SPEKTROSKOPI FLAVONOID GOLONGAN AURON YANG DIISOLASI DARI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill)

SPEKTROSKOPI FLAVONOID GOLONGAN AURON YANG

  Persea americana Mill) DIISOLASI DARI BIJI ALPUKAT (

  1 Vera Astuti

1 Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang

  

Korespondensi: vera_2104@yahoo.com

Abstrak

Latar Belakang. Biji alpukat yang tergolong limbah dan tidak dimanfaatkan ternyata dapat berkhasiat

sebagai obat antara lain sebagai obat sakit gigi dan antidiabetes. Biji alpukat hampir tidak mengandung pati,

sedikit mengandung gula buah tetapi berlimpah serat selulosa. Faktor ini menjadikan alpukat dianjurkan

sebagai bagian dari menu untuk mengendalikan penyakit diabetes. Menurut hasil penelitian Zuhrotun (2007),

kandungan yang terdapat di dalam biji alpukat adalah senyawa flavonoida, terpenoid, kuinon, dan tanin.

Salah satu senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antidiabetes adalah flavonoid.

  

Tujuan. Mengisolasi dan mengidentifikasi flavonoid yang terkandung pada biji alpukat (Persea americana

Mill) yang diduga memiliki afek antidiabetes.

Metode. Penelitian deskriptif analitik dengan objek penelitian biji alpukat (Persea americana Mill) berbentuk

lonjong dan berwarna hijau. Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi dan fraksinasi. Identifikasi dilakukan

dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV-Vis.

  

Hasil. Senyawa flavonoid hasil isolasi dari biji alpukat adalah golongan Auron dengan dugaan substitusi 6

OH dengan oksigenasi pada 4’, 4’ dan/ 6’ OH,dan o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8) . Nilai titik leleh

fraksi N-heksan 150

  • –168 ºC.

  Kesimpulan. Terdapat senyawa flafonoid golongan Auron pada biji alpukat (Persea americana Mill). Kata Kunci : Biji alpukat, flavonoid, antidiabetes, auron, spektroskopi.

  

Abstract

Background. Avocado seeds are classified as waste and not used but it can be efficacious as a drug, among

others, as a toothache medicine and antidiabetic. Avocado seeds barely contain starch, contain little fruit

sugar but are abundant in cellulosic fibers. This factor makes avocados recommended as part of the menu to

control diabetic. According to research results Zuhrotun (2007), the content contained in the avocado seed is

a compound flavonoida, terpenoids, quinones, and tannins. One of the supposedly efficacious antidiabetic

compounds is flavonoids.

  

Objective. Was to isolate and identify flavonoids contained in avocado seeds (Persea americana Mill)

suspected of having antidiabetic affects.

Methods. A descriptive analytic research with avocado seed (Persea americana Mill) as an object of

research. Isolation is done by extraction and fractionation. Identification was done by Thin Layer

Chromatography (TLC) and UV-Vis Spectrophotometry.

  

Results. The results showed that the isolated flavonoid compound from avocado seeds is Auron group with a

6 OH substitution suspension with oxygenation at 4 ', 4' and / 6 'OH, and o-in OH on ring A (6.7 or 7.8). The value of the melting point of the N-hexane fraction is 150-168 ºC.

  Conclusion. There is an Auron flavonoid compound in avocado seed (Persea americana Mill). Keywords : Avocado seeds, flavonoids, antidiabetic, auron, spectroscopy.

  menggema sehingga banyak peneliti tertarik 1.

   Pendahuluan

  untuk meneliti khasanah tumbuhan negeri Indonesia merupakan negara dengan

  1

  ini. Sebagian besar obat tradisional yang kekayaan alam yang melimpah. Hampir telah dikembangkan melalui seleksi alamiah segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di dalam pemakaiannya ternyata belum cukup wilayah negeri ini. Sebagian besar sudah untuk memenuhi persyaratan ilmiah bagi dimanfaatkan untuk mengobati berbagai pengobatan modern. Agar pemakaian obat penyakit. Tumbuh-tumbuhan tersebut dalam tradisional dapat dipertanggungjawabkan, penggunaannya dikenal dengan obat perlu dilakukan berbagai penelitian baik tradisional. Popularitas dan perkembangan untuk mencari komponen zat aktif nya obat tradisional semakin meningkat seiring maupun untuk menilai efektifitas dan dengan slogan “kembali ke alam” yang kian keamanannya sehingga dosis dan khasiatnya dapat diukur.

