Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

(1)

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIANASI EKSKLUSIF DI DESA PANGIRKIRAN

KECAMATAN HALONGONAN KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

WIKI ANGGRAINI NIM : 121021003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF DI DESA PANGIRKIRAN KECAMATAN

HALONGONAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

WIKI ANGGRAINI NIM : 121021003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF DI DESA PANGIRKIRAN KECAMATAN

HALONGONAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

WIKI ANGGRAINI NIM : 121021003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF DI DESA PANGIRKIRAN KECAMATAN

HALONGONAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TAHUN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

WIKI ANGGRAINI

NIM : 121021003

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Medan, Agustus 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(5)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Data Susenas pada Sumatera Utara cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 56,6%. Sampai saat ini belum ada catatan mengenai cakupan pemberian ASI eksklusif di Di Desa Pangirkiran.

Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Desa Pangirkiran. Jumlah sampel yang dibutuhkan77 orang ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada ibu sedangkan data sekunder diperoleh di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji T dan Mann-whitney.

Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa karakteristik suku terbanyak adalah Batak 84,4%, pendidikan ibu terbanyak SLTP/SLTA 66,2 %, status pekerjaan terbanyak adalah bekerja 63,6% dan Ibu memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan 57,1%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 5 (lima) variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pengetahuan ( p=0,001), sikap ( p=0,0040), informasi tenaga kesehatan ( p=0,001), adanya dukungan keluarga (p=0,001), dan budaya (p=0,001) sedangkan kondisi Ibu (p=0,258) mempunyai hubungan asosiasi yang tidak bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.

Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Desa Pangirkiran sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Pengikiran agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

.


(6)

ABSTRACT

The prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia is still low. Based on data from Susenas Data in North Sumatera coverage of exclusive breastfeeding in 2010 amounted to 56.6%. Until now there has been no record of coverage of exclusive breastfeeding in Pangirkiran village.

The study aims to analyze the factors that affect mothers with infants aged 7-12 months of exclusive breastfeeding in Pangirkiran village, Halongonan Sub-District of Padang Lawas Utara Sub-District in the year of 2015. Type of this research is descriptive analytic survey with cross sectional design. The population in this study is all mothers with infants aged 7-12 months in Pangirkiran village. The number of samples is 77 mothers with infants aged 7-12 months. Primary data obtained from interviews using a questionnaire that asked of the mother while the secondary data obtained in the Pangirkiran village, Halongonan Sub-District of Padang Lawas Utara District. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis by chi-square.

From the results of the univariate analysis showed that the characteristics of the Batak ethnic group is 84.4%, highest education junior/senior high school is 66.2%, the highest employment status is 63.6% and mother who give exclusive breastfeeding until the age of 6 months is 57.1%. Results of bivariate analysis shows that there are five (5) variables that have a meaningful relationship with the association of exclusive breastfeeding is a factor of knowledge (p = 0.0001), attitude (p = 0.001), information from health professionals (p = 0.001) , family support (p = 0.040), and culture (p = 0.001), while the condition of mother (p = 0.258) had no significant relationship with the association of exclusive breastfeeding.

Exclusive breastfeeding in the Pangirkiran village is very low so it is advisable to village health workers in health centers to be more active in providing support and counseling to the public about the importance of exclusive breastfeeding.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wiki Anggraini Tempat Lahir : Sibuhuan Tanggal Lahir : 02 Juni 1990 Suku Bangsa : Palembang

Agama : Islam

Nama Ayah : A.Gani

Suku Bangsa Ayah : Jawa Indonesia Nama Ibu : Rodi Hartini Suku Bangsa Ibu : Jawa

Alamat Rumah : Asrama Polri Sitataring Blok B No.10 PadangSidempuan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD Negeri 6 Padangsidempuan 2. 2002-2005 : SMP Negeri 1 Padangsidempuan 3. 2005-2008 : SMA Negeri 4 Padangsidempuan 4. 2008-2011 : D-III Kebidanan Poltekkes Medan

5. 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan hidayahnya dan sholawat kepada Rasulullah SAW atas teladan hidup untuk penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015”. Skripsi ini merupakan tugas akhir dari proses belajar penulisan yang dilewatkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dibuat salah satu syarat bagi penulisan untuk menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan berusaha mempersembahkannya pada dunia kesehatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun secara materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr.Ir.Evawani Yunita Aritonang,Mkes selaku dosen penasehat akademik yang telah memerhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan. 3. Bapak Drs.Heru Santosa, MS. Ph.D selaku kepala Departemen Kependudukan

Dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Heru Santosa M.S.Ph.D dan Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes


(9)

ilmu bermanfaat yang diberikan selama membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi dan Ibu dr. Yusniwarti Yusaid, MSi selaku dosen penguji Skripsi atas kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Departemen Kependudukan Dan Biostatistika yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Pangirkiran dan seluruh staf yang telah memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.

9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta (Ayahanda A.Gani, Ibunda Rodi Hartini), kedua adikku tersayang (Oggi Permana dan Niko Vember Admaja

yang telah mendoakan dan memotivasi untuk kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman penulis dan sahabat seperjuangan ( Dian Permata Nst, Skm, Rizki Dj Hrp, Skm Nurma sari Hrp, Skm Ita Sepriana, Skm, Mastuti, Skm, Ade Purnama Sari, Skm, Astri Wahyuni pasaribu, Skm, Siti Rahma, Skm, Putri devianti, Skm, Eka nur’aini, Skm, Nopriansyah, Skm yang selalu memberi motivasi dan membantu menyelesaikan skripsi ini serta seluruh teman-teman peminatan Kespro yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk


(10)

dukungannya dan kenangan terindah selama menempuh pendidikan di FKM USU.

11.Kakak dan adik-adik Kelompok 2 ( Kak Vina, Lindra, Awil, Icy, Lulu dan Bayu) yang telah membantu dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN. ... i

ABSTRAK. ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI. ... iv

DAFTAR TABEL. ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Hipotesis Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu ... 7

2.1.1. Pengertian ... 7

2.1.2. Komposisi Gizi dalam ASI ... 8

2.1.3. Jenis-Jenis ASI ... 9

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ... 11

2.2. ASI Eksklusif ... 13

2.2.1. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif ... 13

2.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ASI eksklusif ... 17

2.3.1. Pengetahuan ... 17

2.3.2. Sikap ... 17

2.3.3. Informasi Tenaga Kesehatan ... 17

2.3.4. Dukungan Keluarga... 18

2.3.5. Kondisi Ibu ... 19

2.3.6. Budaya ... 19

2.3.7. Tindakan ... 20


(12)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3. Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1. Populasi ... 22

