah yang telah disepakati). (Antonio,2001:158)

Walaupun bank syariah tidak menggunakan tingkat suku bunga dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya , tetapi ada dampak yang ditimbulkan tingkat suku bunga terhadap jumlah simpanan dan pinjaman pada bank syariah. Besarnya bagi hasil pada bank syariah bersaing dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional.

Di awal krisis pada pertengahan tahun 1997, bank-bank konvensional bertumbangan. Sedangkan Bank Muamalat Indonesia, sebagai satu-satunya bank syariah yang ada di Indonesia tetap bertahan. Untuk mengatasi krisis, Bank Indonesia menerapkan tight money policy (kebijakan uang ketat) dan menerapkan bunga simpanan yang mencapai 70 %. Di satu sisi, otoritas moneter berharap dengan meningkatkan bunga setinggi itu, dana masyarakat akan tersedot ke sistem perbankan dan masyarakat tidak membeli dolar AS yang tengah menekan rupiah. Di sisi lain, kebijakan ini menjadi beban berat yang harus dipikul dunia perbankan (konvensional). Banyak diantara bank-bank itu yang harus membayar bunga simpanan masyarakat dengan bunga yang sangat tinggi, sementara bank tidak bisa


(15)

menarik bunga kredit sebesar itu dari para nasabah. Hal ini mengakibatkan satu per satu bank-bank konvensional jatuh karena kesulitan likuiditas.

Dari bulan Juli 1997 sampai dengan 13 Maret 1999, pemerintah telah menutup kurang lebih 55 bank, mengambil alih 11 bank (bank take over) dan 9 bank lainnya dibantu untuk mengambil program rekapittulasi. Dari 240 bank yang ada sebelum krisi moneter, haya tinggal 73 bank swasta yang dapat bertahan tanpa bantuan pemerintah. Dalam menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang tinggi, justru bank syariah yang bebas dari negative spread, karena bank syariah tidak berbasis bunga atau kekuatannya adalah kerja sama. (Muhammad, 2005:82)

Berdasarkan permasalah di atas maka penulis memilih judul penelitian ini dengan judul: “Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh perubahan tingkat suku bunga kredit dengan jumlah kredit pada bank konvensional?

2. Bagaimana pengaruh perubahan tingkat suku bunga kredit dengan jumlah pembiayaan pada bank syariah?


(16)

3. Bagaimana perbandingan antara pengaruh yang ditimbulkan dari perubahan tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkat suku bunga kredit perbankan dari tahun ke tahun, mengetahui perkembangan kredit bank konvensional dan pembiayaan bank syariah dari tahun ke tahun, mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan terhadap jumlah kredit dan pembiayaan akibat adanya tingkat suku bunga perbankan, dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkat suku bunga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh yang ditimbulkan dari adanya perubahan tingkat suku bunga perbankan terhadap jumlah kredit dan pembiayaan bagi bank konvensional maupun bank syariah.

b. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bank dalam menentukan besarnya tingkat suku bunga.


(17)

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank

Bank diklasifikasikan menjadi bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir,2008)

Bank syariah didefinisikan sebagai bank dengan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya dimana produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus menghindari unsur riba,

gharar, dan maysir. (Ascarya,2006:2)

Pengertian bank juga dapat didefinisikan sebagai berikut. Sistem perbankan konvensional yaitu sistem perbankan yang menggunakan sistem bunga (interest) sebagai balas jasa atas penyertaan modal baik simpanan maupun pinjaman. Sedangkan sistem perbankan syariah yaitu sistem perbankan yang pelaksanaan operasinya berdasarkan syariat Islam dan dari segi balas jasa dilakukan dengan sistem bagi hasil. (Antonio,2001)

Tujuan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk


(19)

menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. (Yunus dan Aziz,2009)

Fungsi pembiayaan bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

a. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.

b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.

c. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh

rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang

dilakukan. (Yunus dan Aziz,2009) 2.1.2 Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah dikenalnya asal mula kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Oleh karena itu, bank dikenal sebagai tempat menukar uang atau sebagai meja tempat menukarkan uang. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan pedagang valuta asing (money changer). (Kasmir,2008:15)

Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan menjadi tempat penitipan uang atau yang sekarang disebut sebagai kegiatan simpanan. Kemudian berkembang dengan kegiatan peminjaman uang, yaitu


(20)

dengan cara yang semula disimpan masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.

Sejarah perbankan yang dikenal oleh dunia berawal dari daratan benua Eropa mulai dari zaman Babylonia yang kemudian dilanjutkan ke zaman Yunani kuno dan Romawi. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di benua Eropa adalah Bank Vanesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. (Kasmir,2008:16)

Perkembangan perbankan di dataran Inggris dimulai pada abad ke-16. Namun, karena Inggris yang begitu aktif mencari daerah penjajahan, perkembangan perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahannya sepert Benua Amerika, Afrika, Asia yang memang sudah dikenal pada saat itu memegang peran penting dalam bidang perdagangan.

Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia, perkembangan perbankan pun semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan perdagangan. Perkembangan perdagangan yang semula hanya berkembang dan maju di daratan Eropa akhirnya menyebar ke seluruh benua Asia, Amerika, dan Afrika.

