PENGETAHUAN dan TEKNIK KONSERVASI LUKISAN

PENGETAHUAN dan TEKNIK KONSERVASI LUKISAN

[Paintings Conservation Handbook]

Puji Yosep Subagiyo

Direktur PNG, Alumni TNRICP Jepang & MCI Amerika Serikat

Perb. 27X.

H Kotoran,

Debu, dll.

G VARNIS F Cat Lukisan

E Cat Dasaran D 2

1 GESSO

C Priming

B Kanvas

A Support

[kayu, dll.]

D1 = G. Grosso & D2 = G. Sottile

PRiM A S

TORiA

Primastoria Studio

Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia Web: primastoria.net Email: primastoria@outlook.com

September 2017 September 2017

Cat Sebelum

Stripping

Cat Setelah

Stripping [Overpaint]

Stripping [Asli]

Harijadi S. (1919 - 1997)

Kondisi lukisan dalam proses stripping. Stripping dilakukan setelah memahami struktur cat, karakter dan gaya melukis seniman, serta dibantu dengan penyinaran ultra-violet. Kondisi asli lukisan setelah proses stripping dan sebelum repainting. Harus ada kajian mendalam untuk proses stripping (memutuskan apakah ada kesalahan overpainting).

Penyusunan “Pengetahuan dan Teknik Konservasi Lukisan” ini bisa terwujud berkat dukungan yang luar biasa khususnya dari keluarga saya: Rini, Riko dan Daffa; Primastoria Members

and Internship Fellows: Andia, Marjono, Kasirun, Bambang Sby., Joko Marsono, Rismoyo, dan Imam Santoso; serta semua pihak yang telah menyediakan tempat, memberikan dukungan, sumbangan pemikirian, dan lain-lain; dari sejak Primastoria didirikan pada tahun 1994 sampai saat ini (2017). Teristimewa untuk : Zulkarnain Bahar, Mis’ari dan teman-teman di Museum Nasional, Museum Seni DKI Jakarta dan Istana Presiden R.I. Smoga kita selalu tetap kompak.

Peserta dan Instruktur Workshop Konservasi Lukisan 2002

PT Primastoria Network Group Taman Alamanda, Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia. Phone | Line | WA : 0812 8360 495 | Email.: primastoria@outlook.com

Kata Pengantar

Perawatan benda seni, sejarah atau bercorak budaya dapat dilakukan setelah kita mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Karena hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Kerusakan dapat juga terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara penanganannya. Dalam kasus semacam ini, tenaga perawat lukisan harus dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidentifikasi-klasifikasikan berbagai jenis bahan dan sifat-sifatnya (fisik & kimiawi).

Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan

konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Pengertian konservasi itu sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghambatan proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (pencegahan dari kemungkinan proses kerusakan).

Warisan budaya termasuk di dalamnya benda seni dan budaya di galeri atau museum yang integral dengan sumber daya pengelolanya merupakan aset yang pen�ng. Kekayaan tersebut telah menjadi

10 Penyebab Kerusakan sasaran pokok pengelolaan (

manajemen) dan objek utama yang melahirkan kegiatan

[ICCROM - CCI, 2016]

pen�ng. Kegiatan pen�ng itu adalah salah satunya pelestarian; baik melalui pendataan (studi koleksi, dll.) yang menghasilkan artefaktual dokumen sebagai objek peneli�an lanjutan, atau konservasi fisik aktuil yang mengupayakan kondisi fisik

01. Tekanan Fisik 02. Kriminal

benda koleksi tetap lestari. “Pengetahuan dan Teknik Konservasi Lukisan” ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis selama 30 tahun dalam bidang konservasi, akan menjelaskan

03. Api 04. Air 05. Hama

tentang tahapan pengenalan lukisan sebagai langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya seni atau benda budaya, mengetahui proses terjadinya kerusakan, dan cara menanganinya. Ter�b kelola dalam penyimpanan dan pameran

06. Polutan 07. Cahaya + UV

lukisan juga ditunjukkan melalui kertas kerja yang berkaitan dengan pendataan benda (Lembar Inventaris ), survai kondisi benda (Lembar Kondisi Lukisan) dan pengamatan

benda secara teknis (Lembar Pengamatan Lukisan ). Smoga dengan membaca tulisan ini akan mendapatkan pengetahuan ?

08. Kesalahan Suhu

dan gambaran tentang pekerjaan teknis konservasi lukisan secara utuh,

09. Kesalahan RH 10. Disosiasi

sistema�s dan terukur. Bekasi, September 2017

Puji Yosep Subagiyo

Catatan :

Disosiasi = pemutusan atau pemisahan sesuatu dari sesuatu yang lain, bisa dimaknai sebagai: (1). Mishandling; (2). Misinterpretasi Nilai (Historis, Ilmiah & Artistik); (3). Kompetensi SDM, Pensiun; dsb.

PENGETAHUAN dan TEKNIK KONSERVASI LUKISAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut.

Gambar 1. SISTEM PERUJUKAN

BARANG SENI-BUDAYA

ASLI (authentic)

1. Kemahiran membedakan 2. Sejarah dan Cerita Rakyat μ

karya seni (museum seni,

(museum etnografi, barang

pasar seni, dll.)

kultural, kerajinan, dll.)

asli, tunggal.

Bukan Budaya:

Bukan Seni:

reproduksi,

3. Temuan Baru (museum

baru, tidak umum.

komersial.

4. Seni-turis, komoditi,

teknologi, seni kriya,

souvenir, dll.

barang bukan seni, dll.)

