ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SKILLS LAB KEPERAWATAN ANAK THE ANALYSIS OF THE IMPLENTATION OF CHILDREN NURSING SKILLS LAB LEARNING Sulami

  

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SKILLS LAB

KEPERAWATAN ANAK

THE ANALYSIS OF THE IMPLENTATION OF CHILDREN NURSING

SKILLS LAB LEARNING

Sulami

  Akademi Keperawatan Patria husada Surakarta

Jl. Sumpah pemuda nomor 50 Mojosongo Jebres Surakarta. 57127.

  Abstrak Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Akper Patria Husada Suarakarta dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan Anak masih ditemukan beberapa permasalahan yaitu penge- lolaan kelas masih kurang optimal dan motivasi serta keaktifan mahasiswa yang kurang. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran dan hambatan-ham- batannya dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan anak di Akper Patria Husada Surakarta. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan studi kasus terpancang(embedded case study research). Pengolahan data dilakukan dengan cara deskriptif isi (content analysis) dengan menggunakan model analisis interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi/penarikan simpulan. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab Keperawatan Anak di Akper patria Husada Surakarta, dosen telah melaksanaan pembelajaran dengan membuka dengan sa-lam, menjelaskan tujuan, melakukan apersepsi, menjelaskan materi inti pembelajaran, metode yang sering digunakan demonstrasi, serta menutup pelaksanaan pembelajaran dengan menyimpul- kan materi dan memberi tindak lanjut. Hambatan yang ditemukan adalah dalam pengeloaan kelas masih kurang optimal, motivasi dan keaktifan mahasiswa yang kurang. Strategi pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan anak di Akper Patria Husada Surakarta sesuai dengan perencanaan walaupun di temukan beberapa hambatan.

  Kata Kunci: Keperawatan, Pelaksanaan, Pembelajaran, Skills lab Abstract The implementation of learning is an activity that has educational value, arranged in such a way in specific steps in order the implementation of the desired results. Based on the results of preliminary studies in Nursing Academy of Patria Husada Surakarta in the implementation of learning nursing skills lab Kids, still found some problems that still less than optimal classroom management, student motivation and active is less. This study aimed to find a picture on the implementation of learning and constraints in the implementation of children's learning nursing skills lab at the Surakarta Patria Husada Nursing Academy. This study was done using qualitative descriptive research with case studies fixed (embedded case study research). Data processing is done by way of descriptive content (content analysis) using an interactive model that includes data collection, data reduction, data presentation and verification / conclusion. The study showed that in the implementation of skill lab Child Nursing in Surakarta Patria Husada Nursing Academy, lecturers have been implementing learning by opening with greetings, explain the purpose, do apersepsi, explains the core material of learning, a method often used the demonstration, as well as close to conclude the implementation of learning materials and provide follow-up. Obstacles found is classroom management is still less than optimal, lack of student motivation and active less. Conclusions is the implementation of children's learning nursing skills lab at the Surakarta Patria Husada Nursing Academy learning implementation strategy is in conformity with the existing planning. Although there was some resistance, but this can be offset by good.

  Keywords: Education , Implementation, Nursing, Skills lab

  PENDAHULUAN

  dengan cara wawancara mendalam, observasi partisipatif, studi dokumen dan focus group

  Pelaksanaan pembelajaran skills lab kepe- rawatan anak, salah satu contoh dari yang peneliti paparkan di sini adalah memberikan makan pada bayi lewat NGT. Dosen mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan apersepsi agar mahasiswa terfokus pada materi yang akan disampaikan. Hal ini seperti yang disampaikan dalam CL2 oleh nara sumber D2: “ …… kami menjelaskan tujuan dan sebelum mulai materi kami melakukan apersepsi terlebih dulu”.