Dalam perjalanannya, perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda-lah yang memperkenalkan dunia perbankan kepada masyarakat Indonesia. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting, seperti:


(21)

2. De Escompto Bank NV 3. De Post Paar Bank 4. De javasche NV

5. Nationale Handles Bank (NHB)

6. Nederland Handles Maatscappij (NHM)

Di samping bank-bank yang dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda terdapat pula bank-bank yang dimiliki oleh warga pribumi, China, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-bank tersebut antara lain:

a. Bank Abuan Saudagar b. Batavia Bank

c. Bank Nasional Indonesia d. NV Bank Boemi

e. The Bank of Cina

f. The Chartered Bank of India g. The Matsui Bank

h. The Yokohama Species Bank

Di zaman kemerdekaan perkembangan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank milik Belanda dinasionalisir oleh Pemerintah Indonesia menjadi bank milik pemerintah Indonesia sehingga menambah deretan bank yang memang sudah ada sebelumnya. Oleh Belanda, bank digunakan sebagai alat untuk memperlancar transaksi perdagangan, baik untuk negerinya sendiri maupun untuk negara lain. Beberapa yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain sebagai berikut.


(22)

a. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo. b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. c. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946

kemudian menjadi BNI 1946.

d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. f. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

g. Indonesian Bank Corporate tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.

h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.

i. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

j. Kalimantan Corporation Trading di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.

Saat itu terdapat juga beberapa bank pemerintah yang bukan berasal dari bank milik Belanda baik untuk bank Penerintah maupun bank swasta nasional. Berikut ini akan diuraikan sejarah singkat perkembangan bank-bank milik pemerintah di Indonesia, yaitu:

a. Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)

Bank ini menjalankan fungsi BNI unit III dengan UU Nomor 17 Tahun 1968 dan berubah menjadi Bank Negara Indonesia 1946.


(23)

b. Bank Tabungan Negara (BTN)

BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No.20 tahun 1968.

Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dengan UU No. 13 Tahun 1999. Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang dinasionalisir tahun 1951.

c. Bank Sentral

BDN berasal dari Escompto Bank yang dinasionalisir dengan PP Nomor 13 tahun 1960, namun PP ini dicabut dan diganti dengan UU No. 18 tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara. BDN satu-satunya bank pemerintah yang berada di luar Bank Negara Indonesia Unit.

d. Bank Dagang Negara (BDN)

BAPINDO didirikan dengan UU No. 21 Tahun 1960 yang merupakan kelajutan dari Bank Industri Negara (BIN) tahun 1951.

e. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO)

BAPINDO didirikan dengan UU No. 21 Tahun 1960 yang merupakan kelanjutan dari Bank Industri Negara (BIN) tahun 1951.

f. Bank Bumi Daya (BBD)

BBD semula beradal dari Nederlandsch Indische Bandles Bank kemudian menjadi Nationale Handles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank


(24)

Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No.19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.

g. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Bank ini berasal dari De Algemenevolk Crediet Bank, kemudian dilebur setelah menjadi Bank Tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) Unit II selanjutnya yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan UU No. 21 tahun 1968.

h. Bank Ekspor Impor (Bank Eksim)

Sama seperti halnya BRI, Bank Eksim berasal dari De Algemenevolk Crediet Bank, kemudian dilebur setelah menjadi Bank Tunggal dengan nama Bank nasional Indonesia (BNI) Unit II dan yang bergerak di bidang eksim dipisahkan menjadi: Bank Ekspor Impor Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1968.

i. Bank Pembangunan daerah (BPD)

Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukum pendiriannya adalah UU No. 13 Tahun 1962.

j. Bank Mandiri

Bank ini merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (BAPIN-DO) dan Bank Ekspor Impor (Bank Eksim). Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999 akibat bank tersebut terus-menerus dilanda kerugian.


(25)

Sampai dengan Desember 2010 telah terdapat 122 bank umum dengan jumlah kantor sebanyak 13.837 kantor.

Tabel 2.1

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Umum Bank Konvensional

Kelompok Bank 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Bank Persero Jumlah Bank Jumlah Kantor 5 2.171 5 2.548 5 2.765 5 3.134 4 3.854 4 4.189 BUSN Devisa Jumlah Bank Jumlah Kantor 34 4.113 35 4.395 35 4.694 32 5.196 34 6.181 36 6.608

BUSN Non Devisa

Jumlah Bank Jumlah Kantor 37 709 36 759 36 778 36 875 31 976 31 1.131 BPD Jumlah Bank Jumlah Kantor 26 1.107 26 1.217 26 1.205 26 1.310 26 1.358 26 1.413 Bank Campuran Jumlah Bank Jumlah Kantor 18 64 17 77 17 96 15 168 16 238 15 263 Bank Asing Jumlah Bank Jumlah Kantor 11 72 11 114 11 142 10 185 10 230 10 233 Total Jumlah Bank Jumlah Kantor 131 8.236 130 9.110 130 9.680 124 10.868 121 12.837 122 13.837 Sumber: www.bi.go.id

2.1.3 Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia

Lahirnya perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern, yaitu neorevivalis dan modernis. Tujuan dari pendirian lembaga keuangan yang berlandaskan etika ini adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Upaya penerapan sistem profit and loss sharing awalnya di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu dengan adanya upaya mengelola dana zaman haji secara nonkonvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic


(26)

Rural Bank di desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Setelah dua

rintisan yang sederhana itu, bank Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad dan laporan International Association of Islamic Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia baik di negara-negara berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika.

