Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

  KULIAH KE – 9 & 10

PENETAPAN DAN

KETETAPAN

  PENETAPAN

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ,

dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. (Pasal 12 ayat 1 UU KUP) Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 12 ayat 2 UU KUP)

  PENETAPAN

  PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2008, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

  Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 jumlah pajak yang Pembayaran oleh WP tanpa didahului terutang sesuai dengan surat ketetapan pajak, yaitu dengan ketentuan melalui pemotongan/pemungutan pihak peraturan ketiga dan dibayar sendiri. perundang-undangan perpajakan

  KETETAPAN

Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak

yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar , Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang. (Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

  KETETAPAN Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain Surat Ketetapan Pajak

  Contoh

  PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2008, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

  Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

  Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2008 tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan. maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya Surat pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut Ketetapan

SURAT KETETAPAN PAJAK

  Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,

Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar .

  (Pasal 1 angka 15 UU KUP)

  Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah

pokok pajak , jumlah kredit pajak , jumlah kekurangan

pembayaran pokok pajak , besarnya sanksi administrasi , dan jumlah pajak yang masih harus dibayar .

  (Pasal 1 angka 16 UU KUP) JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00 JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00 JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00 BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00

JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 6.000.000,00

  Pasal 13 (1) UU KUP

PENERBITAN SKPKB

  Dalam jangka waktu 5 ( lima tahun) setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur

Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam

hal-hal sebagai berikut : a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar ;

  b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan

pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran; c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0 % (nol persen);

  d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.

  e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud

  Pasal 13 (1) huruf a

PENERBITAN SKPKB

  UU KUP

  a

  apabila berdasarkan atau

  hasil pemeriksaan keterangan lain

  ;

  pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan , dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan

diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar . {Pasal 13 (2) UU KUP}

  Contoh: SPT PPh badan Tahun 2008 (Tahun Takwim) dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2009.

  Terbit Berakhirnya

  SKPKB tahun pajak 31/12/08 1/1/09

  20/12/09 Contoh

  PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

  Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

  Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp312.500.000,00.

  

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00

  DJP

  

Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00

  menerbitkan SKPKB

  Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00

  tanggal 10

  Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 6.000.000,00

  Oktober

  Pasal 13 (1) huruf b

PENERBITAN SKPKB

  UU KUP

  b

  apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

  Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ,

huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :

  a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

  b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau

  c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

  Contoh

  PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai dengan tanggal 30 April 2009, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan PPh badan tahun 2008. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 Mei 2009 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Juni 2009. PT ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Juni 2009, dengan perincian sbb: Rugi

  (Rp200.000.000,00) PPh terutang

  • Rp -- Kredit Pajak Rp -- Pajak yang kurang dibayar Rp Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp12.500.000,00.

  

Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00

  DJP

  • menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp

  SKPKB

  Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp12.500.000,00

  tanggal 10

  Sanksi administrasi (50%) Rp 6.250.000,00

  Desember

  Pasal 13 (1) huruf c

PENERBITAN SKPKB

  UU KUP

  c

  apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen); Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c , dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus

  persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar .

  {Pasal 13 (3) UU KUP}

  Contoh

  PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2008 dengan rincian sbb: Pajak Keluaran Rp200.000.000,00 Pajak Masukan Rp230.000.000,00 Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00) Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2009.

  Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,

  Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00

  DJP menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00) SKPKB

  Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)

  tanggal 10

  Dikompensasikan ke Masa Jan’09 Rp 30.000.000,00

  Desember 2009

  Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00 Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00

  Pasal 13 (1) huruf d

PENERBITAN SKPKB

  UU KUP

  d

  apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang. Ketentuan mengenai Kewajiban WP ketika dilakukan PEMBUKUAN

  pemeriksaan

  Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :

  a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

  b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;

  c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. {Pasal 13 (3) UU KUP}

  Contoh

  PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

  Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

  Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan buku2, catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT sehingga pajak terutang tidak dapat dihitung. Berdasarkan data yang ada DJP menetapkan Penghasilan Neto sebesar Rp1,1milyar.

  

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00

  DJP menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00 SKPKB

  Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00

  tanggal 10

  Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 15.000.000,00

  Oktober

  Pasal 13 (1) huruf e

PENERBITAN SKPKB

  UU KUP

  e

  apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

  

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

huruf e sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ditambah dengan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) per

bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan , dihitung sejak saat

terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau

Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar .

  {Pasal 13 (2) UU KUP}

  Contoh CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik yang mulai berusaha sejak awal Januari 2007, tetapi belum mendaftarkan diri sampai dengan tanggal 10 Oktober 2009 ketika Dirjen Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan.

