BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI RANTAU PARAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU A. Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu - Peranan Kepolisian Resor Labuhan Batu Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan (

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI RANTAU PARAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU A. Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Berdasarkan UU No.7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten-Kabupaten di Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara dan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten Labuhan Batu dilakukan

  pemekarannya secara resmi pada tanggal 21 Juli 2008 yang terdir dari: 1.

  Kabupaten Labuhan Batu Induk dengan wilayah seluas 2.562,01 Km² dengan jumlah penduduk 875.692 jiwa, yang terdiri dari 9 kecamatan (yaitu): a.

  Kecamatan Bilah Barat.

  b.

  Kecamatan Rantau Utara.

  c.

  Kecamatan Rantau Selatan.

  d.

  Kecamatan Bilah Hulu.

  e.

  Kecamatan Pangkatan.

  f.

  Kecamatan Bilah Hilir.

  g.

  Kecamatan Panai Hulu.

  h.

  Kecamatan Panai Tengah. i.

  Kecamatan Panai Hilir.

  2. Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dengan luas wilayah seluas 3.596 Km² dengan jumlah penduduk ± 250.173 jiwa, yang terdiri dari 5 kecamatan

  

  yaitu: a.

  Kecamatan Kampung Rakyat.

  b.

  Kecamatan Kota Pinang.

  c.

  Kecamatan Sungai Kanan.

  d.

  Kecamatan Silang Kitang.

  e.

  Kecamatan Torgamba 3. Kabupaten Labuhan Batu Utara, dengan luas wilayah seluas 3.570,982 Km² dengan jumlah penduduk ±323.740 jiwa, yang terdiri dari 8 kecamatan

  

  yaitu: a.

  Kecamatan Na. IX-X.

  b.

  Kecamatan Aek Natas.

  c.

  Kecamatan Marbau.

  d.

  Kecamatan Aek Kuo.

  e.

  Kecamatan Kualuh Selatan.

  f.

  Kecamatan Kualuh Hulu.

  g.

  Kecamatan Kualuh Leidong.

  h.

  Kecamatan Kualuh Hilir.

  98 99 UU No.22 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

  UU No.23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Sehingga Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Induk menerapkan Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2007, terdiri dari: 9 (sembilan) kecamatan; 98 (sembilan puluh depalan) desa/kelurahan (75 desa dan 23 kelurahan); 14 (empat belas) Dinas; 8 (delapan) Badan; 5 (lima) kantor; 1 (satu) Setdakab (3 asisten dan 11

   bagian); dan 1 (satu) setwan.

  Wilayah Kabupaten Labuhan Batu saat ini tergabung dalam tiga kabupaten yakni:

  1. Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya; 2.

  Kabuapten Labuhan Batu Utara; 3. Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

  Ketiga kabupaten tersebut merupakan Jalur Lintas Timur Pulau Sumatera dengan jarak 285 Km dari Medan, 329 Km dari Propinsi Riau, dan 760 Km dari Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Labuhan Batu terletak pada koordinat 10, 260- 20,110 Lintang Utara (LU) dan 910, 010-950,530 Bujur Timur (BT) dengan batas

  

  wilayah sebagai berikut: 1.

  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka.

  2. Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau.

  3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. 100

  Wawancara dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Labuhan Batu, Hasban Ritonga,

Pembina Utama Muda, tanggal 27-28 April 2012. Bupati Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Induk

saat ini adalah dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD. 101 http://www.labuhanbatuutarakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id= 93, oleh: Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, “Sejarah Singkat Dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara”, diakses tanggal 17 Januari 2013.

  4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.

  Pada mulanya luas Kabupaten Labuhan Batu adalah 9.223,18 Km², sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2008. Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara, maka luas Kabupaten Labuhan Batu berkurang menjadi 2.562,01 Km² dan penduduknya

   sebanyak 875.692 jiwa pada tahun 2008.

  Wilayah hukum Polres Labuhan Batu meliputi Kabupaten Labuhan Batu Induk, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jika ditotal ketiga kabupaten ini, secara geografi, letak daerah ketiga kabupaten yang menjadi wilayah hukum Polres Labuhan Batu terletak pada bagian utara khatulistiwa yaitu antara koordinat 1 .26’-2 .11’ LU dan 97.07’-98’.53’ BT dengan batas wilayah sebagai berikut: 1.

  Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Polres Tapanuli Selatan).

  3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tobasa dan Kabupaten Asahan (Polres Tobasa dan Polres Asahan).

  4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir (Propinsi Riau). 102

  Pada tahun 2008 Kabupaten Labuhan Batu dimekarkan, namun sebelum dimekarkan 2

dengan Ibukotanya Rantau Prapat memiliki luas wilayah 922.318 Hektar (9.223,18 Km ) atau setara

dengan 12,87% dari luas Wilayah Propinsi Sumatera Utara. Sebagai Kabupaten terluas kedua setelah

Kabupaten Tapanuli Selatan. Kabupaten Labuhan Batu mempunyai wilayah terluas di Propinsi Sumatera Utara sebelum dimekarkan pada tanggal 21 Juli 2008. Kabupaten Labuhan Batu sesuai SK Mendagri Nomor: 135/1544/OTDA tertanggal 4 Agustus 2008 telah dibentuk menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari 22

  2

  kecamatan. Total luas daerah ketiga kabupaten: 9.223,18 Km yang terdiri dari Kabupaten Labuhan Batu Induk, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan dengan pembagian wilayah yang meliputi 22 kecamatan dan 14 Polsek. Suhu rata-

  o o

  rata 22,4 C-32,30

  C, iklimnya tropis dengan curah hujan rata-rata 2586,0 mm, banyaknya hari hujan rata-rata 140 hari per tahun. Perbedaan musim kemarau dan musim hujan hampir tidak ada kecuali pada musim penghujan ditandai dengan

   banyaknya curah hujan.