Saat ini banyak nama besar dalam dunia keuangan internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka cabang dan subsidiories yang berdasarkan syariah. Dalam dunia pasar modal pun, Islamic fund kini ramai diperdagangkan, suatu hal yang mendorong Dow Jones untuk menerbitkan Islamic Dow Jones Index. Oleh karena itu, tidak heran jika Scharf, mantan direktur utama Bank Islam Denmark yang Kristen menyatakan bahwa bank Islam adalah partner baru pembangunan.

Pada tahun 1975 diadakan sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah. Pada sidang itu disetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islami (Islamic

Development Bank atau IBD) dimana anggota IBD adalah semua anggota OKI.

Pada tahun-tahun awal beroperasinya, IDB mengalami banyak hambatan karena masalah politik. Meskipun demikian, jumlah anggotanya makin meningkat dari 22 menjadi 57 negara (berdasarkan Portal Proyek Pengembangan IAIN Sunan Kalijaga,http://www.uin-suka.info/projectportal). IDB juga terbukti mampu memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara-negara Islam untuk pembangunan. Bank ini memberikan pinjaman bebas bunga untuk proyek infrastruktur dan pembiayaan kepada negara anggota


(27)

berdasarkan partisipasi modal negara tersebut. Dana yang tidak dibutuhkan dengan segera diguakan bagi perdagangan luar negeri jangka panjang dengan menggunakan sistem murabahah dan ijarah.

Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuanga syariah. Untuk itu, komite ahli IDB menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan, dan pengawasan bank syariah. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki.

Secara garis besar, lembaga-lembaga tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, bank Islam komersial (Islamic Comercial Bank) dan kedua, lembaga investasi dalam bentuk international holding companies.

Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Tokoh-tokoh yang terlibat adalah Karnaen A. Pertaatmadja, M. Dawam Raharjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Diantaranya adalah Baitul Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk Koperasi Ridho Gusti.

Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya


(28)

Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.

1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI yang bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar. (Antonio,2001:25)

Pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi dengan modal awal disetor sebanyak Rp 106.126.382.000,00. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar. (Antonio,2001:25)

Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini tercermin dari UU No. 7 tahun 1992, dimana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan secara tidak detail dan hanya sisipan belaka (Antonio,2001:26)


(29)

2. Era Reformasi dan Perbankan Syariah

Perkembangan Perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah kepada para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sebagian lainnya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. Hal demikian diantisipasi oleh bank Indonesia dengan mengadakan “Pelatihan Perbankan Syariah” bagi para pejabat bank Indonesia dari segenap bagian, terutama aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP ( Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), kredit, pengawasan, akuntansi, riset, dan moneter

Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah. Sedangkan sampai dengan Desember 2010, jumlah bank umum syariah telah mencapai 11 bank dengan jumlah kantor 1.215 kantor bank umum syariah dan 23 unit usaha syariah dengan jumlah kantor sebanyak 162 kantor unit usaha syariah.


(30)

Tabel 2.2

Perkembangan Jumlah Bank dan Unit Usaha Syariah Indikator 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Bank Umum

Syariah (BUS) Jumlah Bank Jumlah Kantor

3 301

3 346

3 398

5 576

6 711

11 1.215 Unit Usaha

Syariah (UUS) Jumlah Bank Jumlah Kantor

19 133

20 163

26 170

27 214

25 287

23 162 Sumber: www.bi.go.id

2.1.4 Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya yang meliputi aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. (Antonio,2001:29).

1. Akad dan Aspek Legalitas

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.

Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut:


(31)

b. Syarat, seperti (1) barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas baran tempat penyerahan g dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah, (2) harga barang dan jasa harus jelas, (3) tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi, dan (4) barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional yang jika terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya maka akan diselesaikan di peradilan negeri, sedangkan pada perbankan syariah akan diselesaikan sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Stuktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini menjamin efektivitas dari setiap opini


(32)

yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

a. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika dibanding bank konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah nasional.

Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala biasanya setiap tahun bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank yang bersangkutan.

Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan pengawas Syariah bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.

b. Dewan Syariah Nasional (DSN)

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain. Untuk


(33)

keperluan pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas syariah pada lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya.

Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh manajemen setelah direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang bersangkutan.

Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah.

Dewan Syariah Nasional dapat memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan.

Dalam perbankan syariah, suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai berikut.

i. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?


(34)

iii. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? iv. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

v. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal?

vi. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung?

5. Lingkungan kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya meiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan profesional (fathanah), dn mampu melakukan tugas secara team work di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.

Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga. Nabi saw mengatakan bahwa senyun adalah sedekah.

6. Perbandingan antara bank Syariah dan Bank Konvensional

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut.


