BAB 8 PENGUMPULAN DATA KUALITATIF - BAB 8. DATA KUALITATIF OK BANGET

  

kita akan mengobservasi atau mewawancarai orang. Ada lima langkah dalam proses

pengumpulan data kualitatif. Kita harus mengidentifikasi partisipan dan situs, mendapatkan

akses, menentukan tipe data yang akan dikumpulkan, mengembangkan bentuk-bentuk

pengumpulan data, dan melaksanakan proses tersebut sesuai dengan cara-cara yang etis.

  Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu:  Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam memilih partisipan dan situs;  Mengetahui beberapa tingkat perizinan yang dipersyaratkan untuk bisa mengakses partisipan dan situs;  Mengidentifikasi dan menimbang-nimbang berbagai alternatif data kualitatif yang akan dikumpulkan;  Mengidentifikasi prosedur merekam data kualitatif;  Mengenal beberapa pertimbangan administratif dan etis yang diperlukan dalam pengumpulan data kualitatif; Maria merasa senang berbicara dengan para siswa dan para guru SMA. Ia tidak keberatan menanyai mereka dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersifat terbuka sepert “Apa-apa saja pengalaman anda (siswa dan guru) ketika membawa senjata ke sekolah?” Ia juga mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi untuk memperoleh pendapat mereka. Ia perlu mendengarkan mereka tanpa mencampurinya dengan pendapat dia sendiri dan ia perlu membuat catatan atau merekam apa-apa saja yang dikatakan mereka. Pase ini memerlukan waktu, akan tetapi Maria senang bercengkerama dengan mereka dan mendengarkan ide-ide mereka. Maria adalah contoh dari seorang peneliti kualitatif tipe natural.

  Apa Saja Proses Pengumpulan Data Kualitatif?

  Dari Bab 2 kita telah mengetahui bahwa pengumpulan data kualitatif terdiri dari pengumpulan data dengan menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan yang umum, emerging

  

questions (pertanyaan-pertanyaan yang mencuat begitu saja) dalam rangka memancing

  respon-respon dari para partisipan; mengumpulkan data-data berbentuk kata-kata (teks), atau data-data berbentuk gambar; dan mengumpulkan informasi dari sejumlah kecil individu atau situs. Secara khusus proses tersebut adalah:

   Dalam penelitian kuantitatif kita secara sistematis mengidentifikasi partsipan dan situs penelitian kita melalui pemilihan sampel secara acak (random); dalam penelitian kualitatif, kita mengidentifikasi partisipan dan situs penelitian kita berdasarkan pertimbangan apakah tempat-tempat atau individu- individu yang kita pilih itu secara optimal membantu kita memahami fenomena sentral.

   Baik dalam penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, kita perlu mendapatkan izin untuk memulai penelitian kita; akan tetapi dalam penelitian

  kualitatif kita memerlukan akses yang besar terhadap situs karena kita perlu

  mendatangi dan berada di situs tersebut untuk mewawancarai orang dan mengobservasinya. Proses ini memerlukan partisipasi yang lebih besar terhadap situs tersebut dibandingkan dengan penelitian kuantitatif

   Dalam kedua pendekatan, kita juga mengumpulkan data seperti data-data wawancara, data-data observasi dan dokumen. Dalam penelitian kualitatif, wawancara atau observasi diupayakan tidak membatasi pandangan masing-masing partisipan. Kita tidak akan menggunakan instrumen buatan orang lain sebagaimana halnya yang terjadi dalam penelitian kuantatif dan mengumpulkan informasi yang bersifat tertutup (closed-ended information). Sebaliknya dalam penelitian kualitatif, kita mengumpulkan data-data dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended questions).

   Dalam kedua pendekatan, kita perlu merekam informasi yang diberikan oleh partisipan. Ketimbang menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya oleh seseorang atau rancangan kita sendiri, dalam penelitian kualitatif, kita merekam informasi atas dasar protokol yang kita rancang sendiri yang akan membantu kita mengorganisasikan informasi tersebut sebagaimana diungkapkan oleh para partisipan untuk setiap butir pertanyaan yang kita ajukan.

   Akhirnya, kita harus melaksanakan prosedur pengumpulan data yang sensitif terhadap tantangan-tantangan dan isu-isu etis dalam mengumpulkan informasi langsung bersimuka dengan partisipan yang sering terjadi di rumah atau di tempat kerja para partisipan. Dalam melakukan penelitian terhadap orang dalam lingkungan mereka sendiri kita selaku peneliti kualitatif akan diperhadapkan dengan tantangan-tantangan yang tidak akan ditemui dalam penelitian kuantitatif.

  Siapa Partisipan dan Apa Situs yang akan Diteliti?

  Dalam penelitian kualitatif, tujuan kita bukan untuk mengambil generalisasi dari sampel ke populasi, akan tetapi mengembangkan eksplorasi yang mendalam tentang suatu fenomena sentral (lihat Bab 2 bahagian :”Identifikasi Masalah Penelitian”. Justru itu, untuk bisa memahami fenomena tersebut secara labih baik, si peneliti kualitatif dengan sengaja memilih individu-individu atau situs-situs tertentu. Pembedaan antara “ pemilihan sampel secara randon”(random sampling) dengan sampel bertujuan (purposeful sampling) bisa dilihat pada Diagram 8.1. Dalam penelitian kuantitatif, fokusnya adalah sampel acak, memilih individu-individu yang representatif, dan kemudian membuat generalisasi dari individu-individu ini ke populasi. Sering proses ini berakhir dengan “menguji teori” dengan menjelaskan populasi. Walaupun demikian, dalam penelitian kualitatif, kita memilih orang atau situs didasarkan pada sejauh mana orang atau situs tersebut membantu kita memahami fenomena sentral. Pemahaman seperti ini muncul melalui pemahaman yang rinci tentang orang-orang dan situs-situs yang kita teliti. Proses ini menghasilkan informasi yang memungkinkan individu “memahami” fenomena, atau menghasilkan pemahaman yang membantu menyuarakan suara-suara individu-indvidu yang selama ini mungkin ‘bisu”.

