BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Sekolah

  Anak sekolah adalah anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12 tahun. Pada usia ini anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan seusianya (Adriani, 2012).

2.1.1 Kebutuhan Gizi Anak Sekolah

  Anak usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah, akan tetapi porsinya harus lebih besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitas (Adriani, 2012).

  Kebutuhan gizi harus disesuaikan dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan anak, oleh karena itu ada beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu diketahui agar tercukupinya kebutuhan gizi anak sekolah, yaitu :

  1. Energi Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan energi tambahan untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh serta mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

  Penggunaan energi di luar AMB (Angka Metabolisme Basal) bagi bayi dan anak selama masa pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh intensitas kegiatan jasmani tersebut.

  Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.

  2. Karbohidrat Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.

  Energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang disadari maupun yang tidak disadari misalnya, gerakan jantung, pernapasan (paru-paru), usus dan organ-organ lain dalam tubuh. Dari uraian tersebut dapat diketahui keperluan tubuh yang utama adalah terbentuknya bahan bakar (tenaga). Karbohidrat-zat tepung/pati-gula adalah makanan yang dapat menghasilkan tenaga.

  Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh. Selain itu, karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk kelangsungan proses metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan suatu aksi penghematan terhadap protein. Pangan sumber karbohidrat misalnya, serealia, biji- bijian, gula dan buah-buahan umumnya menyumbang paling sedikit 50% atau separuh kebutuhan energi keseluruhan. Proporsi asupan karbohidrat yang disarankan untuk anak usia sekolah adalah 50-60% karbohidrat dari kebutuhan energi per hari.

  3. Protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui. Angka Kecukupan Protein (AKP) anak usia sekolah umur 7-9 tahun adalah 400 mg untuk laki-laki dan perempuan, umur 10-12 tahun laki-laki adalah 400 mg sedangkan untuk perempuan 350 mg. Disarankan untuk memberi protein 1,5-2 g/kg berat badan bagi anak sekolah.

  Sumber protein dalam bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain.

  4. Lemak Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Fungsi lemak terutama adalah menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh, sebagai pembentuk struktur tubuh, mengatur proses yang berlangsung dalam tubuh secara langsung dan tak langsung serta sebagai pembawa (carrier) vitamin yang larut dalam lemak.

  Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi ketersediaan energi dan mengakibatkan terjadinya katabolisme atau perombakan protein. Cadangan lemak akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan. Defisiensi asam lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan terjadinya kelainan pada kulit. Sumber lemak diantaranya susu, minyak olive, minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak ikan dan lain-lain. Menurut WHO (2008), kebutuhan lemak untuk anak usia 2-18 tahun adalah 25-35% dari kebutuhan energi total.

  5. Vitamin Vitamin merupakan zat organik yang harus tersedia dalam jumlah yang sedikit karena vitamin tidak dapat disintesis pada makhluk hidup. Vitamin diklasifikasikan baik sebagai vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) atau vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Vitamin tidak menyediakan energi atau bahan pembangun untuk jaringan dan organ tubuh. Vitamin berperan sebagai partisipan dalam proses katalitik (sebagai koenzim) dan pengatur proses metabolik (Grober, 2009).

  6. Mineral Berikut adalah jenis mineral yang dibutuhkan oleh anak usia sekolah, antara lain : a) Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau lebih kurang sebanyak 1 kg dan jumlah ini 99% berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi.

  Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh semakin efisien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada masa pertumbuhan khususnya pada anak usia sekolah dan remaja, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktifitas fisik yang meningkatkan densitas tulang.

  Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi. Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) untuk anak- anak 500 mg dan remaja 600-700 mg.

  Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe, sayuran hujau juga merupakan sumber kalsium yang baik.

  b) Besi Besi berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin.

  Kekurangan besi dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Penelitian di Indonesia menunjukan terjadi peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberi suplemen besi. Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Angka kecukupan besi untuk anak sekolah adalah 10 mg.

  Sumber besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hujau, dan beberapa jenis buah.

  c) Yodium Yodium berfungsi sebagai bagian dari tirosin dan senyawa lain yang disintesis oleh kelenjar tiroid. Tubuh mengandung sekitar 25 mg yodium, dimana sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid. Fungsinya adalah mengontrol transduksi energi seluler.

  Kebutuhan yodium sehari-hari sekitar 1-2 µg/kg berat badan. Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) menganjurkan angka kecukupan gizi yodium untuk anak sekolah 70-120 µg. Sumber yodium yang utama yaitu makanan laut berupa ikan, udang dan kerang serta gangang laut.

  Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Anak Sekolah Umur Berat Tinggi Energi Protein Lemak (gr) Karbohidrat (tahun) badan badan (kkal) (gr) (g) (kg) (cm)

  7-9 27 130 1850

  49

  72

  10 10-12 34 142 2100

  56

  70

  13 (pria) 67 10-12

  36 145 2000

  60

  20 (wanita) Sumber : DEPARTEMEN KESEHATAN 2013

2.1.2 Masalah Gizi Anak Sekolah

  Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejaterahan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan (Demanik, 2010).

  Kekurangan berat badan merupakan masalah gizi yang terjadi pada anak sekolah. Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Pada awal usia enam tahun, anak mulai masuk sekolah. Dengan demikian anak-anak mulai memasuki dunia baru, dimana mereka mulai banyak belajar, berhubungan dengan orang di luar keluaga dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan yang baru. Secara langsung maupun tidak, keadaan tersebut bisa memengaruhi kebiasaan makan. Anak-anak cenderung memilih makanan yang mengandung banyak lemak, sementara kandungan protein dan mineralnya rendah (Adriani, 2012).

  Pada saat memasuki usia sekolah dasar, anak berada pada masa awal belajar yang nantinya akan memengaruhi proses belajar anak pada masa yang akan datang.

  Oleh karena itu penting memperhatikan gizi anak sekolah dasar untuk menunjang kondisi fisik otak yang merupakan syarat anak mempunyai kecerdasan tinggi.

2.2 Pola Konsumsi Ikan Anak Sekolah

  Menurut Lie Goan Hoang yang dikutip oleh Zulfrida (2003), pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

  Gizi pada anak dari segi mutu maka protein hewani dapat dikatakan lebih baik dari protein nabati. Hal ini disebabkan karena protein hewani mempunyai susuanan asam amino esensial yang lengkap. Khusus untuk protein hewani anak dianjurkan agar konsumsinya kira-kira 5 gram protein asal ternak ditambah 10 gram protein ikan per hari (Khomsan, 2010). Anjuran konsumsi protein ikan rata-rata per hari yaitu 9 gram dengan kriteria baik ≥ 9 gram/hari dan kurang < 9 gram/hari.

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riyandini (2014) sebanyak 48,5% anak-anak SD Brigjend Katamso mengkonsumsi jenis ikan laut dan olahannya. Ikan laut yang dikonsumsi terbanyak adalah teri sebesar 22,06%, ikan air tawar yang dikonsumsi terbanyak adalah lele sebesar 19,12%.

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2012) jenis ikan yang dikonsumsi anak balita di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman adalah ikan mas, ikan mujahir, ikan lele, ikan gabus, belut, ikan nila, ikan tongkol dan ikan teri. Dapat diketahui bahwa jenis ikan yang sering dikonsumsi anak balita adalah ikan mujahir, nila dan teri (48,57%).

  Menurut Budiarso yang dikutip oleh Meliala (2009), beberapa contoh jenis ikan yang kaya akan omega-3, yaitu Lemuru, Tuna, Tenggiri dan Ikan herring.

  • Lemuru (Sardinella longiceps)

  Jenis ikan ini hidup di perairan pantai, lepas pantai dan laut dalam. Panjang 20 cm tapi biasanya 10-15 cm, tubuhnya biru kehijauan dibagian atas, putih perak pada bagian bawah. Terdapat di Selat Bali dan sekitarnya, termasuk Selatan Sumbawa dan Timur Sumba serta Kalimantan Utara. Ikan yang oleh orang Madura disebut soroi ini dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, kalengan dan asin rebus (pindang).

  • Tuna (Thunnus obesus)

  Jenis ikan yang ada di Indonesia Timur sering disebut tuna mata besar ini hidup di perairan lepas pantai mulai dari permukaan sampai kedalaman 250 m, dipasarkan dalam bentuk segar yang dibekukan dan harganya terbilang agak mahal.

  • Tenggiri ( Scomberomorus commerson)

  Termasuk ikan buas, predator, karnivor dan menyukai ikan-ikan kecil (sarden, tembang dan teri) dipasarkan dalam bentuk segar dan asin setengah kering.