2 Alpukat (Persea americana Mill)

  merupakan salah satu jenis buah yang banyak diminati oleh masyarakat karena daging buahnya yang empuk. Buah alpukat disamping memiliki rasa yang enak juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kebanyakan masyarakat mengonsumsi daging buah alpukat karena rasa dan nutrisinya yang luar biasa, namun biji alpukat dibuang begitu saja setelah diambil buahnya sehingga biji alpukat tergolong limbah yang tidak dimanfaatkan. Padahal alpukat disamping buahnya memiliki kandungan gizi yang tinggi, bijinya juga dapat digunakan untuk pembibitan dan berkhasiat sebagai obat.

  pati, sedikit mengandung gula buah tetapi berlimpah serat selulosa. Faktor ini menjadikan alpukat dianjurkan sebagai bagian dari menu untuk mengendalikan penyakit diabetes. Pemanfaatan biji alpukat untuk mengobati penyakit diabetes dapat dilakukan dengan cara tradisional, yaitu biji dipanggang diatas api lalu dipotong kecil- kecil, kemudian direbus dengan air bersih sampai airnya menjadi coklat. Kemudian larutan yang terbentuk disaring dan diminum setelah dingin.

  Hasil KLT yang totolannya menunjukkan adanya bercak yang terbentuk dikerok. Setelah dikerok, masing masing bercak dilarutkan dengan metanol sebanyak 12 ml lalu disaring. Larutan metanol kemudian diidentifikasi menggunakan Spektrofotometri UV Vis. Setelah itu dilakukan kembali isolasi pada fraksi yang positif flavonoid pada kondisi yang sama dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk identifikasi dengan pereaksi kimia pada bercak yang positif mengandumg flavonoid setelah diidentifikasi dengan spektrofotometri UV Vis. Kemudian dilakukan juga pengukuran nilai titik leleh pada ekstrak positif mengandung flavonoid yang telah diidentifikasi menggunakan spektrofotometri

  Masing-masing fraksi direaksikan dengan penambahan 5 ml metanol panas, selanjutnya disaring, filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu ditambahkan logam Mg, bila timbul warna merah tua menandakan adanya flavonoid. Fraksi yang menunjukkan hasil positif mengandung flavonoid diisolasi dengan KLT dengan eluen N -heksana : Etil Asetat (1:1).

  Selanjutnya ekstrak metanol diencerkan dengan aquadest secukupnya lalu difraksinasi dengan N-heksan 3 x 150 ml, dicuci dengan NaCl jenuh 3 x 100 ml dan dipekatkan dengan destilasi vakum (fraksi III). Fraksi air diekstraksi cair-cair dengan etil asetat 3 x 150 ml, dicuci dengan NaCl jenuh 3 x 100 ml lalu dipekatkan dengan destilasi vakum (fraksi II). Dan sisa fraksi air yang masih ada dipekatkan kembali dengan destilasi vakum (fraksi I).

  Ekstrak metanol yang didapat dipekatkan dengan destilasi vakum. Setelah didapatkan ekstrak kental dilakukan uji pendahuluan fitokimia.

  Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi. Biji alpukat (Persea americana Mill) yang telah dirajang dan dikeringanginkan sebanyak 1 kg dimasukkan kedalam botol maserasi berwarna coklat kemudian tambahkan metanol hasil destilasi hingga seluruh sampel terendam, lalu botol ditutup rapat. Simpan ditempat gelap yang terlindung dari cahaya matahari, diamkan selama lima hari sambil sesekali dikocok. Maserasi dilakukan selama sepuluh hari dengan penggantian pelarut sebanyak dua kali. Penggantian pelarut dilakukan setiap lima hari sekali setelah dilakukan penyaringan.

  Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang pada bulan Agustus - Desember 2015.

3 Biji alpukat hampir tidak mengandung

3 Senyawa antioksidan yang

  Jenis penelitian ini adalah Penelitian deskriptif analitik dengan objek penelitian biji alpukat (Persea americana Mill) berbentuk lonjong dan berwarna hijau. Pembuatan ekstrak dan fraksi biji alpukat dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes dilakukan di Laboratorium Fisika Jurusan

  penelitian untuk mengisolasi dan mengidentifikasi flavonoid biji alpukat (Persea americana Mill).

  americana Mill), maka peneliti melakukan

  Karena belum pernah dilakukannya penelitian mengenai isolasi dan identifikasi flavonoid pada biji alpukat (Persea

  biji alpukat mengandung senyawa flavonoida, terpenoid, kuinon, dan tanin. Jadi diduga salah satu senyawa yang berfungsi sebagai antidiabetes pada biji alpukat adalah flavonoid.