  Pengambilan Sampel Bertujuan (Sampling purposif)

  Istilah penelitian yang digunakan dalam sampling kualitatif adalah purposive sampling

  (pengambilan sampel secara purposif). Dalam purposive sampling, para peneliti dengan

  sengaja memilih individu-individu dan situs-situs guna mempelajari atau memahami fenomena sentral. Standar yang digunakan untuk memilih partisipan dan situs adalah apakah partisipan atau situs tersebut information rich (sarat dengan informasi)(Patton, 1990, halaman 169). Pada setiap penelitian kualitatif, anda bisa menetapkan untuk diteliti sebuah situs (misalnya kampus perguruan tinggi), beberapa buah situs (tiga buah kampus fakultas sastra yang tergolong kecil), individu-individu atau kelompok (mahasiswa baru perguruan tinggi), atau kombinasi (dua buah kampus fakultas sastra dan beberapa orang mahasiswa baru pada kampus tersebut). Pemilihan sampel purposif berlaku untuk keduanya, individu-individu dan situs.

  Apabila anda melakukan penelitian dengan menggunakan sampel purposif (sampel bertujuan), anda perlu mengidentifikasi strategi pemilihan sampel dan harus mampu mempertahankan penggunaannya. Kepustakaan (literatur) mengidentifikasi beberapa strategi pengambilan sampel purposif (lihat misalnya Miles & Huberman, 1994; Patton, 1990). Seperti terlihat dalam Diagram 8.2, anda memiliki opsi untuk memilih satu dari sembilan strategi yang biasanya digunakan oleh para peneliti bidang pendidikan. Strategi-strategi ini dibedakan atas dasar apakah ia dipilih sebelum pengumpulan data dimulai atau setelah pengumpulan data berlangsung (suatu pendekatan yang sejalan dengan konsep emerging

  design). Selanjutnya, masing-masing strategi tersebut memiliki tujuan yang berbeda,

  tergantung pada masalah dan pertanyaan penelitian yang ingin anda cari jawabnya dalam penelitian anda. Semua strategi berlaku apakah untuk single time (satu kali memilih sampel) atau multiple time (sampel dipilih beberapa kali) selama penelitian. Anda bisa menggunakannya untuk memilih individu, atau kelompok, atau keseluruhan organisasi dan situs (lihat Patton, 1990, untuk pembicaraan lanjutan).

  Maximal Variation Sampling

  Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah untuk menampilkan perspektif yang multi ragam dari para individu dalam melihat kompleksitas dunia ini (lihat bab 2 bahagian “mengidentifikasi masalah penelitian”). Dengan demikian, salah satu strategi pemilihan sampel adalah membangun kompleksitas itu ke dalam penelitian kita melalui pemilihan partisipan dan situs . Maximal variation sampling adalah strategi pengambilan sampel bertujuan di mana si peneliti memilih kasus-kasus atau individu-individu tertentu yang berbeda dalam berbagai karakteristik atau ciri (misalnya umur). Tentu saja sebelum menentukan sampel, kita harus mengidentifikasi karakteristik sampel dan kemudian menemukan stus-situs atau individu-individu yang memperlihatkan dimensi yang berbeda dari karakteritik tersebut. Misalnya, si peneliti boleh jadi menemukan karakteristik

  

komposisi etnik dari berbagai SMA di suatu daerah tertentu.Dan kemudian dengan sengaja si

  peneliti memilih tiga buah SMA yang memiliki karakteristik yang berbeda: satu SMA dengan siswa yang didominasi oleh etnik Melayu, satu SMA yang didominasi oleh etnik Minangkabau, dan satu SMA dengan berbagai etnik (Melayu, Minang, Jawa, batak, Cina dll).

  Extreme Case Sampling

  Kadang-kadang seseorang tertarik untuk meneliti sesuatu kasus yang luar biasa mengganggu atau bermasalah ataupun sebaliknya sangat baik, atau kasus yang istimewa baik karena suksesnya ataupun karena kegagalannya (Patton, 190). Extreme case sampling adalah salah satu bentuk pemilihan sampel di mana anda meneliti sebuah outlier case atau kasus yang memperlihatkan karakteristik istimewa. Si peneliti mengidentifikasi kasus-kasus seperti ini dan mencari orang-orang atau organisasi yang dirujuk orang-orang lain karena prestasinya atau karena karakteristiknya yang berbeda (misalnya pendidikan dasar tertentu bagi anak marginal, program-program pendidikan untuk anak-anak austis dsb-nya yang akan mendapat bantuan dari pemerintah).

  Typical Sampling

  Beberapa pertanyaan penelitian berkaitan dengan, “Apa yang normal?” atau “Apa yang tipikal (khusus?)”. Typical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang memungkinkan seseorang peneliti meneliti seseorang individu atau situs yang tipikal. Apa yang dimaksudkan dengan tipikal , tentu saja, terbuka untuk interpretasi yang berbeda. Anda misalnya meneliti seorang dosen pada sesuatu fakultas ilmu sastra karena individu tersebut telah bekerja di fakultas tersebut lebih dari 29 tahun dan telah merupakan bahagian yang tak terpisahkan dari fakultas tersebut yang tidak ada duanya orang seperti itu di fakultas ini.