TIDAK ASLI

Ref.: James Clifford (1988:224)

(non-authentic)

Susan M. Pearce (1994:263)

Rumus ABC-PQR

A ge = Umur; B eauty = Keindahan;

C ondi�on = Kondisi; P rovenance = (Riwayat) Asal; Q uality = Kualitas; R arity = Kelangkaan

Gambar 2. GAMBARAN ILMU

DAN TEKNOLOGI BAHAN

SIFAT-SIFAT (fisik & kimiawi)

STRUKTUR (mikro & makro)

PERFORMANS (tatalaku)

(atribut formal, atribut stilistik

(distribusi, kegunaan, tekno-

dan tipologi)

fungsi, sosio-fungsi, dsb.)

PROSES MANUFAKTURAL

Empiris

(seleksi bahan, sintesis bahan, prosesing bahan, desain,

manufaktur)

Ref.: Lawrence van Vlack (1985);

Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).

Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan.

μ Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan.

μ μ Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium 1 perekat

(untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

1 Yang dimaksud ‘medium’ disini adalah bahan perekat yang digunakan untuk menempelkan pigmen pada substrat, seperti: linseed oil. Medium = something intermediate, an intervening thing

through which a force acts or an effect is produced (Guralnik, 1982:882). Substrat (substrate atau substratum) adalah sesuatu yang berfungsi sebagai dasar (alas) pijakan. (Guralnik, 1982:1420).

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara fisik atau mekanik (seperti ber- gelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan varnis, korosi pigmen, dll.). Gambar 3 di bawah me- nunjukkan kerusakan fisik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat meng- hidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μ

W/Lumen ( 1,5 μW/cm 2 ) untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μ W/Lumen ( 0,375 μ W/cm 2 ) untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan

yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang. Pendapat ini sesuai fakta di lapangan, seperti pada Gambar 33 - 35 (Halaman 29 - 30).

cat terkelupas cat terkelupas

cat terangkat cat terangkat

Detail Sesudah Pembersihan,

Sebelum Pembersihan,

Detail Sesudah Penguatan Cat

Sebelum Penguatan Cat

Gambar 3. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro 2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor.

Dehumidifier dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

Gambar 4.

Ultra Violet Monitor (4 in 1)

(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

Gambar 5. Lux Meter

(Alat pengukur intensitas cahaya)

Gambar 6. Wet & Dry Bulb Psychrometer

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat- alat pengukur RH & T jenis lain.

Gambar 7. Dehumidifier

Alat pengontrol kelembaban ruangan yang bekerja secara otomatis

Gambar 8. BLUEAIR-Air-Purifier

alat pembersih udara 2 Iklim mikro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau

koleksi. Data iklim mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Lukisan (seperti pada hal 14). Kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang iklim makro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada diluar iklim mikro. Data iklim makro biasanya dicatat terpisah (lihat Data Iklim Makro, gambar 16 - hal. 15). Perhatikan hubungan kerusakan berbagai jenis lukisan dan iklim pada Gambar Grafik 33- 35 pada hal.

29 & 30, dan menunjukkan kenapa cat minyak diatas kanvas (oils on canvas) paling banyak meng- alami kerusakan (terutama yang mengandung Timbal, Mangan dan Kobal. Hal. 32). Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm

bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas buffering (M H ) dan rekondisi silicagel.

B. MENGENAL LUKISAN

Lukisan sebagai suatu karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan ini terbentuk dari beberapa bahan, seperti: kanvas (sebagai media pelukisan atau disebut sebagai 'substrat') dan cat (campuran antara pigmen dan binder atau zat-perekat), perhatikan gambar 9.

Menurut jenis substrat, macam medium (binder atau pelarut) yang digunakan untuk pigmen serta teknik penerapan zat-warna (pigmen atau bahan-celup), lukisan dapat dikelompokkan menjadi:

Encer

1). Lukisan Cat-minyak (Oil Painting) adalah lukisan Binder Pigmen yang catnya bermedium minyak, bersubstrat kain kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.

2). Lukisan Cat-air (Water-color Painting) adalah

lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat CAT = Pigmen + Binder

kertas, dan dilakukan dengan teknik kwas dll.

Pekat

Pada bagian warna lukisan – yang termasuk Binder Pigmen kelompok “aquarel” – ini bersifat tembus

pandang/ sinar. 3). Lukisan Akrilik (Acrylic Painting) adalah lukisan

yang catnya bermedium resin sintetis (pigmen

yang terdispersi pada emulsi akrilik), pada Warna monokhromatis

substrat umumnya kanvas, dan dilakukan

P3 P2

dengan teknik kwas, palet dsb. 4). Lukisan Guase (Gouache Painting) adalah lukisan

P1

yang catnya bermedium air, pada substrat kertas

dengan teknik bebas; bisa dengan teknik tuang, kwas, tiup, dll. Bagian warna pada lukisan ini tidak tembus pandang (opaque).

Warna polikhromatis

5). Lukisan Tempera (Tempera Painting) adalah Gambar 9.

lukisan yang catnya bermedium bebas (bisa Komposisi dan campuran cat

(pigmen & binder)

minyak, air, kuning telur, dsb.), bersupport panel atau kayu, yang berbahan penyerap atau ‘gesso’, dan bersubstrat kertas atau kain-kanvas dan dilakukan dengan teknik biasa atau kwas.

6). Lukisan Pastel (Pastel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu

dengan pigmen, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik langsung tekan. Lukisan dengan menggunakan pensil, crayon, dsb. termasuk dalam kategori lukisan ini.

7). Lukisan Dinding (Mural atau Fresco Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya

bermedium plester/ bebas, pada substrat dinding berplester dengan teknik bebas. Berdasarkan atas teknik yang digunakan tipe lukisan ini dibedakan menjadi dua yaitu lukisan fresco dan tempera. Lukisan fresco adalah lukisan dinding yang

dilakukan pada saat plester masih basah, sedangkan lukisan tempera dilakukan pada saat plester sudah kering.

