Glokalisasi Budaya Populer Pada Dalam Mu

Glokalisasi Budaya Populer Pada Dalam Musik Rap Budaya Lokal Yogya
Hip-Hop Foundation.
Ferdy Karel Soukotta
362011027
Tes Tengah Semester Kajian Budaya
Pendahuluan
Kuatnya kapitalisme barat membuat budaya popular semakin meresap. Lull (2000),
melihat budaya popular sebagai artifak dan gaya hidup manusia yang berkembang dari
kreativitas orang kebanyakan yang beredar dalam kalangan orang ramai menurut minat,
kecenderungan dan selera mereka. Lull (2000) menegaskan bahwa budaya popular lahir dari
pada masyarakat dan tidak dikonstrusikan oleh pihak luar. masyarakat Musik rap telah menjadi
suatu aliran musik yang sangat popular di Indonesia. Dengan peminat yang semakin meningkat
dapat dilihat bahwa music yang berasal dari aliran kebudayaan hip-hop ini menjadi sasaran
komuditas dibawah arus globalisasi yang semakin kuat. Akan tetapi pada saast ini dapat dilihat
disetiap daerah budaya barat ini mengalami pertemuan dengan budaya lokal. Dengan adanya
fenomena seperti ini masyarakat dapat berpandangan bahwa budaya lokal telah menjadi korban
globalisasi. Glokalisasi adalah hal yang tepat untuk menjawab dominasi budaya lokal dan
budaya global. glokalisasi dipopulerkan oleh Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi
“Globalizationand Indigenous Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian produk
global dengan karakter lokal. Ada juga yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir global
bertindak lokal. Dalam bidang budaya dapat dilihat bahwa peregerakan budaya popular saat ini

hampir semuanya dikemas dalam budaya lokal, begitu pun dengan music rap. musik rap
merupakan bentuk budaya yang kontemporer. Yogya Hip-Hop foundation hadir dengan ciri
khasnya dan mewarnai industri musik. Dengan kalimat yang metafora dan variatif yang khas
dengan budaya jawa dalam mengungkapkan pemikiran-pemikiran kritis yang ada.

Landasan teori
Teori Sosial kritik
Menurut Marbun, kritik social merupakan frase yang terdiri dari dua kata, yaitu kritik dan social
masyarakat. Smenetara di sisi lain, webset menjelaskan bahwa kritik berasal dari kata “kinned” yang
berarti “to judge” atau menghakimi. Sementara itu social memiliki pengertian kehidupan bersama dalam
masyarakt sebagai kelompok yang memiliki aturan di dalamnya. Berdasarkan definisi tersebut, astrid
susanto menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kritik social masyarakat adalah suatu aktifitas yang
berhubungan dengan penilaian, perbandungan, dan pengungkapan mendenai kondisi social suatu
masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut ataupu nilai-nilai yang dijadikan pedoman teori
kritis berpegang pada nilai historitas, bahwa dunia haruslah dinamis dan berubah secara aktif. Kemudian
teori kritis menentang dominasi, eksploitasi dan penindasan yang hegemoni masyakat. Dominasi
dipandang suatu yang bersifat structural yang dibvangun oleh institusi sosial yang besar datipada
kehidupan sosial sehari-hari.dominasi merupakan bentuk hasil reproduksi kesadaran palsu manusia. Yang
didasarkan pada pemahaman marx. Kesadaran palsu diperservasi akan adanya paradigm postivis yang
menggambarkan masyarakat sebagai entitas yang dikendalikan oleh hukum kaku, yang menjaga relasi

perilaku manusia. Dominasi di masa lalu dan masa kini akan diluruhkan akan suatu masa depan yang
lebih baik yang dimulai dari masa lalu dan masa kini. Dengan teori sosial kritis, masyarakat didorong
untuk mengutamakan kesadaran akan situasi mereka dan memahami akar global dan rasional penindasan
yang mereka alami dan kemudian agar masyarakat selalu melakukan pergerakan sosial politik yang
intensif dan politis. Bentuk penyebaran nilai-nilai teori sosial bersifat sukarela bukan memaksa dan
perubahan tersebut dimulai dari lingkup terkecil yaitu dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu
pula, teori sosial kritis juga menggambarkan hubungan antara struktur dan manusia secara dialektis.
Kemajuan akan didapat apabila manusia yakin bahwa manusia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
kebebasan mereka sendiri dan mencegah mereka ditindas dan menindas sesamanya atas nama masa depan
kebebasan jangka panjang.

Glokalisasi
Budaya lokal merupakan identitas masyarakat yang sangat dijunjung tinggi dalam suatu
masyarakat dalam suatu tempat sesuai dengan nilai-nilai dan konteks yang berlaku ditempat itu.
“Men unmodified by the customs of particular places do not in fact exist, have never existed, and
most important, could not in the very nature of the case exist” (Geertz 35). Dari Geertz dapat
dikaji bahwa manusia tidak dapat dimodifikasi dengan adat yang tidak ada disekitar mereka.