  Theory or concept sampling

  Anda mungkin memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang itu membantu anda memahami sesuatu konsep atau teori. Theory or concept sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan sengaja memilih individu-individu atau situs-situs tertentu karena individu-individu atau situs-situs tersebut diperkirakan akan sangat membantu anda melahirkan atau menemukan sesuatu teory atau konsep-konsep spesifik tertentu dalam ruang lingkup sesuatu theori. Untuk bisa menggunakan sampel seperti ini, anda harus memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep tersebut atau teori yang lebih luas diharapkan akan lahir atau muncul selama penelitian. Dalam penelitian berkenaan dengan lima situs yang telah mengalami pembelajaran jarak jauh, misalnya, kita memilih situs-situs ini karena dijadikannya situs tersebut sebagai sampel akan membantu kita melahirkan teori tentang sikap mahasiswa terhadap pembelajaran jarak jauh.

  Homogeneous sampling

  Anda berkemungkinan memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang itu memiliki ciri atau karakteristik yang sama. Homogenous sampling adalah strategi pemilihan sample purposif dengan jalan memilih situs-situs atau individu-individu tertentu atas dasar keanggotaan dalam subkelompok yang memiliki karakteritik atau ciri-ciri yang sama. Untuk dapat menggunakan strategi ini, kita perlu mengidentifikasi karakteristik atau ciri tertentu dan kemudian menemukan individu-individu atau situs-situs yang memiliki karaketristik atau ciri dimaksud. Contohnya, dalam masyarakat pedesaan, semua orang tua yang memiliki anak-anak di sebuah sekolah berpartisipasi dalam kegiatan orang tua murid yang dikoordinir oleh Komite Sekolah. Pemilihan mereka yang terlibat dalam kegiatan/program ini merupakan salah satu perwujudan dari homgenous sampling karena masing-masingnya merupakan anggota sub-kelompok dalam masyarakat yang memiliki kesamaan tertentu.

  Critical sampling

  Kadang-kadang individu atau situs penelitian mewakili fenomena sentral secara dramatis (Patton, 1990). Strategi pemilihan sampelnya di sini adalah meneliti sample kritis.

  

Critical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih individu-

  indvidu atau situs-situs khusus karena adanya kasus istimewa sehingga memungkinkan si peneliti memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena yang diteliti. Misalnya, tindak kekerasan yang dilakukan remaja di sekolah di mana seorang siswa dengan menggunakan senjata api mengancam seorang guru.Hal ini merupakan insiden yang dramatis yang memperlihatkan sejauh mana remaja-remaja tertentu terlibat dalam tindak kekerasan di sekolah.

  Opportunistic sampling

  Setelah data-data terkumpul, si penelit boleh jadi memerlukan informasi baru untuk menjawab pertanyaan penelitian secara lebih baik lagi. Opportunistic sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih situs atau individu tertentu dalam rangka mendapatkan informasi tambahan sebagai akibat dari terungkapnya hal-hal baru setelah dilakukan pengumpuan dan analisis data. Strategi ini muncul pada saat penelitian sudah berjalan. Si peneliti harus hati-hati karena bisa menyimpang dari tujuan awal penelitian. Contohnya, anda mungkin mulai penelitian anda dengan menggunakan maximal

  variation sampling dari sejumlah remaja hamil di sekolah. Dalam proses selanjutnya, anda

  menemukan remaja hamil yang berencana akan membawa bayinya kelak kemudian hari ke sekolah setiap hari. Karena data dan infromasi tentang remaja ini akan memberikan pemahaman baru tentang penyeimbangan antara anak-anak dan sekolah, mengkaji kegiatan remaja tersebut sehari-hari selama masa kehamilannya di sekolah dan pada bulan-bulan setelah melahirkan diperlukan. Kasus seperti inilah yang disebut opportunistic sampling.

  Snowball sampling

  Pada situasi-situasi penelitian tertentu, si peneliti tidak tahu siapa orang-orang terbaik yang harus diteliti karena belum dikenalnya dengan baik topik atau kompleksitas peristiwa yang diteliti. Snowball sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang dilakukan setelah penelitian berjalan dan ini dilakukan ketika si peneliti mendapatkan rekomendasi dari para partisipan siapa-siapa saja individu lain yang perlu diteliti. Peneliti mungkin mengajukan permintaan itu selama wawancara atau melalui percakapan informal dengan individu- individu saat sedang berada di situs penelitian. Contoh, pada studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995), si peneliti menanyakan kepada mereka-mereka yang diwawancarai kalau ada mereka memiliki nama-nama orang lain yang direkomendasikan untuk diwawancarai lagi yang mungkin bisa memberikan reaksi terhadap insisden tersebut. Prosedur seperti ini menjadi pemilihan sampel purposisf atas individu-individu yang pada awalnya tidak diantisipasi sebagai partisipan. Mewawancarai “pakar” psikologi yang dibawa ke kampus untuk membantu individu-indvidu yang mengalami krisis merupakan contoh lain dari snowball sampling ini.

  Conforming atau disconforming sampling

  Bentuk terakhir dari purposif sampling ini, juga digunakan setelah penelitian berlangsung, adalah untuk memilih individu-individu atau situs-situs tertentu untuk mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasikan temuan-temuan awal. Conforming and

  disconfirming sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif selama penelitian

  berlangsung untuk menindaklanjuti sesuatu kasus khusus tertentu guna mengetes, mengecek atau menelusuri selanjutnya temuan-temuan khusus. Walaupun pemilihan sampel seperti ini berfungsi untuk memverifikasi keakuratan temuan selama penelitian berlangsung, ia juga merupakan prosedur pemilihan sampel yang digunakan selama penelitian. Contoh, anda menemukan bahwa pembantu dekan bidang akademis di sebuah fakultas memberikan dukungan bagi para dosen dalam rangka pengembangan mereka untuk menjadi guru atau mentor di sekolah menengah. Setelah melakukan wawancara awal dengan dekan, anda selanjutnya perlu mngkonfirmasi peranan mentor melalui sampel dan meneliti para dosen yang mungkin kebetulan mendapatkan penghargaan dari fakultas sebagai mentor yang berprestasi.