8). Lukisan Jagrag (Panel atau Easel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat kayu dengan teknik bebas (tetapi biasanya dengan kwas). 9). Lukisan Kaca (Glass Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (ancur, gum arab, dsb.), pada substrat kaca dengan teknik bebas (biasanya dengan kwas). 10). Lukisan Enkaustik ( Encaustic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium lilin panas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik tuang-panas. Ingat, lukisan enkaustik ini berbeda dengan lukisan batik.

11). Lukisan Batik ( Batik Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya dicelup- kan pada substrat kain, dan proses pencelupan pewarna dilakukan setelah sebagian dari permukaan substrat ditutup lilin (sebagai perintang warna) untuk membentuk subyek pelukisannya.

12). Lukisan Teknologis (Technological Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik elektronis (komputer). 13). Kolase (Collage) adalah suatu bentuk karya seni (lukisan) yang menerapkan bahan- bahan berwarna yang sangat beragam secara fisik, bersubstrat umumnya kain (kanvas) dan berteknik tempel. Pada kolase, bahan yang ditempelkan sangat bervariasi, seperti: kepingan kain, kertas, kayu, kaca, kawat, pasir, dll.

14). Litografi adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen seperti pastel dan bersubstrat kertas. Tipe lukisan ini menggunakan teknik sablon atau cap dengan blok batu gamping atau sejenisnya.

15). Graffito adalah lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat dan dilakukan pada dinding dengan teknik gores. Graffito atau grafiti adalah menggores dinding yang sudah dicat terlebih dahulu, tetapi sebelum mengering disapu lagi sebanyak dua kali dengan lime-wash (oksida kalsium).

16. Frottage lukisan yang zat-pewarnanya bermedium menyatu, bersubstrat bebas, dan dilakukan dnegan teknik gosok. Frottage adalah teknik membuat gambar dari tekstur (kekasaran suatu permukaan) tertentu seperti batu, kain, dsb. Setelah kertasnya ditempatkan diatas tekstur benda tersebut, maka kertasnya digosok dengan potlot atau crayon. Contoh dari proses ini misalnya pemindahan gambar pada permukaan uang logam.

17. Grattage adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas dan dilakukan dengan teknik gores. Grattage adalah teknik menggores cat yang masih basah dengan beberapa alat seperti sisir, garpu, pena, silet, pecahan kaca, jarum, dsb. Teknik ini memanfaatkan sifat plastis cat yang masih basah tapi sudah disapukan diatas support atau kanvas.

18. Decalcomania adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas atau bebas dan dilakukan dengan teknik tekan atau tempel. Teknik penekanan cat yang masih basah diantara dua permukaan kanvas atau kertas. Selembar kertas ditaburi cat terlebih dahulu, kemudian lembar kertas kedua ditempelkan dan ditekan.

Susunan bahan atau komponen pembentuk lukisan secara umum terdiri dari: support, kanvas, priming, dasar lukisan, gesso, cat dan varnis. Perhatikan Gambar 10.: Struktur (Cat) Lukisan dibawah ini, untuk mengamati benda secara teknis (stratigrafis).

Gambar 10. STRUKTUR (CAT) LUKISAN

VARNIS

Kotoran,

H Debu, dll.

retakan cat detail

retakan

G VARNIS

} CAT

F Cat

cat lukisan cat dasaran

Lukisan

E Cat

Dasaran

rongga

gesso sottile

gesso grosso

D 1 GESSO

PRIMING GESSO

C Priming

B Kanvas

Keterangan Gambar 10a.:

A Support benang

KANVAS

[kayu, dll.]

serat

benang

1.: Cross-section of 19th century

lungsi

pakan

painting on canvas, 25x magnifica- tion, darkfield illumination. Linen canvas weave visible at the bottom

D1 = G. Grosso & D2 = G. Sottile

Keterangan Gambar 10b & c.:

of the image, red ground and paint layers above. 2.: Same painting

1. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk

cross-section at 25x, illuminated with ultraviolet light. Linen canvas

kategori lukisan jagrag atau panel). Bahan: kayu jati, hard board.

structure is easily seen in contrast to mainly inorganic pigments of ground

2. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang

and paint layers.

lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk

Sumber: https://si.edu/

menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah

MCIImagingStudio/Microscopy

untuk dilukisi). Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll.

Keterangan Gambar 10b.:

3. Priming (lihat definisi butir 2 diatas)

Pengamatan perbedaan Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) teknis antara lukisan :

dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, 1). cat minyak diatas papan

(oils on board); dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram

2). cat minyak diatas kanvas minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko (oils on canvas);

grafik-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan 3). cat minyak diatas kanvas

dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal diatas papan (oils on

canvas lain on board). karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan

yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”.

4. Dasar Lukisan (first coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksudkan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO). Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air).

5. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit

agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE). Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO 4 .2H 2 O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip

dengan plaster of Paris ini adalah sebagai berikut: (a). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi

CaSO 4 .1/2H 2 O; (b). campurkan 1,5 bagian air, dan diamkan sampai membentuk padatan; (c). rendam dalam air untuk membentuk pasta.

Penjelasan lebih lanjut di Tabel 1 - Hal. 12 dan Gambar 36 - Hal. 31.

6. Cat (definisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat). Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut: a). Underpainting (lapisan cat bawah); b). Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah); c). Glazes atau Scumblings (lapisan seperti film yang transparan); d). Isolating varnishes atau veils. (lihat butir 7 di bawah).

[Susunan atau lapisan cat seperti tersebut diatas berbeda dengan pengistilahan warna (cat) sebagai 'monokhromatis dan polikhromatis', lihat gambar 9 diatas].

7. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish).