Mereka dipengaruhi oleh keadaan sekelilingm mereka.. budaya tersebut menjadi entitas dalam
diri mereka . “it is these cultural barriers that separate “us”; it defines us; ultimately, it finished

us: “culture, rather than being added on, so to speak, to finished or virtually finished animal,
was ingredient, and centrally ingredient, in the production of that animal itself” (Geertz 47).”
Glokalisasi muncul ketika budaya lokal yang dipegang oleh kelompok masyarakat
dengan budaya global yang dibawa oleh sapuan arus globalisasi. Glokalisasi didefinisikan oleh
beberapa ahli; kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan
regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.
Lebih lanjut, mengenai budaya lokal dan budaya nasional, Judistira mengatakan bahwa
dalam pembentukannya, kebudayaan nasional memberikan peluang terhadap budaya lokal untuk
mengisinya. Adapun definisi budaya nasional yang mempunyai keterkaitan dengan budaya lokal
adalah sebagai berikut:
1. Kebudayaan kebangsaan (kebudayaan nasional) berlandaskan kepada puncak-puncak
kebudayaan daerah,
2. Kebudayaan kebangsaan ialah gabungan kebudayaan daerah dan unsur-unsur kebudayaan
asing,
3. Kebudayaan kebangsaan menurut rekayasa pendukung kebudayaan dominan melalui
kekuasaan politik dan ekonomi: dan
4. Kebudayaan kebangsaan dibentuk dari unsur-unsur kebudayaan asing yang modern
dalam mengisi kekosongan dan ketidaksepakatan dari berbagai kebudayaan daerah
(Judistira, 2008:41)
Thomas Friedman, mendefinisikan glokalisasi sebagai kemampuan sebuah budaya (lokal)

ketika bertemu dengan budaya kuat lainnya (global), akan menyerap pengaruh-pengaruh tersebut
dan secara alami masuk dan memperkaya budaya (lokal) tersebut, menolak hal-hal yang bersifat
sangat asing. Menyaring budaya tersebut, dan dinikmati dalam perayaan perbedaan.
In the short, the word “glocalization” is meant to point to a strategy involving a
substantial reform of the different aspects of globalization, with the goal being both to

reestablish a link between the benefits of the global dimension- in terms technology, information,
and economics – and local realities. While, at the same time, establishing of planet’s resource
and on authentic social and cultural rebirth of disadvantages population
CERFE, 2003
Budaya lokal yang dimediasi oleh perusahaan lokal mutinasional, industry hiburan dan
media, disesuaikan dengan kondisi lokal yang terkait dengan proses afirmasi identitas
masyarakat lokal tersebut sesuai dengan tempat, kondisi pemukiman, dan etnisitas agar dapat
bertahan dari serangan global darti kapitalisme, media dan industry.
Dalam glokalisasi budaya, terdapat beberapa ategori yang mempresentasi proyeksi
glokalisasi dalam fenomena sosial, identitas budaya dan makna. Ada empat factor untuk
menganalisa kategori tersebut; penerimaan budaya, jarak sosial, ritual sosial, dan kebiasaan
kolektif dan pola-pola asosiasi. Antara lain ada empat kategori dari proyeksi glokalisasi :
1. Relativitas; pelaku sosial berusaha untuk melestarikan budaya mereka sebelum institusi,
praktik dan makna dalam lingkungan baru, sehingga mencerminkan komitmen untuk diferensiasi

dari budaya lokal.
2. Akomodasi: pelaku sosial pragmatis menyerap praktek-praktek, lembaga-lembaga dan makna
yang terkait dengan masyarakat lain, untuk mempertahankanunsur-unsur kunci dari budaya lokal
sebelumnya.
Hibridasi: actor sosial mendsintesis fenomena budaya lokal dan lainnya untuk menghasilkan
praktik budaya yang berbeda dan hybrid, institusi dan makna.
Transformasi : aktor sosial yang datang untuk mendukung praktek, lembaga atau maskna yang
terkait dalam budaya. Transformasi bisa mendapatkan bentuk-bentuk budaya segar atau lebih
kstem meninggalkan budaya lokal dalam mendukung alternative yang atau mendukung budayabudaya hegemoninya

Sejarah Hip-Hop

Hip-Hop adalah kebudayaan yang hadir pada tahun 1970'an yang di perluas dan di kembangkan oleh

masyarakat Amerika, Amerika Latin dan Afro. Jadi Hip-hop ini adalah satu ke satuan dari berbagai
elemen-elemen yang di antaranya adalah DJ (Disk Jokey), MC (Rapp,Rapping), Breakdance (B-boy dan
B-girl) dan Graffiti, dan semakin jauh ada pula hadir elemen lainya seperti Beatbox, Streetball dan
fashion, mungkin di era tahun 2012 ini juga sudah banyak seperti adanya Hip-Hop dance dan Suffle
dance.
Asal mula Hip-Hop itu sendiri hadir pertama kali dari The Bronx di kota New York dan Hip-Hop di