  Besar Sampel atau Jumlah Situs Penelitian

  Jumlah orang dan situs yang disampel bervariasi dari satu penelitian kualitatif ke penelitian kualitatif lainnya. Anda bisa rujuk beberapa penelitian kualitatif yang sudah dipublikasikan dan lihat berapa jumlah situs atau partisipan yang digunakan para penelitinya. Beberapa petunjuk dapat diungkapkan disini:

   Umum dalam penelitian kualitatif untuk meneliti sejumlah kecil individu atau kasus. Ini disebabkan karena kemampuan menyeluruh dari si peneliti untuk memberikan gambaran yang mendalam akan terkuras oleh setiap kali penambahan indivdu-individu atau situs-situs baru. Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menyajikan kerumitan dari suatu situs atau informasi yang diberikan oleh para individu.  Dalam beberapa kasus, anda bisa meneliti seorang individu atau sebuah situs.

  Dalam kasus-kasus yang lain, jumlahnya bisa beberapa orang atau situs, bervariasi antara 1 atau 2 sampai 30 atau 40. Karena keharusan untuk melaporkan secara rinci masing-masing individu atau kasus, maka jumlah kasus yang makin besar akan makin sulit dan bisa menghasilkan perspektif yang dangkal. Disamping itu, pengumpulan data-data kualitatif dan kemudian menganalisisnya memakan waktu yang cukup lama, dan setiap tambahan individu atau kasus hanya akan memperpanjang waktu.  Pada bahagian 3, akan dibicarakan lagi beberapa rancangan khusus (seperti etnografi, studi kasus, teori alas/grounded, dan penelitian naratif) dalam rangka penelitian kualitatif. Sekali kita menetapkan prosedur atau rancangan penelitian kita, pendekatannya akan menjurus pada pemilihan jumlah individu yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Ini bisa bervariasi dari satu orang individu saja sampai pada keseluruhan kelompok orang.

  Mari kita ambil beberapa contoh khusus untuk melihat berapa banyak individu atau situs yang digunakan. Para peneliti kualitatif bisa jadi mengumpulkan data-data dari seorang individu. Contoh, dalam penelitian studi kasus tentang Basil McGee, seorang guru mata

  pelajaran IPA, Brickhouse dan Bodner (1992) menelusuri keyakinan guru tersebut tentang IPA dan pengajaran IPA dan bagaimana keyakinannya itu membentuk cara-cara dia mengajarkan IPA. Pada tempat lain, beberapa orang individu berpartisipasi dalam penelitian kualitatif tipe teori alas/grounded. Para penelitinya meneliti 20 orang tua dari anak-anak yang terkategori sebagai jenius (ADHD)(Reid, Hertzog, & Snyder, 1996). Pengumpulan data yang lebih ekstensif digunakan dalam penelitian kualitatif etnografis budaya tentang kehidupan

  fraternity (kehidupan sekelompok orang di asrama) yang terkait dengan ekploitasi dan

  menjadikan wanita sebagai korban. Rhoads (1995) melakukan 12 kali wawancara formal dan

  18 kali wawancara informal, disamping melakukan observasi dan mengumpulkan sejumlah dokumen.

  Seandainya anda Maria, dan anda mencoba mencari jawaban atas pertanyaan “Apa-apa saja

pengalaman para siswa ketika mereka membawa senjata ke sekolah?”, strategi purposif sampling apa

yang akan anda gunakan? Sebelum anda menjawab, tuliskanlah sekurang-kurangnya di ats kertas dua

kemungkinan. Coba ciptakan pilihan-pilihan didasarkan pada para siswa yang ada yang bisa dipilih oleh Maria.

   Salah satu pilihan adalah menggunakan maximal variation sampling dan mewawancarai beberapa orang siswa yang berbeda sesuai dengan jenis pelanggaraan tentang senjata yang dilanggarnya di sekolah. Contoh, seorang siswa boleh jadi telah menakut-nakuti seorang siswa lainnya. Siswa yang lain boleh jadi memang telah menggunakan pisau dalam sebuah perkelahian. Siswa yang lain lagi boleh jadi telah tertangkap tangan oleh guru menyimpan sebilah pisau dalam locker-nya. Ketiga siswa yang berbeda ini mewakili tiga jenis kepemilikan senjata di sekolah, dan masing-masingnya boleh jadi memiliki pandangan yang berbeda tentang siswa yang membawa pisau ke sekolah.  Pilihan lainnya adalah menggunakan critical sampling. Anda mungkin mewawancarai seorang siswa yang menggunakan pisau dalam berkelahi. Ini merupakan contoh dari penggunaan senjata secara publik, dan mewakili sebuah tindakan yang dramatis yang perlu diteliti

   Bisakah anda pikirkan pendekatan-pendekatan lain dalam pemilihan sampel yang mungkin dapat anda gunakan? Dan juga betapa banyak siswa yang harus anda teliti dan apa alasan pilihan anda tersebut?

  Bagaimana Cara Mendapatkan Akses terhadap Orang dan Situs?

  Sama halnya dengan penelitian kuantitatif, mendapatkan akses pada orang dan situs dalam penelitian kualitatif memerlukan izin pada tataran yang berbeda seperti organisasi/lembaga, situs, para individu, dan badan pemberi izin. Yang paling penting adalah negosiasi dengan para pejabat terkait dan menetapkan individu-individu pada situs yang bisa memfasilitasi pengumpulan data kualitatif.

  Mendapat Izin dari Pejabat Kelembagaan Kampus

  Para peneliti yang minta izin untuk meneliti individu-individu dalam sebuah penelitian kualitatif harus mengikuti keseluruhan proses permintaan izin dari kelembagaan kampus sebagamana digambarkan pada salah satu bab terdahulu. Ke dalam langkah-lagkah ini termasuk permintaan izin Yayasan, membuat deskripsi tentang kegiatan proyek penelitian, merancang formulir izin, dan mendapatkan izin. Karena pengumpulan data kualitatif terdiri dari pengumpulan informasi yang memerlukan waktu lama yang langsung melibatkan orang- orang dan merekam pandangan-pandangan pribadi orang-orang itu secara mendetil, anda perlu memberikan deskripsi yang rinci tentang prosedur yang akan dilalui kepada pejabat yang akan memberi izin. Deskripsi yang rinci itu diperlukan karena pejabat pemberi izin boleh jadi belum terbiasa dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian pendidikan dan karena anda akan banyak menyita waktu orang-orang tersebut di rumah, di tempat kerja, atau di situs penelitian dalam pengumpulan data.