  1. Mengawali pelaksanaan pembelajaran de- ngan menjelaskan tujuan, apersepsi dan pre tes.

  wawancara, studi dokumentasi dan observasi setelah dilakukan analisis data, maka dapat di- peroleh gambaran tentang pelaksanaan pem- belajaran skills lab keperawatan anak di Akper Patria Husada Surakarta.

  interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi /penarikan simpulan (Huberman dan Miles dalam Moleong 2012, Sugiyono 2013).

  analysis ) dengan menggunakan model analisis

  data yang valid dan reliable dilakukan pengecekan data dengan cara perpanjangan keikutsertaan/kehadiran peneliti di lapangan (Akper Patria Husada Surakarta) dalam waktu yang lama(8 bulan), triangulasi sumber data dan metode (Moleong 2012). Pengolahan data dilakukan dengan cara deskriptif isi (content

  discussion (Bungin, B. 2007). Agar diperoleh

  research ). Teknik pengumpulan data dilakukan

  Pembelajaran laboratorium (skills lab) merupakan bagian penting dari proses pendi- dikan yang kompleks dan harus terintegrasi dalam seluruh program pendidikan yang meng- acu pada kurikulum, khususnya pencapaian kompetensi bagi peserta didik. Praktek labo- ratorium (skills lab) adalah strategi pembelajar-an atau bentuk pembelajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemam- puan psikomotorik (ketrampilan), pengetahuan, dan afektif (sikap) yang menggunakan sarana laboratorium (Zainuddin, M. 2001). Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan men- capai hasil yang diharapkan (Sudjana 2010, Bahri dan Zain 2010).

  Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus terpancang (embedded case study

  tentang suatu fenomena yang terjadi pada objek penelitian, yang menitik beratkan pada per- masalahan bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran Skills lab keperawatan anak dan dari hasil penelitian terhadap fenomena tersebut dapat diperoleh gambaran sesungguhnya tentang hal yang terjadi pada objek penelitian.

  deskriptif kualitatif yang ingin menggambarkan

  Penelitian ini menggunakan pendekatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Penelitian ini mengambil lokasi di Akper Patria Husada Surakarta, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan keperawatan yang berada di Surakarta. Waktu penelitian selama 8 bulan, terhitung setelah proposal penelitian dibuat, yaitu dimulai bulan November 2014 sampai dengan Juni 2015.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran dan hambatan-hambatannya dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab Kepera- watan Anak di Akper Patria Husada Surakarta.

  Beberapa permasalahan sering ditemukan di lahan praktek yang berhubungan dengan pem- belajaran praktik untuk menguasai suatu ketram- pilan mahasiswa Akper masih belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam menerapkan ketrampilan yang diperoleh selama pendidikan, mahasiswa Akper memiliki pengetahuan tetapi kurang dalam menguasai ketrampilan (Aniroh U. 2000).

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Akper Patria Husada Surakarta dalam pelak- sanaan pembelajaran skills lab keperawatan Anak masih ditemukan beberapa permasalahan yaitu dalam pengelolaan kelas masih kurang optimal (kondisi ruang laboratorium yang ramai), jumlah dosen pembimbing kurang memadai dengan jumlah mahasiswa, motivasi keaktifan mahasiswa yang kurang. Masalah tersebut dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dan akan mempengaruhi pembelajaran laboratorium (skills lab) menjadi kurang optimal, dan pada akhirnya kompetensi peserta didik tidak tercapai

METODE PENELITIAN

  Pada awal pembelajaran dosen menyam- paikan tujuan pembelajaran. Hal ini dikatakan dalam CL7 oleh nara sumber D1 dan D2: “Ya, untuk setiap kali sebelum praktek skills lab kami menyampaikan tujuan pembelajaran supaya mahasiswa bisa memahami apa target yang akan dicapai dalam pembelajaran yang diharapkan”. Dalam CL 2 dikatakan oleh nara sumber D2:

  “Ya, kadang- kadang kami melakukan pre tes…., tapi kami lakukan secara lisan, misalnya mereka disuruh menyebutkan alat- alat”. Di awal setelah pembukaan dosen secara lisan melakukan pre tes terhadap mahasiswa dengan menanyakan beberapa pertanyaan tentang alat-alat yang harus disiapkan misalnya pada waktu penulis melakukan pengamatan, dosen menanyakan: “Apa saja alat-alat yang harus disiapkan untuk praktik NGT pada bayi”?.

  Dalam mengawali pelaksanaan pembe- lajaran dosen melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan dan juga melakukan pre tes diharapkan mahasiswa lebih terfokus pada materi yang akan disampaikan.

  2. Metode pembelajaran Dalam CL7 nara sumber D1 dan D2 mengatakan:

  “ Selama ini metode yang sering kami gunakan demonstrasi dan kadang-kadang simulasi dan role play ”. Dalam CL3 Nara sumber PL3 mengatakan: “Biasanya pakai demonstrasi”. Dalam CL6 nara sumber M4, M5 dan M6 juga sering dipakai yaitu memperagakan atau demon- strasi”. Dari hasil pengamatan didapatkan data yang sama yaitu dosen sering menggunakan me- tode demonstrasi untuk pembelajaran skills lab.

  Dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan anak dosen pembimbing sering menggunakan metode demonstrasi. Walupun kadang-kadang menggunakan metode simulasi dan role play dibandingkan dengan ceramah.

  3. Bimbingan/pendampingan skills lab Dalam CL2 nara sumber D2 mengatakan:

  “Ya… selama ini kami selalu mengamati, membimbing dan mendampingi supaya kalau ada kesalahan langsung memperbaiki”. Hal tersebut dibenarkan oleh nara sumber M4, M5 dan M6 mengatakan dalam CL7: “Ya kami selama redemontrasi didampingi dan dibimbing oleh satu dosen pembimbing”.

  Setelah dosen melakukan demonstrasi tentang ketrampilan skills lab tertentu seperti pemberian makan lewat hidung(NGT), dari hasil pengamatan mahasiswa disuruh untuk mengulang dengan maju satu per satu atau kadang sepasang- sepasang mahasiswa dan diulang sampai dua atau tiga mahasiswa dan didampingi serta dibimbing oleh dosen pengampu skills lab sendiri sampai dengan selesai.

  4. Pengelolaan waktu pembelajaran skills lab.

  Dalam pembelajaran skills lab keperawatan anak sesuai dengan kurikulum untuk satu kali pertemuan adalah 2 SKS yaitu 2x150 menit(300 menit). Hal ini sama seperti yang dikatakan dalam CL7 oleh nara sumber D1 dan D2: “ Kalau utuk skills lab itu sekitar 3x50 menit(150 menit) untuk 1 SKS, saya mengajar 2 SKS”.

  Dengan tersedianya waktu 2x150 menit dalam satu kali pertemuan ini, dosen meng- gunakan waktu untuk menyampaikan materi pembelajaran dari awal sampai akhir yaitu dari pembukaan sampai dengan menutup atau mengakhiri pembelajaran skills lab.

  5. Pengelolaan kelas Dalam CL6 nara sumber M4, M5 dan M6 mengatakan: “….. dalam satu ruang semua mahasiswa masuk bareng”. Demikian juga dari hasil pengamatan peneliti dalam beberapa pelaksanaan pembelajaran mahasiswa satu kelas terdiri dari 55 mahasiswa masuk secara ber- samaan dalam satu ruangan laboratorium(skills ruangan skills lab saat memperhatikan dosen mengajar.

  Dalam ruangan yang hanya berukuran 9x8 meter yang di dalamnya juga terdapat almari dan peralatan skills lab, mahasiswa berjumlah 55 masuk secara bersamaan, sehingga mahasiswa terdengar ramai, dan tidak fokus, kurang memperhatikan. Tampak beberapa mahasiswa yang mengobrol sendiri, dan banyak mahasiswa yang malas, kurang ada motivasi untuk mencoba mengulang ketrampilan yang sudah diajarkan.

  Sesekali pada saat dosen menjelaskan atau mendemonstrasikan suatu ketrampilan NGT dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa dan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Contoh misalnya: Apakah saudara sudah jelas, adakah yang mau bertanya”? Mahasiswa pun bertanya:

  “Bagaimana untuk mengetahui bahwa selang tepat masuk pada saluran pencernaan bu”? Dosen melakukan hal tersebut dengan harapan mahasiswa dapat kembali memperhatikan materi yang sedang disampaikan dan tidak ramai.

  Sebelum penyampaian materi pembelajaran ditutup atau diakhiri, dosen memberikan bebe- rapa pertanyaan kembali kepada mahasiswa sebagai post tes secara lisan setelah selesai pembelajaran skills lab. Seperti misalnya dosen menanyakan:

  “Mengapa setelah selang masuk ujung selang harus dimasukkan ke dalam air terlebih dahulu” ?

  Dalam CL2 nara sumber D2 mengatakan: “Ya, kadang-kadang kami lakukan … post tes di akhir pelajaran, tapi kami lakukan secara lisan”. “ Apabila siswa berhasil melakukakan suatu ketrampilan skills lab yang telah diajarkan kami memberikan pujian atau nilai plus terhadap siswa (D1).