3.3.2. Sampel ... 23

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1. Data Primer ... 24

3.4.2. Data Sekunder ... 24

3.5. Defenisi Operasional ... 24

3.6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 25

3.7. Aspek Pengukuran ... 27

3.7.1. Aspek Pengukuran Varibel Terikat ... 27

3.7.2. Aspek Pengukuran Variabel Tidak Terikat ... 28

3.8. Metode Pengolahan Data ... 28

3.9. Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1 Data Geografi ... 30

4.1.2. Gambaran Demografi ... 30

4.2. Analisis Univariat... 30

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 30

4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 32

4.2.4. Distribusi Ibu Memberikan ASI Eksklusif ... 32

4.3. Analisis Bivariat ... 33

4.3.1. Uji Normalitas ... 33

4.3.2. Hubungan Pengetahuan tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 33

4.3.3. Hubungan Sikap tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 34

4.3.4. Hubungan Informasi Tenaga Kesehatan tentang ASI dengan Pemberian ASI eksklusif ... 34

4.3.5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 35

4.3.6. Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif ... 35


(13)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pemberian ASI eksklusif ... 37

5.2. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif ... 38

5.3. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif ... 40

5.4. Hubungan Infromasi Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 42

5.5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif ... 43

5.6. Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif ... 45

5.7. Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI eksklusif ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LEMBAR KUESIONER DAFTAR LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Desa Pangirkiran

Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Ibu memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 4.6 Hubungan Sikap Tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tabel 4.7 Hubungan Informasi Tenaga Kesehatan Tentang ASI dengan Pemberian

ASI Esklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 4.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif

Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Tabel 4.9 Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tabel 4.10 Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Tabel

Lampiran 3 Hasil Output Univariat dan Bivariat Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5 Surat Izin Penelitian


(17)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Data Susenas pada Sumatera Utara cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 56,6%. Sampai saat ini belum ada catatan mengenai cakupan pemberian ASI eksklusif di Di Desa Pangirkiran.

Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Desa Pangirkiran. Jumlah sampel yang dibutuhkan77 orang ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada ibu sedangkan data sekunder diperoleh di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji T dan Mann-whitney.

Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa karakteristik suku terbanyak adalah Batak 84,4%, pendidikan ibu terbanyak SLTP/SLTA 66,2 %, status pekerjaan terbanyak adalah bekerja 63,6% dan Ibu memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan 57,1%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 5 (lima) variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pengetahuan ( p=0,001), sikap ( p=0,0040), informasi tenaga kesehatan ( p=0,001), adanya dukungan keluarga (p=0,001), dan budaya (p=0,001) sedangkan kondisi Ibu (p=0,258) mempunyai hubungan asosiasi yang tidak bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.

Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Desa Pangirkiran sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Pengikiran agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

.


(18)

ABSTRACT

The prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia is still low. Based on data from Susenas Data in North Sumatera coverage of exclusive breastfeeding in 2010 amounted to 56.6%. Until now there has been no record of coverage of exclusive breastfeeding in Pangirkiran village.

The study aims to analyze the factors that affect mothers with infants aged 7-12 months of exclusive breastfeeding in Pangirkiran village, Halongonan Sub-District of Padang Lawas Utara Sub-District in the year of 2015. Type of this research is descriptive analytic survey with cross sectional design. The population in this study is all mothers with infants aged 7-12 months in Pangirkiran village. The number of samples is 77 mothers with infants aged 7-12 months. Primary data obtained from interviews using a questionnaire that asked of the mother while the secondary data obtained in the Pangirkiran village, Halongonan Sub-District of Padang Lawas Utara District. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis by chi-square.

From the results of the univariate analysis showed that the characteristics of the Batak ethnic group is 84.4%, highest education junior/senior high school is 66.2%, the highest employment status is 63.6% and mother who give exclusive breastfeeding until the age of 6 months is 57.1%. Results of bivariate analysis shows that there are five (5) variables that have a meaningful relationship with the association of exclusive breastfeeding is a factor of knowledge (p = 0.0001), attitude (p = 0.001), information from health professionals (p = 0.001) , family support (p = 0.040), and culture (p = 0.001), while the condition of mother (p = 0.258) had no significant relationship with the association of exclusive breastfeeding.

Exclusive breastfeeding in the Pangirkiran village is very low so it is advisable to village health workers in health centers to be more active in providing support and counseling to the public about the importance of exclusive breastfeeding.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men. Kes / SK / IV / 2004 telah menetapkan bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang sesuai untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi yang optimal. ASI diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulandan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun.

Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan yang alamiah, namun seringkali ibu – ibu kurang mendapat informasi bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya ( Arini, 2012).

ASI yang terbaik untuk bayi, sehingga dalam kondisi apapun ASI tetap cocok. Misalnya, bayi yang lahir prematur maka ASI yang keluar dari payudara ibu telah disesuaikan dengan kondisi bayi tersebut. ASI mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur. Bahkan, telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi – bayi prematur yang diberi ASI dan memberikan kecakapan yang lebih baik dalam tes kecerdasan ( Khamzah, 2012).


(20)

Bayi harus mendapatkan ASI termasuk bayi yang lahir prematur, serta bayi yang lahir dengan kondisi lemah. Jika bayi tidak bisa meminumnya langsung dari ibu, ASI dapat diberikan melalui selang. Bayi mesti memperoleh ASI karena mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, yaitu hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan. Selain itu, pemberian ASI kepada bayi akan mempererat hubungan batin ibu dan bayi. Apalagi bila ditambah dengan kontak fisik yang diwujudkan melalui belaian ataupun usapan lembut ibu saat menyusui bayinya (Prasetyono, 2012).

Pemberian ASI eksklusif menurut banyak penelitian memberikan manfaat bagi ibu dan bayi, terutama pemberian ASI secara dini pada hari – hari pertama kelahiran dimana terdapat kolostrum yang terbukti sangat kaya akan zat antibodi yang dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada bayi dan balita. Selain kolostrum, pemberian ASI dini terutama pada 30 menit setelah kelahiran akan merangsang pengeluaran ASI dan berhubungan erat dengan kesuksesan menyusui ( Meri, 2012)

Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan dipengaruhi banyak faktor antara lain pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini, penolong persalinan dan tempat persalinan. Pemberian informasi yang baik tentang ASI eksklusif dan pelarangan pemberian makanan tambahan oleh penolong persalinan terutama saat ANC sangat berpengaruh dalam keberhasilan ASI eksklusif sehingga ibu tidak memberikan makanan tambahan pada bayi (Fikawati&Syafiq, 2009).


(21)

Program ASI eksklusif sangat penting manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi ternyata masih kurang mendapat respon yang baik dari masyarakat. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan sebesar 61,33% (Susenas, 2010).

Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 39,5% tahun 2003, menjadi 32% pada tahun 2007 dan 27,1% pada tahun 2012. Berdasarkan data Riset Kesehatan (RISKESDAS, 2013) cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 30,2%.

Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Data dari badan penelitian dan pengembangan kesehatan 2010 menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%.Target Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 adalah menurunkan AKB dan Balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 – 2015. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif yang dapat menurunkan Angka Kematian Bayi.

Cakupan pemberian ASI eksklusif untuk provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebesar 38,6%. Data Susenas pada Sumatera Utara cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 56,6%. Di kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kota Medan pada bulan Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI eksklusif dari data Puskesmas Mandala tahun 2011 hanya 48 bayi (1,7%) yang diberi


(22)

ASI ekskusif dan pada bulan Januari sampai Agustus 2012 hanya 25 (1,6%) bayi yang diberi ASI eksklusif sementara target 80% tahun 2012.

Menurut hasil penelitian Elfira (2005) di Puskesmas Karawang bahwa jika bayi belum mau menyusui, ibunya akan mengoleskan madu pada puting susunya yang ditujukan untuk menghilangkan rasa amis pada susu kuning (kolostrum) dan memberikan susu formula dengan alasan ASI belum keluar agar bayi tidak lapar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2014) pengetahuan tentang ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok sangat baik, dilihat dari jawaban responden mengenai kapan sebaiknya ASI pertama kali diberikan. Rata-rata ibu sudah mengetahuinya yaitu begitu lahir langsung diberi ASI, tetapi yang menjadi halangan jika ASI tidak langsung keluar begitu bayi lahir yang menyebabkan ibu memberikan bayi susu formula terlebih dahulu.

Dari hasil survei pendahuluan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara pada bulan Januari 2015 yang dilakukan pada 5 orang ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan, diketahui yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berdasarkan umur 0-1 bulan sebanyak 3 orang, umur 2 bulan hanya 1 orang dan yang mendapatkan ASI eksklusif umur >6 bulan hanya 1 orang. Rendahnya cakupan ASI eksklusif disebabkan oleh pemberian susu formula yang didukung oleh tenaga kesehatan dan budaya di desa pangirkiran seperti pemberian gula pada saat bayi memasuki rumah setelah kembali dari rumah bersalin untuk penyambutan keluarga baru serta pemberian madu pada bayi sebelum menyusui pertama kali. Hal ini sangat mendukung terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif.


(23)

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Yang Mempunyai Bayi 7-12 Bulan Dalam

Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rendahnya cakupan ASI eksklusif dan apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu tehadap pemberian ASI eksklusif 2. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 3. Untuk mengetahui pengaruh informasi tenaga kesehatan ibu terhadap

pemberian ASI eksklusif

4. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga ibu terhadap pemberian ASI eksklusif

5. Untuk mengetahui pengaruh kondisi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pemberian ASI eksklusif


(24)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatadmojo, 2005), dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif 2. Ada pengaruh sikap terhadap pemberian ASI eksklusif

3. Ada pengaruh informasi petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif 4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif

5. Ada pengaruh kondisi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6. Ada pengaruh budaya terhadap pemberian ASI eksklusif

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi ibu khususnya pada ibu yang menyusui dan pada masyarakat di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara agar menjadi masukan bagi bidan desa untuk meningkatkan penyuluhan ASI eksklusif.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI

ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahun pertama dan sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit (Khrist, 2011).

ASI merupakan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan ASI memiliki bentuk yang paling baik bagi tubuh bayi. ASI juga sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel – sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan untuk bayi yang dibuat menggunakan teknologi masa kini tidak mampu menandingi keunggulan dari ASI (Saleha, 2009).

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Di antaranya menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi pada bayi, ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit non infeksi seperti penyakit obesitas, kurang gizi, asma dan meningkatkan IQ dan EQ anak serta menciptakan ikatan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindungi dalam


(26)

dekapan ibu, mendengar langsung suara detak jantung ibu dan merasakan sentuhan ibu pada saat menyusui (Prasetyono, 2012).

2.1.2 Komposisi Gizi Dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. Komposisi gizi dalam ASI ( Vivian, 2011) :

1. Protein

ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi tetapi protein ASI mempunyai nutrisi lebih tinggi ( lebih mudah dicerna ).

2. Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang paling utama adlah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan karena saat permentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam dalam usus bayi. Asam laktat dalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan :

a. Penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.

b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin.

c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari kalsium.

d. Memudahkan absorbsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.


(27)

3. Lemak dalam ASI

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak.

4. Mineral

ASI mengandung mineral lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung dari diet ibu. 5. Air dalam ASI

Kira-kira 88% ASI terdiri dari air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus pada bayi. 6. Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D dan C cukup. Sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthothenik lebih kurang.

2.1.3 Jenis – Jenis ASI

MenurutKhamzah (2012),ASI dapat dibagi tiga jenis yaitu : 1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan atau disekresi oleh kelenjar payudara pada 4 hari pertama persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan tingginya komposisi lemak dan protein. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium


(28)

sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi defekasi dan feses bewarna hitam. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 65 kal per ml kolostrum dan pada hari pertama bayi memerlukan 20 – 30 cc. Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dibandingkan kandungan protein dalam susu mature.

Adapun kandungan dan manfaat kolostrumn dapat dilihat pada :

Tabel. 2.1 Kandungan dan Manfaat Kolostrum Kandungan

Kolostrum Manfaat kolostrum

Kaya antibody Melindungi bayi terhadap infeksi dan alergi Banyak sel darah putih Melindungi bayi terhadap infeksi

Pencahar Membersihkan air ketuban dan membantu mencegah bayi kuning.

Faktor–faktor pertumbuhan Membantu usus bayi berkembang lebih matang, serta mencegah alergi dan keadaan tidak tahan.

Kaya vitamin A Mengurangi keparahan infeksi dan mencegah penyakit pada mata

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

ASI masa transisi merupakan peralihan dari ASI kolostrum sampai menjadi ASI mature. ASI transisi diproduksi pada hari keempat hingga keempat belas. Pada masa ini, kadar protein berkurang sedangkan karbohidrat dan lemak serta volumenya semakin meningkat.

3. ASI Mature

ASI Mature adalah ASI yang diproduksi sejak hari keempat belas dan seterusnya. ASI Mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan


(29)

perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Sehingga bayi harus mulai dikenalkan dengan makanan pendamping.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Menurut Khamzah (2012), faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ASI ialah:

1. Makanan Ibu

Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Tetapi, jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan maka tentu kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidak akan dapat bekerja dengan sempurna sehingga berpengaruh pada produksi ASI.