  Keadaan alam secara fisik di sebelah utara dan timur pada umumnya rata- rata rendah di sebelah barat dan selatan dataran tinggi bergunung-gunung yang berada di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dengan komposisi alamnya: Dataran rendah ±40%; Dataran aliran sungai dan gambut ±30%; Dataran perbukitan dan pegunungan ±20%; Dataran Marin/jalur pantai ±10%; dan berada pada ketinggian antara 0 s/d

   2.115 meter di atas permukaan air laut dengan ketinggian rata-rata 43 meter.

  Menurut data Polres Labuhan Batu tahun 2012, jumlah penduduk untuk ketiga kabupaten Labuhan Batu ±1.027.964 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, terdiri dari beberapa suku yang ada di daerah Labuhan Batu meliputi: pertama penduduk Asli terdiri dari: suku Melayu, suku Batak (Mandailing, Toba, Simalungun, Karo, Dairi, Pak-Pak, Nias, dan Angkola). Kedua Pendatang terdiri dari: Aceh, Ambon, Jawa, 103 104 Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu 2012.

  Ibid. Banjar, Jambi, Minang, Makasar, Sunda, Bali, Lambok, Riau, Palembang, dan Lampung.

  Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Labuhan Batu Induk, Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan sebanyak ±1.027.964 jiwa sedang luas wilayah

  2 2 adalah ±9.223,18 Km sehingga kepadatan penduduk rata-rata ±111,454 jiwa/Km .

  Dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Labuhan batu, dapat dikatakan kabupaten ini masih tergolong belum padat (masih jarang). Sehingga beberapa daerah dikabupaten ini khususnya pada jalur-jalur lintas tertentu sepi dari keramaian. Kondisi inilah yang memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan

   peluang melakukan Curas.

  Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Labuhan Batu, mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani (71,13%) kemudian diikuti dengan industri pengolahan (32,42%). Berdasarkan persentase ini, dapat dikatakan bahwa penduduk di Kabupaten Labuhan Batu pada umumnya belum sejahtera sebagaimana kehidupan

   di kota-kota yang pada umumnya sudah berada pada tahap industrialisasi.

  Dengan beraneka ragamnya suku, agama, mata pencaharian penduduk, dan golongan penduduk di wilayah hukum Polres Labuhan Batu, maka dalam kehidupan sehari-hari terjadi penonjolan ciri-ciri adat istiadat maupun sifat kedaerahan sehingga cenderung menimbulkan gangguan kamtibmas. Pesatnya perkembangan teknologi 105 106 Laporan Kapolres Labuhan Batu Bulan Mei 2012..

  Wawancara dengan Bang Haji (panggilan akrab), salah satu tokoh masyarakat Labuhan

Batu di Simpang Kampus Universitas Alwasliyah (Univa) di Jalan Adam Malik By Pass Rantoprapat pada tanggal 21-22 April 2012. dan pembangunan, baik dari dalam maupun dari luar negeri, sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat, sehingga merubah status sosial masyarakat Labuhan Batu yang tentu berakibat terhadap keinginan untuk menyesuaikan diri dengan menerima budaya luar yang tidak sesuai dengan kebudayaan setempat, maka sering timbul gejolak sosial seperti: perkelahian antara remaja; pemerasan; kejahatan asusila; penipuan tenaga kerja; penyalahgunaan Narkotika dan obat terlarang; tindak pidana kekerasan; Isue santet dan begu ganjang; dan lain-lain.

  Apabila dilihat wilayah hukum Polres Labuhan Batu yang tergabung dalam tiga kabupaten yakni: Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabuapten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dengan jumlah penduduk di ketiga

  2

  kabupaten ini berjumlah ±1.027.964 jiwa sedang luas wilayah adalah ±9.223,18 Km , sangat tidak seimbang dengan sarana-sarana di atas seperti: jumlah pasar sembako hanya 14 tempat, industri kerajinan hanya 5 macam sehingga berdasarkan data ini dapat dikatakan bahwa kegiatan perekonomian masyarakat cenderung masih banyak yang tidak difungsikan.

B. Faktor Wilayah Hukum dan Kemampuan Kepolisian Resor Labuhan Batu

  Secara umum wilayah hukum Polres Labuhan Batu mencakup 3 (tiga) wilayah Kabupaten yaitu: Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Ketiga kebupaten ini merupakan daerah perbatasan yang dilalui Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) yang tentunya sangat rawan terhadap tindakan kriminal, berpengaruh terhadap peningkatan mobilisasi pelaku-pelaku tindak pidana dalam melakukan aksinya sehingga merupakan tantangan tugas Polri khususnya Polres Labuhan Batu yang sangat mendesak dan komplit. Beberapa faktor kondisi wilayah, penduduk, dan kemampuan personil Polres diuraikan berikut ini.

  Kondisi kemampuan kesatuan Polres Labuhan Batu jika ditinjau dari kemampuan jumlah personil Polres Labuhan Batu hanya berjumlah 1.024 orang yang bertugas tersebar di ketiga kabupaten ini. Jumlah tersebut terdiri dari: Personil Polri aktif 974 orang dan Personil Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 50 orang. Dari jumlah personil ini kurang memungkinkan untuk dapat melindungi, mengayomi, dan melayani kepentingan-kepentingan masyarakat di tiga kabupaten yakni: Kabupaten Labuhan Batu Induk, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

  Kondisi kemampuan kesatuan Polres Labuhan Batu jika ditinjau dari kemampuan jumlah personil Polres Labuhan Batu hanya berjumlah 1.024 orang yang bertugas tersebar di ketiga kabupaten yakni: Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabuapten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Kondisi ini sangat tidak berimbang antara jumlah penduduk di ketiga kabupaten berjumlah ±1.027.964 jiwa dengan kemampuan jumlah personil Polres Labuhan Batu hanya berjumlah 1.024 orang.