  Informasi Apa yang Ingin Dikumpulkan?

  Aspek lain dari pengumpulan data kualitatif adalah mengidentifikasi jenis-jenis data yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kita mengajukan pertanyaan-pertanyan yang bersifat umum kepada partisipan yang akan memungkinkan mereka mengungkapkan pandangan mereka secara relatif tanpa terhambat oleh perspektif kita sebagai peneliti. Tambahan lagi, kita akan mengumpulkan bermacam ragam tipe informasi dan berkemungkinan pula kita bisa menambahkan bentuk-bentuk data baru selama penelitian berlangsung dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Singkatnya, kita akan terlibat dalam pengumpulan data secara ekstensif, menghabiskan banyak sekali waktu di situs penelitian di mana orang-orang beraktivitas, bermain, atau terlibat dalam fenomena yang ingin kita teliti. Di situs tersebut, kita akan mengumpulkan infromasi secara rinci untuk bisa mengungkapkan kerumitan dari fenomena sentral yang kita teliti itu.

  Kita bisa melihat keanekaragaman hakekat bentuk-bentuk data kualitatif ketika data- data tersebut dikaitkan dengan kategori-kategori berikut:  Observasi  Wawancara dan angket  Dokumen  Bahan-bahan audiovisual Contoh-contoh spesifik dari tipe data dalam keempat kategori ini terlihat dalam

  Diagram 8.3. Variasi dalam pengumpulan data dalam keempat kategori ini akan muncul secara terus menerus selama proses penelitian. Videotapes, portofolio siswa dalam situasi pembelajaran, dan penggunaan e-mail menarik perhatian, pada masa-masa terakhir, sebagai bentuk data.Tabel 8.1 memperlihatkan maasing-masing kategori pengumpulan data, jenis data yang dihasilkannya, dan definisi tipe datanya. Coba perhatikan dengan seksama keempat kategori pengumpulan data tersebut beserta kelebihan dan kelemahan masing- masing.

  Observasi

  Ketika pendidik berpikir tentang penelitian kualitatif, dalam benak mereka selalu tergambar proses pengumpulan data obervasi dalam setting sekolah tertentu. Tanpa diragukan lagi observasi mewakili bentuk pengumpulan data yang sering digunakan, dimana si peneliti mampu memainkan peranan yang berbeda dalam proses tersebut (Spradley, 1980a).

  Observasi adalah proses pengumpulan informasi dari tangan pertama dan terbuka

  melalui pengamatan terhadap orang dan tempat di sebuah situs penelitian. Sebagai sebuah bentuk pengumpulan data, observasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain mencakup kesempatan untuk merekam informasi pada suatu peristiwa syang sedang terjadi dalam sebuah setting, meneliti tingkah laku aktual, dan meneliti individu- individu yang memiliki kesukaran mengungkapkan gagasannya (seperti anak-anak pra- sekolah). Diantara kelemahannya adalah kita akan dibatasi oleh situs-situs dan situasi dimana kita bisa mendapat akses, dan pada situs-situs di mana kita berkemungkinan mendapat kesukaran membangun hubungan dengan individu-individu. Ini bisa terjadi apabila individu- individu tidak terbiasa dengan penelitian formal (seperti setting yang bukan di universitas). Mengamati dalam sebuah setting mengharuskan dimilikinya keterampilan-keterampilan mendengarkan yang baik dan perhatian yang cermat terhadap data-data visual yang rinci. Ia juga mempersyaratkan kemampuan mengelola isu-isu seperti berkemungkinan tipu daya dari orang yang diamati dan sikap risih orang yang diamati itu untuk pertama kali tanpa dibangunnya hubungan personal dalam sebuah setting (Hemmersley & Atkinson, 1995).

  Peranan Observasi

  Walaupun adanya kesulitan-kesulitan potensial ini, observasi tetap merupakan salah satu bentuk pengumpulan data kualitatif yang diterima. Untuk bisa menggunakannya kita perlu mengadopsi peranan tertentu sebagai seorang pengamat. Tak satu peranan pun cocok untuk semua situasi; peranan-peranan obervasi bervariasi tergantung pada kenyamanan kita pada situs tertentu, hubungan personal dengan partisipan, dan bagaimana caranya terbaik bagi kita untuk mengumpulkan data untuk bisa memahami fenomena sentral. Walaupun terdapat banyak peranan (lihat Spradley, 1980-an), kita bisa menggunakan salah satu dari tiga peranan penting.

  Peranan sebagai Participant Observer. Untuk bisa secara benar mempelajari sesuatu

  situasi kita bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan pada situs penelitian. Hal ini memberikan peluang yang sangat bagus sekali untuk melihat pengalaman-pengalaman dari sudut pandang partisipan. A Participant Observer adalah sebuah peranan observasi yang diadopsi oleh para peneliti apabila mereka ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pada setting yang mereka amati. Sebagai seorang partisipan, kita memainkan peranan sebagai “inside” observer yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pada situs penelitian. Pada waktu yang bersamaan kita juga merekam informasi. Peranan ini mengharuskan kita minta izin untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan dan untuk memainkan peranan yang menyenangkan sebagai observer di setting tersebut. Agak sukar memang membuat catatan-catatan sementara kita terlibat dalam kegiatan, dan kita perlu berhenti sebentar untuk mencatat kegiatan tersebut sebelum kita meninggalkan situs penelitian.