2. Frekuensi Pemberian Susu

Semakin sering bayi menyusui, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi menyusui pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Menyusui bayi paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusunan berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Rukiyah, 2011). 3. Berat Lahir Bayi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding dengan bayi yang berat lahir normal. Kemampuan menghisap lebih rendah akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.


(30)

4. Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini dikarenakan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organnya (Khamzah, 2012). 5. Ketenangan Jiwa dan Fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang (Ambarwati, 2009). 6. Konsumsi Rokok dan Konsumsi Alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana andrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin ( Rukiyah, 2011).

7. Penggunaan Alat Kontrasepsi

Ibu yang menyusui tidak dianjurkan menggunakan alat kontrapsepsi berupa pil yang mengandung hormon estrogen karena dapat mengurangi dan menghentikan jumlah produksi ASI. Sebaiknya, ibu menggunakan KB


(31)

alamiah, kondom, dan IUD daripada menggunakan KB hormonal seperti pil, suntik, implan. Adapun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat merangsang uterus ibu dan meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Prasetyono, 2012).

8. Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga memengaruhi hifofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

2.2 ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun (WHO, 2011).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu dan air putih ( Diah, 2012).

2.2.1. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal penyakit yaitu imunoglobulin. ASI bersifat praktis, murah, bersih dan mudah diberikan kepada bayi.


(32)

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makanan bayi yang terbaik, terutama bayi berumur kurang dari 6 bulan. ASI mengandung berbagai zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk mencukupi gizi bayi pada 6 bulan pertama setelah kelahiran (Prasetyono, 2012).

Beberapa manfaat ASI menurut Astutik (2014), yaitu : 1. Manfaat ASI bagi Bayi

a. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan. b. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan.

c. ASI mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi terhadap penyakit. Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan bayi yang mendapat ASI.

d. Dengan memberikan ASI minimal sampai enam bulan maka dapat menyebabkan perkembangan psikomotrik bayi lebih cepat.

e. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.

f. Dengan memberikan ASI maka akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi. g. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang sesuai

dengan kebutuhan bayi.

h. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi penyakit kuning. Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang jika diberikan ASI yang kolostrum sesering mungkin yang dapat mengatasi kekuningan dan tidak memberikan makanan pengganti ASI.


(33)

i. Bayi yang lahir prematur lebih cepat menaikkan berat badan dan menumbuhkan otak pada bayi jika diberi ASI.

2. Bagi Ibu

Manfaat bagi ibu menyusui bayinya menurut Prasetyono (2012), yaitu:

a. Isapan bayi dapat membuat rahim ibu lebih cepat kembali seperti sebelum hamil dan mengurangi resiko perdarahan.

b.Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah kedalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.

c.Ibu yang menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.

d.Menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu.

e.ASI lebih praktis karena ibu bisa berjalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan, seperti botol, kaleng susu formula dan air panas.

f.ASI lebih murah karena ibu tidak perlu membeli susu formula.

g.Ibu yang menyusui bayinya memperoleh manfaat fisik dan emosional. 3. Bagi Keluarga

Manfaat ASI bagi keluarga menurut Astutik (2014), yaitu : a. Mudah pemberiannya

Pemberian ASI tidak merepotkan seperti susu formula yang harus mencuci botol dan mensterilkan sebelum digunakan, sedangkan ASI tidak perlu disterilkan karena sudah steril.


(34)

b. Menghemat Biaya

ASI tidak perlu dibeli, karena bisa diproduksi oleh ibu sendiri sehingga keuangan keluarga tidak banyak berkurang dengan adanya bayi.

c. Bayi sehat dan jarang sakit sehingga menghemat pengeluaran keluarga dikarenakan tidak perlu sering membawa ke sarana kesehatan.

4. Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

ASI mengandung zat-zat kekebalan yang melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko kesakitan dan kematian pada bayi akan menurun.

b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Bayi jarang sakit dapat menurunkan angka kunjungan ke rumah sakit yang memerlukan biaya untuk perawatan.

c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

Artinya keuangan untuk membeli susu formula bisa dialihkan untuk membeli kebutuhan yang lain.

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

ASI mengandung DHA dan AA yaitu asam lemak tak jenuh yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi.


(35)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Yang Mempunyai Bayi 0-12 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif

2.3.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan dari hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi (evaluation).

2.3.2 Sikap

Sikap adalah reaksi respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoadmojo, 2010).

2.3.3 Informasi Tenaga Kesehatan

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Depkes RI, 2007).


(36)

Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari tenaga kesehatan, disebabkan masih banyaknya sikap para tenaga kesehatan persalinan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kesehatan seperti konsep baru tentang pemberian ASI dan hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin,ibu menyusui dan bayi baru lahir. Bahkan ada juga sikap tenaga kesehatan yang langsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya (Baskoro, 2008).

2.3.5 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lai, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan ( Sarwono, 2009).

Menurut hasil penelitian Nuzulia (2004) menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya dukungan keluarga terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri atau motivasi dari ibu dalam menyusui.

Dukungan keluarga, terutama suami dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam menyusui . Dalam kenyataan, masih banyak suami yang berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dengan bayinya, sehingga kurang peduli (Sartono, 2012).


(37)

2.3.6 Kondisi Ibu

Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui. Lebih jauh berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit ( Ningsih, 2014).

Umumnya jika ibu menderita penyakit ringan seperti flu (batuk, pilek, demam) dan diare tetap dapat memberikan ASI, begitu juga tuberkulosis ibu tetap dapat menyusui tetapi perlu memakai masker, patuh pada pengobatan yang diberikan, serta memeriksakan status tuberkulosis bayi, dan hepatitis (A, B, dan C) ibu tetap dapat menyusui karena transmisi virus hepatitis melalui ASI sangat rendah. Ada beberapa obat yang efek sampingnya dapat timbul pada bayi dan atau mengurangi produksi ASI sehingga perlu dipikirkan alternatif lain. Jika ibu sakit jangan lupa memberitahu dokter bahwa ibu sedang menyusui, agar dapat diberi obat yang lebih sesuai untuk ibu dan bayi serta tidak mengganggu proses menyusui (Handy, 2010).

2.3.7 Budaya

Budaya adalah hasil cipta manusia didalam budaya dan terkandung kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat, kebiasaan diperoleh dari budaya yang mengandung nilai-nilai kepercayaan tentang segala sesuatu.

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern.sebagai contoh, pemberian ASI


(38)

menurut konsep kesehatan modern ataupun medis dianjurkan selama dua tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur enam bulan (Firanika, 2010).

Menurut Ludin (2009) di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru berdasarkan pengetahuan ibu tentang asi eksklusif pada 78 responden, diketahui 48 responden (61,5%) menyatakan salah jika ASI eksklusif hanya merupakan pemberian ASI kepada bayi tanpa tam,bahan apapun, seperti pisang, yang dimaksud agar bayi merasa kenyang, tidak rewel dan tubuhnya tidak lembek atau lemah, madu diolesi pada puting susu untuk merangsang bayi untuk menyusui.