  Kondisi kurangnya jumlah personil sering ditemukan masalah di lapangan misalnya dalam hal penanganan kasus-kasus kejahatan Curas dimana pelaku melarikan diri. Sementara jumlah personil untuk melakukan penyempiran ruang gerak pelaku tidak seimbang dengan kondisi wilayah yang banyak memliki jalur-jalur pelarian termasuk jalur lintas yang kurang bisa dikontrol.

  Sementara sarana dan prasarana pendukung berupa material fasilitas dan logistik seperti rumah dinas, kepemilikan tanah, Senjata Api, Alat Komunikasi, Alut, Alsus, dan Amunisi, juga masih sangat terbatas dalam pelaksanaan tugas Polres Labuhan Batu untuk melindungi, mengayomi, dan melayani kepentingan-kepentingan masyarakat di ketiga kabupaten tersebut. Dalam laporan Kapolres, Hirbak Wahyu Setiawan disampaikan kepada Kapolda Sumut agar sarana dan prasarana serta kekuarangan jumlah personil tersebut perlu dipriotitaskan dalam menjalankan tugas Kepolisian di Labuhan Batu.

  Anggaran Rutin untuk Polres Labuhan Batu telah dianggarkan dan diterima tepat pada waktunya sesuai dengan RKA-K/L Polres Labuhan Batu. Sedangkan Anggaran Khusus untuk operasional Polres Labuhan Batu telah dilaksanakan Operasi Kepolisian Tahun 2010 dan periode Januari s/d April 2012 sesuai dengan perintah Operasi Polda Sumut dan sampai saat ini anggaran khusus telah disalurkan sesuai dengan peruntukannya.

  

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian dengan

Kekerasan di Labuhan Batu

  Pandangan terhadap kondisi wilayah Kabupaten Labuhan Batu dipandang dari sisi letak geografis yang strategis, kepadatan penduduk, luas wilayah, pendapatan daerah, watak dan karakter masyarakatnya, dari sisi hukum misalnya evektifitas peran dan fungsi aparat hukum, maka banyak faktor yang dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya kejahatan atau tindak pidana khususnya Curas di Kabupaten Labuhan Batu sekaligus sebagai bibit-bibit yang dapat menimbulkan

   kejahatan.

  Meningkatnya angka kejahatan atau tindak pidana khususnya Curas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu disebabkan dari faktor-faktor kondisi wilayah, hasil kekayaan, angka kemiskinan dan pengangguran ditambah dengan wilayah hukum Polres Labuhan Batu terlalu luas sampai meliputi tiga kabupaten yakni Kabupaten Labuhan Batu Induk/Raya, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Kemudian faktor selanjutnya kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki Polres Labuhan Batu baik dari segi personil maupun alat yang digunakan. Faktorfaktor tersebut sekaligus menjadi hambatan dalam

  

pelaksanaan tugas di Polres Labuhan Batu.

  Dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Labuhan

   batu, dapat dikatakan kabupaten ini masih tergolong belum padat (masih jarang).

  Sehingga beberapa daerah dikabupaten ini khususnya pada jalur-jalur lintas tertentu sepi dari keramaian. Kondisi ini juga sebagai faktor yang memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan peluang melakukan Curas. 107

  Wawancara dengan Bapak Malatai Sianipar (Pengusaha Kelapa Sawit di Aek Natas) tanggal 22 Mei 2012. 108 109

Wawancara dengan Haji Dullah (Penduduk Rantau Parapat) tanggal 21 Mei 2012. Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Labuhan Batu Induk, Labuhan Batu Utara dan 2 Labuhan Batu Selatan sebanyak ±1.027.964 jiwa sedang luas wilayah adalah ±9.223,18 Km sehingga 2 kepadatan penduduk rata-rata ±111,454 jiwa/Km . Faktor kondisi kurangnya jumlah personil sebagaimana yang diuraikan di atas, sering ditemukannya masalah di lapangan misalnya dalam hal penanganan kasus-kasus kejahatan Curas dimana pelaku melarikan diri. Sementara jumlah personil untuk melakukan penyempiran ruang gerak pelaku tidak seimbang dengan kondisi wilayah yang banyak memliki jalur-jalur pelarian termasuk jalur lintas yang kurang bisa dikontrol.

  Faktor-faktor diartikan di sini sebagai sebab-sebab terjadinya sesuatu hal. Semua faktor di atas dikatakan sebagai faktor kriminogen yang diartikan dari dua suku kata yakni kriminal dan gen. Kriminal (criminale) artinya hal-hal yang berhubungan dengan kejahatan atau tindak pidana atau pelanggaran hukum pidana. Sedangkan gen (genus) diartikan bibit atau bakal menjadi berpengaruh, menjadi besar dan berdampak. Sehingga kriminogen dapat diartikan sebagai bibit-bibit atau cikal bakal yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan atau tindak pidana atau

   pelanggaran terhadap hukum pidana.

  Karakteristik pelaku (penjahat) yang digambarkan oleh Casero Lambroso dari perspektif biologis saat ini tidak selalu dapat dinilai dari faktor biologis semata.