Bahan-bahan:

a). Picture Varnish = campuran damar 3 resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin.

b). Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin.

c). Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35. d). Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl.

Proses pembuatan varnis tradisional adalah dengan cara melarutkan damar dalam minyak terpentin. Pertama-tama damar ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki skala miligram. Setelah ditimbang, damar dicampur dengan minyak terpentin (grade bagus) pada beaker glass berskala volume mililiter. Damar dibungkus dengan kasa nilon - yang diikat dengan tali panjang untuk pegangan - untuk memudahkan pemindahan endapan damar. Supaya proses pelarutan dapat berjalan dengan baik, hangatkan beaker-glass tersebut diatas kompor listrik (berkasa asbes) pada suhu konstan sekitar 70oC (lihat gambar 11).

Untuk memahami lukisan secara utuh, kita tidak perlu membatasi dari definisi umum lukisan sebagai karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi yang memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Tetapi kita akan dapat mencermati jenis dan sifat

bahan sebagai komponen pembentuknya, berikut proses pengkaryaannya 4 . Perhatikan pengertian warna dan zat warna berikut ini.

3 Damar = bahan padat bening (agak kuning) berasal dari resin/ getah tanaman damar, Agathis alba Foxw. (Pinaceae). Sifat damar adalah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam hampir semua jenis minyak, seperti: terpentin, minyak tanah. Tanaman damar tumbuh di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya (Malaysia). Damar sering digunakan sebagai bahan campuran malam atau lilin lebah untuk membatik. Ada beberapa kwalitas (grade) damar di pasaran, dengan nama merek dagang “Mata Kucing”, “Pedang”, dll. Damar “Mata Kucing” termasuk jenis damar kualitas nomor 1, dan sangat cocok untuk keperluan konservasi ataupun restorasi.

4 Technically, painting is the art of spreading pigments, or liquid color, on flat surface (canvas, panel, wall, paper) to produce the sensation or illusion of space, movement, texture, and form, as well as the tensions resulting from combination of these elements (Humar Sahman, op. cit.: 55).

Warna secara khusus dihubungkan dengan gelombang

Kain Kasa

cahaya, serta distribusi panjang gelombangnya. Panjang- gelombang sinar tampak berada antara spektrum cahaya

er

lembayung dan merah, yang mendekati antara 400 dan 700 n eak m. Secara fisik, warna sebuah benda diukur dan disajikan

dengan kurva-kurva spektropotometrik (gambar 12a), yang adalah potongan atau bidang fraksi cahaya datang

tin (pantul atau tembus) sebagai sebuah fungsi panjang-

n pen

gelombang melalui spektrum tampak. [1 m= 10 -9 m].

ter

Damar

Secara psikologis dan fisiologis, warna adalah hasil kasa asbes penglihatan yang timbul (perception) melalui signal-signal

Kompor

dari receptor cahaya pada mata kita kedalam otak. Sehingga warna dari kebanyakan benda adalah merupakan

Gambar 11.

efek daripada cahaya terhadap pigmen (pigment), bahan-

Cara Membuat Varnis

celup (dyestuff), dan bahan penyerap lainnya pada benda

Secara Tradisional

yang terlihat. Zat-warna adalah substansi berwarna yang dapat dikelompokkan menjadi pigmen

dan bahan-celup. Bahan-celup adalah zat-warna yang larut dalam medium-pelarut (yang biasanya air). Bahan-celup ini dapat dikelompokkan lagi menjadi bahan-celup alam (natural dyes) dan bahan-celup sintetis (synthetic dyes). Kedua jenis bahan-celup ini memiliki kekuatan tinctorial (kemampuan melarut dan memberikan warna) pada gugus-gugus kimia tertentu yang disebut chromophores. Chromopores ini menyebabkan molekul bahan celup memantulkan panjang-gelombang tertentu. Pada molekul bahan-celup terdapat juga gugus-gugus kimia lain yang disebut auxochromes yang mengatur pelarutan molekul dan membantu pengikatan bahan-celup terhadap substrat (serat). Secara kimiawi (didasarkan pada konstitusi kimianya), bahan-celup dikelompok- kan menjadi 25 klas, seperti: carotenoids, anthraquinones, dst. Tetapi menurut keadaan kimiawi dan aplikasinya, bahan-celup biasanya dikelompokkan secara sederhana menjadi: bahan-celup asam (acid-dyes), bahan-celup basa (basic-dyes), bahan-celup bejana (vat-dyes), dst.

Pigmen adalah zat yang tidak larut dalam medium pelarut. Pigmen tidak memiliki daya-ikat (affinity) dengan substratnya, sehingga dalam aplikasinya memerlukan zat-perekat (binder). Menurut sumbernya, pigmen dapat dibedakan menjadi pigmen organik (organic pigment) yang berasal dari jasad-hidup dan pigmen anorganik (inorganic pigment) yang biasanya diperoleh dari mineral. Tetapi secara kimiawi, pigmen dapat dikelompokkan menjadi pigmen Azo dan pigmen non-Azo (dalam 12 klas).

Warna dan zat-warna pada lukisan adalah unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Karena warna tertentu dihasilkan dari zat-warna tertentu, begitu pula sebaliknya. Komposisi atau perpaduan beberapa (zat-) warna tentunya menghasilkan (zat-) warna tertentu pula. Dalam ilmu bahan, kita memerlukan model pendekatan ilmu tertentu untuk menjabarkan unsur 'warna' dan 'zat-warna' ini secara terinci. Dari definisi-definisi beserta penjabaran tersebut diatas, kita dapat mempelajari “lukisan” dengan unsur- unsur terpentingnya. Sehingga lukisan dapat ditinjau dari sudut kesenirupaan sampai ke teknik penerapan dan ilmu bahan (gaya dan teknik pelukisan).