2.3.8 Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.


(39)

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian yang berjudul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi ASI Eksklusif Terhadap Ibu Yang Memiliki Bayi 7-12 Bulan Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015.

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 2.4

Kerangka Konsep Penelitian

- Pengetahuan - Sikap

- Informasi Petugas Kesehatan

- Dukungan Keluarga - Kondisi Ibu

- Budaya

Pemberian ASI Eksklusif - Eksklusif


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 . Jenis Penelitian

Penelitian ini memakai metode survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data yang bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015 dengan cara pendekatan, wawancara dan pengumpulan data menggunakan kuesioner.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena masih banyak ditemukan bayi 7-12 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari – Maret 2015.

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015, besar populasinya yaitu sebesar 196 ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi.


(41)

Penentuan sampel menggunakan rumus besar sampel satu populasi yang digunakan uji hipotesis (Lemeshow, 1997):

Keterangan :

n : Besar sampel minimal

: Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan (α) 5%=1,96 : Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan (β)10%=1,282 : Proporsi yang melakukanpemberian ASI eksklusif = 0,64

: Perkiraan proporsi yang diharapkan dari pemberian ASI eksklusif = 0,80 Berdasarkan rumus maka dapat diketahui jumlah sampelnya adalah sebagai

berikut :

= = 76,7=77

Jadi, jumlah sampel yang diambil di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 77 orang ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan.


(42)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada responden.

3.4.2 Data Sekuder

Data sekunder diperoleh di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara.

3.5. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

2. Sikap adalah sesuatu yang diyakini ibu dengan pemberian ASI eksklusif. 3. Informasi Petugas Kesehatan adalah adanya penyuluhan dan konseling

yang dilakukan petugas kesehatan tentang ASI eksklusif kepada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan.

4. Dukungan Keluarga adalah dukungan dari orangtua, suami dan mertua dalam pemberian ASI eksklusif.

5. Kondisi Ibu adalah dimana keadaan ibu sedang dalam kondisi sehat dan tidak sehat selama menyusui.

6. Budaya adalah kepercayaan ibu terhadap makanan tambahan selain ASI 7. Pemberian ASI eksklusif adalah ibu yang memberikan ASI saja tanpa


(43)

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menunjukkan skor atau nilai yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur, uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas data ini dengan menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment coefecient (r), dengan ketentuan:

a. Jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid. b. Jika nilai r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid.

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan metode Ccronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabel alat ukur data satu kali pengukuran, dengan ketentuan:

a. Jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel b. Jika nilai r Alpha < r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel

Hasil pengujian instrumen dilakukan terhadap 30 responden yang bukan menjadi bagian dari sampel penelitian. R tabel dicari dengan menggunakan signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n = 30 maka dihasilkan r tabel = 0,3610.

Variabel Pertanyaan r tabel r hitung

Corrected Item-Total Correlation

Keterangan

Pengetahuan

1 0,3610 0,394 0,394 Valid 2 0,3610 0,512 0,512 Valid 3 0,3610 0,387 0,387 Valid 4 0,3610 0,557 0,557 Valid 5 0,3610 0,549 0,549 Valid 6 0,3610 0,423 0,423 Valid 7 0,3610 0,528 0,528 Valid


(44)

8 0,3610 0,659 0,659 Valid

Sikap

1 0,3610 0,467 0,467 Valid 2 0,3610 0,588 0,588 Valid 3 0,3610 0,599 0,599 Valid 4 0,3610 0,456 0,456 Valid 5 0,3610 0.431 0,431 Valid 6 0,3610 0,722 0,722 Valid 7 0,3610 0,462 0,462 Valid 8 0,3610 0,784 0,784 Valid Informasi

Tenaga Kesehatan

1 0,3610 0,499 0,499 Valid 2 0,3610 0,647 0,647 Valid 3 0,3610 0,639 0,639 Valid 4 0,3610 0,639 0,639 Valid

Dukungan Keluarga

1 0,3610 0,638 0,638 Valid 2 0,3610 0,599 0,599 Valid 3 0,3610 0,511 0,511 Valid 4 0,3610 0,475 0,475 Valid 5 0,3610 0,481 0,481 Valid 6 0,3610 0,461 0,461 Valid 7 0,3610 0,444 0,444 Valid

Kondisi Ibu

1 0,3610 0.696 0,696 Valid 2 0,3610 0,596 0,596 Valid 3 0,3610 0,714 0,714 Valid 4 0,3610 0,596 0,596 Valid Budaya

1 0,3610 0,712 0,712 Valid 2 0,3610 0,661 0,661 Valid 3 0,3610 0,712 0,712 Valid

Variabel Corrected item-total

correlation

Keterangan

Pengetahuan 0,572 Reliabel

Sikap 0,698 Reliabel

Informasi Tenaga

Kesehatan 0,432 Reliabel

Dukungan Keluarga 0,540 Reliabel

Kondisi Ibu 0,545 Reliabel

Budaya 0,465 Reliabel

Dilihat dari tabel diatas bahwa r alpha<r tabel yaitu pengetahuan 0,3610<0,572, sikap 0,3610<0,698, informasi tenaga kesehatan 0,3610<0,432,


(45)

dukungan keluarga 0,3610<0,540, kondisi ibu 0,3610<0,545, budaya 0,3610<0,465 maka dinyatakan tidak reliabel.

3.7. Aspek Pengukuran

3.7.1 Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat yaitu pemberian ASI eksklusif diukur dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Untuk pertanyaan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sebanyak 8 pertanyaan dengan menggunakan sistem scoring. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah di beri skor 0. Total skor maksimal adalah 8 dan total skor minimal adalah 0.

Menurut Arikunto 2007, Pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Baik : Apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar >75% atau mendapat skor 7-8

b. Cukup : Apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar 40% - 75% atau mendapat skor 3-6

c. Kurang : Apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar < 40% atau mendapat skor 0-2

2. Sikap

Variabel sikap menggunakan skala likert dengan mengukur melalui 8 pertanyaan dengan item sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pemberian bobot nilai pada pertanyaan positif (2,4,6,7,8). Setiap jawaban sangat tidak


(46)

setuju diberi skor 1, jawaban tidak setuju diberi skor 2, jawaban setuju diberi skor 3,

dan sangat setuju 4.

Variabel sikap menggunakan skala likert dengan mengukur melalui 8 pertanyaan dengan item sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pemberian bobot nilai pada pertanyaan negatif (1,3,5). Setiap jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4, jawaban tidak setuju diberi skor 3, jawaban setuju diberi skor 2, dan sangat setuju 1.