  Walaupun menurutnya bahwa pelaku (penjahat) itu didasarkan pada ciri bilogis misalnya dilihat dari tulang tengkoraknya, warna kulit, rambut, dan lain-lain, namun telah berkembang dalam berbagai pandangan lain misalnya dipandang dari kehendak bebas oleh berbagai aspek watak secara pribadi, lingkungan, dan ekonomi. 110

  Bandingkan dengan: M. Marwan & Jimmy P, Kamus Hukum, Dictionary of Law Complete Edition , Cetakan I, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), hal. 389. Secara pribadi dapat dipandang sebagai faktor internal, mungkin pada faktor inilah yang dimaksud oleh Lambroso yang merupakan turunan secara biologis yang melekat pada diri penjahat tersebut. Jika dipandang dari sisi kondisi, keadaan yang tampak misalnya kesempatan atau peluang juga bisa menjadi faktor munculnya niat jahat pelaku. Apalagi secara yuridis (hukum), kurangnya sarana perlindungan, pengayoman, dan pelayanan aparat Kepolisian menyebabkan kesempatan atau

  

  Selain itu, dapat dipandang dari aspek letak dan strategis objek perbuatan jahat tersebut misalnya pencurian mungkin bisa saja terjadi di daerah perkotaan tetapi kecenderungan untuk mencuri barang-barang yang ada dalam truk dengan cara merampok, kecil kemungkinan, melainkan peluang terbesar terjadi di tempat pertokoan, swalayan-swalayan, dan mall. Kecenderungan untuk merampok barang- barang muatan dalam truk, mungkin besar kemungkinan terjadi di jalan-jalan khususnya jalan lintas sebagai tempat yang strategis untuk dapat menghilangkan jejak pelaku.

  Faktor ekonomi misalnya kemiskinan adalah genus kriminal yang dipandang banyak orang sudah tua usianya. Namun hingga saat ini faktor kemiskinan ini juga menjadi faktor kondusif bagi seseorang untuk melakukan pencurian walaupun tidak semuanya manusia beralih menjadi pencuri karena faktor ekonomi tetapi pada umumnya menurut data yang diperoleh di Polres Labuhan Batu, faktor-faktor tersebut 111 Istilah Bang Napi, “Waspadalah, kejahatan terjadi, karena adanya kesempatan”. di atas tergolong sebagai faktor kriminogen untuk melakukan pencurian bahkan pencuri tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap korban.

1. Faktor dari Hasil Pendapatan Penduduk

  Pandangan pertama dilihat dari hasil pendapatan masyarakat atau penduduk yang tinggal maupun beraktifitas khususnya kegiatan bisnis di daerah Kabupaten Labuhan Batu. Kabupaten ini tergolong masih baru dimekarkan sebagai pecahan dari

  

  Kabupaten Asahan. Berdasarkan perkembangan daerah ini hingga dimekarkan menjadi Kabupaten berarti laju pertumbuhan ekonomi tergolong tinggi di daerah Kabupaten Labuhan Batu.

  Kondisi pertumbuhan ekonomi di ketiga kabupaten ini mulai meningkat, seiring dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak luas terhadap segala dimensi kehidupan masyarakat sehingga masyarakat sangat kritis, sensitif dan mudah terpancing untuk melakukan pelanggaran hukum. Terjadinya peningkatan kuantitas dan kualitas kejahatan serta situasi politik yang tidak menentu dapat membawa dampak pada kehidupan masyarakat sehingga Polri dituntut lebih aktif dalam memberikan perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat baik melalui kegiatan rutin maupun operasi Kepolisian yang didukung dengan kerjasama masyarakat secara gotong-royong dengan melakukan Siskamswakarsa.

  Salah satu faktor yang membuat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu adalah hasil pendapatan masyarakat dari kegiatan bisnis 112

  Dulunya Kabupaten Labuhan Batu masuk dalam Daerah Kabupaten Asahan. Namun setelah dimekarkan daerah ini menjadi berdiri sendiri sebagai Kabupaten. perkebunan Kelapa Sawit. Baik perkebunan milik Pemerintah Daerah dan Pusat maupun perkebunan milik swasta atau pribadi-pribadi (masyarakat) menjadi faktor signifikan sebagai pemasukan dari sektor pajak daerah. Perputaran uang tergolong cepat dalam kegiatan bisnis di berbagai sektor di daerah ini. Selain hasil perkebunan dari Kelapa Sawit, juga hasil-hasil dari perkebunan Karet, yang umumnya pemilik kebun swasta di daerah ini adalah orang-orang yang memiliki banyak uang atau para konglomerat yang sering disebut toke-toke sawit dan toke karet.

  Perbandingannya dari sisi kepemilikan atas barang-barang mewah seperti mobil-mobil pribadi, rata-rata dimiliki masyarakat di daerah Kabupaten Labuhan Batu dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya seperti Kisaran, Tanjung Balai, Batu Bara, dan lain-lain, khususnya pada toke-toke sawit dan karet tidak terlalu memperhitungkan kemewahan jenis mobil ini jika digunakan untuk mobil

   pengangkut sawit atau karet.

  Apabila dibandingkan antara pendapatan dari sektor perkebunan dibanding sektor lain seperti pendapatan perikanan atau kelautan, tampaknya lebih maju dan sejahtera masyarakat yang berada dalam sektor perkebunan. Misalnya jika dibandingkan antara daerah Labuhan Batu dengan Tanjung Balai tampak bahwa keseahteraan masyarakat di Labuhan Batu jauh lebih meningkat daripada masyarakat yang tinggal sebagai pelaut di daerah Tanjung Balai. Masyarakat yang tinggal di daerah Perdagangan, Lima Puluh, dan Gunung Bayu umumnya menjadi karyawan 113

  Wawancara dengan masyarakat di Simpang Universitas Alwasliyah (Univa) Jalan Adam Malik By Pass Rantoprapat pada tanggal 21-22 April 2012. atau staf di PTPN IV dan di PTPN III Sei Mangke sedangkan di daerah Labuhan Batu umumnya masyarakatnya berposisi sebagai toke-toke sawit dan karet yang banyak uang untuk menampung serta mengorder hasil-hasil kebun ke daerah-daerah lain untuk diolah.