Warna biasa dipandang sebagai sesuatu yang memiliki ruang bermatra tiga (3D), lihat gambar 12b. Suatu pandangan atau konsep ini dikenal sebagai 'sistem warna tiga dimensi' (sistem ini sangat dikenal oleh para pelukis, ilmuwan bahan warna, ataupun konservator). Adapun yang dimaksudkan dengan warna-3D adalah sebagai berikut:

1. Warna (hue), yang adalah suatu sebutan warna Pigment Red 188 (12467)

[C 33 H 24 Cl 2 N 4 O 6 benda baik secara psikologis ataupun fisiologis, dan , Organic synthetic, Monoazo]

Representative Spectral Curves

telah lazim/ dikenal selama bertahun-tahun. Sebagai

V B G YO R

contoh sehingga kita sering menyebutkan warna 100 benda adalah merah, kuning atau hijau. Dan hanya

dengan bekal pengalaman dan pengetahuan warna

ini, kita dapat memperoleh warna hijau dengan mencampurkan (zat-) warna biru dengan kuning

saja. 60

2. Kepekatan ( saturation), yang adalah sebutan

2% Tint

seberapa jauh suatu warna benda mendekati 40 sumbu terang (gray atau lightness axis). Kepekatan pada warna ini biasa dikenal sebagai nada

(chroma), karena sebutan ini menyatakan pekat- 20 tidaknya suatu warna. Dengan pengertian ini, satu

Full strength

gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan

satu sendok air dapat disebut sebagai warna kuning

Wavelength, nm

yang memiliki kepekatan lebih tinggi, jika Gambar 12a. dibandingkan dengan satu gram cat-air yang Kurva Representatif Warna

dicampur dengan lima sendok air. Perhatikan kepekatan yang mem- pengaruhi komposisi suatu cat pada gambar 9a dan 9b diatas.

3. Gelap/ terang (value atau light- ness), yang adalah suatu sebutan warna benda dikaitkan dengan intensitas cahaya. Sebutan ini untuk menyatakan apakah warna- benda itu gelap (hitam) atau terang (putih). Dengan pengertian ini, sepuluh gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu gram cat-air warna hitam

Gambar 12b. Warna 3 Dimensi (3D)

akan menghasilkan campuran cat- air yang berwarna kuning lebih gelap, jika dibandingkan dengan sepuluh gram cat air warna kuning yang tidak dicampur.

Gambar 13.

Chroma Meter ( Konica-Minolta R-410

) Gambar 14.

Alat Perekam Data Warna

Handheld XRF Spectrometer Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam

C. KONSERVASI LUKISAN

Pekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi (selanjutnya disebut konservator) 5 telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Disamping faktor internal dan eksternal tersebut, kerusakan sering terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara pelaksanaan konservasi yang keliru. Dalam kasus semacam ini, konservator benda organik diwajibkan dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidentifikasikan berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (fisik dan kimiawi).

Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghambatan proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (pen- cegahan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan.

Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai;

Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda;

Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan

Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Perhatikan Tabel 1.: Metode Analisis Benda dan Bahan.

Kesimpulan dari keempat tingkatan konservasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tingkat I dan II merentangkan pendanaan konservasi yang luar biasa besar tetapi menghasilkan jumlah koleksi yang terbanyak. Tenaga teknis konservasi yang terlatih dibawah supervisi konservator biasanya mampu melaksanakan tugas ini, dan

2. Tingkat III dan IV biasanya diperuntukkan pada pekerjaan yang cukup penting, yang

mana memerlukan cukup biaya dan waktu; serta memerlukan keahlian konservator yang terlatih secara profesional.

Sedangkan Lodewijks dan Leene menyimpulkan bahwa metode konservasi benda koleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Metoda restorasi yang secara prinsip diarahkan pada pengembalian ke kondisi aslinya; dan

2. Metoda konservasi yang dimaksudkan untuk melestarian the status quo (keadaan tetap pada suatu saat tertentu).

5 Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan

melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode

atau teknik yang benar. Konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran).

Tabel 1. METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN [Perlu disesuaikan untuk Senirupa] SUBJECTS

No

Orienta�on ANALYTICAL METHODS Descrip�on PROVENANCE

COMPLETE OBJECT

Socio Cultural Anthropology,

1 Ethnographic Features: origin, (object and their a�ributes: formal, Ethnography, Art History, Semio�c

func�on, etc.

stylis�c and technical)

- Iconography, etc.

OBJECT STRUCTURE

2 COMPLETE STRUCTURE Typology, Stylis�c Analysis, etc.

(form, design/ layout, etc.)

STRUCTURAL OR TEXTURAL

Visual Examina�on

MACRO STRUCTURE

3 GREATER THAN 0.1 MM (eye, glass, microscope)

(fabric construc�on, metal thread

Ultra-Violet Light Examina�on

structure, etc.)

STRUCTURAL OR TEXTURAL

Op�cal Examina�on

4 (transmission, reflec�on)

MICRO STRUCTURE

SMALLER THAN 0.1 MM

(fiber morphology, cross-sec�on

Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM)

materials, etc.)

Electron Microbeam Analysis

METALLIC ELEMENTS

Diffrac�on

CRYSTAL STRUCTURE

5 AND OTHERS (x-ray, neutron, op�cal and

(weigh�ng metal salts, mordant,

corrossion products, etc.)

electron)

METALLIC ELEMENTS,

Spectroscopic Examina�on

6 (neutron, infra-red, op�cal & x-ray)

ELEMENTAL STRUCTURE

and

DYES AND OTHERS

(pigments, dyes, adhesives,

Chromatographic Analysis

COMPLEX COMPOUNDS

polymers, etc.)