  6. Simpulan dan tindak lanjut Dosen menutup pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan SIMPULAN materi dan menyarankan kepada mahasiswa untuk dapat mengulang-ulang kembali praktik memberikan makanan pada bayi lewat hidung dengan meng- gunakan selang (NGT) yang sudah diajarkan, pada hari yang lain secara mandiri dengan membawa SOP ( Standar Operasional Prosedur) yang sudah dimiliki masing-masing mahasiswa. Dalam CL 4 dan CL5 nara sumber M4 dan M5 mengatakan:

  “Ya mahasiswa diberi kebebasan waktu di luar jam pelajaran untuk mengulang- ulang skills lab yang sudah diajarkan”.

  Dalam CL7 nara sumber D1 dan D2 menga- takan: “Ya selama ini setelah kami melaksanakan pembelajaran skills lab kami mendokumentasi- kan di berita acara perkuliahan”. Dari hasil studi dokumentasi diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan anak di- dokumentasikan dalam bentuk berita acara perkuliahan yang diisi oleh dosen setelah selesai mengajar. Di dalamnya tertulis tanggal pertemu- an, pokok bahasan/materi dan tanda tangan dosen. Pencapaian target program pembelajaran yaitu 14 kali pertemuan dan semua pokok bahasan telah tersampaikan kepada mahasiswa. Walaupun dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan jadwal waktu yang sudah ditetapkan.

  Hambatan-hambatan dalam Pelaksanan Pem- belajaran

  Dalam CL1 nara sumber D2 mengatakan: “Hambatannya tentunya ada yaitu mahasiswa ramai karena masuk bareng, semua mahasiswa jumlah 55 masuk dalam satu ruangan labora- torium, bisa dibayangkan sendiri, sehingga mahasiswa kurang fokus dan kurang memper- hatikan”. Dalam CL2 nara sumber D1 mengatakan: “Kalau hambatan ya ada ya…, misalnya kadang-kadang ada mahasiswa yang tidak bisa hadir karena berhalangan sakit, kurang ada motivasi untuk mencoba mengulang ketrampilan yang sudah diajarkan. Dalam CL3 nara sumber PL3 mengatakan:

  “Ruangan yang dipakai pelaksaan belajar kurang luas, terus dalam pelaksanaan juga mahasiswa sering ramai tidak fokus dan kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh dosen”. Dalam CL4 nara sumber PL3 mengatakan:

  “ Ruang Laboratorium ada dua yaitu ruang alat yang juga dapat digunakan untuk praktik skills lab kelompok kecil dan ruang skills lab dengn ukuran besar dengan ukuran kira-kira 9x12 meter persegi. Dalam CL5 nara sumber PL3 mengatakan: “ alat untuk pemasangan NGT ada 5 sampai 6 set”. Hasil pengamatan diperoleh data yang sama untuk jumlah, luas ruangan dan jumlah alat yang ada.

  Dalam CL4 nara sumber M4 mengata- kan: “Terlalu banyak mahasiswanya, dosennya hanya satu., sehingga banyak mahasiswa yang kurang memperhatikan, bercerita sendiri, jadi mengganggu yang lain. Dan mahasiswa tidak dibentuk kelompok-kelompok kecil sehingga banyak mahasiswa tidak memperhatikan. Lalu dibanding jumlah mahasiswa”(CL5).

  Dalam CL6 nara sumber M4, M5, dan M6 mengatakan: “Hambatan yang ditemukan yang paling dirasakan adalah mahasiswa ramai dan kurang memperhatikan. Biasanya untuk satu jenis ketrampilan sekali praktik hanya 2 atau 3 set alat yang disiapakan”. “Untuk waktu kami rasa kurang, karena selama ini kami mahasiswa dengan waktu yang ada tidak belum bisa semua mencoba mengulang ketrampilan yang diajarkan”.

  Dalam CL7 nara sumber D1 dan D2 mengatakan: Peralatan untuk khususnya set memberikan makan lewat NGT yang ada selama ini kira-kira ada 5 sampai 6 set, tapi memang dalam pelaksanaan kami sering menyiapkan hanya 2 sampai 3 set saja pada saat pelaksanaan

  skills lab

  ”. “Kalau waktu saya kira cukup ya untuk 2 SKS skills lab 2x150 menit, hanya saja memang kadang mahasiswa belum bisa semua mencoba satu persatu waktu sudah selesai”, sehingga kami menyarankan mereka mahasiswa untuk berlatih sendiri di luar jam jadwal mengajar”.