Total skor maksimal 32 dan total skor minimal adalah 8. Dengan kategori: a. Baik, apabila responden mendapat nilai >75% (skor 24-32).

b. Kurang baik, responden mendapat nilai <75% (skor 8-23). 3. Informasi Tenaga Kesehatan

Kuesioner pada tenaga kesehatan yang terdiri dari 4 pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan sistem skoring. Setiap jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Total skor maksimal 4 dan total skor minimal 0. Dengan kategori :

1 = Diberikan informasi, jika skor jawaban ≤ 50% dari skor total 0-2 0 = Tidak diberikan informasi, jika skor jawaban > 50% dari skor total 2-4 4. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga terdiri dari 7 pertanyaan dengan menggunakan sistem skoring. Setiap jawaban ya diberi nilai 1, dan jawaban tidak diberi nilai 0. Total skor maksimal adalah 7 dan total skor minimal adalah 0.


(47)

1 = diberi dukungan, jika skor jawaban <50% dari skor total 0-3 0 = tidak diberi dukungan, jika skor jawaban >50% dari skor total 4-7 5. Kondisi Ibu

Kuesioner kondisi ibu yang terdiri dari 4 pertanyaan. Setiap jawaban ya diberi nilai 1, dan jawaban tidak diberi nilai 0. Total skor maksimal adalah 4 dan total minimal skor adalah 0.

Dengan kategori :

1 = baik, jika skor jawaban <50% dari skor total 0-2 0 = tidak baik, jika skor jawaban >50% dari skor total 3-4 6. Budaya

Kuesioner budaya yang terdiri dari 3 pertanyaan dengan menggunakan sistem skoring. Setiap jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Total skor maksimal 3 dan minimal 0.

Dengan kategori :

1 = baik, jika skor jawaban <50% dari skor total 0-1 0 = tidak baik, jika skor jawaban >50% dari skor total 2-3

3.7.2 Aspek Pengukuran Variabel Tidak Terikat

Variabel terikat dikategorikan menjadi :

- ASI eksklusif apabila responden hanya memberikan ASI tanpa makanan tambahan lain sampai berusia 6 bulan setelah kelahiran bayinya.

- Tidak ASI eksklusif apabila responden memberi makanan lain selain ASI sebelum bayinya berusia 6 bulan.


(48)

3.8. Metode Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah- langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing – masing kategori. Entry data yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel.

3.8. Analisa Data

Hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan presentasi. Adapun tahap dari analisa data adalah:

1. Analisis Univariat

Untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing – masing variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase.

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan masing- masing variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (level of significance) = 0,05.

Dengan kriteria :

1. Ho di tolak jika p < (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, informasi petugas


(49)

kesehatan, dukungan keluarga, kondisi ibu) dengan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif).

2. Ho di terima jika p > (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, informasi petugas kesehatan, dukungan keluarga, kondisi ibu) dengan variabel dependen ( pemberian ASI eksklusif).


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Data Geografi

Desa Pangirkiran terletak di Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara dengan memiliki luas 965 km2. Batasbatas wilayah Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hiteurat

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rondaman Siburegar 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Balimbing

4.1.2 Gambaran Demografi

Jumlah penduduk di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 1350 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 270 KK yang terdiri dari laki-laki sebanyak 656 jiwa dan perempuan sebanyak 694 jiwa.

Di desa Pangirkiran ada satu Puskesmas Pangirkiran, terdapat tenaga kesehatan yang terdiri dari 1 bidan desa, 1 bidan swasta dan 2 bidan yang bekerja di puskesmas. Dari data yang didapat ada 30 orang ibu hamil, 29 orang ibu melahirkan dan 29 orang ibu nifas.

4.2 Analisi Univariat

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Suku

Dari hasil wawancara yang dilakukan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara, maka diketahui distribusi Ibu yang memberikan Asi Eksklusif berdasarkan suku yang terdapat pada Tabel 4.1


(51)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut suku terbanyak adalah Batak yaitu sebanyak 65 orang (84,4 %).

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari hasil wawancara yang dilakukan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara, maka diketahui distribusi Ibu yang memberikan Asi Eksklusif berdasarkan tingkat pendidikan yang terdapat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTP/SLTA yaitu sebanyak 51 orang (66,2 %).

No. Suku f %

1. Jawa 9 11,7

2. Batak 65 84,4

3. Minang 3 3,9

Total 77 100,0

No. Tingkat Pendidikan f %

1. Belum sekolah, SD 16 20,8

2. SLTP/SLTA 51 66,2

3. Akademi/ Perguruan Tinggi 10 13,0


(52)

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Dari hasil wawancara yang dilakukan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara, maka diketahui distribusi Ibu yang memberikan Asi Eksklusif berdasarkan Status Pekerjaan yang terdapat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut status pekerjaan terbanyak adalah bekerja yaitu sebanyak 49 orang (63,6%).

4.2.4 Distribusi Ibu Memberikan ASI Eksklusif

Dari hasil wawancara yang dilakukan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara, maka diketahui distribusi Ibu yang memberikan Asi Eksklusif yang terdapat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Ibu memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan Ibu memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan terbanyak yaitu sebanyak 43 orang (57,1%).

No. Status Pekerjaan f %

1. Bekerja 49 63,6

2. Tidak Bekerja 27 36,4

Total 77 100,0

No. Asi Eksklusif f %

1. Ya 43 57,1

2. Tidak 34 42,9


(53)

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap, informasi tenaga kesehatan, dukungan keluarga, kondisi ibu, budaya) dengan variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara.

4.3.1 Hubungan pengetahuan Ibu dengan Pemberian Asi Esklusif

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

No Pengetahuan Ibu

Pemberian Asi Eksklusif Total

P

Tidak Ya

f %

F % f %

1. Baik 4 22,2 14 77,8 18 100

0,001 2. Cukup 39 66,1 20 33,9 59 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian asi esklusif yang tidak pada pengetahuan ibu baik sebesar 22,2% sedangkan pada pengetahuan cukup sebesar 66,1%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,001<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian asi eksklusif.


(54)

4.3.2 Hubungan Sikap Tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.6 Hubungan Sikap Tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

No Sikap Ibu

Pemberian Asi Eksklusif Total

P

Tidak Ya

f %

f % f %

1. Baik 3 7,3 10 76,9 13 100 0,009 2. kurang 40 62,5 24 37,5 64 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian asi eksklusif yang tidak pada sikap ibu baik sebesar 7,3% sedangkan pada sikap kurang sebesar 62,5%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,009<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara sikap ibu dengan pemberian asi eksklusif.