perkenalkan oleh orang Afro-Amerika, Grandmaster Flash dan The Furious Five. Sampai sekarang HipHop itu telah berkembang luas keseluruh negara-negara di dunia termasuk di negara Indonesia, jadi
sekarang ini intinya adalah Hop-Hop itu bukan budaya di negara Amerika saja tetapi sudah menjad i
budaya di seluruh negara-negara yang ada di dunia. Jadi yang harus kalian ketahui juga sebelum tahun
1970'an yaitu tahun 1520 kawasan Sedwick Avenue di New York banyak yang mengklaim bahwa
kawasan ini adalah tempat lahirnya komunitas Hip-Hop, di kawasan itu pula ada seorang yang bernama
Clive Campbell, siapakah Clive Campbell itu? Clive Campbell adalah seorang yang menjadikan tempat
tinggal atau rumahnya di jadikan tempat berkumpulnya pemuda-pemuda yang menjalani komunitas HipHop. Disana pula terdapat DJ Kool Herc yang memperkenalkan turntable pada tahun 1973. DJ Kool
Herc selalu membawakan lagu-lagu dari James Brown, Jimmy castor, dan Bebe Rooth.
Kata Hip-Hop itu sendiri berasal dari kosakata Afro-Amerika, Hip itu adalah "memberi tahu" atau
"sekarang" dengan akhiranya Hep, dan ada juga pendapat lain yang memberi tahu bahwa kata Hip-Hop
itu sendiri Bebop. Lain hal menurut Keith "Cowboy" Wiggins dari anggota Grandmaster Flash dan The
Furious Five, istilah "Hip-Hop" itu sendiri adalah kata atau kalimat waktu becanda kepada temannya
yang baru bergabung di Angkatan Bersenjata, dan bercerita bahwa suara kaki-kaki tentara itu tersebut
bergerak seirama dengan kata Hip-Hop, jadi setiap kali pementasan, seorang Rapper "Cowboy"
menjadikan kata Hip-Hop tersebut sebagai gerak dan kata-kata dalam pementasan Rapping di atas
pertunjukannya.
SEJARAH HIP HOP DI INDONESIA (versi indonesia)
Hip Hop adalah sebuah gerakan kebudayaan yang mulai tumbuh sekitar tahun 1970’an yang
dikembangkan oleh masyarakat Afro-Amerika dan Latin-Amerika. Hip Hop merupakan perpaduan yang
sangat dinamis antara elemen-elemen yang terdiri dari MCing (lebih dikenal rapping), DJing,

Breakdance, dan Graffiti. Belakangan ini elemen Hip Hop juga diwarnai oleh beatboxing, fashion, bahasa
slang, dan gaya hidup lainnya.
Awalnya pertumbuhan Hip Hop dimulai dari The Bronx di kota New York dan terus berkembang
dengan pesat hingga keseluruh dunia. Hip hop pertama kali diperkenalkan oleh seorang Afro-Amerika,

Grandmaster Flash dan The Furious Five. Awalnya musik Hip Hop hanya diisi dengan musik dari Disk
Jockey dengan membuat fariasi dari putaran disk hingga menghasilkan bunyi-bunyi yang unik. “Rapping”
kemudian hadir untuk mengisi vokal dari bunyi-bunyi tersebut. Sedangkan untuk koreografinya, musik
tersebut kemudian diisi dengan tarian patah-patah yang dikenal dengan breakdance. Pada
perkembangannya Hip Hop juga dianggap sebagai bagian dari seni dan untuk mengekspresikan seni
visual muncullah Graffiti sebagai bagaian dari budaya Hip Hop.
Ada pendapat yang mengatakan Hip Hop sebenarnya berasal dari kosakata Afro-Amerika, yakni
hip yang secara harfiah dapat diartikan sebagai “memberitahu” atau “sekarang” dan akhiran hep. Ada juga
pendapat lain yang mengatakan “hip hop” merupakan sebutan lain dari Bebop. Namun menurut Keith
“Cowboy” Wiggins, salah satu anggota Grandmaster Flash and the Furious Five, istilah “hip hop”
terinspirasi saat ia bercanda dengan temannya yang baru bergabung dengan Angkatan Bersenjata. Bunyi
“hip hop” sendiri merupakan tiruan bunyian hentakan kaki tentara. SEJARAH HIP HOP INDONESIA
kini perkembangan music di indonesia begitu pesat. Tapi music hiphop juga masih tetap terdengar
walaupun industri musik indonesia kini begitu bersaing. bermula dari IWA K yang terinspirasi dari
Almarhum Farid Hardja & Benyamin.S dengan lagunya yang berrima dan di baca sedikit cepat lalu IWA

K memperkenalkan hiphop di indonesia yang kemudian disusul oleh DENADA namun kini DENADA
sudah beralih ke dangdut, walaupun demikian perjalanan hiphop di indonesia masih belum berhenti.
Munculah SINDICAT yang lagunya menjadi soundtrack serial sun go kong di televisi. Belanjut ke tahun
berikutnya lahirlah NEO yang terkenal dengan singgelnya BORJU. Kemudian group-group music hiphop
mulai semakin berkembang mulai dari SAYKOJI yang dulu bukan apa-apa namun kini karyanya menjadi
top di tahun 2009-2010, dan masih banyak lagi raper2 yang mewarnai tanah air dari tahun ke tahun.
Musik hip hop mulai diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1990-an, dan artis Indonesia
pertama yang merilis full-lenght hiphop album adalah iwa.k, yang telah merilis lima album hingga saat
ini ( kuingin kembali, topeng, kramotak,mesin imajinasi, Vinividivunky ). sebelum merilis album solo
diapun sempat berkolaborasi denganMeliyana manuhutu dalam album beatify yang dirilis di jepang.
selain Iwa.k rapper yang bisa dibilang eksis pada era itu adalah Boys got no brain dan NEO.
rapper-rapper indonesia mencoba mengkombinasikan bahasa slank, serta simbol-simbol anak
muda, serta bahasa pergaulan pada saat itu dan juga mengangkat bahasa regional atau daerah setempat
( sunda, jawa, betawi).
satu kunci yang mendasari perbedaan antara indonesian hiphopdengan american hiphop adalah
dari segi bahasa, kebanyakan rapper indonesia menggunakan kata-kata yang sopan dan tidak terlalu