  Hasil pengamatan terhadap peralatan skills

  Setelah dilakukan demonstrasi oleh dosen pembimbing, mahasiswa disuruh maju melaku- kan redemonstrasi secara bergantian masing- masing terdiri dari 2 mahasiswa sampai dengan waktu pembelajaran selesai. Namun dari hasil observasi dan wawancara tidak semua mahasiswa disuruh mencoba (hanya dua atau tiga kali mencoba oleh dua atau tiga mahasiswa saja). Menurut peneliti cara pelaksanaan pembelajaran

  lab keperawatan, karena selain menyenangkan,

  pelaksanaan pembelajaran terkadang dosen pengampu melakukan simulasi atau role play, dimana ada mahasiswa yang berperan sebagai perawat, ada juga yang berperan sebagai pasien(probandus). Metode-metode tersebut sangat tepat digunakan untuk pembelajaran skills

  skills lab . Selain metode demonstrasi nara

  Dosen pengajar keperawatan skills lab keperawatan anak lebih sering menggunakan metode demonstrasi yang dilanjutkan re- demonstrasi dalam pelaksanaan pembelajaran

  tidak semua mahasiswa disuruh mencoba mengulang yang sudah diajarkan tersebut, maka pembelajaran tidak akan efektif(Moedjiono 2009).

  skills lab dengan metode demonstrasi, apabila

  Penguatan atau pujian yang dilakukan oleh seorang pendidik baik berupa pujian secara langsung/lisan atau secara tidak langsung/ simbolis akan memberikan dampak yang positif pada diri siswa karena selain siswa merasa senang juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada mahasiswa(Sanjaya W. 2005).

  lab khususnya set alat untuk NGT juga cukup memadai yaitu ada 5 sampai 6 set peralatan NGT.

  skills lab yang telah diajarkan dosen memberikan pujian atau nilai plus terhadap siswa(D1).

  Pada hasil observasi peneliti saat dosen menjelaskan dan mendemonstrasikan skills lab pemberian makan pada bayi lewat hidung(NGT) sesekali bertanya kepada mahasiswa apa yang belum jelas dan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan mendemon- strasikan ulang kemudian dosen selaku pem- bimbing mendampingi dan membimbing. Apabila siswa berhasil melakukakan suatu ketrampilan

  Pelaksanaan Pembelajaran Skills Lab Keperawatan Anak di Akper Patria Husada Surakarta, berdasarkan hasil wawancara, studi dokumentasi dan observasi lapang menunjukkan bahwa dosen pengajar skills lab Keperawatan Anak telah melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan sesuai dengan perencanaan yang sudah di buat. Dosen telah mengawali pelajaran sepsi, menjelaskan tujuan dan juga melakukan pre tes sebelum inti dari materi pembelajaran disampaikan dan menjelasan secara singkat materi apa yang akan disampaikan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar mahasiwa terfokus dan tahu apa yang menjadi tujuan daripada pembelajaran tentang materi yang akan diberi- kan. Membuka pelajaran seperti yang dilakukan tersebut adalah suatu usaha yang harus dilakukan seorang dosen dalam mengawali pelaksanaan pembelajaran guna menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan, sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan (Sanjaya W 2005).

  Pembahasan

  Husada untuk alat dan waktu yang tersedia dapat dikatan tidak ada permasalahan. Dengan demikian hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan anak di Akper patria Husada adalah motivasi dan keaktifan mahasiswa yang kurang, keterbatasan jumlah dosen pembimbing skills lab keperawatan anak, dan lingkungan belajar yang kurang kondusif.

  skills lab keperawatan anak di Akper patria

  Setelah dilakukan focus group discussion sebanyak beberapa kali pertemuan, dan setelah dilakukan analsis data maka dapat peneliti tarik SIMPULAN dari hasil pengumpulan data tersebut bahwa dalam pelaksanaan pambalajaran

  interaktif dan menantang juga dapat merangsang minat, kreatifitas dan partisipasi aktif mahasiswa (Uno 2007). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis menyimpulkan bahwa dosen pengajar skills lab keperawatan anak telah mampu memberikan penjelasan materi pembe- lajaran secara mendalam dan aplikatif serta melakukan pendampingan dan bimbingan dengan baik. Sudah relavan dosen yang telah dipilih untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan kepada mahasiswa D3 keperawatan khususnnya ketrampilan skills lab anak yaitu tenaga dosen mahir di bidang ketrampilan tertentu sehingga dapat melatih ketrampilan kepada mahasiswa