  5

  penelitian,

  dihasilkan dari tumbuhan, golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi mengurangi risiko penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes mellitus, penuaan dini dan lain-lain.

4 Menurut hasil

2. Metode

  Awal Merah Pekat

  dengan pereaksi kimia untuk flavonoid yaitu metanol panas, HCl pekat, dan logam Mg. Setelah itu, ekstrak kental difraksinasi lagi menjadi tiga fraksi. Ketiga fraksi ini juga dilakukan uji fitokimia. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • Fraksi Air Merah Lemah - Fraksi Etil Asetat Merah Lemah - Fraksi N-heksan Merah Pekat +

  Totolan Harga Rf Deteksi

  Flavonoid

  Tabel 2. Hasil Kromatogram Senyawa

  Ketiga fraksi berdasarkan dari kepolaran masing –masing senyawa kimia, dilakukan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Dari ketiga sampel yang ditotolkan yaitu fraksi air, fraksi etil asetat, dan fraksi n-heksan, hanya fraksi n-heksan yang menunjukkan adanya bercak tabel berikut ini :

  Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Sampel Warna Hasil Ekstrak Kental

  0,31 0,37 0,46 0,56

  Bercak Ke 1 Bercak Ke 2 Bercak Ke 3 Bercak Ke 4 Bercak Ke 5 0,21

  Tampak Tampak Tampak Tampak Tampak Pink

  Pink Pink Pink Pink

  Pemeriksaan titik leleh juga dilakukan dengan alat Malting Point Appratus. Sampel yang menunjukkan adanya noda yang terbentuk pada KLT dan telah di identifikasi dengan Spektrofotometri UV Vis dan pereaksi kimia dilakukan proses pengkristalan. Ekstrak kental fraksi dilarutkan dengan pelarutnya kemudian dipanaskan sampai mendidih. Ekstrak tersebut kemudian disaring panas

  Untuk melakukan pereaksian kimia maka dilakukan kembali isolasi pada fraksi N-Heksan pada kondisi yang sama dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Bercak yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur pada saat identifikasi spektrofotometri UV Vis kemudian dikerok dan di larutkan dengan metanol secukupnya. Setelah itu tambahkan HCl pekat beberapa tetes dan Logam Mg. Bila timbul warna merah tua menandakan adanya flavonoid.

  Identifikasi dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV-Vis. Pengukuran spektrum UV-Vis dilakukan pada panjang gelombang 230-500 nm. Hasil kerokan isolat flavonoid dilarutkan dengan 12 ml metanol (larutan persediaan), disaring kemudian diukur nilai spektrum maksimumnya. Nilai spektrum maksimum yang sama seperti nilai spektrum maksimum golongan flavonod pada literatur selanjutnya ditambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan untuk mengetahui kedudukan gugus hidroksi pada inti flavanoid. Pereaksi geser yang digunakan adalah Natrium Hidroksida, Natrium Asetat, Natrium Asetat dan Asam Borat.

  UV Vis, setelah terlebih dahulu ekstraknya dibentuk dengan proses kristalisasi.

  Sinar UV Warna Fraksi n-heksan :

  • – panas dan dibiarkan beberapa hari sampai pelarutnya menguap. Hasil dari penguapan yang terbentuk di letakkan di atas lempengan kaca. Selanjutnya geser menggunakan jarum besi sampai senyawa hasil isolasi tadi meleleh seluruhnya dan amati pada suhu berapa senyawa tersebut meleleh seluruhnya.

  americana Mill) didapatkan ekstrak kental.

  Dari penelitian isolasi isolat kasar ekstrak metanol biji alpukat (Persea

  Data diolah dan dianalisa secara deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan.

  Masing –masing bercak dari fraksi n– heksan yang diperoleh kemudian dikerok dan dilarutkan dengan metanol 12 ml lalu disaring, untuk selanjutnya di identifikasi menggunakan Spektrofotometri UV. Data panjang gelombang dan serapan yang diperoleh pada pelarut Metanol dan masing – masing bercak dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

3. Hasil

  Grafik 1. Data Serapan Absorban Bercak

  dari : (1) Bercak 1, (2) Bercak 2, (3) Bercak 3, (4) Bercak 4, dan (5) Bercak 5.