  • Ikan herring (harring)

  Ikan ini merupakan famili penting yang tersebar luas diseluruh dunia. Ikan ini diiris lewat punggungnya, isi perut dibuang dan sesudah direndam selama setengah jam dalam larutan garam 80% ikan tersebut lalu digantung didalam tempat pembakaran di atas api kayu keras selama 6-18 jam. Ikan haring itu ikan yang berminyak karena itu mudah rusak.

  Beberapa contoh jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu :

  1. Bandeng Merupakan jenis ikan budi daya air payau yang sekaligus juga merupakan bahan konsumsi masyarakat luas. Bentuk badan yang memanjang, padat dan dapat mencapai ukuran yang cukup besar, rasanya cukup lezat membuat bandeng disukai semua lapisan masayarakat.

  Menurut Hadie dan Supriatna yang dikutip oleh Meliala (2009), ciri-ciri ikan bandeng adalah badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di ujung kepala dan rahang tanpa gigi serta lubang hidung yang terletak di depan mata, sirip punggung terletak jauh di belakang tutup insang, berwarna putih bersih dan dagingnya putih.

  2. Ikan Mas Menurut Harli yang dikutip oleh Meliala (2009), ikan mas merupakan jenis ikan darat dan hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk.

  Jenis ikan konsumsi air tawar ini banyak digemari masyarakat karena dagingnya gurih dan memiliki kadar protein tinggi. Beberapa ciri-ciri ikan mas yaitu umumnya berwarna kuning dan badan memanjang.

  3. Lele Menurut Hadie dan Supriatna yang dikutip oleh Meliala (2009), dari sekian banyak komoditas perikanan di Indonesia, lele dapat dikatakan sebagai jenis ikan yang sangat populer di masyarakat. Selain rasanya yang lezat, kandungan gizinya pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan, terutama bagi anak-anak karena kandungan proteinnya yang tinggi berguna untuk meningkatkan kecerdasan. Pada umumnya jenis ikan lele memiliki warna hitam abu-abu atau terkadang putih berbintik.

  4. Gurami Menurut Agus yang dikutip oleh Meliala (2009), gurame adalah ikan air tawar yang banyak menghuni rawa-rawa, danau atau daerah yang perairannya tenang. Beberapa ciri-ciri umumnya yaitu tubuh berbentuk pipih dan agak memanjang, bagian dahi gurami dewasa terdapat tonjolan mirip cula.

2.3 Kandungan Zat Gizi Ikan

   Menurut penelitian yang dilakukan Riyandini (2014) jumlah ikan yang

  dikonsumsi oleh anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori cukup yaitu sebesar 69,1 % dengan rata-rata jumlah protein ikan adalah 12,6 gram/hari.

  Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak SD Brigjend Katamso II masih tergolong kurang dengan rata-rata 27,18%.

  Pada balita penelitian yang dilakukan Apriani (2012) menyimpulkan bahwa umumnya kandungan protein yang ada pada ikan dan dikonsumsi anak balita adalah dengan kandungan protein 10-20 gram. Sedangkan rata-rata kandungan protein ikan yang dikonsumsi anak balita adalah 12,74 gram/hari.

Tabel 2.2 Komposisi Gizi Ikan Terutama Protein, Lemak dan Zat Besi dibandingkan Telur dan Daging Jenis Ikan Protein (g) Lemak (g) Zat Besi (g)

  Bandeng 20,0 4,8 2,0 Gabus kering 58,0 4,0 1,0 Ikan asin 42,0 1,5 2,5 Ikan mas 16,0 2,0 2,0 Kembung 22,0 1,0 1,0 Kepiting 13,8 3,8 1,1 Kerang 8,0 1,1 3,1 Pindang banjar 28,0 4,2 1,0 Sarden 21,0 27,0 3,5 Teri kering 33,4 3,0 3,6 Telur ayam 12,8 11,5 2,7 Daging ayam 18,2 25,0 1,5 Daging sapi 18,8 14,0 2,8

  Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (Depkes, 1989)

  Ikan sebagai salah satu sumber daya gizi laut mempunyai kandungan protein cukup tinggi, basah sekitar 17% dan kering 40% (Khomsan, 2010).

  Menurut Murdiati (2013), secara umum ikan mengandung 13-20% protein yang dapat membantu pertumbuhan sel otak. Kandungan protein ikan erat sekali kaitannya dengan kandungan lemak dan kandungan airnya. Pada ikan yang kandungan lemaknya rendah, rata-rata mengandung protein dalam jumlah besar.

