BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Low Back Pain Pada Petani Jeruk di Desa Dokan Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Low Back Pain (LBP)

  Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada

  punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut.

  

Low back pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal

  dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium (Suma’mur 2009).

  Menurut Suma’mur 2009, Low back pain (LBP) berhubungan dengan faktor risiko seperti usia,obesitas (kegemukan), kebiasaan merokok atau kurangnya kesegaran/kebugaran jasmani, selain itu suma’mur juga mengatakan bahwa pada umumnya pekerjaan mengangkat, membawa, menarik atau mendorong beban berat atau yang dilakukan dengan posisi tubuh yang tidak alami/dipaksakan lebih rentan mengalami keluhan Low back pain (LBP).

  Low back pain (LBP) umumnya akan memberikan rasa nyeri pada

  seseorang yang mengalaminya. Rasa nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar, kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri akan menjadi suatu masalah gangguan kesehatan dikarenakan dapat menganggu

2.1.1 Pengertian Low Back Pain (LBP)

  Low back pain (LBP) adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada

  daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.

  Low back pain (LBP) atau nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6

  jenis nyeri, yaitu:

  1. Nyeri punggang lokal Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian- bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

  2. Iritasi pada radiks Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang- kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

  3. Nyeri rujukan somatis Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-

  4. Nyeri rujukan viserosomatis Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

  5. Nyeri karena iskemia Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.

  6. Nyeri psikogen Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan

  (Tjokronegoro, Lumbantobing,1986). Jenis nyeri punggung bawah atau Low back pain (LBP) berdasarkan sumber :

  1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sendi, dan jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial.

  2. Nyeri punggung bawah Viserogenik Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal

  4. Nyeri punggung bawah Psikogenik Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis, ansietas, dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan pada bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun– tahun (Ir.Eko Nurmianto,2008).

2.1.2 Klasifikasi Low Back Pain (LBP)

  Menurut Bimaariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya Low back

  pain (LBP) terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

2.1.2.1 Acute Low Back Pain

  Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara

  tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu dan rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back

  

pain (LBP) dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau

  terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.

  Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri

  2.1.2. Chronic Low Back Pain

  Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan dan rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low

  

back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses

degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

  Disamping hal diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan dengan Low back pain (LBP). Klasifikasi tersebut adalah :

  1. Trauma

  2. Infeksi

  3. Neoplasma

  4. Degenerasi

  5. Kongenital

  2.1.3 Penyebab Low Back Pain (LBP)

  Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:

2.1.3.1 Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir

  Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina

  

bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,

  kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.

  Beberapa jenis kelainan tulang punggung (Spine) sejak lahir adalah:

a. Penyakit Spondylisthesis

  Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).

  Adapun gejala klinis dari penyakit tersebut adalah: 1) Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan panggul terlihat pendek.

  2) Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang menimbulkan skoliosis ringan.

  3) Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah. 4) Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung

  b. Penyakit Kissing Spine

  Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.

  c. Sacralisasi Vetyebrae Lumbal Ke V

  Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).

2.1.3.2 Low Back Pain karena Trauma

  Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

  Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.

  Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.

b. Perubahan pada sendi Lumba sacral

  Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan

  

sacrum , dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat

  menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

2.1.3.3 Low Back Pain karena Perubahan Jaringan

  Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).

  Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:

a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

  Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot

  b. Penyakit Fibrositis

  Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

  c. Penyakit Infeksi

  Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008) dalam Defriyan 2011, infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.

2.1.3.4 Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat

  Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1978).

  Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009). kebugaran jasmani dan posisi tubuh dalam bekerja atau cara kerja yang salah juga dapat berakibat pada Low back pain (LBP). Pekerjaan yang rentan terkena Low

  

back pain (LBP) seperti pekerjaan mengangkat, membawa, menarik atau

  mendorong beban berat atau bahkan melakukan pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak alami/dipaksakan.

2.1.4.1 Faktor Individu

  Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan Low

  Back Pain adalah sebagai berikut , yaitu :

  a. Masa Kerja

  Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai masuknya pekerja hingga saat penelitian dilakukan. Dalam hal ini dapat dikaitkan antara masa kerja dengan timbulnya keluhan low back pain (LBP). Jadi semakin lama masa kerja dan/atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko Low back pain (LBP) ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami Low back pain (LBP).

  b. Usia

  Chaffin (1979) dan Guo eet al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk oto lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuataan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur.

  Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuataan otot menurun sampai 20%. Pada saat kekuataan otot mulai menurun maka resiko terjadinya keluhan otot akan meningkat. Riihimaki et al.(1989) menjelaskan bahwa umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot (Tarwaka,2004).

c. Jenis Kelamin

  Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot.

  Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dari pada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.

  (1993), Bernard et al (1994), hales et al (1994), dan Johansonb (1994) yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3 (Tarwaka,2004).

  d. Kebiasaan Merokok Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.

  Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan (Tarwaka,2004).

  Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah (Ruslan A.Latif dalam Heru 2012).

  Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru- paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

  Menurut Bustan,1997 jenis perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

  a. Perokok Ringan Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang/hari.

  b. Perokok Sedang Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang/hari.

  c. Perokok Berat Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang/hari.

  e.

  IMT

  Obesitas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan terjadinya penimbunan lemak berlebihan dijaringan lemak tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan.

  Kelebihan tersebut disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang dikatakan obesitas apabila mempunyai berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Berat badan yang berlebihan (overweight/obesitas) menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot para vertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya low back pain (LBP).

2.1.4.2 Faktor Pekerjaan (Work factors)

  Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja dan sudah terbukti melalui penelitian bahwa tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja.

  Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh :

a. Postur tubuh

  Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya

  

low back pain (LBP). Keyserling (1986) mengembangkan kriteria sikap tubuh

  membungkuk, berputar dan menekuk yang dilakukan pada waktu bekerja berdasarkan pengukuran sikap tubuh tersebut.Kriteria penilaian sikap tubuh:

  1. Sikap tubuh normal : tegak / sedikit membungkuk 00 - 200 dari garis vertikal.

  2. Sikap tubuh fleksi sedang : membungkuk 200 – 450 dari garis vertikal.

  3. Sikap tubuh fleksi berlebih : membungkuk > 450 dari garis vertikal.

  4. Sikap tubuh fleksi ke samping atau berputar : menekuk ke samping

  b. Repetisi

  Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem.

  Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang dan sendi – sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban berat secara tiba – tiba atau kelelahan akibat mengangkat beban berat yang dilakakn secara berulang – ulang. Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal.

  c. Pekerjaan statis (static exertions)

  Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan dengan postur yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder (MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang statis dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot.

  Bergerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada diskus, sehingga pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan

  ( d. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions) Merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya.

2.1.5 Penatalaksanaan dan Pencegahan Low Back Pain

  Low back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering dijumpai pada

  praktek umum maupun praktek spesialis. Dapat dikatakan,bahwa jarang ada orang yang selama hidupnya belum pernah menderita gangguan ini. Biasanya, sebagian besar keluhan ini dapat sembuh dalam waktu singkat, sehingga merupakan gangguan yang sering dianggap tidak serius. Akan tetapi oleh karena adanya kemungkinan suatu penyebab yang lebih serius, yang mungkin mendasarinya, dapat pula diabaikan oleh pasien sendiri atau oleh dokter yang menanganinya, maka karena itu perlu juga perhatian yang lebih mendalam untuk mencegah timbulnya kekeliruan dalam mengelola sindroma ini (Manek,2005).

  Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain (LBP) selama 12 bulan adalah sebesar 62%, agak bertentangan dengan pendapat umum lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis.

  Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang menderita low back pain (LBP) akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Sedangkan pengobatan

  

simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-

  gejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus low back pain (LBP) karena tegang otot dapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat analgesik, antiinflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain.

  Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan tulangbelakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus pengapuran yang berat.

  (Murtagh, 2003 dalam Trimunggara 2010).

  Jadi, penatalaksanaan low back pain (LBP) ini memang cukup kompleks. Di samping berobat pada spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga diperlukan berobat ke spesialis penyakit dalam (internist), bedah saraf, bedah bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala low back pain (LBP). Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula.

  Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi low back pain (LBP) yaitu:

  a. Terapi Konservatif,

  b. Terapi Operatif Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.

  Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab, maka lain pula pengobatannya. Mengatasi low back pain (LBP) juga tidak cukup dengan obat atau fisioterapi. Hal itu hanya mengurangi nyeri, tetapi tidak menyelesaikan masalah. Penderita harus menjalani pemeriksaan untuk mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bisa melalui pembedahan atau latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan nyeri. Latihan itu menggunakan alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utama yang berperan dalam menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung. (Sunarto,2005).

  Berikut cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri apabila Low back pain sudah terjadi (Kaufmann dan Nettina dalam Trimunggara 2010) :

a. Latihan Punggung Setiap Hari

  1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan

  2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

  3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat dilantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.

  b. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

  1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.

  2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah.

  3. Peganglah benda dekat perut dan dada.

  4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda.

  5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.

c. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

  1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama

  2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.

  4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik tidak teregang.

  5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi.

  d. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

  1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah.

  2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.