  Peranan sebagai Non-Participant Observer. Dalam beberapa situasi kita mungkin

  tidak familiar dengan situs dan orang untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan. A

  

non-participant observer adalah seorang pengamat yang mengunjungi sebuah situs dan

  membuat catatan-catatan tanpa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh partisipan. Pengamat yang non-partisipan adalah seseorang “outsider” yang mengunjungi suatu tempat yang periperal guna mengamati dan merekam fenomena-fenomena yang diteliti (seperti ruang kelas bagian belakang). Peranan seperti ini kurang memerlukan akses ketimbang peranan sebagai partisipan, penjaga pintu (sekolah) dan individu-individu pada situs penelitian bisa jadi akan lebih merasa nyaman dengan peranan pengamat sebagai non- partisipan. Walaupun demikian dengan berpartisipasi secara tidak aktif, kita terhindar dari pengalaman yang sesungguhnya dan pengamatan yang kita lakukan tidaklah sekongkrit apabila kita langsung berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

  Peranan Pengamat Yang Berubah. Dalam banyak situasi, akan jauh lebih baik

  mengubah-ngubah peranan, menjadikannya sukar mengklasifikasikan peranan kita sebagai partisipatori atau non-partisipatori. Peranan pengamat yang berubah adalah suatu peranan dimana para peneliti mengadaptasikan peranan mereka sesuai situasi yang ditemukan. Contoh, kita pertama kali mungkin masuk ke sebuah situs dan melakukan observasi sebagai non-partisipan, melihat-lihat ke sekeliling situs pada fase-fase awal penelitian. Kemudian secara berangsur-angsur kita terlibat sebagai partisipan. Kadang-kadang sebaliknya yang terjadi, yakni partisipan menjadi non-partisipan. Walaupun demikian memasuki sebuah situs sebagai non-partisipan merupakan sebuah pendekatan yang sering digunakan. Setelah beberapa saat, ketika hubungan personal sudah berkembang dengan partisipan kita mengubah peranan kita menjadi partisipan dalam seting tersebut. Keterlibatan kita dalam kedua peranan tersebut akan menyebabkan kita secara subjektif terlibat dalam seting dan pada waktu yang sama melihat seting secara lebih objektif.

  Berikut adalah sebuah ilustrasi dimana si peneliti mulai sebagai non-participan kemudian mengubahnya sebagai partisipan selama proses pengamatan : Seorang peneliti yang meneliti penggunaan laptop yang berfasilitas wireless dalam metoda pembelajaran multikultural menghabiskan tiga kali kunjungan pertama ke kelas mengobservasi dari bangku belakang. Ia mencoba mempelajari proses yang terjadi selama pembelajaran, interaksi instruktur dan siswa, dan pendekatan instruktur secara menyeluruh dalam pembelajaran. Kemudian pada kunjungan yang keempat, siswa mulai menggunakan laptop dan si pengamat menjadi sebagai partisipan melalui pembentukan tim belajar bersama dengan siswa yang menggunakan laptop dari mejanya untuk berinteraksi dengan websitenya insruktur.

  Proses Observasi

  Sebagaimana kita lihat dalam pembicaraan tentang berbagai peranan observasi si peneliti kualitatif terlibat dalam suatu proses pengamatan apapun peranannya. Proses ini secara umum digambarkan dalam langkah-langkah berikut :

  1. Pilih situs yang akan diobservasi yang akan membantu anda memahami lebih baik

  fenomena sentral. Dapatkan izin yang diperlukan untuk bisa mengakses situs tersebut.

  2. Masuki situs itu perlahan-lahan dengan melihat sekeliling; dapatkan pandangan

  umum tentang situs tersebut; dan buat beberapa catatan terbatas, setidak-tidaknya pada tahap awal ini. Lakukan observasi singkat pada tahap awal ini, karena

  perhatian dan pikiran anda akan terkuras oleh semua kegiatan yang sedang berlangsung. Memasuki situs secara pelan-pelan akan membantu anda membangun hubungan dengan para individu yang ada di situs penelitian tersebut dan juga akan membantu anda menyerap sebegitu banyaknya informasi.

  3. Di situs tersebut, identifikasi siapa atau apa yang akan diobservasi, kapan

  mengobservasinya, dan berapa lama mengobservasinya. Penjaga sekolah akan bisa

  membantu memberikan arahan ketika anda membuat keputusan. Persyaratan- persyaratan praktis mengenai situasi seperti lamanya waktu belajar atau durasi kegiatan, akan membatasi partisipasi anda.

  4. Tentukan, pada tahap awal ini, peranan anda sebagai pengamat. Pilih di antara peranan-peranan sebagai partisipan atau non partisipan selama observasi anda pada tahap-tahap awal ini. Pikirkan apakah akan lebih menguntungkan mengubah peranan itu selama proses untuk bisa lebih banyak belajar tentang individu- individu atau situs.Tak peduli apakah anda akan mengubah peranan, tapi pikirkan baik-baik peranan apa yang akan anda mainkan dan apa alasannya.