4.3.3 Hubungan Informasi Tenaga Kesehatan Tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.7 Hubungan Informasi Tenaga Kesehatan Tentang ASI dengan Pemberian ASI Esklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

No

Informasi Tenaga Kesehatan

Pemberian Asi Eksklusif Total

P

Tidak Ya

f %

f % f %

1. Diberikan informasi

10 31,3 22 68,8 32 100

0,001 2. Tidak

diberikan informasi


(55)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian asi eksklusif yang tidak pada ibu yang tidak diberi informasi tenaga kesehatan sebesar 73,3% sedangkan pada ibu yang diberikan informasi tenaga kesehatan sebesar 31,1%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,001<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara informasi tenaga kesehatan dengan pemberian asi eksklusif.

4.3.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas

Utara

No Dukungan Keluarga

Pemberian Asi

Eksklusif Total

P

Tidak Ya

f %

f % f %

1. Diberi dukungan keluarga

38 52,8 34 47,2 72 100

0,040 2. Tidak diberi

dukungan keluarga

5 100 0 0 5 100

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,001<0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara informasi tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.


(56)

4.3.5 Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.9 Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa

Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

No Kondisi Ibu

Pemberian Asi Eksklusif Total

P

Tidak Ya

f %

f % f %

1. Baik 22 62,9 13 37,1 35 100

0,258 2. Tidak baik 21 50 21 50 42 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian asi eksklusif yang tidak pada kondisi ibu tidak baik sebesar 50% sedangkan pada kondisi ibu baik sebesar 62,9%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,258>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara kondisi ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

4.3.6 Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.10 Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara

No Budaya

Pemberian Asi Eksklusif Total

P

Tidak Ya

f %

f % f %

1. Baik 26 83,9 5 16,1 31 100

0,001 2. kurang 17 37,0 29 63,0 36 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian asi eksklusif yang tidak pada budaya baik sebesar 83,9% sedangkan pada budaya kurang sebesar 37,0%.


(57)

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,001<0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara budaya dengan pemberian ASI eksklusif.


(58)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis univariat dari 77 responden yang tinggal di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara menunjukkan sebanyak 43 responden (31,0%) yang memberikan ASI eksklusif. Rata-rata ibu yang tinggal di Desa Pangirkiran tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan pada saat bayi lahir ASI tidak keluar sehingga ibu memberikan susu formula terlebih dahulu. Padahal jika bayi dibiarkan menghisap payudara ibu maka akan jadi pemicu keluarnya ASI ibu.

Persentasi pemberian ASI eksklusif tidak ada setengah dari sampel yang diambil, ibu yang tinggal dengan ibu kandung dan mertua sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif begitu juga dukungan dari suami. Selain itu alasan dari responden adalah budaya yang ada di Desa Pangirkiran bahwa sesampainya ibu di rumah setelah melahirkan dari klinik bersalin atau rumah sakit, bayi diberikan makanan seperti gula merah atau madu sebagai tanda penyambutan datangnya keluarga baru. Ibu juga memberikan makanan atau minuman pada bayi seperti susu formula, roti, promina sebelum bayi berumur 6 bulan yaitu dikarenakan bayi sering menangis yang membuat ibu merasa bayinya kelaparan dan ibu juga merasa dengan memberikan makanan tambahan bayi akan sehat serta bayi cepat tumbuh besar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustika,dkk (2008) menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Palebon masih rendah yaitu 47 responden hanya 21 responden (44,7%) yang memberikan ASI eksklusif dikarenakan banyak ibu yang bekerja, selain itu adapula ibu yang beralasan karena tidak mengetahui dan


(59)

suruhan dari orang tua untuk mmberikan bayinya makanan tambahan di bawah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan banyak diberikan pada bayi ketika berumur 3 bulan dan makanan tambahan yang diberikan adalah bubur siap saji dan pisang.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih (2005) di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngalian menunjukkan bahwa, sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif 71,87% (23 orang) kepada bayinya sampai usia 4 bulan atau paling lama 6 bulan. Tingginya persentase yang tidak memberikan ASI Eksklusif disebabkan responden memang benar-benar tidak tahu arti pentingnya ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi sehingga tidak termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

5.2 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pengetahuan ASI eksklusif sangat penting dimiliki seorang ibu, karena dapat mempensgaruhi dan memotivasi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan pengetahuan yang baik maka ibu akan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya karena ibu tahu manfaat dan pentingnya ASI eksklusif bagi bayinya.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p<0,001. Artinya ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dkk (2009) di Kota Bandung yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan variabel pemberian ASI Eksklusif. Meskipun pengetahuan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik, tetapi data menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik lebih


(60)

cenderung memberikan ASI Ekslusif dibanding responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Umumnya pengetahuan ibu di Desa Pangirkiran sangat kurang karena tidak ada yang memberikan informasi tentang ASI eksklusif. Baik informasi dari suami, keluarga dan tenaga kesehatan terbukti dengan jawaban responden melalui kuesioner yang peneliti berikan yaitu apa yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif rata-rata ibu tidak mengetahuinya tetapi ibu hanya mengetahui ASI eksklusif itu hanya memberikan ASI saja dan ibu jugak tidak mengetahui berapa lama pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dan terdapat ibu yang mengetahui apa itu ASI eksklusif tetapi tetap memberikan makanan tambahan pada bayi.

Peneliti menemukan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Rendahnya pengetahuan para ibu tentang ASI Eksklusif, pada saat yang sama mereka memiliki pengetahuan budaya lokal berupa ideologi makanan untuk bayi. Pengetahuan budaya lokal ini dapat disebut penghambat bagi praktik pemberian ASI Eksklusif.

Dari pengetahuan tersebut dapat diharapkan ibu dapat memperluas pengetahuannya tetapi pada kenyataannya para ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan ada ibu yang beranggapan memberikan ASI saja tidak cukup untuk bayi selama 6 bulan pertama.

Hasil penelitian Nana (2007) menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64,4%) memiliki pengetahuan ASI Eksklusif dalam kategori kurang dan tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan responden dengan pemberian ASI Eksklusif (p = 1,132). Rendahnya pengetahuan responden diduga disebabkan antara


(61)

lain kurangnya informasi, kurang jelasnya informasi, dan kurangnya kemampuan responden untuk memahami informasi yang diterima.