  (Nurini 2002). Namun demikian sebagai tenaga pengajar dan pembimbing ketrampilan yang bertanggung jawab, sebaiknya dosen tetap harus selalu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap keprofesio- nalannya supaya tetap kompeten dalam menjalankan tugasnya(Ali et al. 2008). Dalam mengakhiri pelaksanaan pembelajaran skills lab dosen pengajar melakukan post tes secara lisan, menyimpulkan materi yang sudah diberikan dan memberikan feed-back kepada mahasiswa. Feed-

  back atau umpan balik sangat penting untuk

  dilakukan karena membuat mahasiswa menjadi tahu mana yang salah dan mana yang benar sehingga mahasiswa akan segera melakukan perbaikan, demikian juga dapat digunakan oleh dosen sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran berikutnya (Moedjiono 2006). Selain itu dosen pengajar juga memberikan tindak lanjut dengan menganjurkan mahasiswa untuk terus berlatih ketrampilan skills

  lab yang sudah diajarkan di luar jam pelajaran

  secara mandiri dengan pengawasan kepala bagian laboratorium. Setelah melakukan penga- jaran, dosen pengajar memberikan tugas baik secara tertulis maupun lisan kepada siswa adalah sesuatu yang sebaiknya dilakukan oleh seorang guru/dosen, karena sering berlatih atau mengulang-ulang materi yang sudah diajarkan akan membuat siswa lebih mudah mengingat dan tidak mudah untuk melupakan(Sudjana 2010). bing mahasiswa juga harus belajar aktif secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ciri pembelajaran pada orang dewasa (Mudjiman, 2006).

  Dari pemaparan data diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pengampu skills lab keperawatan anak di Akper patria Husada Sura- karta telah melaksanakan strategi pembelajaran dengan benar. Hal ini telah sesuai juga dengan pendapat yang mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan men- capai hasil yang diharapkan(Sudjana 2010, Bahri dan Zain 2010). Menurut peneliti dengan waktu tiap satu kali pertemuan 300 menit untuk pelaksanaan pembelajaran skills lab Keprawatan Anak ini sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah ditetapkan dalam perencanaan pem- belajaran pada kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2006 (Ibrahim dan Syaodih 2003), sehingga dosen pengajar harus dapat mengelola waktu yang ada dengan efektif supaya waktu yang telah direncanakan cukup untuk rede- monstrasi ketrampilan oleh sejumlah mahasiswa yang ada.

  Pelaksanaan pembelajaran skills lab juga dapat berjalan efektif, apabila dalam pem- belajaran skills lab mahasiswa dibentuk dalam kelompok-kelompok misalnya satu kelompok terdiri dari 10 sampai 12 mahasiswa, (Nurini 2002) dan peralatan skills lab disiapkan tidak hanya satu set peralatan skills lab saja. Misalnya 55 mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok, kemudian peralatan skills lab disiapkan 5 atau 6 set peralatan. Maka dalam waktu bersamaan setelah dilakukan demonstrasi oleh dosen pengajar, masing-masing kelompok mahasiswa dapat melakukan redemonstrasi secara bergantian untuk masing-masing anggota kelompoknya. Dengan demikian sebenarnya alat yang ada masih bisa mencukupi untuk sejumlah mahasiswa yang ada.

  Dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan anak di Akper Patria Husada Surakarta ditemukan beberapa hambatan-ham- batan atau kendala yaitu:

  Motivasi dan keaktifan mahasiswa kurang. Dari subyek belajar(mahasiswa) seperti yang dikatakan oleh nara sumber D2 dan M5 ditemukan mahasiswa kurang motivasi, malas mencoba suatu ketrampilan dan meremehkan diperkuat dari hasil pengamatan, ada mahasiswa yang ramai sendiri saat pembelajaran ber- langsung dan saat pembelajaran disuruh mencoba memperagakan ketrampilan ada mahasiswa yang tidak mau serta kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh dosen. Sehingga hanya mahasiswa yang aktif saja yang mau mencoba memperagakan kembali ketrampilan yang diajarkan. Mengajar pada hakekatnya tidak sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang menjurus kepada perubahan tingkah laku saja.