  Hasil perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di Kabupaten Labuhan Batu lebih menonjol dibandingkan dengan hasil-hasil perkebunan lainnya seperti perkebunan Kopi Coklat yang rata-rata dimiliki oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Ada juga masyarakat yang memiliki kegiatan ternak unggas seperti ayam dan bebek tetapi hasilnya tidak signifikan diperoleh jika dibandingkan dengan pendapatan dari hasil kebun Kelapa Sawit dan Karet. Selain itu juga ditemukan masyarakat yang beternak Lembu, dimana hasil perolehan untung dari ternak Lembu relatif lama baru dapat menghasilkan tetapi hasilnya tidak signifikan dibandingkan dengan hasil perkebunan Kelapa Sawit dan Karet yang walaupun proses penanamannya lama tetapi proses produksi buahnya atau getahnya dapat dirasakan dan dipanen bertahun-tahun oleh masyarakat.

  Sumber Daya Alam (SDA) atau hasil kekayaan Alam di Kabupaten Labuhan Batu Induk, Utara, dan Selatan umumnya adalah Hasil-Hasil Hutan seperti: bahan baku serpih; kayu gergajian; rotan; dan lain-lain. Kekayaan Alam seperti: Ikan Laut/sungai, Pasir Sungai, Kerikil, Batu Bara dan Minyak Bumi (masih dalam survei). Pertanian seperti: Padi (Sawah dan Ladang); Palawija (Jagung, Ubi kayu/jalar dan kacang kacangan); Sayuran (Cabe, Terung dan Ketimun); dan lain-lain. Tetapi skala prioritas yang menjanjikan di daerah ini berasal dari hasil-hasil perkebunan baik perkebunan Negara, Swasta, Nasional, Swasta Asing, yang pada umumnya ditanami

  

  karet dan kelapa sawit, antara lain sebagai berikut: Skala prioritas di atas sangat menjanjikan pendapatan penduduk di daerah ini yang berasal dari hasil-hasil perkebunan baik perkebunan Negara, Swasta, Nasional,

  Swasta Asing, yang pada umumnya ditanami karet dan kelapa sawit. Kondisi pertumbuhan perkebunan Negara di tiga kabupaten ini cenderung menjadi objek palaku Curas untuk memanfaatkan peluang melakukan perampokan di jalan-jalan lintas Sumatera terutama jika truk-truk yang membawa biji sawit olahan tidak didukung dengan pengawalan dari aparat.

  Demikian juga pertumbuhan perkebunan Asing di tiga kabupaten ini terus meningkat. Banyaknya jumlah perkebunan Asing di tiga kabupaten ini juga cenderung menjadi objek palaku Curas untuk memanfaatkan peluang melakukan perampokan di jalan-jalan lintas Sumatera terutama jika truk-truk yang membawa biji sawit olahan tidak didukung dengan pengawalan dari aparat.

  Banyaknya perusahaan-perusahaan perkebunan di wilayah Kabupaten Labuhan Batu, menjadi perhatian dan gambaran bagi pelaku (penjahat) atau pencuri bahwa dengan menduga terhadap orang-orang para pengusaha atau toke-toke sawit dan karet atau pemilik perkebunan adalah orang-orang yang berduit (banyak uang). Orang-orang seperti ini menjadi target para pelaku (pencuri) kapan orang-orang tersebut lalai, atau tanpa kawalan, maka para pencuri dengan mudah melakukan 114

  Hirbak Wahyu Setiawan, (Kepala Kepolisian Resor Labuhan Batu), “Laporan Kesatuan

Dalam Rangka Kunjungan Kerja Kapolda Sumut di Polres Labuhan Batu Rantau Prapat, pada Bulan Mei 2012, hal. 7-10. aksinya. Bahkan pelaku melakukan perampokan terhadap targetnya bukan saja diarahkan oleh pelaku pada harta benda seperti uang, perhiasan, hasil penjualan tetapi juga mereka melakukan aksi perampokan dengan tidak segan-segan membunuh

   korban.

  Jumlah Tindak Pidana pencurian dengan kekerasan (JTP Curas) di Polres Labuhan Batu dari Tahun 2009 s/d Tahun 2011 meningkat dari 62 kasus menjadi 101 kasus. Korban dari jumlah kasus Curas tersebut pada umumnya terakit dengan hasil- hasil perkebunan sawit dan karet oleh orang-orang atau para pengusaha atau toke- toke atau pemilik perkebunan atau supir-supir truk perkebunan yang tanpa pengawalam dari aparat sedang membawa dan melintas di sepanjang jalan lintas Sumatera yang melalui Kabupaten Labuhan Batu.

  Selain aksi perampokan yang menggunakan senjata api, juga baru-baru ini terjadi perampokan bersenjata api hingga korbannya tewas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu sudah berulang kali terjadi. Dalam satu tahun terakhir di tahun 2012, tercatat sudah 4 (empat) kasus perampokan bersenjata api yang korbannya ditembak mati di tempat. Sasaran pelaku pada umumnya adalah pengusaha perkebunan yang

   baru saja menjual hasil panennya.