vulgar, dan jarang sekali mengangkat tema-tema tentang kekerasan dan sex bebas. jika american rapper
pada waktu itu lebih banyak mengangkat tema tentang ketidakpuasaan rasial (african-american), rapper
indonesia lebih banyak mengangkat tentang ketidakpuasan pemerintahan pada masa itu (orde baru).

tema yang biasa diangkat untuklagu-lagu di Hiphop indonesia ditujukan untuk kaum muda yang
cenderung mengarah ke arah Boredom (Blake “Bosan), dan tema-tema kesenjangan sosial seperti ( Sound
da clan “anak gedongan”, Black skin “cewek matre) dan tentang degradasi moral dalam pemerintahan
(NEO “KKN”.).
Pada perkembangannya hiphop mulai menunjukkan taringnya di Indonesia di pertengahan tahun
90an. Pesta rap 1, 2 dan Pesta rap 3
IWA K sebagai pelopor hiphop di Indonesia dalam bidang music
Iwa Kusuma (lahir di Bandung, Jawa Barat, 25 Oktober 1970; umur 39 tahun) atau lebih dikenal
dengan nama panggungnya Iwa-K adalah seorang artis rap (rapper) dan juga seorang pelopor musik rap
Indonesia.
Di Indonesia, nama Iwa sudah sangat menyatu dengan musik rap. Pada era 80-an, saat anak
muda dilanda musik rock, Iwa sudah mulai bergelut dengan musik rap, sebuah genre musik yang lebih
menekankan pada teknik berceloteh, dibanding instrumen musik. Kecintaannya pada musik asal Amerika
Serikat ini bermula dari kesenangannya bermain breakdance. Iwa sangat terpikat oleh gaya bertuturnya
yang begitu “groovy”, dinamis dan jujur sebagai medianya untuk berkreasi. Iwa membentuk grup rap
untuk pertama kalinya saat ia duduk di bangku kelas 1 SMA bersama teman-temannya, Sampai pada
tahun 1989 akhirnya ia bersua dengan personil Guest Band, antara lain Macan Riupasa, Tori Sudarsono,
Yudis Dwi Korana, Satya “N’ti” M, dan Gustav. Di sinilah ia memperoleh kesempatan untuk unjuk gigi di
studio rekaman dan mulai ngerap bersama Guest Band. Dia juga berkolaborasi dengan dengan Melly
Manuhutu dalam album Beatify (1991) yang dirilis di Jepang, hingga solo albumnya yang terkini Iwa

masih mempercayakan Guest Music Production dalam memproduksi musiknya. Iwa pernah mengambil
kuliah di FISIP jurusan Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan, Bandung. Tahun 1993 Iwa
K mengukuhkan dirinya sebagai rapper lewat debut albumnya Kuingin Kembali. Setahun kemudian,
penghargaan berupa BASF Award sudah di tangannya lewat album kedua yang bertajuk Topeng (1994).
Album ketiga Kramotak! (1996) dan keempat Mesin Imajinasi (1998) meraih sukses yang sama.
Seperti halnya budaya hip hop dari Amerika yang kini telah mewabah di Indonesia. Dari dandanan serta
musiknya yang sangat up to date dan tak malu-maluin membuat semua para anak muda mencoba untuk
menirunya

SEJARAH HIP HOP LUAR
1520 Sedwick Avenue adalah sebuah kawasan di New York yang diklaim sebagai tempat awal
lahirnya komunitas HipHop. “Disinilah kami berasal”, cetus Clive Campbell, salah seorang yang
merelakan lantai satu di rumahnya dijadikan sebuah markas untuk berkumpul. “Kebudayaan Hip Hop
berawal dan lahir disini, yang nantinya akan tersebar di seluruh dunia, di sinilah kami barasal karena
memang kami tidak memiliki tempat lain untuk bertemu, bukan di tempat lain” sahutnya. Selain nama
tersebut, terdapat pula nama DJ Kool Herc yang memperkenalkan turntable pada saat itu di sebuah party
pada tahun 1973. Pada awal penampilannya, DJ Kool Herc membawakan lagu-lagu dari James Brown,
Jimmy Castor, dan Babe Rooth. Kool Herc pula lah yang akhirnya menciptakan scratch dan bunyibunyian aneh yang menimbulkan sebuah sensasi yang luar biasa pada saat itu.
HipHop terasa kurang lengkap tanpa MC. Celah inilah yang dilihat oleh Melle Mel, MC pertama
pada dunia Hip Hop. Pada awalnya Melle Mel merasa bingung apa yang akan diucapkannya pada