  Tingkah laku yang diharapkan ini akhirnya akan berdampak pada motivasi belajar dalam pembelajaran. Motivasi belajar dapat timbul atau dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama faktor intrinsik yang berupa hasrat, keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita dan minat, bakat, kepandaian , kesehatan, sikap serta perasaan. Ke dua faktor ekstrinsik yaitu adanya penghargaan, lingkungan yang kondusif dan kegiatan belajar

  SIMPULAN

  yang menarik serta sarana prasarana, lingkungan, 1.

  Pelaksanaan pembelajaran skills lab kepe- guru, metode pembelajaran, kondisi sosial dan rawatan anak di Akper Patria Husada sebagainya (Syah 2011, Uno 2011, Slameto Surakarta dalam strategi pembelajaran sudah 2010). Dosen pengajar sebaiknya memperkirakan dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan dan memfasilitasi hal-hal/faktor-faktor yang perencanaan yang ada. Walaupun terkadang dapat mempengaruhi siswa dalam mengikuti waktu pelaksanaan pembelajaran yang pembelajaran tersebut, agar tujuan pembelajaran dilakukan tidak sesuai dengan jadwal yang dapat tercapai secara optimal. ada. Metode pembelajaran yang paling sering Jumlah dosen pembimbing kurang memadai digunakan metode demonstrasi. dengan jumlah mahasiswa. Jumlah dosen pem- 2.

  Dalam pelaksanaan skills lab keperawatan bimbing khususnya untuk skills lab keperawatan anak ditemukan beberapa hambatan yaitu anak dirasa masih sangat kurang. Dengan jumlah motivasi dan keaktifan mahasiswa kurang, mahasiswa 55 orang dengan jumlah dosen keterbatasan tenaga pengajar/pembimbing pembimbing skills lab yang mendampingi saat keperawatan anak , dan lingkungan

  skills lab skills lab berlangsung hanya satu orang, tentu yang kurang kondusif.

  saja tidak proposional. Karena sesuai dengan ketentuan rasio perbandingan bimbingan dosen Saran: dan mahasiswa 1: 10 (Pudiknakes, 1997).

  1. Peningkatan pembinaan dalam pengawasan

  Lingkungan yang kurang kondusif. Dari dan menambah tenaga pengajar dalam hasil pengolahan data yang ada pada saat pelaksanaan pembelajaran skills lab khusus- pelaksanaan pembelajaran skills lab keperawatan nya untuk skills lab keperawatan anak oleh anak berlangsung mahasiswa satu kelas masuk ketua program studi. secara bersamaan di satu ruangan skills lab.

  2. Dosen skills lab sebaiknya dalam memilih sehingga suasana ruangan ramai, mahasiswa metode pembelajaran lebih bervariasi dan kurang fokus, kurang memperhatikan materi meningkatkan kemampuannya dalam penge- yang sedang diajarkan dan akhirnya banyak lolaan kelas. mahasiswa yang malas untuk mencoba. Kondisi ruangan yang demikian sangat berpengaruh REFERENSI terhadap proses pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam proses pembelajaran Ali, M.M., Adam K., Hadad T. dan Rafly A, yang harus diatur sedemikian rupa sehingga watan Yang Baik di Indonesia . Departemen lingkungan menjadi kondusif untuk proses Kesehatan RI. Jakarta. belajar dan pencapaian hasil belajar yang optimal

  Aniroh U., 2000. Persepsi Mahasiswa terhadap (Departermen Pendidikan dan Kebudayaan 1985)

  Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran

  dalam Rochmana (2010). Dosen pengajar juga

  Praktek Ketrampilan Keperawatan di

  harus dapat melakukan pengelolaan kelas dengan

  Laboratorium 105 Akper Ngudi Waluyo

  melakukan pengembalian kondisi belajar yang Semarang. Skripsi: tidak dipublikasikan. optimal(Hasibuan dan Moedjiono 2009). Oleh karena itu untuk mengatasi kendala tersebut Bahri dan Zain, A., 2010. Strategi Belajar

  . PT Rineka Cipta. Jakarta. sebaiknya penggunaan ruangan skills lab di- Mengajar optimalkan. Karena berdasarkan hasil

  Bungin, MB., 2011. Penelitian Kualitatif. Edisi pengamatan ruang skills lab ada dua dan cukup ke dua. Cetakan ke lima. Kencana Penada memadai yaitu ruang skills lab dua dengan Media Group. Jakarta. ukuran 9x18 meter persegi, ruangan banyak

  Departemen Kesehatan RI., 2000. Kuikulum ventelasi dan terpasang dua kipas angin.