(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)

Atribut Formal = segala sesuatu yang bisa diukur (ukuran panjang dan lebar, volume, garis-tengah, berat, dll.);

Atribut Stilistik = segala hal yang berhubungan dengan rasa atau estetika, seperti: bentuk, pola hias kain

(tata-letak hiasan), motif (bentuk hiasan), warna, dsb.; Atribut Teknologis = segala hal yang berhubungan dengan proses pembuatan (bahan dan teknik).

Pilihan antara restorasi dan konservasi lukisan terletak pada faktor rasional, sebagian lagi dari faktor irasional seperti estetika dan perasaan-perasaan lain. Ketika sebuah lukisan mewakili suatu fungsi, seperti hiasan dinding, maka lukisan akan lebih diarahkan pada metode restorasi. Pada suatu karya yang pada umumnya tidak memiliki representasi fungsi, maka metode konservasi sebaiknya diputuskan dengan hati-hati. Pada proses paling awal, konservasi dimulai dengan pembersihan, yang kadang-kadang menjadi konflik dengan persyaratan tertentu.

Pembersihan kotoran dari permukaan lukisan merupakan langkah paling awal daripada pelaksanaan konservasi. Dalam hal ini, konservator lukisan harus dapat mengenali dua kategori kotoran, yakni kotoran yang larut dan kotoran yang tidak larut dengan bahan pelarut. Bahan pelarut itu dapat berupa air ataupun bahan pelarut organik seperti etanol, acetone dsb. Ia juga harus dapat membedakan antara kotoran dan komponen daripada lukisan itu sendiri. Selanjutnya, metoda pembersihan yang mudah, efektif, dan bersifat aman haruslah dapat ditunjukkan oleh seorang konservator. Perhatikan gambar potongan melintang pada suatu lukisan yang menunjukkan dimana kotoran itu berada.

Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Dalam kondisi tertentu,

harus dibersihkan dengan methyl ethyl ketone, diacetone- Debu, dll.

alcohol, aseton, toluen atau larutan campuran terpentin VARNIS

dengan aseton (3:1). Varnis (G) umumnya dapat dibersihkan

Cat Lukisan

dengan bahan pelarut seperti white spirits, tapi adakalanya harus dengan toluene atau aseton. Walaupun varnis ini

Cat Dasar

berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan

fungsi (estetika), varnis yang menguning karena proses GESSO

oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.

Priming

Jenis perlakuan pada lukisan bermedia kertas (grafis)

adalah pencucian dengan cara kering, yakni pembersihan

Kanvas

debu dan kotoran lain dengan kapas yang dilembabi dengan Support

air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1) dan sabun Triton [kayu, dll.]

X-100 6 . Pengelantangan dengan hidrogen peroksida (20%) 7 Gambar 15. dilakukan pada media kertas yang terdiskolorasi oleh jamur Pengamatan Struktur (foxing), yang diikuti dengan pembilasan dengan air-distilasi Lukisan (kotoran, varnis

dan cat lukisan)

dicampur dengan alkohol. Dengan mempertimbangkan Lembar Kondisi Lukisan dengan Data Lingkungan Mikro, kita dapat membuat skala prioritas dan jenis pekerjaan konservasi secara langsung. Lukisan berkondisi rapuh atau mudah terkelupas, lukisan harus diperkuat

sementara dengan kertas penguat khusus atau washi 8 yang direkatkan dengan bahan perekat polyvinyl acetat (PVAc). Setelah pembersihan kotoran permukaan lukisan dilakukan, maka lukisan baru dapat diperkuat secara tetap. Caranya adalah dengan menggunakan malam lebah dicampur dengan damar dan minyak turpentin (ramuan

bahan khusus ini selanjutnya disebut sebagai WRA-559) 9 . Pada bagian kanvas yang catnya terkelupas diperlukan tahap pendempulan dengan pasta yang terbuat dari gipsum dengan emulsi polyvinyl acetat (PVAc) 10 . Jika permukaan dempul (tekstur) sudah disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya, baru proses tusir (inpainting) dapat dilakukan. Penyesuaian tekstur permukaan kanvas ini meliputi arah sapuan kuas atau bentuk alat-tuang cat lain, dan dimaksudkan untuk memberi efek pantul warna yang sesuai.

6 Cara pembersihan debu dan pembilasan dengan kapas atau handuk bersih yang dilembabi ini lazim disebut sebagai swabbing. 7 Pengelantangan dapat pula dilakukan dengan cara perendaman selama lima menit dengan larutan Potasium permanganat (0,5 ~ 5%), yang kemudian diikuti dengan pembilasan dalam larutan Natrium tiosulfat 5%.

8 Yang dimaksud dengan kertas khusus atau washi di sini adalah kertas yang memiliki elastisitas tinggi walaupun dalam keadaan basah. Jenis kertas ini biasanya memiliki serat-serat panjang dan banyak dibuat di Jepang, ada juga yang dibuat diluar Jepang (dengan teknologi pembuatan yang sama atau mirip dilakukan di Jepang, yakni buatan tangan atau hand-made paper), dan di Jepang disebut sebagai kertas washi.

9 Pembuatan wax-resin-adhesive (WRA-559) dalam perbandingan volume, sehingga malam-lebah dan damar yang berbentuk padat setelah ditimbang (untuk diketahui beratnya), baru dicairkan (dipanaskan) untuk mengetahui volumenya. Setelah semua satuan ukuran dikonversi ke volume, kita akan mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Misal.: 100 ml malam cair (85 gr.) : 60 ml damar cair (54 gr.) ; 20 ml terpentin disebut sebagai 5 : 3 : 1. Prosedur ini harus diikuti, mengingat grade bahan seperti malam-lebah dan damar tidak selalu tetap.