penampilan pertamanya tersebut, namun karena dirinya telah dipenuhi kebosanan dengan peraturanperaturan dari pemerintah yang mengekang, akhirnya Melle Mel mengeluarkan rasa bencinya pada
pemerintah dan pandangannya tentang kehidupan lewat lirik-liriknya. Mulai saat itu lah musik HipHop
lebih banyak menceritakan tentang kehidupan disekitar masyarakat kulit hitam dan teriakan-teriakan serta
protes suara hati mereka kepada pemerintahan yang berlaku tidak adil. Lirik-lirik musik Hip Hop
cenderung keras dan tegas. Itulah Hip Hop.
Hip Hop sebagai kebudayaan diperjelas lagi pada tahun 1983 oleh Black Spades yang merupakan
anggota dari Afrika Bambaataa dan The Soulsonic Force lewat track yang berjudul “Planet Rock”. Lagu
ini merupakan sebuah musik Hip Hop yang menarik karena memiliki perpaduan antara rap yang
sederhana dan irama musik disko yang diciptakan melalui drum electronic dan synthesizer. Pada tahun
1985 berulah dengan teknologi stereo, Run DMC, LL Cool J, The Fat Boys, Herbie Hancock, Soulsonic
Force, Jazzy Jaz, dan Stetsasonic yang mengeluarkan album-album andalannya sehingga menjadi legenda
musik Hip Hop hingga saat ini.
Hip Hop juga memiliki masa kejayaannya masing-masing. Setiap masa menghasilkan beberapa
artis dan hits yang cukup meledak, dan memiliki pengikut yang tidak sedikit.
Rap

Musik rap diperkenalkan pada tahun 1981, music rap berkembang pesat di dunia media.
Musik rap selalu menjadi kontroversi (Dixon & Brooks, 2002). Musik rap dituduh sebagai alat
untuk merepresentasikan pesan-pesan kontroversi sepertiseks dan materialisme (Johnson,

Jackson, &Gatto, 1995; Smith, 2005). Musik rap berbeda dengan hip-hop tetapi merupakan
bagian dari budaya Hip-Hop (George, 1994; Smitherman, 1997). Hip-Hop mengacu pada respon
budaya terhadap Afro American yang bekerja dan berpendatan rendah terutamastigmarisasi
sosial yang terjadi (Tate, 1999). Musik rap berasal dari tradisi Afrika yang berbicara dengan
ritme dan tambahan beat pad umumnya sebagai altar belakang suara (1994; Zillman et al, 1995).
Music rap adalah genre yang terlahir dari para kaum proletar (budak). Music rap sendiri
berkembang di jalan-jalan tengah kota di permukiman kumu Afro America (Foreman,
2004;Watkins: 2004). Seiring berjalannya waktu music rap semakin popular. Kaum kulit hitam
telah membentuk perlawanan karena ketidakadilan yang mereka hadapi, dan menyebutnya,
“urban neglect” (Martinez, 1997), yang menimbulkan resistansi dalam lagu-lagu mereka
mempotret

kekerasan

karena

kondisi

itulah

yang

terjadi

di

komunitas

mereka

(Anderson1994:82). Ada beberapa cirri dari music rap dari segi vocal yaitu flow, vocal emphasis,
vocal quality and resonance, register and range, recording texture, space, and arrangement.
Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal yang berkata-kata
dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper. Biasanya, rap diiringi oleh DJ maupun sebuah band.
Biasanya, rapper seperti penyanyi biasa, yaitu bernyanyi solo. Contohnya adalah Xzibit dan JayZ. Ada pula rapper yang menjadi anggota band, misalnya Mike Shinoda dari Linkin Park. Umumnya,
rapper berkulit hitam karena banyak rapper berasal dari daerah pinggiran. Di antara sedikit rapper yang
berkulit putih adalah Eminem dan Sean Paul. Rapper sering disebut pula dengan MC (Master of
Ceremony).
Di Indonesia sendiri, musik rap telah berkembang dan menjadi salah satu genre yang diminati
banyak anak muda. Musisi rap atau hip-hop lokal di dalamnya termasuk, Iwa K, Neo, Soul ID, Yacko,
SAYKOJI, Rotra, X-Calibour, Daviuz, DyNamiD, Dmust Akira, Lazy P, Flatboy, 8 ball, Jaypey dan
masih banyak lagi.
.