(35)

Tabel 2.3

Perbandingan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Parameter Bank Konvensional Bank Syariah

Landasan Hukum UU Perbankan UU Perbankan dan Landasan Syariah

Return Bunga, Komisi/fee Bagi hasil, margin pendapatan sewa, komisi/fee

Hubungan dengan Nasabah Debitur-Kreditur Kemitraan, manajer investasi, investor, sosial, jasa keuangan Fungsi dan Kegiatan Bank

Mekanisme dan Objek Usaha

Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi, manajer investasi, investor, sosial, jasa

keuangan Prinsip Dasar Operasi Tidak Anti Riba dan Anti

Maysir

Anti riba dan anti maysir

Prioritas Pelayanan Bebas Nilai (prinsip Materialis)

Uang sebagai komoditi Bunga

- Tidak bebas nilai (prisip syariah Islam) - Uang sebagai alat

tukar dan bukan komoditi

- Bagi hasil, jual beli, sewa

Orientasi Kepentingan pribadi Kepentingan publik

Bentuk Usaha Keuntungan Tujuan sosial - ekonomi

Islam, keuntungan

Evaluasi Nasabah Bank komersial Bank komersial, bank

pembangunan, bank universal atau multi-purpose

Hubungan Nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness dan

collateral)

Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko

Sumber Likuiditas Jangka Pendek

Terbatas debitur-kreditor Erat sebagai mitra usaha

Pinjaman yang diberikan Pasar uang, Bank Sentral Terbatas Prinsip Usaha Komersial dan nonkomersial,

berorientasi laba

Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Pengelolaan Dana Aktiva ke pasiva Pasiva ke aktiva

Lembaga Penyelesaian Sengketa

Pengadilan, arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional

Risiko Investasi - Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur , risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank

- Kemungkinan terjadi

negative spread

- Dihadapi bersama antara bank dam nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran

- Tidak mungkin terjadi

negative spread

Monitoring Pembiayaan Terbatas pada adminitrasi Memungkinkan bank itu ikut dalam manajemen nasabah Struktur Organisasi Pengawas Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan

Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional

Kriteria Pembiayaan Bankable

Halal atau haram

Bankable Halal Sumber: Rivai, Veithzal, Idroes(2007:766)


(36)

2.1.5 Perbedaan Kredit dan Pembiayaan

Pembiayaan dan kredit memiliki perbadaan yang mendasar. Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut sifat penggunaanya, kredit dapat pembiayaan dapat dibagi menjadi:

1. Kredit dan Pembiayaan Produktif

Kredit dan pembiayaan yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit dan pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.

Menurut keperluannya, kredit produktif dapat dibagi menjadi: a. Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid, pitang dagang, dan persediaan yang umumnya terdiri atas


(37)

persediaan bahan baku, persedian barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Bank konvensional memberikan kredit modal kerja dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan dengan imbalan berupa bunga. Sedangkan bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah. Bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang telah disepakati.

b. Kredit dan Pembiayaan Investasi

Kredit dan pembiayaan investasi adalah kredit dan pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang sudah ada.

2. Kredit dan Pembiayaan konsumtif

Kredit dan pembiayaan konsumtif adalah jenis kreditr dan pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian mejadi barang jaminan utama. Sumber pembayaraan kembali atas kredit tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari ekploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.


(38)

Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan konsumtif dengan menggunakan skema berikut:

1. Al-bai’ bi tsaman ajil atau menjual dengan angsuran.

2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.

3. Al-musyarakah mutanaqhishah dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.

4. Ar-rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.

Pembiayaan konsumsi tersebut lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Adapun kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin. Oleh karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (qardh

al-hasan), yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja,

tanpa imbalan apapun. (Antonio,2001:168)

2.1.6 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

Dalam perekonomian konvensional, sistem riba, fiat money, comodity

money, fractional reserve system dalam perbankan, dan pembolehan spekulasi

menyebabkan penciptaan uang dan tersedotnya uang di sektor moneter untuk mencari keuntungan tanpa risiko. Akibatnya, uang atau investasi yang seharusnya tersalur ke sektor riil untuk tujuan produktif , sebagian besar lari ke sektor moneter dan menghambat pertumbuhan bahkan menyusutkan sektor rill. Penciptaan uang tanpa adanya nilai tambah akan menimbulkan inflasi yang pada akhirnya akan menimbulkan inflasi. (Ascarya,2006:26)


(39)

Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik modal bekerja sama dengan pengusaha untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan usaha menderita kerugian, maka kerugiannya juga ditanggung bersama. Sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (dizolimi).(Ascarya,2006:26)

Pada dasarnya, bank bagi hasil memberi keuntungan kepada deposan dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR), sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya. Artinya, dalam mengakui pendapatan, bank bagi hasil menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua faktor tersebut. Sedangkan bank konvensional langsung menggangap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut. (Muhammad,2002;74)

Tabel 2.4

Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan.

2. Besarnya persentase didasarkan pada jumlah dana/modal yang dipinjamkan.

3. Bunga dapat mengambang/ variabel dan besarnya naik turun ssuai dengan naik turunya bunga patokan atau kondisi ekonomi.

4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan peminjam untung atau rugi.

5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda. 6. Eksistensi bunga diragukan oleh semua

agama.

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama.

4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan

usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama.

5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan.

6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.


(40)

2.1.7 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bak dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service.

1. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan untk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of Development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor rill tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling memengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan


(41)

kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

3. Agent of Service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada msyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekpnomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. 2.1.8 Suku Bunga Kredit

Suku bunga kredit adalah bunga yang dibebankan kepada peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. (Kasmir,2008:136). Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Suku bunga memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor


(42)

industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat suku bunga kredit menurut Kurniawan (2004) adalah sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga SIBOR ( Singapore Inter Bank Offered Rate)

Dalam jangka pendek, pengaruh variabel ini bersifat inelastis terhadap tingkat bunga pinjaman. Kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengendalikan tingkat suku bunga tergantung dengan keadaan dan kondisi perekonomian dunia. Reaksi yang cepat terhadap perubahan kondisi tingkat suku bunga internasional SIBOR akan mengulangi pelarian modal dari dalam negeri dalam jumlah yang besar. Ketika tingkat suku bunga pinjaman di luar negeri mengalami peningkatan maka para investor akan cenderung memanfaatkan dana yang ada di dalam negeri.

2. Jumlah Uang Beredar

Dalam jangka panjang, pengaruh variabel ini bersifat inelastis. Keadaan ini dapat dijelaskan dimana ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang diikuti dengan krisis perbankan telah menyebabkan penarikan dana perbankan besar-besaran (banks run) karena kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap perbankan. Masyarakat lebih senang untuk


(43)

menggunakan uang untuk keperluan konsumsi. Keengganan masyarakat untuk menempatkan dananya dalam perbankan membuat jumlah uang beredar di masyarakat menjadi semakin meningkat yang ditandai dengan jumlah uang beredar pada tahun 1998 sebesar 101,20 miliar rupiah atau meningkat 29,18 % dari tahun sebelumnya. Untuk mengurangi jumlah uang beredar, maka otoritas moneter menetapkan kebijakan moneter uang ketat yang di tandai dengan kenaikan suku bunga SBI.

3. Inflasi

Dalam jangka panjang, pengaruh variabel ini bersifat inelastis, artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka mengakibatkan suku bunga kredit akan naik.

4. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Dalam jangka pendek, pengaruh variabel ini bersifat inelastis terhadap tingkat suku bunga kredit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kecenderungan tingginya suku bunga SBI akan diikuti oleh naiknya tingkat suku bunga kredit. Tingkat bunga SBI merupakan referensi dari tingkat bunga deposito bank-bank umum.

5. Produk Domestik Bruto

Dalam jangka panjang, pengaruh variabel ini bersifat elastis. Peningkatan tingkat suku bunga kredit sebagai akibat peningkatan Produk Domestik Bruto karena adanya kenaikan permintaan terhadap kredit pada perbankan. Dalam teori permintaan apabila jumlah permintaan meningkat terhadap suatu barang maka harga perolehan barang tersebut akan cenderung meningkat.


(44)

Sedangkan menurut Miskhin (1995:132) terdapat beberapa faktor yang dapat meramalkan tingkat suku bunga pada lembaga keuangan, yaitu (1) sumber dana pinjaman, (2) kekuatan ekonomi, (3) peluang investasi, (4) tingkat inflasi yang diharapkan, dan (5) pinjaman dan defisit pemerintah

2.2 Penelitian Terdahulu

Setyawan (2006) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Suku Bunga Kredit Investasi, Tingkat Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Jumlah Kredit Investasi yang Disalurkan Bank Umum di Indonesia”. Model analisis yang digunakan dalam menganalisa data adalah model regresi linear berganda dengan bentuk fungsional dari model regresi tersebut adalah model semi log (model log-lin).

Hasil penelitian menunjukkan suku bunga kredit investasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap jumlah kredit investasi yang disalurkan bank umum. Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah kredit investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap jumlah kredit investasi.

Gumilar (2008) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Suku Bunga terhadap Penyaluran berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia”. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang merupakan data time series secara bulanan dari periode Desember 2001 sampai dengan Desember 2006. Sumber data berasal dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan internet. Analisis Kuantitatif dilakukan dengan menggunakan model persamaan simultan


(45)

karena diasumsikan variabel-variabel yang diamati memiliki hubungan timbal balik satu sama lain.

Hasil penelitian pengaruh suku bunga SBI dan suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit berbagai jenis UMKM yaitu:

(1) Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada setiap jenis kredit dan jenis usaha, kecuali pada kredit investasi segmen usaha mikro. Pada segmen tersebut suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terlihat berpengaruh positif dan signifikan. (2) Penyalur kredit modal kerja pada segmen usaha menengah dipengaruhi

secara negatif dan signifikan oleh suku bunga kredit. Namun, pada usaha mikro suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan. Pada kredit investasi suku bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit secara negatif signifikan dalam segmen usaha mikro, menengah, dan juga agregat kredit investasi. Pada kredit konsumsi, suku bunga kredit berpengaruh negatif signifikan pada agregat kredit investasi dan setiap segmentasi usaha baik mikro, kecil, maupun menengah.

Peneliti lain yang telah meneliti pengaruh tingkat bunga terhadap kredit dan pembiayaan adalah Sudirman (2009) dengan judul penelitian “Analisis Komparatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”. Penelitian ini menelitih pengaruh tingkat suku bunga terhadap kredi dan


(46)

pembiayaan pada tahun 1992 sampai dengan 2006 dengan menggunakan data tahunan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan tingkat suku bunga perbankan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan kredit maupun pembiayaan. Perubahan negatif yang ditimbulkan akibat perubahan tingkat suku bunga lebih besar terhadap kredit dibandingkan perubahan tingkat suku bunga terhadap pembiayaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran produk perbankan yang sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional, pengertian harga berdasarkan bunga terdapat 3 macam, yaitu harga beli, harga jual, dan biaya yang dibebankan kepada nasabahnya. (Kasmir,2008:135)