10 Cara membuat pasta-dempul jenis lain adalah dengan teknik thermosetting (disolder), yaitu dengan mencampurkan bubuk gipsum (kalsium sulfat) dalam cairan panas WRA-559, dengan perbandingan 5 sampai 10 gram kalsium karbonat dalam 10 ml cairan panas WRA-559. Dempul jenis ini juga bermanfaat untuk penyamaran patahan plototan-cat lukisan Affandi dan sejenisnya (Gbr. 27 - Hal. 22).

Lampiran 01

LEMBAR KONDISI LUKISAN

No Inv./ Regis.

Judul Karya

Nama Seniman

Tahun

Ukuran (cm) Kondisi

3 Lokasi :

Pergiwo Pergiwati

Dullah

255 x 170 Cukup

No Foto : DSCN3090 Jakarta

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN

KONDISI SPANRAM:

Jenis Cat

Distorsi

Kering

KONDISI PIGURA:

C.minyak

Pembuatan spanram baru, cat

Pudar

Krayon

kelupas parah

Kotor debu

Varnis cacat

Jamur/ Insek/ Hama

Jenis Substrat

Kanvas kendor

Cat rapuh/ kering

Sobek

Sebelum Konservasi Kanvas

Varnis menguning

Cat kelupas

Noda

Kertas

USULAN TINDAKAN KONSERVASI

Hardboard Tripleks

4. Penyempurnaan (finishing treatment) Kayu

1. Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)

isolating (varnish) Kaca

2. Pembersihan dengan pelarut :

inpainting (+mixing varnish) Logam

air

2-ethoxy ethanol

dressing/ retouching (varnish) Lain-lain

(re)varnishing

methyl-ethyl-ketone

2-aceton alcohol

5. Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) Teknik

3. Penguatan dan Konsolidasi

C.minyak

6. Perlakuan lain. Aquarel

penguatan cat dengan perekat: lilin, dsb.

Relaksasi cat dengan EPC Pastel

penguatan kanvas/ substrat dg. perekat.

perbaikan kanvas/ substrat.

12 Langkah Litografi

Tempera

perbaikan/ konsolidasi cat, dll.

Retouching Batik

Light cleaning

Chemical cleaning Varnishing Kolase

Framing/ reframing Lain-lain

CATATAN: Prioritas

Bio Control

LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA CATATAN:

Intensitas Cahaya (Lux) : 66 ( 50 ) Kandungan Air (%) .. : 0,3 ( 10 - 25 ) ORP = Potensial Redoks.

Radiasi UV ( W/cm 2 ) ... : 7 ( 0,4 )

mb = milibars.

Keasaman (pH) ........ :

7 - 10

Suhu Udara ( 0 C) .............. : 30 ( 20 ) Polusi Udara

Suhu Permukaan ( C) .. :

) Tekanan Udara (mb) :

Kelembaban Udara (%) : 67 ( 50 ) ORP (mili Volt) ........ :

Teknik Pengamatan:

24 Januari 2015 Mata biasa Kaca pembesar

Tanggal Pengamatan:

Tanda tangan

Mikroskop

X Konservator:

Lain-lain Lux Meter, UV light meter, Thermohygrometer and

Puji Yosep Subagiyo Moisture Meter

Konservator:

Gambar 16.

PENJELASAN TEKNIS

Data Iklim Makro

LEMBAR KONDISI LUKISAN Lokasi A: JAKARTA.

Identitas dan Lokasi Benda Temperatur (°C)

Min. Ave. Max.

No Inv./ Regis. Judul Karya

Nama Seniman

Tahun

Ukuran (cm)

Kondisi

Pergiwo Pergiwati

Identifikasi dan Klasifikasi Kerusakan Kelembaban (%)

Min. Ave. Max.

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN

No Foto : DSCN3090

Lokasi B: BOGOR.

KONDISI SPANRAM:

Temperatur (°C)

Min. Ave. Max.

Distorsi

Kering

KONDISI PIGURA:

Pembuatan spanram baru, cat kelupas parah

Min. Ave. Max.

Kotor debu

Varnis cacat

Jamur/ Insek

BENDA

Kanvas kendor

Cat rapuh/ kering

Sobek

Jenis Cat

Varnis menguning

Cat kelupas

Noda

Sebelum Konservasi

Lokasi C: CIPANAS.

C.minyak Cat air

Analisis (mempelajari, menelaah atau mengkaji) hubungan antara jenis kerusakan, bahan dan iklim (mikro/ makro)

Temperatur (°C)

Tinta

Min. Ave. Max.

Akrilik Pastel

Identifikasi dan Klasifikasi Penyebab Kerusakan

LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA

Intensitas Cahaya (Lux) :

Jenis Substrat

7 Kandungan Air (%)

Radiasi UV ( W/cm 2 ) ... :

( 0,4 ) Keasaman (pH) ........ :

Min. Ave. Max.

Kanvas

7 - 10 )

30 ( 20 menelaah hubungan

Kertas

Suhu Udara ( 0 C) .............. :

0 ) Polusi Udara ........... :

iklim mikro-makro,

Hardboard

Suhu Permukaan ( C) .. :

ORP (mili Volt) ........ :

tekanan barometrik, dll.

Tripleks

Kelembaban Udara (%) : 67

Kayu

ORP = Potensial Redoks.

Lokasi D: YOGYA.

Kaca Logam

Temperatur (°C)

Lain-lain

USULAN TINDAKAN KONSERVASI

Min. Ave. Max.

1. Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)

4. Penyempurnaan (finishing treatment)

2. Pembersihan dengan pelarut :

isolating (varnish)

Teknik

air

2-ethoxy ethanol

inpainting (+mixing varnish)

C.minyak

white-spirit

petrolium

dressing/ retouching (varnish)

(re)varnishing

Pastel

methyl-ethyl-ketone

2-aceton alcohol

Min. Ave. Max.