  Dari kelima bercak yang diamati, bercak yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur adalah fraksi n-heksan pada bercak kelima yaitu dengan nilai spektrum maksimum pada pita I

  (1) 405 nm dan nilai spektrum maksimum pada pita II 260 nm. Nilai absorban larutan hasil kerokan juga dibandingkan dengan nilai absorban pelarut metanol. Dari perbandingan nilai absorban kelima larutan hasil kerokan dengan pelarut Metanol didapatkan adanya perbedaan pada setiap nilai absorban bercak dengan nilai absorban pelarut metanol. Selanjutnya pada larutan metanol hasil kerokan bercak kelima ditambahkan pereaksi geser.

  Data panjang gelombang dan serapan yang diperoleh pada penambahan pereaksi geser :

  (3) (1)

  (4) (2)

  (5)

  Mill) yang didapat dari maserasi kemudian dilakukan uji identifikasi awal menggunakan pereaksi kimia untuk mendeteksi kandungan flavonoid yaitu metanol panas, HCl pekat, dan logam Mg. Ekstrak kental yang didapat, diambil secukupnya kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi. Selanjutnya metanol sebanyak 5 ml dipanaskan lalu dimasukkan pada tabung reaksi yang ada ekstak kental biji alpukat (Persea americana Mill) didalamnya. Setelah itu tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan logam Mg. Dari hasil reaksi tersebut timbul warna merah pekat yang menandakan adanya kandungan flavonoid pada ekstrak kental biji Alpukat (Persea

  Grafik 2. Data Serapan Absorban Larutan

  Hasil Kerokan : (1) + NaOH, (2) + NaOAc, (3) + NaOAc + H

3 BO

  3 .

  Tabel 3. Data Spektrum Spektrofotometri

  UV-Vis dari Isolat dengan Penambahan Pereaksi Geser Pereaksi Geser Panjang Gelombang Absorbsi (nm) Pergeseran Absorbsi (nm) Dugaan Substitusi Pita II Pita I Pita II Pita I MeOH

  MeOH + NaOH MeOH + NaOAc MeOH + NaOAc + H 3 BO 3 260 275 275 260 405 400 405 400 - +15 +15 . - - -5 . - -5 . - 6

  (3)

  dengan HCl akan menghasilkan ion magnesium dan gas hidrogen. Ion magnesium diduga akan berikatan dengan senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak metanol biji alpukat (Persea americana Mill) membentuk komplek berwarna merah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marliana et al., 2005 yang menyatakan bahwa apabila dalam identifikasi flavonoid dihasilkan warna merah sampai jingga, maka senyawa yang memberikan warna tersebut adalah flavon. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam ekstrak kental biji alpukat terkandung senyawa golongan flavonoid.

  americana Mill). Hasil reaksi serbuk Mg

  • –OH dengan oksigenasi pada 4’ 4’ dan/ atau 6’OH o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8) 4.
  • –masing fraksi tersebut adalah fraksi air (fraksi polar), fraksi etil asetat (fraksi semi polar), fraksi n-heksan (fraksi non polar). Setelah didapat tiga fraksi, masing
  • –masing fraksi dipekatkan dengan destilasi vakum. Ekstrak pekat dari masing
  • – masing fraksi juga dilakukan uji fitokimia. Dari uji fitokimia, fraksi air berwarna merah lemah yang menandakan bahwa tidak ada kandungan flavonoid didalamnya. Fraksi etil asetat juga berwarna merah lemah yang juga menandakan bahwa tidak ada kandungan flavonoid didalamnya. Sedangkan pada fraksi N –heksan warna yang dihasilkan adalah warna merah pekat yang menandakan bahwa ada kandungan flavonoid didalamnya.

  Sebagai cairan penyari digunakan metanol karena metanol bisa melarutkan hampir seluruh kandungan kimia bahan alam. Ekstrak kental biji alpukat (Persea americana

  Pada penelitian ini di gunakan biji alpukat (Persea americana Mill) yang telah dirajang halus dan dikeringanginkan sebanyak 1 kg, perajangan halus ini untuk memudahkan penetrasi cairan penyari kedalamnya. Kemudian sampel dimaserasi pada suhu kamar selama sepuluh hari, sambil sesekali di kocok. Penggantian pelarut dilakukan sebanyak dua kali setiap lima hari sekali, setelah dilakukan penyaringan. Hasil maserasi dipekatkan dengan destilasi vakum untuk memperoleh ekstrak kental. Penyarian ini dilakukan dengan cara maserasi yaitu cara ekstraksi yang paling sederhana, dimana pengerjaannya mudah dilakukan dan alat yang digunakan lebih mudah diperoleh. Selain itu, karena maserasi tidak dilakukan dengan pemanasan sehingga kemungkinan terurainya kandungan zat berkhasiat dalam biji Alpukat (Persea americana Mill) yang rusak oleh pemanasan dapat terhindar.