Bunga bank dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman), serta harga yang dibebankan kepada biaya-biaya jasa bank lainnya. (Kasmir,2008:136)

Tingkat suku bunga kredit juga dapat mempengaruhi perkembangan pembiayaan karena besarnya bagi hasil yang ditetapkan oleh bank syariah bersaing dengan tingkat suku bunga kredit. Prinsip utama yang harus dikembangkan bank syariah dalam kaitannya dengan manajemen dana adalah bahwa bank syariah harus mampu memberikan bagi hasil kepada penyimpan dana


(47)

minimal sama atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di bank konvensional dan mampu manarik bagi hasil dari debitur lebih rendah daripada bunga yang diberlakukan di bank konvensional. (Muhammad,2002:73)

Sumber: Kasmir (2008:136) dan Muhammad (2002:73) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,2004:51).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Perubahan tingkat suku bunga bank berpengaruh negatif (berlawanan) terhadap jumlah kredit pada bank konvensional.

2. Perubahan tingkat suku bunga bank berpengaruh positif (searah) terhadap jumlah pembiayaan pada bank syariah.

Suku Bunga Kredit (X1)

Kredit pada Bank Konvensional (Y1)

Pembiayaan pada Bank Syariah (Y2)


(48)

3. Pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap jumlah kredit pada bank konvensional lebih besar dan negatif (berlawanan) dibandingkan dengan pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap pembiayaan pada bank syariah.

BAB III


(49)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah ekplanasi. Penelitian eksplanasi dimaksud untuk memperoleh kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan, menguji pengaruh (hubungan sebab-akibat) antar variabel, melakukan evaluasi, dan mengetahui perbedaan atau komparasi satu atau lebih kelompok (yang dikenai perlakuan dengan yang tidak dikenai perlakuan) atau perbedaan kondisi satu atau lebih kelompok. Penelitian eksplanasi dapat dilakukan untuk menguji hipotesis dengan statistik infrensial (korelasi, regresi, regresi multi variate/path analisis) untuk generalisasi data sampel pada populasi.

Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk melihat pengaruh tingkat suku bunga terhadap kredit (bank konvensional) dan pembiayaan (bank syariah) dan melihat perbandingan pengaruh tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bank indonesia dengan menggunakan situs www.bi.co.id

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak Februari 2011 sampai dengan Maret 2011.

3.3 Batasan Operasional


(50)

d. Variabel bebas (independent variable) adalah tingkat suku bunga (X) e. Variabel terikat (dependent variable) adalah perkembangan kredit dan

pembiayaan (Y)

3.4 Definisi Operasional

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa atas atau suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan pinjaman uang dalam suatu periode tertentu. Suku bunga yang dipakai adalah rata-rata tertimbang suku bunga kredit rupiah.


(51)

Menurut Sugiyono (2004:72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit perkembangan kredit dan pembiayaan yang bersumber dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia yang diolah dan dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2004:73). Sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling,yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2004:74). Sampel yang digunakan adalah unit perkembangan bulanan kredit dan pembiayaan yang bersumber dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia yang diolah dan dikeluarkan oleh Bank Indonesia dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2010 (72 bulan)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series bulanan, dari Januari 2005 sampai Desember 2010 yang bersifat kuantitatif yaitu berupa data yang berbentuk angka. Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu data yang berasal dari Bank Indonesia (BI), literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan buku-buku referensi.


(52)

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

3.8 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang mengumpulkan, mengolah, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti.

b. Analisis statistik

Metode yang digunakan menganalisis data dengan metode dengan regresi linear sederhana dimana akan dilakukan pengestimasian regresi dua variabel yang terdiri dari 1(satu) variabel terikat dan 1 (satu) variabel bebas. Persamaan regresi linear yang digunakana dalah sebagai berikut:

bX a Y1 = +

bX a Y2 = +

Dimana:

Y1 = kredit yang disalurkan oleh bank konvensional

Y2 = pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah a = koefisien konstanta


(53)

b = koefisien regresi variabel independen

X = tingkat suku bunga bank

Setelah persamaan regresi dibentuk, maka dilakukan pengujian hipotesis. 1. Koefisien Determinasi ( R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independen secara bersamaan mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Dimana jika R2 = 0, artinya variabel bebas tidak dapat menerangkan hubungan terhadap variabel terikat.

2. Uji t

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan.

Pengaruh variabel independen yaitu bunga terhadap kredit maupun pembiayaan dilakukan pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

0 :

0 bi=

H artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari suku bunga kredit secara parsial terhadap kredit dan pembiayaan.

0 :

0 bi

H artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari suku bunga kredit secara parsial terhdap kredit dan pembiayaan.

Jika nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak pada α =5%

Jika nilai thitung < ttabel maka H0 diterima pada α =5%


(54)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Perusahaan 4.1.1 Profil Bank Indonesia

Bank Indonesia yang dulunya disebut dengan De javasche Bank adalah adalah bank sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. Bank indonesia berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia dan dapat mempunyai kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah negara Republik Indonesia. Modal bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya Rp. 2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) dan harus ditambah sehingga menjadi paling banyak 10 % dari seluruh kewajiban moneter, yang dananya berasal dari cadangan umum atau dari hasil revaluasi aset. Cadangan umum adalah dana yang berasal dari sebagian surplus Bank Indonesia yang dapat digunakan untuk menghadapi riisiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

1. Sekilas Perjalanan Bank Indonesia

Tahun 1828: De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai

bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.