  115 Wawancara dengan Bapak Ibran Sitorus (Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit) di Rantau Parapat tanggal 23 Mei 2012. 116 Indosiar Live Streaming, Indosiar.com, Labuhan Batu, Selasa tanggal 15 Mei 2012. Lihat juga: http://www.indosiar.com/patroli/pengusaha-getah-karet-ditembak-mati-perampok_95496.html, diakses tanggal 21 Mei 2012.

2. Faktor Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Penjagaan dan Pengawalan

  dari Aparat Kepolisian

  Ada semacam model berfikir masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu khususnya para orang-orang yang tergolong memiliki banyak uang seperti anggapan bahwa dirinya adalah segalanya karena banyak memiliki uang sehingga menurutnya semuanya bisa diukur dengan uang. Pernyataan demikian dapat diketahui dari tingkat kesadaran masyarakat para pelaku bisnis akan pentingnya pengawalan atas harta

  

  benda miliknya dari aparat baik Kepolisian maupun Militer. Faktor inilah salah satu yang menyebabkan truk-truk yang membawa buah Kelapa Sawit, minyak CPO, ataupun Karet tidak dikawal oleh aparat Kepolisian.

  Apabila dianalisa ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf a UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, secara tegas ditentukan bahwa salah satu tugas pokok Kepolisian adalah melaksanakan penjagaan dan pengawalan terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. Ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a ini mengeaskan ”sesuai kebutuhan”. Jika masyarakat tidak butuh penjagaan dan pengawalan terhadap harta benda miliknya, Kepolisian tidak perlu melakukan penjagaan atau pengawalan.

  Kepolisian sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat memiliki prosedural sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan. Persoalan yang kemudian muncul adalah ketika masyarakat mengalami pencurian di jalan-jalan, 117

  Wawancara dengan Bang Haji (panggilan akrab), salah satu tokoh masyarakat Labuhan Batu di Simpang Kampus Universitas Alwasliyah (Univa) di Jalan Adam Malik By Pass Rantoprapat pada tanggal 21-22 April 2012. maka yang disalahkan adalah pihak aparat yang kurang melaksanakan tugas dan

  

  fungsinya. Padahal khusus dalam hal penjagaan dan pengawalan jelas-jelas ditegaskan dalam ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang mengeaskan ”sesuai kebutuhan”. Jadi, terlebih dahulu harus ada permintaan dari masyarakat kepada Kepolisian untuk melakukan penjagaan atau pengawalan.

  Pada faktanya sudah sering terjadi peristiwa pencurian terhadap barang- barang mewah di Labuhan Batu, perampokan terhadap truk yang membawa hasil- hasil perkebunan yang melintas di jalanan, tetapi masyarakat tidak sadar bahwa perisitiwa demikian perlu aparat untuk melakukan penjagaan dan pengawalan.

  Bahkan suatu tempat yang sudah dijaga atau dikawal oleh aparat Kepolisian pada tempat-tempat tertentu sekalipun seperti bank, pencuri atau perampok tidak segan-

   segan melakukan aksinya.

  Apabila dipandang dari sisi finansial para pelaku bisnis di daerah Kabupaten Labuhan Batu, umumnya memiliki uang yang mampu untuk meminta bantuan dari pihak Kepolisian dalam hal penjagaan dan pengawalan, namun karena anggapan atau tradisi cara berfikir masyarakat seperti yang diutarakan di atas, menganggap tidak

   perlu membutuhkan bantuan dari pihak aparat Kepolisian.

  Faktor dari sisi penjagaan dan pengawalan terhadap harta benda yang tergolong besar nominalnya adalah sesuatu yang penting dilakukan oleh masyarakat 118 119 Ibid. 120 Ibid.

  Ibid. dengan meminta bantuan kepada pihak Kepolisian setempat. Dapat diprediksi dengan mudah, jika truk-truk yang membawa hasil-hasil perkebunan melintas di jalan-jalan yang sunyi dari keramaian cenderung menjadi target atau sasaran pencuri atau perampok.

3. Faktor Jalan Lintas Sumatera yang Strategis

  Kabupaten Labuhan Batu merupakan Jalur Lintas Timur Pulau Sumatera dengan jarak 285 Km dari Medan, 329 Km dari Propinsi Riau, dan 760 Km dari Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Labuhan Batu terletak pada koordinat 10, 260- 20,110 Lintang Utara (LU) dan 910, 010-950,530 Bujur Timur (BT) dengan batas wilayah sebagai berikut: a.

  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka.

  b.

  Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau.

  c.

  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

  d.

  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.

  Sedangkan dari segi sarana perhubungan di Kabupaten Labuhan Batu terhubung dengan Jalan Raya Lintas Sumatera yang menghubungkan Kabupaten Asahan, Tapanuli Selatan dan Kabupaten Bengkalis. Jalur Kereta Api yang menghubungkan Kota Rantau Prapat, Kisaran, Tebing Tinggi dan Medan. Kemudian Kapal Laut yang menghubungkan antar pulau-pulau di wilayah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan.

  Kabupaten Labuhan Batu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, berada pada Jalur Lintas Timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

  Globalisasi menjadi isu sentral dan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perubahan dalam masyarakat. Sehingga menimbulkan masyarakat global seperti yang dikatakan Esmi Warassih, globalisasi yang berlangsung saat ini semakin kuat dan semakin luas cakupannya. Kecenderungan suatu wilayah di dunia menjadi satu dalam format sosial-politik-ekonomi yang pada satu sisi menciptakan pertumbuhan ekonomi dan materil, di sisi lain membawa masalah sosial, memicu peningkatan kriminali,

   korupsi, gaya hidup baru, kerusakan ekologi, dan sebagainya.