  Jumlah protein dalam daging ikan tidak kalah dibanding dengan sumber protein lainnya (Simanjuntak, 2002). Ikan mengandung 17 gr protein tidak jauh berbeda dengan daging ayam dan daging sapi yang mengandung 18 gr dan 19 gr protein namun jauh berbeda dengan telur ayam yang hanya mengandung 13 gr protein.

  Menurut Khomsan (2010), sebagian besar asam lemak pada ikan berupa asam lemak omega-3, meski asam lemak omega-3 mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel saraf maupun untuk pencagahan penyakit degeneratif, namun struktur kimiawinya mudah rusak bila teroksidasi (proses penggabungan dengan oksigen seperti pemanasan).

  Sebagai sumber lemak asam lemak omega-3 ditemukan terutama dalam ikan laut berlemak yang mengandung asam lemak eikosapentanoat (eicosapentaenoic acid, EPA) dan asam dokosaheksanoat (decosahexaenoic acid, DHA). Penelitian menunjukan peningkatan bukti mengenai efek antiinflamasi, antiaterogenik, antitrombolik, antiaritmia dan efek penurun-trigliserida dalam minyak ikan (Grober, 2013).

  Menurut Aswan yang dikutip oleh Meliala (2009), omega 3 dan omega 6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan sejak dini, melenturkan pembuluh darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah. Omega 3 dan omega 6 berasal dari berbagai jenis ikan, terutama ikan yang berasal dari laut, seperti sarden, tuna, cakalang, kembung, mackarel, herring, salem, bonito dan lainnya.

Tabel 2.3 Kandungan Asam Lemak Omega-3 Per 100 Gram Jenis Ikan Asam Lemak Jenis Ikan Asam Lemak Omega-3 Omega-3

  Tuna 2,1 g Teri 1,4 g Sardin 1,2 g Tongkol 1,5 g Salmon 1,6 g Tenggiri 2,6 g Makerel 1,9 g Tawes 1,5 g Herring 1,2 g Kembung 2,2 g

  Sumber: Khomsan (2010)

  Ikan sebagai sumber karbohidrat menurut Hadiwiyoto yang dikutip oleh Simanjuntak (2002), sumbangan karbohidrat dari daging ikan sebagai zat gizi kurang dari 1%. Karbohidrat dalam daging ikan paling banyak berupa glikogen 0,005%-0,85%, glukosa 0,038%, asam laktat 0,005%-1,43%. Selain sebagai sumber karbohidrat ikan juga sebagai sumber vitamin, menurut Pandit yang dikutip oleh Meliala (2009) bangsa yang memiliki tingkat konsumsi ikan lebih tinggi cenderung memiliki kualitas sumber daya manusia lebih unggul, sehat dan cerdas.

  Ikan dan hasil produknya banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan pencernaan. Vitamin yang ada dalam ikan bermacam-macam yaitu vitamin A, D, thiamin, ribovlavin dan niacin. Vitamin D yang terdapat pada beberapa jenis ikan berkisar antara 20000-45000 UI/gram sementara pada hati hewan mamalia darat hanya ditemukan dalam jumlah kecil bahkan kurang dari 1 IU/gram (Hadiwiyoto dalam Simanjuntak, 2002).

  Menurut pandit yang dikutip oleh Meliala (2009), ikan mengandung banyak mineral, diantaranya magnesium, phosfor, yodium, flour, zat besi, copper, zinc, dan selenium. Mineral yang terkandung dalam ikan kurang lebih sama banyaknya dengan mineral yang ada dalam susu, seperti kalsium dan phosfor. Orang-orang di pegunungan yang banyak menderita penyakit gondok antara lain disebabkan jarang makan ikan laut. Kandungan yodium yang diperoleh dari jenis ikan laut sangat cukup untuk mencegah berkembangnya penyakit gondok, oleh karena itu pemerintah membuat peraturan penambahan yodium pada setiap garam dapur yang dijual dipasaran.

2.4 Manfaat Konsumsi Ikan Anak Sekolah

  Kajian epidemiologis mengungkapkan kaitan konsumsi ikan dan resiko kematian akibat penyakit jantung. Bangsa eskimo yang langka berpenyakit jantung ternyata mengkonsumsi ikan 300-400 g per hari atau rata-rata 126 kg/tahun.