Tahun 1953: Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang


(55)

moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.

Tahun 1968: Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Tahun 1999: Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Tahun 2004: Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan focus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Tahun 2008: Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (PerPPU) No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global


(56)

melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

4.1.2 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, dan kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sedangkan aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. Tiga tugas Bank Indonesia yaitu:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia berwenang:

a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi.

b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada;


(57)

b.1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing

b.2. Penetapan tingkat diskonto

b.3. Penetapan cadangan wajib minimum b.4. Pengaturan kredit dan pembiayaan

c. Memberikan atau kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan.

d. Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban pemerintah.

e. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan.

f. Mengelola cadangan devisa. Dalam pengelolaan cadangan devisa Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa dan dapat menerima pinjaman luar negeri.

g. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugasnya.


(58)

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembiayaan

Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank indonesia berwenang:

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.

b. Mewajibkan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya.

c. Menetapkan penggunakan alat pembayaran.

d. Mengatur sistem kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.

e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.

f. Menetapkan macam, harga, ciri, uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.

g. Sebagai satu-satunya lembaga yang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang yang dimaksud dari peredaran. Bank Indonesia dapat mencabut dan menarik uang rupiah dari peredaran dengan memberikan penggantian dengan nilai yang sama.

3. Mengatur dan mengawasi bank

Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia:


(59)

a. Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.

b. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, termasuk memberikan dan mencabut izin usaha bank, memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

c. Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung. Pelaksanaan peengawasan dilakukan antara lain dengan: 1) Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan,

dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2) Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan.

3) Menguasai pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan. Pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan wajib merahasiakan keterangan dan data yang diperoleh dalam pemeriksaan.

4) Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan.


(60)

5) Melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan atau membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional.

6) Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang.

d. Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antarbank. Sistem informasi dapat dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia dan atau oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.

e. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Di samping tugas-tugas tersebut, Bank Indonesia juga mempunyai tanggung jawab dan kegiatan lain dalam kaitannya dengan pemerintahan, hubungan internasional, akuntabilitas, dan anggaran. Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadapa pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan Bank Indonesia wajib menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugasnya.


(61)

4.1.3 Organisasi Bank Indonesia

Sumber: www.bi.go.id

Gambar 4.1 Organisasi Bank Indonesia

4.1.4 Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 mendefinisikan Bank umum sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiataannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum secara lengkap adalah:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

Dewan Gubernur

Kantor Pusat

Moneter Perbankan Sistem

Pembayaran

Manajemen Intern

Kantor Perwakilan (4) Kantor BI (41)


(62)

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah (transfer).

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada pihak lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek, atau sarana laiinya.

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antarpihak ketiga.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe

deposit box).

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

11. Melakukan kegiatan anjak pitang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

13. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

14. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan


(63)

efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

16. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

17. Membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara suka rela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitor tidak memenuhi kewajibannya pada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

18. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundangan lain yang berlaku.

Bank Umum Konvensional terdiri dari: a. Bank Persero

Bank Persero yaitu bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Bank persero terdiri dari:


(64)

Tabel 4.1

Daftar Nama-nama Bank Persero Nama – Nama Bank

1. PT. Bank Ekspor Indonesia (Persero) 2. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), TBK 3. PT. Bank Rakyat Indonesia

4. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) 5. PT. Bank Mandiri (Persero), TBK Sumber: www.bi.go.id

b. BUSN (Bank Umum Swasta Nasional) Devisa

BUSN Devisa adalah bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya dan dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing.

Tabel 4.2

Daftar Nama-nama Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa Nama- Nama Bank

1. PT. Artamedia Bank 2. PT. Bank Agronia, TBK 3. PT. Bank Antardaerah

4. PT. Bank Arta Niaga Kencana 5. PT. Bank Artha Graha

6. PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk 7. PT. Bank Bukopin

8. PT. Bank Bumi Arta 9. PT. Bank Central Asia, Tbk 10. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk 11. PT. Bank Dagang Bali

12. PT. Bank Danamob Indonesia, Tbk 13. PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk 14. PT. Bank Ganesha

15. PT. Bank Hagakita 16. PT. Bank Hana

17. PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk 18. PT. Bank ICB Bumiputera, Tbk

23. PT. Bank Kesawan, Tbk 24. PT. Bank Lippo, Tbk 25. PT. Bank Maspion Indonesia

26. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk 27. PT. Bank Mega, Tbk

28. PT. Bank Mestika Dharma 29. PT. Bank Metro Express 30. PT. Bank Mutiara, Tbk

31. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk 32. PT. Bank OCBC NISP, Tbk

33. PT. Bank Permata, Tbk 34. PT. Bank Pikko, Tbk 35. PT. Bank SBI Indonesia 36. PT. Bank Sinarmas 37. PT. Bank Swadesi, Tbk 38. PT. Bank Unibank, Tbk 39. PT. Bank Universal, Tbk 40. PT. Bank UOB Buana, Tbk Lanjutan Tabel 4.2

19. PT. Bank ICBC Indonesia 20. PT. Bank IFI

21. PT. Bank Index Selindo

22. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk

41.PT. Bank Windu Kentjana

42. PT. Bank PAN Indonesia Bank, Tbk 43.PT. Bank Prima Express Bank

Sumber: www.bi.go.id


(1)

Kurniawan, Taufik. 2004. Determinan Tingkat Suku Bunga Pinjaman di

Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Desember 2004.