  Globalisasi menjadi sebuah faktor peluang untuk melakukan kriminali bagi pelaku perampokan atau pencurian dengan kekerasan, sebab dengan globalisasi membuka jalur-jalur internasional masuk dan keluarnya manusia, barang-barang dan jasa secara terus-menerus. Pembukaan akses melalui perbatasan-perbatasan sehingga mempermudah para pelaku kriminal untuk melarikan diri ke luar negeri,

   menghilangkan jejak kriminalnya agar tidak mudah dilacak oleh aparat Kepolisian.

  121 Esmi Warassih, Op. cit, hal. 72. Masyarakat global dengan berbagai bentuk seperti: global economy , global education, global human condition, global humanity, global order, dan global village . 122 Ibid.

BAB IV PERANAN KEPOLISIAN RESOR LABUHAN BATU TERHADAP PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Peranan Kepolisian Berdasarkan Undang-Undang Kepolisian Sedemikian rincinya disebutkan peranan Polri dalam UU No.2 Tahun 2002

  tentang Kepolsian (UU Kepolisian). Menurut Awaloedin Djamin, menjadikan Polri memiliki tugas mulai dari proses pre-emptif, preventif, dan refresif. Keseluruhan

   tugas dan wewenang tersebut, merupakan fungsi Polisi yang bersifat universal.

  Peran Polri dalam memberantas kejahatan-kejahatan termasuk Curas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu dilakukan melalui tindakan-tindakan preemptif, preventif dan refresif.

  Upaya preemtif Polres Labuhan Batu seperti: 1. Kegiatan penyuluhan seperti pencerahan ajaran dan pandangan melalui tokoh- tokoh keagamaan untuk memberikan pemahaman ajaran agama akan pentingnya nilai-nilai Ketuhanan sehingga dapat meminimalisir tindakan- tindakan masyarakat untuk berbuat jahat.

  2. Turut serta berdampingan dengan masyarakat dalam hal penyelesaian konflik antar masyarakat secara damai melalui dialog, negosiasi, dan sebagainya sehingga dapat menambah kedekatan Polri dengan masyarakat setempat.

3. Upaya resosialisasi akan dampak bahaya dari tindakan-tindakan kriminal 123 melalui iklan-iklan di sepanjang jalan lintas dengan menekankan Awaloedin Djamin, Op. cit, hal. 54.

  kewaspadaan kepada masyarakat Labuhan Batu terhadap tindakan-tindakan kriminalitas di jalan-jalan.

  4. Kegiatan penyuluhan melalui redukasi terhadap para siswa-siswi ke sekolah- sekolah dengan menanamkan cara-cara berfikir normal dalam kehidupan masyarakat dan menanamkan sikap ketauladanan pelajar dalam mengemban perannya sebagai generasi penerus bangsa.

  5. Turut serta bersama dinas-dinas Pemerintah Kabupaten Labuhan batu untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk infrastruktur serta fasilitas publik yang rusak guna menormalisasi pelayanan publik dan kegiatan masyarakat. Upaya-upaya preemtif ini lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat penyuluhan sebagai langkah dini (dilakukan jauh sebelum kejahatan terjadi) untuk menghambat faktor-faktor kondusif atau bibit-bibit yang berkemungkinan tumbuh menjadi sumber kejahatan. Dilakukan melalui pendekatan tokoh-tokoh masyarakat, sekolah-sekolah, tokoh pemuda, dan lain-lain untuk diajak dan menanamkan sikap menjadi warga negara yang baik dan menumbuhkan kontrol terhadap individu dan

   masyarakat.

  Upaya preventif (pencegahan) terhadap kejahatan-kejahatan dilakukan oleh Polres Labuhan Batu melalui hal-hal berikut: 1.

  Melakukan peningkatan pengamanan dan pengawasan melalui operasi-operasi 124 kegiatan rutin misalnya Patroli, Gatur Lantas, Razia pada siang dan malam Mahmud Mulyadi, Op. cit, hal. 146-147. hari terhadap penggunaan senjata api illegal, kepemilikan Narkotika, atribut transprotasi.

  2. Pengawasan terhadap perbatasan atau pintu-pintu keluar dan masuk, pengawasan dalam pemberian dokumen perjalanan (paspor, visa, dan sebagainya), pengawasan dalam hal pengeluaran Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan administrasi kependudukan.

  3. Intensifikasi kegiatan pengamanan swakarsa. Pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan, kepentingan, dan kesadaran masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian, misalnya: permintaan untuk pengamanan di lingkungan permukiman, perkantoran, pertokoan, lingkungan pendidikan, tempat-tempat rekreasi, dan lain-lain. Model pengamanan swakarsa ini misalnya dengan

   menempatkan satpam termasuk pula pengadaan siskamling.

  4. Penyelenggaraan latihan-latihan simulasi penggunaan alat canggih dan keterampilan bagi aparat Kepolisian.

  5. Pembentukan Perpolisian Masyarakat (Polmas) atau disebut dengan Giat Polisi Desa yang berada di setiap kelurahan (kota) dan di desa-desa untuk melakukan pendataan terhadap warga masyarakat berkaitan dengan penduduk yang menetap dan pendatang.

  6. Pengamanan kegiatan-kegiatan masyarakat dan Pemerintahan misalnya acara 125 pernikahan, konser-konser, dan lain-lain.

  Bandingkan dengan Mahmud Mulyadi, Criminal PolicyOp. cit, hal. 148-149.

  7. Melakukan pengembangan sistim deteksi dini misalnya deteksi dini terhadap provokasi permusuhan bernuansa SARA dan kebencian terhadap kelompok- kelompok tertentu.