  Lemak ikan mempunyai keunggulan khusus dibandingkan lemak hewan lainnya. Keunggulan khusus tersebut terutama dilihat dari komposisi asam lemaknya. Ikan diketahui banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang beberapa diantaranya esensial bagi tubuh, bahkan yang disebut asam lemak omega-3 dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Kolesterol LDL (low density lipoprotein) sangat berperan terhadap munculnya aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Oleh karena itu mengkonsumsi ikan yang banyak mengandung asam lemak omega-3 dapat menghambat proses terjadinya aterosklerosis.

  Para ahli gizi dalam Lokakarya Peranan Asam Lemak Esensial dalam Perkembangan Kecerdasan di Serpong 14-15 Februari 1996 menyimpulkan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terdapat pada ASI, ikan dan produk olahannya (termasuk minyak ikan) mempunyai peranan penting dalam peningkatan kecerdasan anak.

  Beberapa hasil penelitian yang berhasil mengungkap diet produk ikan dan ikan yang mengandung omega-3, yaitu mengkonsumsi ikan secara teratur akan menurunkan resiko jantung 38% dan serangan jantung 60% dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi daging merah dan omega-3 dapat mencegah pembentukan gumpalan darah.

2.5 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan

  Dari artikel yang penulis baca, ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan, antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan

  Pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi oleh pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan merupakan resultan akibat proses penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari pengelihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang diukur dari responden (Notoatmodjo, 2012).

  2. Sosial Budaya

  Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selalu dihadapkan kepada masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial timbul sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkahlakunya. Masalah sosial tidak sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan kebudayaannya, sifat kependudukannya dan keadaan lingkungan alamnya.

  Budaya dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi perlakuan dan tindakan- tindakan sosial manusia, atau sebagai pola-pola bagi kelakuan manusia. Di dalam masyarakat, manusia mengembangkan kebudayaannya. Ada yang diterima dan ada yang tidak, atau diterima secara selektif karena berkenaan dengan nilai-nilai moral dan estetika, sistem-sistem penggolongan, benda-benda dan berbagai hal lainnya yang diperlukan hidupnya. Kesemuanya ini merupakan masalah sosial yang di dalamnya masyarakat berada dalam suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang cepat (Munandar, 1992).

  3. Ekonomi

  Ukuran kelayakan seseorang dalam memperoleh penghargaan dari hasil kerjanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Maka baik kondisi ekonomi seseorang dapat diasumsikan bahwa terpenuhinya kebutuhan akan semakin baik, karena untuk kebutuhan akan lebih mudah dipenuhi.

  Pendapatan keluarga termasuk ke dalam faktor ekonomi yang mempunyai peran penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup. Efek disini meliputi kesejaterahan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komsatiningrum (2008) kepada anak balita, diketahui bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi pola konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jafar (2012) kepada remaja usia 13- 18 tahun dan orang dewasa usia ≥ 19 tahun, diketahui bahwa tingkat sosial ekonomi mempengaruhi pola konsumsi pangan.

4. Dukungan Ibu

  Semua orangtua harus memberikan hak anak untuk tumbuh. Semua anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk itu perlu perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orang tuanya dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih, anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak salah satunya perhatian ketika makan (Nadesul, 1995).

  Wanita yang berstatus ibu rumah tangga memiliki peran ganda dalam keluarga, terutama jika memiliki aktivitas di luar rumah seperti bekerja atau pun melakukan aktivitas lain dalam kegiatan sosial. Wanita yang bekerja di luar rumah biasanya dalam hal menyusun menu tidak terlalu memperhatikan keadaan gizinya, tetapi cenderung menekankan dalam jumlah atau banyaknya makanan, sedangkan gizi mempunyai pengaruh yang cukup atau sangat berperan bagi pertumbuhan dan perkembangan mental maupun fisik anak. Selama bekerja ibu cenderung mempercayakan anak mereka diawasi oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya adalah nenek, saudara perempuan atau anak yang sudah besar bahkan orang lain yang diberi tugas untuk mengasauh anaknya (Sunarti, 1989).

2.6 Kerangka Konsep

  Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan

  Pola Konsumsi Ikan Sosial Budaya

  Jumlah ikan yang Ekonomi dikonsumsi Dukungan Ibu

  Jenis ikan yang dikonsumsi Frekuensi ikan yang dikonsumsi

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

  Dari gambar 2.1 di atas dapat dilihat hubungan antara pengetahuan, sosial budaya, ekonomi dan dukungan ibu dengan pola kosumsi ikan berupa jumlah ikan yang dikonsumsi. Sementara pola konsumsi ikan berupa jenis ikan dan frekuensi ikan yang dikonsumsi hanya melihat distribusinya saja.