Tempera Litografi

5. Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)

Batik

3. Penguatan dan Konsolidasi

Kolase

penguatan cat dengan perekat: lilin, dsb.

6. Perlakuan lain.

Lokasi E: BALI.

Lain-lain

penguatan kanvas/ substrat dg. perekat.

perbaikan kanvas/ substrat.

Temperatur (°C)

perbaikan/ konsolidasi cat, dll.

12 Langkah

Light cleaning

Retouching

Min. Ave. Max.

Identifikasi dan Klasifikasi Bahan dan Mengenal Sifat - Interaksi Bahan

Chemical cleaning

Varnishing

CATATAN: Prioritas

Framing/ reframing

Bio Control

Rekomendasi

Min. Ave. Max.

BANTUAN TEKNIS

Teknis Penguatan Kain Rapuh, Penetralan Keasaman, Keterangan :

perhitungan Beresiko Equilibrium Moisture Content (EMC),

1 Cukup ~

Bahaya 2 Beresiko ~

EMC/RH

isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.);

kapasitas Ideal buffering (MH), rekondisi silicagel, dll. 3 ~

Cukup

USULAN UJI LAB (BAHAN) DAN TAMBAHAN :

UJI LABORATORIUM

Identifikasi Serat, Pigmen,

Teknik Pengamatan:

Jenis Oksidasi, Efek Bahan Lemari Simpan

Tanggal Pengamatan:

24 Januari 2015

Mata biasa Kaca pembesar

dan Pamer, Lampu Dalam Vitrin, dll.

Mikroskop

X Tanda tangan

Lain-lain Lux Meter, UV light meter,

Konservator:

Thermohygrometer and Moisture Meter

Konservator:

Puji Yosep Subagiyo

Created by Puji Y. Subagiyo 2016

Catatan: Pemeriksaan atau uji laboratorium adalah suatu �ndakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel atau on the spot dari objek yang akan diama� (diobservasi) untuk “mengetahui (jenis) kerusakan dan cara penanganannya (perawatan dan pengawetan)”. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik (perangkat op�k/ mikroskop), secara radiologis (penerapan sinar-X) atau kimiawi (analisa kimia mikro), dll. Penggunaan mikroskop hanya sebatas mengenali jenis serat (kapas, sutera, dst.) disebut sebagai “identifikasi”, tetapi jika di�ndaklanju� dengan mengenali derajat keasaman (pH dan atau ORP) dan uji-coba menetralkan keasaman disebut sebagai “uji lab”.

Gambar 17.

pigura

Proses Konservasi Lukisan

pas-parto

Lukisan

Dullah [Pergiwo Pergiwati,

Oils on Canvas, 1950]

kanvas

A. Kondisi :

Kotor debu

Cat kelupas

Kanvas kendor

Sobek

Varnis menguning

Jamur/ Insek/ Hama

Varnis cacat

Noda Cat rapuh/ kering retak parah

Sebelum Konservasi

1. air distilasi 2. white-spirit X 3. turpentin X 4. methyl-ethyl-ketone

Larutan Pembersih Cat 2

5. 2-ethoxy ethanol

pembersih lukisan, seper�: noda [ dicampur terpen�n sebagai bahan

Butanone, methyl ethyl ketone (MEK) Fume Hood kotoran sejenis lainnya] 6. toluene

berwarna, kotoran berkerak dan

Portabel LPC2

7. acetone 8. 2-aceton alcohol

Purchase Date: CH 3 C(O)CH

2 CH 3 Expire Date:

12 Langkah

B. Rekomendasi Konservasi :

Light cleaning Chemical cleaning Framing/ reframing Restretching Inpainting Repainting Retouching Varnishing Stripping Mending Consolidation Bio Control

o 2016

Emulsi Penguat Cat untuk melemaskan, sebagai

pelembab dan menguatkan cat [

Gel Perekat Cat

. Subagiy

kotor, cat rapuh, Sesudah

Varnis menguning,

lukisan atau sebagai konsolidan]

Pembersihan alkyd resin, cobalt carboxylate, etc. 2-butanone oxime, oil modified EPC uji Y

overpaint (Sebelum

yP

Pembersihan).

Purchase Date:

Expire Date:

Emulsi

ed b

eat Catatan:

Penguat Cat

Sesudah Konservasi

Cr

1. Light cleaning = pembersihan ringan dengan kwas/ penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ teroksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = varnish for retouching or protection; 9. Stripping = proses mengangkat atau melunturkan cat, yang biasanya ditujukan untuk mengangkat cat pelapis (overpainting) yang bukan aslinya, cat tusiran warna yang tidak pas (warna atau bentuknya). Setelah proses striping adakalanya dilanjuti dengan proses repainting (melukis ulang).; 10. Mending = penyambungan kanvas sobek dengan Gel Perekat Cat (GPC).; 11. Consolidation = penguatan cat dengan perekat thermosetting, emulsi penguat cat (EPC) atau lainnya, termasuk penguatan kanvas rapuh dengan cara pendobelan kanvas atau lainnya; 12. Bio Control = kontrol kerusakan biotis, termasuk fumigasi dengan thymol, atau mematikan penyebab kerusakan biotis dengan teknik lain, misalnya: Freezing, pengaturan RH/T.

Sebelum Perawatan Sesudah Perawatan

Gambar 18. Dullah [Pergiwo Pergiwati; 255 x 170 cm; 1950].

a. b. c.

Sebelum Perawatan Sesudah Perawatan

Gambar 19. Basuki Abdullah [Pemandangan Pantai Flores; 117,5 x 181,3 cm; 1950?].

Detail a.

Detail c.

2. Detail b. 2.

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk- kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel ber- media kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur. Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang, sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.