  5. Lakukan observasi berkali-kali untuk mendapatkan pemahaman yang paling baik tentang situs dan individu-individu.Lakukan observasi secara umum dulu,

  perhatikan landskap di mana peristiwa dan kegiatan berlangsung. Setelah anda makin terbiasa dengan seting, anda bisa memulai mempersempit observasi anda pada aspek-aspek yang lebih khusus (misalnya interaksi anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil selama pelajaran membaca). Perspektif luas-sempit merupakan strategi yang bermanfaat tergantung pada banyaknya informasi yang ada yang igin diobservasi.

  direkam selama observasi disebut fieldnotes (catatan lapangan). Fieldnotes adalah teks (kata-kata) yang direkam oleh si peneliti selama observasi dalam penelitian kualitatif. Perhatikan contoh catatan lapangan seperti yang diperlihatkan oleh Diagram 8.4. Dalam contoh ini, Siswa-pengamat terlibat dalam participant

  observatioan ketika guru minta agar para siswa menggunakan waktu selama 20

  menit mengobservasi sebuah objek seni yang sengaja dibawa oleh guru ke dalam kelas. Objek ini tidaklah objek yang biasa dilihat para siswa. Objek itu berasal dari Indonesia dan memiliki alas persegi empat terbuat dari bambu dan di atasnya ditutup dengan bulu (rambut) kuda. Barangkali objek itu digunakan untuk sesuatu kegiatan ritual keagamaan. Ini merupakan objek yang bagus untuk digunakan sebagai wadah bagi kegiatan observasi karena susah mengenali dan mendeskripsikannya. Si guru menyuruh para siswa mengobservasi objek tersebut dan merekam atau membuat catatan lapangan, mendskripsikannya dan memberikan repfleksi terhadapnya (menyangkut pemahaman, dugaan , tema) yang muncul selama mengobservasi.

  Seperti terlihat pada Figur 8.4, satu orang siswa merekam apa yang dia amati melalui inderanya--menyentuh, melihat, mendengar bunyi, dan mencium bau--objek tersebut, merekam apa-apa yang terpikirkan olehnya kira-kira setiap 5 menit. Perhatikanlah bahwa catatan lapangan yang dibuat para siswa terlihat dalam kalimat- kalimat dan notasi-notasi yang komlit berkenaan dengan kutipan (apa-apa yang dikatakan oleh) siswa-siswa lainnya. Catatan-catatan yang terlihat pada kolom sebelah kanan memperlihatkan bahwa si siswa ini mulai melakukan refleksi untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang lebih luas dari pengalaman dan catatan tentang bagaimana siswa-siswa lainnya memberikan reaksi terhadap objek dimaksud. Judul yang ada di atas catatan lapangan tersebut merekam informasi yang esensial tentang waktu, tempat, dan kegiatan yang diamati.

  7. Pikirkan informasi tentang apa yang akan anda rekam selama observasi. Contoh,

  informasi tersebut boleh jadi mencakup potret partisipan, seting fisik, peristiwa- peristiwa dan kegiatan-kegiatan tertentu, dan reaksi-reaksi pribadi (Bogdan & Biklen, 1998). Pada saat mengobservasi kelas, misalnya, kita boleh merekam kegiatan-kegiatan guru, para siswa, interaksi antara siswa dan guru, percakapan antara siswa

  8. Rekam catatan-catatan deskriptf dan reflektif. Descriptive fieldnotes (catatan-

  catatan deskriptif) merekam deskripsi suatu peristiwa, kegiatan, dan orang-orang (apa yang terjadi). Reflective fieldnotes (catatan-catatan reflektif) merekam pemikiran pribadi yang dimiliki oleh si peneliti yang terkait dengan pemahamannya, dugaan , atau gagasan-gagasan atau tema-tema yang lebih luas yang muncul ketika observasi dilakukan (misalnya apa kesan anda tentang situs, orang-orang, dan situasi).

  9. Buat keberadaan anda diketaui, tapi tetap unobtrusive (tidak mengganggu).

  Selama observasi berlangsung, sebaiknya anda diperkenalkan oleh seseorang bila anda seorang outsider atau baru pada seting atau orang-orang yang ada. Bersikap pasif saja, ramah, dan hormat kepada orang-orang yang ada di situs.

  10. Setelah selesai mengobservasi, secara berangsur-angsur mundur dari situs.

  Ucapkan terima kasih kepada partisipan dan beri tahu mereka tentang penggunaan data yang anda kumpulkan dan tentang bisanya mereka mengakses ringkasan hasil penelitian nantinya ketika penelitian ini sudah selesai.

Figur 8.5 membuat ringkasan lankah-langkah yang diutarakan di atas dalam bentuk

  

check list yang dapat anda gunakan untuk mengakses apakah anda siap untuk melakukan

  observasi. Pertanyaan-pertanyaan dalam check list tersebut memperlihatkan urutan yang sebaiknya anda pertimbangkan sebelum, selama, dan sesudah observasi.

  Wawancara Sama populernya dengan observasi dalam penelitian kualitatif adalah wawancara.

  Wawancara kualitatif terjadi ketika si peniliti mengajukan kepada satu atau lebih partisipan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka dan kemudian merekam jawaban mereka tersebut. Setelah itu si peneliti mentranskripsikannya serta mengetikkan data-data tersebut ke dalam file-file komputer untuk dianalisis.

  Dalam penelitian kualitatif, anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka sehingga para partisipan bisa menyuarakan pengalaman-pengalaman mereka lebih baik tanpa ada hambatan dan pembatasan atas dasar perspektif si peneliti atau oleh temuan-temuan penelitian terdahulu. Jawaban yang terbuka atas sebuah pertanyaan memungkinkan si partisipan memilih opsi untuk menjawab. Contoh, dalam sebuah wawancara kualitatif terhadap para atlit di SMA, anda mungkin mengajukan pertanyaan:”Bagaimana anda menyeimbangkan partisipasi dalam atletik dengan tugas-tugas sekolah?”si atlit memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini tanpa dipaksa untuk menjawab dengan alternatif-alternatif yang sudah ada. Si peneliti selalu merekam secara audio percakapan itu dan kemudian mentraskripsikan informasi tersebut ke dalam kata-kata untuk keperluan analisis.

  Wawancara dalam penelitian kualitatif memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihannya adalah bahwa wawancara memberikan informasi yang bermanfaat ketika anda tidak secara langsung mengamati si partisipan, dan wawancara juga memungkinkan si partisipan untuk mendeskripsikan informasi pribadinya secara rinci. Dibandingkan dengan pengamat, si pewawancara bisa mengajukan pertanyaan-pertanyan spesifik untuk memancing informasi ini.