5.3 Hubungan Sikap Ibu dengam Pemberian ASI eksklusif

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p<0,009. Artinya adanya hubungan signifikan antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif. Sikap merupakan reaksi tertutup dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Dari hasil yang dilakukan kepada ibu yang tinggal di Desa Pangirkiran memiliki sikap yang tidak baik tentang pemberian ASI eksklusif yang mempunyai manfaat yang besar pada ibu, seperti mengurangi perdarahan setelah persalinan, dapat mencegah anemia, menunda kesuburan aspek psikologis dan dapat membantu dapat membantu menurunkan bera badan ibu, tetapi masih banyak yang belum mengetahuinya. Kemudian masih ada ibu yang ragu-ragu tentang fungsi dari ASI jika dibandingkan dengan susu formula. Padahal ASI adalah makanan dan minuman yang paling baik untuk bayi selama 0-6 bulan, dimana pencernaan bayi belum dapat menerima makanan selain ASI yang dapat menyebabkan bayi diare atau susah buang air besar. Kemudian ASI jugak dapat mempererat ikatan rasa nyaman antara ibu dan bayi.ASI juga mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Mulianda (2010) mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu ada hubungan sikap dengan pemberian ASI eksklusif. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok


(62)

Banten yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

Pengetahuan tentang ASI Eksklusif serta motivasi pemberian ASI Eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku/sikap ibu yangdiakibatkan oleh masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makan pada bayi seperti pemberian madu. Perilaku menyusui yang kurang mendukung diantaranya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan kotor, pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), serta kurangnya rasa percaya diri informan bahwa ASI tidak cukup untuk bayinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gibney (2005) menyatakan bahwa banyak sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan ASI Eksklusif selama 6 bulan.

Umumnya alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif meliputi rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memiliki mutu yang tidak baik, keterlambatan memulai pemberian ASI dan pembuangan kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah, serta kepercayaan yang keliru bahwa bayi haus dan memerlukan cairan tambahan. Selain itu, kurangnya dukungan dari pelayanan kesehatan dan keberadaan pemasaran susu formula sebagai pengganti ASI menjadi kendala ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

5.4 Hubungan Informasi Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p<0,001. Artinya adanya hubungan signifikan antara informasi tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.


(63)

Dari hasil penelitian rata-rata ibu pergi ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dari petugas kesehatan. Diharapkan pada saat posyandu petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau informasi tentang ASI eksklusif, agar ibu mengetahui dan lebih memahami apa itu manfaat dari ASI eksklusif. Kemudian ada beberapa ibu yang mengatakan mereka mendapatkan susu formula langsung dari klinik bidan atau rumah sakit dikarenakan ibu belum sanggup memberikan ASI. Padahal jika melakukan inisiasi dini pada saat bayi lahir akan merangsang payudara untuk memperlancar keluarnya ASI, seharusnya petugas kesehatan jangan langsung memberikan susu formula tetapi memberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif dan memberi informasi tentang manfaat dari ASI eksklusif.

Peran petugas kesehatan dalam hal ini sangat penting untuk mendukung ibu-ibu tetap menyusui. Tidak hanya dengan memberikan obat atau menyarankan makanan tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan kepada ibu-ibu bahwa dengan rangsangan isapan bayi terus-menerus akan memacu produksi ASI lebih banyak.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu terdapat hubungan antara sumber informasi dengan pemberian ASI eksklusif. Sumber informasi dari tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor risiko ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Rahmawati (2014) bahwa terdapat hubungan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja


(64)

Puskesmas Bonto Cani artinya bahwa semakin tinggi peran petugas kesehatan maka semakin rendah pula pemberian ASI eksklusif yang dilakukan.

5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p<0,040. Artinya adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Artinya bahwa ibu sangat membutuhkan dukungan suami, ibu kandung dan mertua dalam pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian sebagian besar keluarga memberikan masih menyarankan kepada ibu untuk memberikan makanan atau minuman tambahan selain ASI agar bayi tumbuh sehat dan cepat besar. Mereka mengira memberikan makanan atau minuman tidak berdampak pada bayi. Ibu maupun keluarga perlu mengetahui tentang sistem pencernaan bayi umur dibawah 6 bulan belum cukup matang untuk diberi makanan padat. Jika makanan padat diberikan sebelum sistem pencernaan siap menerima, maka dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan (Sirait, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malau (2010) yaitu ibu yang menyusui mendapat dukungan baik dari suami sebesar (87,50%) dan yang mendapat cukup sebesar (12,5%). Hal ini berarti bahwa semakin besar dukungan suami maka semakin besar pula kemauan ibu memberikan ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan Sudiharto (2007) menyatakan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu. Roesli (2007) berpendapat


(65)

bahwa suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis.

5.6 Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p<0,258. Artinya tidak terdapat hubungan antara kondisi ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kondisi ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Rata-rata ibu memiliki kondisi fisik yang baik, hanya ibu tidak melakukan pemijatan pada payudara sebelum hamil yang dapat memperlancar ASI. Pada saat ibu sakit seperti demam, flu dan batuk ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan sehingga harus berhenti menyusui bayi. Berdasarkan penelitian Sirait (2014) sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui, lebih jauh berbahaya jika memberikan bayi makanan tambahan daripada membiarkan bayi menyusui dari ibu yang sedang sakit.

Berdasarkan penelitian Ruth (2013) ada hubungan sifnifikan antara fisik ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Amalia, dkk (2013) terdapat perbedaan signifikan lama pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan kondisi fisik dikarenakan kondisi fisik ibu sangat memengaruhi jumlah produksi ASI, terutama ibu yang mempunyai penyakit yang menyebabkan ibu tidak dapat menyusui. Hal ini dapat berdampak terhadap lama menyusui. Alasan ibu yang sering untuk kita menyusui adalah karena ibu sakit, sebentar atau lama. Akan tetapi, jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui, kecuali jika ibu mengkonsumsi obat yang dapat memengaruhi produksi ASI. Sebagian besar ibu dengan kondisi fisik yang


(1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

ITK1 1.70 1.045 .149 .446

ITK2 1.77 .875 .309 .296

ITK3 1.97 .861 .256 .348

ITK4 1.97 .861 .256 .348

Reliability Dukungan Keluarga Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.540 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

DK1 4.40 1.766 .415 .437

DK2 4.57 1.771 .327 .475

DK3 4.53 1.913 .220 .525

DK4 4.33 2.023 .238 .513


(2)

DK6 4.23 2.116 .287 .502

DK7 4.30 2.079 .221 .519

Reliability Kondisi Ibu Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.545 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Ki1 1.87 .947 .384 .426

Ki2 1.97 1.068 .230 .562

Ki3 1.90 .921 .406 .404

Ki4 1.67 1.126 .319 .487

Reliability Budaya

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0


(3)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.465 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B1 1.30 .562 .310 .327

B2 1.27 .616 .244 .440


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN KARANGMALANG FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN.

0 1 16

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 18

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 6

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

1 2 32

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 5

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 27

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

0 0 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

0 0 15

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIANASI EKSKLUSIF DI DESA PANGIRKIRAN KECAMATAN HALONGONAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2015

0 0 16