  Pendidikan D-III Keperawatan . Pusat

  Tindakan mempersiapkan dan menggunakan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta. ruangan yang sudah tersedia dan memadai ini, berarti suatu usaha termasuk dalam pengelolaan

  Hasibuan dan Moedjiono, 2009. Proses Belajar kelas yang berkaitan dengan penciptaan dan

  Mengajar . PT. Rosdakarya. Bandung.

  pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (Hasibuan dan Moedjiono 2009).

  PAU-PPAI Universitas Terbuka. Jakarta.

  Bandung. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan

  Zainuddin,M., 2001. Mengajar -Praktikum.

  takan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif .Bumi Aksara. Jakarta.

  nya: Analisis di Bidang Pendidikan . Bumi Aksara. Jakarta.

  Jakarta. Uno, BH., 2011. Teori Motivasi dan Pengaruh-

  Syah, M., 2011. Psikologi Belajar. Rajawali Pers.

  Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Alfabeta. Bandung.

  Slameto, 2010. Belajar dn Faktor- faktor yang Mempengaruhinya . Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N., 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Remaja Rosdakarya.

  Ibrahim dan Syaodih, 2003. Perencanaan Pengajaran . PT. Remaja Rosdakarya.

  Jakarta.

  Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kencana renada Grup.

  Sutrisni, Yayi S.P. Skills Lab. Medika FK.UGM. Yogyakarta. Rochmana, U., 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar. Diakses tanggal 26 Agustus 2014). Sanjaya, W, 2005. Pembelajaran Dalam

  Mudjiman H., 2006. Belajar Mandiri. LPP UNS- UNS Press. Surakarta. Nurini AA., 2002. Suryadi E, Hadianto T,

  Rosdakarya. Bandung. Moleong, LJ, 2012. Metodologi penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya. Bandung.

  Bandung. Moedjiono, 2009. Proses Belajar Mengajar. PT.

  • , 2007. Model Pembelajaran Mencip-

Dokumen yang terkait

30 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) CORELATION BETWEEN THE LEVEL OF SOCIAL ECONOMY FAMILY WITH OWNERSHIP BPJS (SOCIAL SECURITY AGENCY)

0 0 8

24 PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE EFFECT OF TASK ORIENTED APPROACH (TOA) ON DRESSING OF ABILITY ACTIVITIES THE POST- STROKE PATIENTS

0 3 6

KAJIAN PRILAKU MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LINGKUNGANNYA DI KABUPATEN SRAGEN STUDY OF BEHAVIOUR IN IMPROVING PUBLIC HEALTH ENVIRONMENT IN DISTRICT SRAGEN

0 1 8

PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM FASE PROLIFERASI PADA IBU NIFAS THE PROCESS OF HEALING PROLIFERATION PHASE PERINEUM LESION

0 1 5

PENGARUH PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TKIT AL MUKMIN

1 1 7

66 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MORNING SICKNESS DENGAN SIKAP IBU MENGHADAPI MORNING SICKNESS THE CORELATION OF MORNING SICKNESS KNOWLEDGE WITH ATTITUDE TO FACE AGAINST MORNING SICKNESS Rizka Fatmawati

0 0 6

STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Jl. Tulang Bawang Selatan No 26 Tegalsari RT 02 RW XXXII Kadipiro Banjarsari Surakarta ning71yahoo.com Abstrak - GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

0 0 5

SENAM AEROBIK LOW IMPACT INTENSITAS SEDANG TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA THE EFFECT OF MODERATE INTENSITY OF LOW IMPACT AEROBIC GYMNASTICS ON THE CHANGES OF ELDERLY BLOOD PRESSURE IN Nyahmini Ambar Sari

0 0 5

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS THE RELATIONSHIP BETWEEN SODIUM INTAKE AND BLOOD PRESSURE ON CHRONIC RENAL FAILURE WITH HEMODIALYSIS Inna Fatmawati

0 0 7

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN POLA ASUH SEHAT MENTAL TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA 3-6 TAHUN THE EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION HEALTH EDUCATION OF MENTAL HEALTH PARENTING ON 3-6 YEARS AGES CHILDREN PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT Sus

0 1 7