  Beberapa kelemahannya adalah bahwa wawancara hanya memberikan informasi yang sudah disaring melalui pandangan si pewawancara (misalnya si peneliti menyarikan pandangan si partisipan di dalam laoran penelitian). Disamping itu, sama halnya dengan observasi, data-data wawancara boleh jadi menipu dan oleh si pewawancara mungkin, disengaja atau tidak, diberikan perspektif yang ingin didengar oleh si peneliti. Kelemahn yang lain adalah bahwa kehadiran si peneliti boleh jadi berpengaruh terhadap bagaimana orang yang diwawancarai memberikan jawabannya. Jawaban orang yang diwawancarai boleh jadi juga tidak mengena, tidak mudah difahami, atau tidak jelas. Disamping itu, masalah- masalah terkait dengan peralatan mungkin juga bermasalah, dan karenanya anda sebaiknya mengatur peralatan yang digunakan untuk merekam dan mentranskripsikan (bila ada) sebelum wawancara dilakukan. Selama masa wawancara, anda harus memberikan perhatian terhadap percakapan anda dengan si partisipan. Perhatian ini bisa jadi berupa sedikit bicara, mengontrol emosi, dan menggunakan pemecah kebekuan untuk mendorong individu-individu berbicara. Atas dasar kesemuanya ini, masuk akallah apabila para peneliti yang kurang berpengalaman menunjukkan keterkejutannya akan kesulitan yang dihadapi

  Tipe-tipe Wawancara dan Pertanyaan-pertanyaan Terbuka dalam Angket

  Sekali anda telah menetapkan wawancara sebagai alat pengumpul data, anda perlu memikirkan apa bentuk wawancara yang paling baik untuk bisa memahami fenomena sentral dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian anda.Ada sejumlah pendekatan terhadap wawancara dan penggunaan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada angket. Pendekatan wawancara mana yang akhirnya akan anda gunakan tergantung pada keterjangkaun para individu, uang, waktu yang tersedia.

  

Wawancara satu lawan satu: Pendekatan yang paling banyak memakan waktu dan mahal

  adalah melakukan wawancara secara individual. Pendekatan yang paling populer dalam penelitian pendidikan, wawancara satu lawan satu, adalah proses pengumpulan data di mana si peneliti mengajukan pertanyaan kepada dan merekam jawaban dari satu orang partisipan pada suatu waktu tertentu. Dalam sebuah penelitian kualitatif, anda bisa saja menggunakan wawancara satu lawan satu berkali-kali, seperti bertanya kepada para administrator, konselor kesehatan para siswa untuk mengungkapkan kesannya atas insiden bersenjata (gunman

  

incident)(Asmussen & Creswell, 1995). Wawancara satu-lawan-satu memang ideal untuk

  mewawancarai para partisipan yang tidak segan-segan berbicara, bicaranya mengena, dan yang mau berbagi gagasan secara menyenangkan.

  

Wawancara kelompok terfokus: Kelompok terfokus bisa digunakan untuk mengumpulkan

  data tentang pemahaman bersama dari sekolompok individu ataupun untuk memperoleh pendapat dari orang-orang tertentu. Wawancara kelompok terfokus adalah proses pengumpulan data melalui wawancara dengan sekelompok orang, biasanya antara empat sampai enam orang. Si peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan yang bersifat umum dan memancing tanggapan dari individu-individu di dalam kelompok. Wawancara kelompok terfokus akan bermanfaat apabila interaksi antara para individu yang diwawancarai menghasilkan informasi yang paling baik dan apabila orang-orang yang diwawancarai itu terdiri dari orang yang sama dan kooperatif satu sama lain. Wawancara seperti ini juga bermanfaat apabila waktu yang tersedia untuk mengumpulkan data terbatas dan para individu sungkan-sungkan memberikan informasi (walaupun beberapa orang diantaranya boleh jadi enggan memberikan informasi pada wawancara jenis apapun).

  Ketika mengadakan wawancara kelompok terfokus, dorong pra partisipan untuk berbicara dan bergiliran. Kelompok terfokus bisa jadi menantang bagi pewawancara yang kurang menguasai wawancara berbentuk diskusi. Disamping itu, apabila wawancara kelompok terfokus ini direkam dengan audiotape, si transkricptionist (orang yang mentranskrpsikan) boleh jadi akan menemui kesulitan membedakan suara masing-masing individu di dalam kelompok. Masalah lainnya adalah bahwa si peneliti sering memiliki kesulitas membuat catatan karena sedemikian banyaknya hal yang terjadi. Perhatikan contoh prosedur wawancara kelompok terfokus berikut:

  Siswa sekolah menengah atas, yang disponsori oleh tim peneliti universitas, melaksanakan wawancara kelompok terfokus terhadap para siswa lainnya tentang penggunaan tembakau di beberapa sekolah (Plano Clark, dkk, 2001). Pada beberapa wawancara, dua orang siswa pewawancara – satu mengajukan pertanyaan dan satu lagi merekam jawaban – memilih enam orang siswa untuk diwawancarai dalam sebuah kelompok terfokus. Wawancara klompok terfokus ini berlangsung selama satu setengah jam dan pewawancara merekam wawancara tersebut dengan tape rekorder sambil juga membuat catatan selama wawancara. Karena kelompoknya kecil, transcriptionist tidak menemui kesulitan mentranskripsikan wawancara tersebut dan mengidentifikasi suara masing-masing individu. Masing-masing siswa pada awal wawancara itu menyebutkan nama mereka.

  

Wawancara melalui telefon. Bisa jadi tidak ada kemungkinan bagi anda untuk

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

TEMA 8 UNTUK KELAS 2 K 13

18 286 4

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA SEISMIK 2D UNTUK PERHITUNGAN MANUAL GROSS ROCK VOLUME RESERVOAR PADA LAPANGA YTS

14 189 75

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26