Skripsi

Gumilar, Anggit. 2008. “Pengaruh Suku Bunga terhadap Penyaluran berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia”. Skripsi, Ekonomi Strata-I, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Setywan, Erwin. 2006. “Pengaruh Suku Bunga Kredit Investasi, Tingkat Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Jumlah Kredit Investasi yang Disalurkan Bank Umum di Indonesia”. Skripsi, Ekonomi Strata-I, Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Sudirman. 2009. “Analisis Komparatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”. Skripsi, Ekonomi Strata-I, Fakultas Ekomomi Sumatera Utara

Situs


(2)

Lampiran 1

Hasil pengolahan Data SPSS 16.00 for windows

Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Kredit Regression

[DataSet0]

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TSBa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kredit

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .588a .345 .336 252.19894

a. Predictors: (Constant), TSB

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3594.828 450.214 7.985 .000

TSB -184.146 30.301 -.588 -6.077 .000


(3)

Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Regression

[DataSet0]

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TSBa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pembiayaan

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .612a .375 .366 11.80377

a. Predictors: (Constant), TSB

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 166.087 21.072 7.882 .000

TSB -9.190 1.418 -.612 -6.480 .000


(4)

Lampiran 2

Hasil Perhitungan Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 14,57 14,49 14,47 14,43 14,35 14,35 14,36 14,22 15,08 15,48 15,98 16,24 14,84 16,40 16,50 16,59 16,61 16,64 16,64 16,64 16,59 16,44 16,35 16,17 15,92 16,46 15,80 15,64 15,47 15,31 15,10 14,93 14,74 14,70 14,41 14,26 14,25 14,06 14,89 13,95 13,88 13,77 13,71 13,65 13,74 13,83 14,02 14,37 14,87 15,22 15,34 14,20 15,35 15,28 15,17 15,12 15,06 14,98 14,90 14,80 14,68 14,58 14,49 14,36 14,90 14,44 14,42 13,89 13,79 13,69 13,62 13,58 13,47 13,39 13,35 13,28 13,21 13,68


(5)

Perkembangan Kredit Bank Konvensional (Triliun Rupiah)

Bulan

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Tkt Pertumbuhan 436,00 444,75 457,72 468,56 488,64 498,46 511,60 528,26 543,09 552,30 552,32 565,85 6.047,56 - 554,95 559,17 567,86 573,22 577,99 586,32 586,83 594,78 609,79 616,40 621,42 638,50 7.087,23 17,19% 619,37 628,07 639,45 651,88 666,62 688,77 694,39 707,78 731,73 746,81 758,64 791,61 8.325,23 17,47% 780,99 801,33 830,83 852,20 879,75 927,35 949,34 978,44 1.005,66 1.022,69 1.036,15 1.054,29 11.119,02 33,56% 1.033,38 1.041,71 1.060,65 1.074,60 1.091,83 1.119,76 1.125,67 1.149,20 1.165,76 1.179,10 1.199,84 1.228,66 13.470,16 21,15% 1.205,66 1.229,31 1.257,30 1.282,69 1.315,56 1.360,50 1.371,21 1.403,47 1.419,45 1.430,90 1.446,68 1.492,41 16,215,14 20,38%


(6)

Lampiran 4

Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah (Triliun Rupiah

)

Bulan

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Tkt Pertumbuhan 10,90 11,26 11,82 12,21 12,72 12,64 13,08 13,29 13,62 13,91 14,16 14,46 152,07 - 14,30 14,62 15,25 15,67 16,35 16,90 17,27 17,76 18,32 18,92 19,25 19,53 204,14 32,27% 19,35 19,60 19,97 20,44 20,97 21,81 22,41 23,02 24,28 24,88 25,07 26,51 268,31 31,43% 25,67 26,96 27,99 29,27 30,52 32,28 33,31 34,62 35,62 35,62 35,91 35,88 383,65 42,99% 36,14 36,62 37,16 37,66 38,81 40,19 40,92 41,91 42,66 43,39 43,92 44,94 484,32 26,24% 45,17 46,51 48,14 49,76 51,31 53,65 55,45 57,50 58,24 60,10 62,94 64,82 653,59 34,95%


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

3 82 98

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional Dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

21 184 80

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pembentukan Perilaku Narapidana (Studi Korelasional Mengenai Efektivitas Komunikasi AntarPribadi Terhadap Pembentukan Perilaku Narapida di LP Kelas II A Kotamadya Binjai)

2 41 123

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

44 256 120

Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan di Indonesia

0 26 95

Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia

0 37 68

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KREDIT MACET BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK Analisis Perbandingan Antara Tingkat Kredit Macet Bank Konvensional Dan Pembiayaan Bermasalah Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Mega Dan Bank Mega Syaria

0 2 16

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Antara Tingkat Kredit Macet Bank Konvensional Dan Pembiayaan Bermasalah Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Mega Dan Bank Mega Syariah).

0 3 8

PERBANDINGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL Perbandingan Pelaksanaan Pemberaian Kredit Bank Syariah dan Bank Konvensional.

0 0 11

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH

0 0 10