Jogya Hip-Hop Foundation

Musik rap juga masuk diberbagai budaya lokal daerah Indonesia. Salah satu budaya lokal yang
bertemu dengan music rap yang mengandung budaya hip-hop adalah budaya jawa. Pertemuan tersebut
sangat intensif di beberapa daerah, terutama di Yogyakarta dimana budaya urban lokal hidup
berdampingan. Muski rap pada mulanya dipakai dalam lagu musisi jogja pada akhir tahun 2000-an, yaitu
king cobra dengan lagunya Ngayoyakarta. Seiring waktu perkembangan rap di Indonesia semakin unik.
Bahkan mereka berani meng-crossover dengan berbagai genre musik. Dari lirik pun tak hanya memakai
bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan daerah pun juga diterapkan dalam repetan rima para rapper. Dan
siapa sangka jika kultur hip hop ini bisa berakulturasi dengan musik dan daerah di Indonesia. Di tangan
pemuda yang tergabung dalam sebuah grup Jogja Hip Hop Foundation, musik perlawanan kaum
minoritas di Amerika ini menjadi unik. Mereka mencoba memadukan musik hip hop dengan musik dan
bahasa daerah mereka, Jogja. Besetan turntable serta irama rancak musik elektronik berpadu dinamis
dengan musik tradisional khas Jogja. Lirik-lirik bahasa Jawa walau dinilai segmented ternyata mendapat
sambutan positif dari kalangan rapper. Bahkan saat mereka tampil di New York banyak yang memberikan
applause dan salut dengan musik mereka.
Diawali dengan berbagai acara kecil seperti It’s Hip Hop Reunion dan Angkringan Hip Hop,
kemudian pada tahun 2006-2009 memulai proyek Poetry Battle; eksplorasi karya puisi Indonesia dari
puisi-puisi tradisional hingga kontemporer dengan media hip hop. Dari proyek itu menghasilkan dua buah
album kompilasi Poetry Battle 1 & 2, dan berhasil membentuk identitas dan sikap berkarya JHF.
Dengan segala keunikan yang dimilikinya; mencampurkan musik hip hop dengan tradisi Jawa,
JHF mulai diundang ke panggung-panggung internasional, diawali dengan pementasan di Esplanade
Singapore tahun 2009, tahun 2011 JHF diundang pentas DI Asia Society – New York. Pada tahun 2010,
Jogja Hip Hop Foundation meluncurkan film dokumenter Hiphopdiningrat; sebuah potret perjalanan hip
hop Jawa. Film itu kemudian mendapatkan respon positif dari berbagai media dan kemudian diundang ke
berbagai festival film internasional.
Sekarang fan base JHF semakin meluas dan tidak hanya terbatas di Yogyakarta, ribuan anak
muda selalu menghadiri konser-konser terbuka JHF dan meniru gaya khas mereka; hip-hop fashion yang
dipadu dengan kemeja batik. Keterbatasan bahasa tidak menjadi hambatan buat JHF dengan pembuktian
penampilan-penampilan internasional mereka. JHF adalah group hip-hop dari Indonesia yang pertama
kali melakukan konser eksklusif di kota kelahiran hip-hop, New York (2011), dan kembali akan tour di 10
kota di Amerika dan berbagai negara lainnya tahun 2012. Juga berbagai proyek kolaborasi dengan artisartis internasional. JHF juga adalah salah satu icon / brand ambassador untuk Intel Inside (processor)
internasional (2011 – 2012).

Lirik yang kritis, syair dengan bahasa jawa yang dilafalkan secara cepat kemudian dicampur
dengan beat-beat hip-hop dan kemeja batik yang selalu menempel di badannya adalah satu ciri khas dari
Mohammad Marzuki atau yang lebih kerap menyamar dengan nama Kill The DJ.Dia adalah sosok
founder dari Jogja Hip Hop Foundation (JHF) yang telah menebar mantra hip-hop jawa sejak tahun 2003.
Bagi dia, pemaknaan lahirnya hip-hop Jawa bukan semata-mata tendensi kontemporer saja, tapi lebih apaadanya, natural, alamiah, dan kejujuran pada ekspresi.
JHF sendiri beranggotakan Ki Jarot (Kill The DJ, Jahanam, Rotra), tiga paduan yang mumpuni
dalam pergerakan dunia hip-hop. Kill The DJ sendiri adalah pendiri Performance Fucktory, Parkinsound,
Republik Art, United of Nothing, dan Jogja Hip Hop Foundation. Dia juga berhasil menciptakan Poetry
Battle yang menghasilkan trilogi hip-hop yang semua liriknya dihasilkan dari bacaannya terhadap teks
asli Serat Centhini. Jahanam yang merilis album perdananya di tahun 2003 dengan tajuk Jahanam Su!
telah berhasil menyedot lebih dari 20.000 copy di awal kemunculannya. Sedangkan Rotra, adalah
legenda dari G-Tribe yang merupakan kru hip-hop berbahasa Jawa pertama di Yogyakarta dan bahkan
Indonesia. Ki Ageng Gantas atau yang akrab dipanggil Anto, adalah pionir hip hop berbahasa Jawa.
Formulasi Rotra juga diperkuat oleh Lukman Hakim atau yang lebih terkenal dengan sebutan Rajapati.
Semua perjalanan ini telah terpotret dalam satu film dokumenter, Hiphopdiningrat yang telah diluncurkan
tahun di 2010 silam.
Bahasa menjadi hal terpenting dalam hip-hop, karena musik hip-hop penuh dengan kata-kata.
Mereka merasa lebih bebas bila nge-rap dalam bahasa Jawa, bahkan sering kali bahasa Indonesia kurang
nyaman di-hip-hop-kan. Ada bunyi-bunyi dalam bahasa Jawa yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Hal
yang juga tak kalah penting bagi mereka dalam bermusik hip hop adalah di mana mereka ketika
manggung mereka menikmati apa yang mereka kerjakan, for the music for the stage dan mereka
menikmati layaknya jatilan trance. Memberikan energi jujur mendidikasikan tubuhmu terhadap kejujuran
panggung, kejujuran ekspresi. Mereka anggap penonton dapat menangkap energinya.
Terkadang orang awam menganggap kalau HIP-HOP itu menampilkan pakaian besar (longgar) seperti
baju besar dan celana besar, sampai sepatu pun besar, tapi apa salah orang awam tersebut mengakatan
seperti itu . Tentunya tidak salah, tapi HIP-HOP itu adalah sebuah gerakan budaya.