  3. Tidurlah di kasur yang nyaman.

  4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

  e. Coping Dengan Nyeri Leher

  Kekakuan leher, nyeri leher dan bahu bisa disebabkan oleh akut injury, regangan kronik, arthritis dan masalah otot dan tulang lainnya. Nyeri yang muncul dapat berhubungan dengan aktifitas sehari-hari dan cara tidur. Untuk mengurangi nyeri diperlukan peningkatan mobilitas leher dan bahu. Tetapi perlu diperhatikan latihan peregangan leher dilakukan bila tidak menimbulkan nyeri. Bila terasa semakin tegang, kaku atau tertarik maka latihan leher harus dihentikan untuk mencegah injury.

  2) Non-diskogenik

  1. Diskogenik Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 25% dari beratnya. Sampai dekade ketiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade keempat menjadi kira-kira 65%.

  Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf (Wheeler,2004). disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi nervus ischiadicus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. Iskiadikus (neuritis nervus iskiadikus).(Sidharta, 1980).

2.3 Epidemiologi

  Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan ke dokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi (Anderson 1999 dalam Trimunggara 2010).

  Di Indonesia, low back pain (LBP) dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, low back pain (LBP) merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena low back pain (LBP) adalah sekitar 70-80 %. Sekitar 80-90% pasien low back pain (LBP) menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa low back pain (LBP) meskipun mempunyai prevalensi

2.4 Anatomi Tubuh Manusia

  Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi (Evelin 1999 dalam Wahyu 2010).

2.4.1 Sistem Muskuloskeletal

  Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya otot - otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia terdiri dari tulang- tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ - organnya serta untuk melakukan gerak.

  Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh.Peran mereka dalam system muskuloskeletal keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut sebagai unit fungsional sistem muskuloskeletal.

  Dalam kaitannya dengan ergonomi, Sistem otot dan rangka merupakan alat gerak pada manusia dan berperan dalam membentuk postur dalam bekerja.

  Sistem ini berguna dalam mendesain/merancang tempat kerja, peralatan kerja dan produk baruyang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia ( fitting job to

  

the man ). Sistem otot dan rangka berpengaruh dalam kemampuan dan

  keterbatasan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan sistem syaraf merupakan pengendali dari semua kegiatan dan aktivitas termasuk gerakan system otot dan rangka (Evelin 1999 dalam Wahyu 2010).

2.4.2 Anatomi Tulang Belakang

  Tulang Belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi karena rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu: a. Tulang belakang cervical; terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.

  b. Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.

  c. Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yanglainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, danbeberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

  d. Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.

  e. Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat. Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat.

  Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri/ cidera (Nurmianto, 2004 ).

2.5 Metode Penilaian Ergonomi

2.5.1 Nordic Body Map

  Kuesioner Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot – otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri. Dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan otot pada kaki. Melalui kuesioner ini akan dapat diketahui bagian – bagian otot mana saja yang mengalami gangguan nyeri atau keluhan dari tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit). Pengukuran gangguan otot skeletal dengan kuesioner

  

Nordic Body Map digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot

  skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang mereprensentasikan populasi secara keseluruhan. Jika metode ini

  Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu : a) Leher

  b) Bahu

  c) Punggung bagian atas

  d) Siku

  e) Punggung bagian bawah

  f) Pergelangan tangan

  g) Pinggang/bokong

  h) Lutut i) Tumit/kaki Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui keluhan low back pain (LBP) yang dirasakan petani jeruk dapat dengan penyebaran kuesioner Nordic

  Body Map . Metode Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat

  subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penelitian. Kuesioner

  Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan oleh para ahli ergonomi untuk

  menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2004).

2.6 Kerangka Konsep

  Faktor Pekerjaan

  • Jenis pekerjaan 1.membersihkan tanaman jeruk 2.memanen buah jeruk 3.mengangkat buah jeruk 4.menyemprot pestisida

  Keluhan low back pain (LBP)

  Faktor Individu

  1. Masa kerja

2.7 Hipotesis Penelitian

  Ada hubungan antara faktor pekerjaan (mengangkat, memanen, membersihkan, menyemprot) dan faktor individu (Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok, dan Indeks Massa Tubuh) dengan keluhan low back pain.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

8 92 117

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Low Back Pain Pada Petani Jeruk di Desa Dokan Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun 2015

27 194 85

Pola Dan Perilaku Penyemprotan Pestisida Terhadap Keluhan Kesehatan Petani Jeruk Di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011

15 95 138

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Jeruk Di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Tahun 2010

5 63 122

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Risiko Low Back Pain pada Pengemudi Bus PO. Jember Indah Kabupaten Jember

3 53 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kesejahteraan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

0 0 23

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

0 0 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 1 19