  8. Penetapan dan pelarangan secara tegas terhadap organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok masyarakat yang terkait sebagai organisasi premanisme dan sejenisnya serta melakukan razia terhadap tindakan-tindakan preman. Tindakan refresif terhadap Curas dilakukan melalui penggunaan sarana penal dengan mengoptimalkan hukum pidana mencakup hukum materil (KUH Pidana) maupun formil (KUHAP) untuk melakukan proses hukum terhadap pelaku Curas. Konteks refresif ini dapat dilakukan melalui pendekatan sarana perundang-undangan yang bersifat menekan, mengekang, menahan, memberantas atau menindak pelaku Curas agar pelaku menjadi jera.

  Tindakan refresif yang dilakukan Polres Labuhan Batu dengan menggunakan sarana penal sebagai berikut:

1. Melakukan penyelidikan dan penyidikan.

  a.

  Polri melakukan pengolahan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) secara cepat dan profesional.

  b.

  Melakukan upaya paksa seperti penangkapan, penahanan, pemeriksanaan sesuai ketentuan hukum acara dengan menghindari terjadinya pelanggaran hak asasi manusia. c.

  Melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, mengidentifikasi pelaku, dan dukungan teknis lainnya serta memperbanyak jaringan dan mengintensifkan informan.

  c.

  3. Menggunakan diskresi Kepolisian jika diperlukan.

  Mengoptimalkan proses peradilan.

  e.

  Pemberian perlindungan saksi dan korban Curas.

  d.

  Menjalin koordinasi antara sesama aparat penegak hukum dalam Sistem Peradilan Pidana.

  Pelaksanaan perundang-undangan secara konsisten.

  d.

  b.

  Mengoptimalkan KUH Pidana sebagai alat yang ditujukan untuk mengenakan sanksi terhadap pelaku Curas.

  a.

  2. Mengoptimalkan sistem peradilan pidana dan perundang-undangan.

  Penggunaan poster-poster bergambar orang (pelaku) dan bertulis ”wanted untuk publikasi pelaku terhadap masyarakat.

  e.

  Melakukan kegiatan intelijen atau pengintaian yang meliputi: pemantauan melalui penggunaan teknologi kamera pengintai (misalnya CCTV) di tempat-tempat atau objek-objek vital, melakukan penyusupan ke tempat- tempat yang diduga kuat terindikasi dengan kejahatan, dan saling pertukaran informasi antar intelijen.

  Penggunaan upaya refresif dengan menerapkan sanksi pidana terhadap para pelaku kriminal, menurut pandangan Achmad Ali, bahwa seseorang menaati hukum alias tidak melanggar hukum, selain akibat faktor jera atau takut setelah menyaksikan atau mempertimbangkan kemungkinan sanksi yang dikenakan terhadap dirinya jika tidak menaati hukum, maka bisa saja seseorang menaati hukum, karena adanya

   tekanan individu lain atau tekanan kelompok.

  Apabila suatu kelompok anutan misalnya menentang keras suatu tindakan yang melanggar hukum, maka akan dapat mencegah seseorang untuk melakukan pelanggaran hukum. Juga mungkin saja, seseorang individu memutuskan untuk menaati suatu aturan hukum karena alasan moral personalnya. Sebaliknya, seorang individu lainnya, dapat memutuskan tidak menaati suatu aturan hukum, juga karena

   alasan moral.

  Untuk menjalankan upaya-upaya tersebut di atas, peran Polres Labuhan Batu didasarkan pada UU Kepolisian sebagai acuan legalitas Polri dalam memberantas dan menanggulangi semua tindak pidana termasuk Curas. UU Kepolisian sebagai dasar

  

  hukum bekerjanya Kepolisian Republik Indonesia (Polri), sebagaimana juga telah diamanatkan dalam UUD 1945 khususnya Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No.

  VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000. Keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan 126 127 Achmad Ali, Op. cit, hal. 345. 128 Ibid.

  Hingga akhirnya saat ini peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan

tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah UU No.2 Tahun 2002 menggantikan UU No.28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 81,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3710) sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 13

Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepolisian Negara (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2289). melayani masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi.

  Amanat tersebut di atas telah didasarkan format baru sehingga diharapkan dapat lebih memantapkan kedudukan dan peranan serta pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral dari reformasi menyeluruh segenap tatanan kehidupan bangsa dan negara dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

  UU No.2 Tahun 2002 secara tegas menentukan perincian peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang- undangan lainnya termasuk sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum Kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Bahkan sekalipun itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan Polri memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri.

  Komitmen para pejabat Kepolisian terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya sangat diharapkan masyarakat untuk secara aktif berpartisipasi dalam mewujudkan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mandiri, profesional, dan memenuhi harapan masyarakat. UU No.2 Tahun 2002 menentukan dalam Pasal 13 tugas pokok Kepolisian: Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; Menegakkan hukum; dan Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

  Rumusan tersebut bukan skala prioritas, ketiga-tiganya sama penting yang dapat dibagi lagi secara khusus sesuai dengan kondisi tertentu. Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut mana yang perlu dikedepankan, bergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi HAM.

  Lebih khusus ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian bertugas:

  1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

  2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

  3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; 5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; 6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; 7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

  8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; 9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

  10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

  11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

  12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Pasal 15 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 ditentukan kewenangan Kepolisian secara umum:

  1. Menerima laporan dan/atau pengaduan; 2.

  Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

  3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; 4.

  Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

  5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

  6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

  7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; 8.

  Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; 9. Mencari keterangan dan barang bukti; 10.

  Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; 11. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;