PEMBAHASAN

Jogja Hip-hop foundation merupakan hasil akulturasi budaya hip-hop diusung dengan budaya
jawa. Budaya hip-hop dibawa arus globalisasi dalam ini Indonesia dengan kemasan Jay z, Lil wayne, dan
masih banyak lagi. Globalisasi music rap ditandai dengan banyak rapper yang hadir, memproduksi lagulagu baru disetiap waktunya dan memultiplikasi lagu mereka dalam bentuk CD dan Kaset. Major label
dimana mereka melakukakn remkaman bekerja sama dengan perusahaan rekaman nasional atau jaringan
mereka di Indonesia seperti sony Indonesia, BMG, Aquasrius untuk mendistribusikan karya mereka ke
khalayak sebagai bentuk expansion dan stretchin. Media massa melakukan perannya sebgai pemberi
informasi, memberitakan kabar seputar selebriti hip-hop rap tersebut dalam konten mereka masingmasing. Yang pada umumnya di televisi, majalah remaja dan music. Hal ini dilakukan untuk membentu
hubungan parasosial antara masyarakat Indonesia dengan mereka para rapper

terkenal, sehingga

intensifikasi dan akselerasi penyebaran informasiu dari interaksi, terlebih dengan hadirnya media baru.
Masyarakat yang sudah tersentuh dengan budaya Hip-Hop hasil terpaan arus globalisasi tersebut,
kemudian merasa tertarik untuk mencoba, mendalami, mengimitasi, dan bereksperimen dengan budaya
Hip-Hop, budaya Hip-Hop urban tanah air. Para rapper luar yang sukses di Indonesia adalah para rapper
yang membawa aliran gangsta rap, yang menyajikan budaya Hip-Hop yang mysoginst, hipermaterialisme,
glamorisme seks dan kekerasan (Program MTV Indonesia). Budaya hHip-Hop yang masuk di Indonesia
ini menciptakan budaya urban yang banyak ditemui di kota besar seperti breakdance, mural, graffiti,
clubbing, dan rapper. Pada tahun 2003, di sebuah kota yang jauh dari ajkarta, dimana budaya lokal jawa
masih kenta, Jogja Hip-Hop Foundation hadir sebagai sekumpulan musisi yang mengusung genre music
rap Hip-Hop dalam karya mereka. Globalisasi menunjukan perannya pada fenomena ini bahwa sesuai
dengan pendapat Athoni Giddeng mengenai globalisasi, budaya Hip-Hop yang lahir di budaya lokal AfroAmerican di kawasan Bronx, New York diakomodasi oleh globalisasi sehingga mempengarhi
perkembangan budaya Hip-Hop rap JHF dalam budaya lokal di Yogvyakarta yang letak antara kedua
kebudayaan sangatlah jauh.
JHF sebagai musisi pengusung budaya hiphop mempunyai karakter yang sangat kuat dan dapat
membedakan mereka dengan budaya hip-hop yang maunstreeam. Genre music rap mempunyai cirri
spesifik yang membedakan dengan genre music lain. Ciri music rap tentulah dipegang oleh JHF sebagai
bentuk legitimasi genre yang mereka ususng. Sebagai contoh pada lirik lagu Seprene kudu wes wayahe
bayar SPP. Murid liane wes podo bayar gari dewek'e. Bali neng ngumah matur bapak ibune. Njaluk duwet
go bayar SPP ceritane. Flow terlihat pada tiap penggalan frasenya yang terdiri dari 14-13 suku kata dan
mmempunyai rima “e”, pemakaian kata dendakan bukan selingkuh, temon bukan wedok dan cucul bukan
utunan, selain sebagai pemenuhuna konsep flow juga bentuk dialek dan aksen dipakai layaknya slang
yang biasa dipakai pada lagu-lagu rap. Pemakaian bahasa jawa walikan yang berdasarkan penulisan
walikan, yang bermakna nakal. Budaya hip-hop yang pada kelahirannya digunakan untuk merukan