  Selanjutnya, ekstrak kental biji alpukat (Persea americana Mill) difraksinasi untuk memisahkan kandungan kimianya dengan dua pelarut yang saling tidak bercampur yang dibagi menjadi tiga fraksi berdasarkan sifat kepolaran senyawa kimia yang akan di isolasi. Masing

  Untuk memastikan lagi hasil pereaksian kimia dilakukan isolasi isolat kasar flavonoid dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan satu arah. Peneliti lebih memilih metode Kromatografi Lapis

   Pembahasan

  ditambah dengan Pereaksi geser Setelah dilakukan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Vis dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan pereaksi kimia. Untuk melakukan pereaksian kimia maka dilakukan kembali isolasi pada fraksi N-heksan pada kondisi yang sama dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Bercak kelima yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur pada saat identifikasi spektrofotometri kemudian dikerok dan di larutkan dengan metanol secukupnya. Setelah itu tambahkan HCl pekat beberapa tetes dan logam Mg. Warna yang dihasilkan pada pereaksian kimia adalah kekuningan. Pereaksian kimia pada hasil kerokan tersebut tidak berwarna merah seperti pada pereaksian kimia uji identifikasi awal pada fraksi n-heksan mungkin disebabkan karena terlalu sedikitnya kandungan kimia flavonoid pada hasil kerokan sehingga tidak memberikan reaksi warna merah.

  10

  Penentuan titik leleh dilakukan pada ekstrak kental n-heksan, karena fraksi n- heksan menampakkan bercak pada saat isolasi menggunakan KLT dan pada saat identifikasi menggunakan Spektofotometri UV Vis salah satu bercak fraksi n-heksan mempunyai nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur. Untuk mendapatkan kristal untuk penentuan titik leleh dilakukan proses pengkristalan. Ekstrak kental fraksi n-heksan dilarutkan dengan pelarutnya kemudan dipanaskan sampai mendidih. Ekstrak tersebut kemudian disaring panas

  O O CH A C B

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  1

  Gambar 1. Rumus Bangun Auron Gambar 2. Rumus Bangun Auron Setelah

  1

  2

  1

  3

  1

  4

  1

  5

  1

  6

  1

  • –masing fraksi dengan harga Rf golongan flavonoid dari penelitian identifikasi flavonoid sebelumnya. Terhadap masing
  • –masing fraksi diperiksa adanya senyawa flavonoid dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (1 :1). Bercak yang yang timbul ma
  • –masing di ukur harga Rf nya kemudian dibandingkan dengan harga Rf golongan flavonoid dari penelitian identifikasi flavonoid sebelumnya. Fraksi yang menampakkan bercak adalah fraksi n-Heksan. Fraksi n-heksan memilki bercak sebanyak lima.

  terjadi pergeseran hipsokromik pada pita I sebesar -5 mengarah pada substitusi o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8), dengan struktur kimia sebagai berikut :

  2 1

  3

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  1 1

  3 1

  O O CH A C B

  4 1

  5 1

  6 1 OH OH OH OH

  Tipis (KLT) dalam mengisolasi senyawa kimia flavonoid pada biji alpukat (Persea

  americana Mill) karena metode ini

  mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan kromatografi lain yaitu menggunakan peralatan yang sederhana, harga murah, waktu yang digunakan relatif singkat, daya pemisahan cukup baik, dan hasil yang didapatkan juga lebih baik. Isolasi dibatasi hanya sampai isolat kasar flavonoid saja.

  Untuk menentukan adanya kandungan senyawa flavonoid dalam biji alpukat (Persea

  americana Mill) yang di isolasi dilihat dari

  perbandingan harga Rf dari masing

  Kelima bercak dari fraksi n-heksan yang diperoleh dikerok dan masing-masing dilarutkan dengan metanol 12 ml lalu disaring, kemudian hasilnya diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV Vis. Bercak yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur adalah bercak kelima dengan nilai spektrum maksimum pada pita I 405 nm dan nilai spektrum maksimum pada pita II 260 nm. Bercak kelima kemudian direaksikan menggunakan pereksi geser Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium asetat (NaOAc), dan Asam borat (H3BO3) untuk mengetahui kedudukan gugus hidroksi pada inti flavanoid. Setelah penambahan pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran hipsokromik pada pita I sebesar -5 nm mengarah pada substitusi 6 -