perlawanan atas ketidakadilan yang terjadi, kembali dihidupkan semangatnya oleh JHF melalui lagu-lagu
mereka: Seperti lagu Cecak Nguntal Boyo, sebagai bentuk perlawanan korupsi, kemudian laguj yogya
istimewa, saat isu keistimewaan Yogyakarta akan dicabut oleh pemerintah lagu ini ada sebagai ungkapan
penolakan. Karakter JHF sangatlah kuat dalam lagu-lagu mereka. Ini terlihat bahawa perbedaan mereka
sangatlah jauh dari budaya Hip-Hop mainstream. Mereka membawa budaya jawa dan menggabungkan itu
menjadi satu dengan budaya hip-hop sebenarnya. Membawa music rap ke tingkat lokal dengan memakai
bahasa jawa sebagai pengantar dai ide-ide mereka dan mengusung tema-tema kritik yang keras.
Glokalisasi yang dilakukan JHF ini sesuai dengan pernyataan Thomas Friedman, bahwa budaya lokal
mampu menyerap budaya global, untuk memperkaya merekas dan menolak serta menyaring budaya
tersebut dalam perayaan perbedaan, penggunaan bahasa jawa sebagai bahasa pengantar dan pemakaian
konsep-konsep kebijaksanaan lokal dalam lagu mereka dalam menghadapi budaya hip-hop barat yang
cenderung menghegemoni dan menghancurkan bduaya lokal, sejalan dengan pernyataan Appadurai
bahwa semakik kuat terpaan budaya global maka masyarakat lokal semakin cenderung untuk melakukan
indigenization ke dalam budaya lokal mereka, sebagai bentuk counter-hegemony dan perlawanan atas
kesadaran palsu bahwa budaya global tersebut dalam tingkatan tertentu buka buday lokal mereka yang
telah menjadi indentitas.
Glokalisasi JHF bertipe hibridasi. Hal ini dapat diamati berdasarkan cultural receptivity. JHF
sukses menghasilkan jenis music baru music rap, campuranantara beat elektronik yang menghentak dan
berulan-ulang dengan music gamelan, jathilan dan uyo-uyon dengan lirik jawa.
Kesimpulan
Bentuk pandangan kritis terhadap perkembangan globalisasi yang semakin memuncak bukan berarti
mengartikan bahwa budaya global mampu menghegemoni nilai dan norma serta menyingkirkan budaya
lokal yang ada di dalam masyarakat. Ketika budaya global dan budaya lokal dapat berjalan bersamaan
akan membuat keuntunggan bagi institusi yang semakin dinamis. Ketika ada proses timbale balik antara
budaya lokal dan budaya global, berarti juga akan adanya penambahan kekayaan dalam merekonstruksi
nila dan norma. Fenomena glokalisasi dalam pandangannya berdasarkan dialektika bahwa interaksi
budaya yang terwujud haruslah dikaji dari sudut pandang patrikularisme-universalisme. Sehingga
gambaran kenyataan dari fenomena tersebut dapat dipahami secara utuh.
JHF salah satu contoh glokalisasi music rap dalam budaya jawa. Menantang arus mainstream genre rap
dengan menggunakan usnsur lokal jawa yang sangat kental dan mengabungkan dengan budaya hip-hop.
Keknatalan dari budaya jawa ini mereka pakai dalam bentuk bahasa jawa Yogya, kebijaksanaan lokal
yang berlaku hingga gaya berpakaian batik. Beat dan flow musik rap mereka kombinasikan dengan

gamelan dan shalawatan disertai dialek bahasa walikan yang unik. JHF mampu menggunakan beat
techno, rhyme dan keseluruhan music rap serta dukungan fasilitas media dan teknologi untuk mengajak
kaum muda agar kembali memahami budaya lokal dan mengangkat budaya lokal yang semakin merosot.

Daftar Pustaka

Agger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritik. Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta; Kreasi Wacana
Appadural, A. (1996) Modernity At Large; Cultural Dimension of Globalization Minneapolus;
Unioversity of Minnesota Press
Baldwin. D.L (2004). Black Empires, white desires: The spatial politics of identity in the age of Hip-Hop.
In M. Foreman. & M.A. Neal (Eds). That’s the point: the Hip-Hop studies reader (pp.159-176). New York
& London : Routledge
Conrad, Kate : Dixon, travis & Shang, Yuanyuan. 2009. Journal of Broadcating & Electronic Media :
Controversial Rap Themes and Skin Tone Distortion: A content Analysis of Rap Music videos. 1;156
Dixon. T. & Brooks. T (2002). Rap music and rap audiences, 8(2), 106-116
Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda : Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung : Lemlit
Unpad.
Giulianotti, Richard & Robertson, Roland 2007. “SAGE Journals Online: Forms of Glocalization;
Glocalization and the Entertaiment: The psychology of its appeal (pp. 175-196). Mahwah, NJ; Lawrence
Erlaum Associates.
Hooks. B. (1992). Black looks : Race and representation. Boston : South end press.
Jameson, Frederik and Masao Miyoshi. 1998. The Culture of Globalization. Durham/London:Duke
University Press
Johnson, J, Jakson, A, & Gatto, L . (1995). Violent attitudes and deferred academicaspirations :
Deleterious effects of exposure to rap music. Basic and Applied Social Psychology, 16(172), 27-41.
Lull,J. (2000). Media, Communication, Culture: A Global Approach . 2 nd Edition. Columbia University
Press. New York.
Marti nez, Theresa A. 18-97. “Popular Culture as oppositional Culture: Rap as Resistance.” Sociological
perspective 40(2);265-286
Pieterse. J.N. (1995) ‘Globalization as Hybridization’, in M. Featherstone, S. Lash and R. Robertson (eds)
Global Modernities, pp. 44-68. London; Sage.
Robertson, Roland. 1992. Globalization. Social Theory and Global Culture. London : Sage Publication

Swngwdouw, Erik (2004). “Globalization or Blocalosation ? Networks, Territories and Recaling.”
Cambridge Review of International Affairs, 17 (1) : 25-48
Internet :

-

http://musik.kapanlagi.com/resensi/chill-out/hip-hop-indonesia-akulturasi-musik-moderndengan-kebudayaan-indonesia.html

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65