  OH dengan oksigenasi pada 4’. Pada saat penambahan pereaksi geser NaOAc terjadi pergeseran batokromik pada pita II sebesar +15 nm mengarah pada substitusi 4’/6’ OH. Dan pada saat penambahan pereaksi geser H

  1

3 BO

  • –panas dan dibiarkan beberapa hari
sampai pelarutnya menguap. Setelah pelarutnya menguap maka ekstrak yang telah kering dikerok. Hasil kerokan berupa padatan yang berwarna coklat. Padatan yang terbentuk di letakkan di atas lempengan kaca alat Malting Point Apparatus. Selanjutnya geser menggunakan jarum besi sampai senyawa hasil isolasi tadi meleleh seluruhnya. Padatan yang diperoleh meleleh pada suhu 150

  1. Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climate. Creative Resources System, Inc

  (6,7 atau 7,8) . Nilai titik leleh fraksi N-heksan 150 –168 ºC.

DAFTAR PUSTAKA

  • –168°C, sedangkan nilai titik leleh senyawa flavonoid pada penelitian identifikasi flavonoid oleh Nurhasanah adalah 169-178ºC. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan padatan isolat yang diperoleh belum murni, hal ini juga dapat dilihat dari nilai rentang titik leleh yang didapatkan agak jauh.

  2. Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Vis, bercak kelima fraksi N-heksan adalah senyawa flavonoid golongan Auron dengan dugaan substitusi 6 OH dengan oksigenasi pada 4’, 4’ dan/ 6’ OH,dan o-di OH pada cincin A

  1. Hasil isolasi pada biji alpukat (Persea americana Mill) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), fraksi yang mengandung senyawa flavonoid adalah fraksi N- heksan (fraksi non polar) pada bercak kelima dengan harga Rf 0,56 setelah diidentifikasi menggunakan Spektrofotometri UV Vis.

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

  2. Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Usila. Penebar Swadaya, Jakarta, Indonesia

  Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, golongan flavonoid pada biji Alpukat (Persea americana Mill) adalah Auron dengan dugaan substitusi 6 -OH dengan oksigenasi pada 4’, 4’ dan/ 6’ OH,dan o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8) dan mempunyai titik leleh 150 –168 °C.

  4. Prakash. 2001. Dalam : Puji Wijayanti (editor). Efek Antioksidan Bagian Larut Air dari Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium

5. Kesimpulan

  guajava l.) Pada Kelinci Jantan Galur New Zealand yang dibebani Glukosa.

  Bandung. http://fil.upi.edu/Direktori/ SPS/PRODI.PENDIDIKAN%20IPA/ TITIN%20SUPRIANTI/ Titin%20file%205%2C%20SNPK%20 UNS.pdf, di akses 23 Juli 2015)

  5. Zuhrotun,

  A. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat.

  (http://pustaka.unpad.ac.id/wp- content/uploads/2009/01/aktivitas_antid iabetes.pdf, di akses 10 Januari 2015)

  3. Susanti, L.Y. 2008. Efisiensi Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Melalui Ekstraksi Kontinyu Dengan Pelarut Air dan Isopropanol sebagai Obat Diabetes Melitus. (http://darsono- sigit.um.ac.id/wp- content/uploads/2009/11/laily-y- susanti.pdf, di akses 15 Januari 2015)

Dokumen yang terkait

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II LAMPUNG UTARA

0 0 12

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM WILAYAH DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA

0 0 9

B. TAUHID ADALAH PERKARA YANG PALING PENTING DAN UTAMA - Keutamaan Tauhid dan Bahaya Syirik

0 0 13

KARAKTERISTIK DARI SUMBER DAYA EKONOMI

0 1 7

STUDI EMPIRIS TERHADAP FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA BURSA EFEK JAKARTA

0 0 11

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Susmini, SKM,M.Kes, Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Faktor Faktor yang memp

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TYPHUS ABDOMINALIS PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2014 Bambang Soewito, SKM. M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK -

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMAN 2 KABUPATEN OKU TAHUN 2013 D. Eka Harsanto, S.Kp, M.Kes Poltekkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKO

0 1 7

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN SIRSAK DAN UJI BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS ATCC 31987

0 0 8

PROFIL KADAR HAEMOGLOBIN PASIEN LEUKIMIA ANAK YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RS dr.M HOESIN PALEMBANG Sarmalina Simamora

0 0 7