  

Berdasarkan data yang ada, diperoleh penghasilan neto selama tahun 2007 adalah sbb:

Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak Rp 0,00 Pajak yang kurang dibayar Rp 282.500.000,00

  Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2007 sebagai akibat penerbitan NPWP secara jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB. Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2009 maka SKPKB tersebut adalah sbb:

  Jumlah Pokok Pajak Rp282.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp282.500.000,00 Sanksi administrasi (bunga 22 bulan) Rp124.300.000,00

DALUWARSA PENERBITAN SKPKB

  Pasal 13 UU KUP

  (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar…”

  (4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka

  

waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah

  saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak .

  

(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah pajak yg tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana

karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya

yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan

  31/12 /2008

  Saat terutang PPh badan tahun pajak 2008 dengan tahun takwim

  1/1/ 2009 31/12 /2013 jangka waktu 5 (lima) tahun Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB 1/1/ 2014 SKPKB tetap dapat diterbitkan apabila WP melakukan tindak pidana yang menimbulkan kerugian negara berdasarkan putusan hakim

  dengan sanksi adm. bunga 48%

  contoh

  Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

  

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. (Pasal 1 angka 17 UU KUP) JUMLAH PAJAK Rp10.000.000,00

  JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00 TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00 BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00 TAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00

  Pasal 15 UU KUP

PENERBITAN SKPKBT

  ayat 1

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah

saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan .

  Apabila skp terdahulu terbit sudah pernah termasuk data berdasarkan pemeriksaan maka diterbitkan baru adalah dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila surat data yang skp terbit berdasarkan keterangan lain ketetapan semula belum maka dilakukan pemeriksaan, bukan

DATA BARU

  

Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan mengenai segala

sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang

yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada

  , baik dalam Surat waktu penetapan semula Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan .

  (Penjelasan Pasal 15 UU KUP)

DATA BARU

  (Penjelasan Pasal 15 UU KUP) Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah

  data yang semula belum terungkap , yaitu data yang:

  a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

  Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal

  Data yang semula belum terungkap

  misalnya Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

  Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan koreksi atas pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut adalah tergolong data yang semula belum terungkap.

  Data yang semula belum terungkap

  misalnya Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran pengelompokan dimaksud.

  Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan, misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2. Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukan koreksi atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan sebagai akibatnya pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan

  Data yang semula belum terungkap

  misalnya Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barang tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak mempunyai hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajak tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli. Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena Pajak tidak mengungkapkan perincian penggunaan barang tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut, dan sebagai akibatnya PPN yang terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka apabila kemudian diketahui adanya data atau keterangan tentang kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan

  Pasal 15 UU KUP

PENERBITAN SKPKBT

  ayat 2

  Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi

  berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. ayat 3

  Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan

  

apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan

berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri , dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai

  melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

  Contoh

  Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2008 a/n PT FGH telah dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2009 dengan perincian sbb:

  Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00 Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00 Sanksi adm. bunga Pasal 13 (2) Rp 2.000.000,00 Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00

  Pada bulan Mei 2010 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa Desember 2008 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga seharusnya jumlah pokok pajak pada Masa Des’08 adalah Rp120juta.

  Jumlah Pajak Rp120.000.000,00

  DJP

  Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00

  menerbitkan

  Tambahan Jumlah Pajak Rp 20.000.000,00 SKPKBT

  Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00

  tanggal 25

  Tambahan jumlah pajak yang

  Mei 2010

DALUWARSA PENERBITAN SKPKBT

  Pasal 15 UU KUP

  ayat 1

  Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang

  Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat

  terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan

  penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan

pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan . ayat 4

  Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

telah lewat , Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan

  ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam

  hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana

  karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

  31/12 /2008

  Saat terutang PPh badan tahun pajak 2008 dengan tahun takwim

  1/1/ 2009 31/12 /2013 jangka waktu 5 (lima) tahun Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKBT setelah dilakukan pemeriksaan apabila atas PPh badan tahun pajak 2008 yang sudah diterbitkan skp ditemukan data baru

  1/1/ 2014 SKPKBT tetap dapat diterbitkan apabila WP melakukan tindak pidana yang menimbulkan kerugian negara berdasarkan putusan hakim

  dengan sanksi adm. bunga 48%

  contoh

SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR

  (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan

pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

  (Pasal 1 angka 19 UU KUP) PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00 JUMLAH KREDIT PAJAK Rp16.000.000,00 JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00

  Pasal 17 UU KUP

PENERBITAN SKPLB

  ayat 1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila

  jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang .

  ayat 2 Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak , menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila

  

terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,

yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan .

  ayat 3 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan

  lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru

  ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah

  Pasal 17 UU KUP

PENERBITAN SKPLB

  ayat 1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila

  

jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih

besar daripada jumlah pajak yang terutang .

  untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.

  Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut

  untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

  SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT yang disampaikan WP

yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Apabila WP setelah menerima SKPLB dan menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak, wajib mengajukan permohonan

  Contoh

  PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

  Rp 282.500.000,00 Kredit Pajak (Rp 202.500.000,00) Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

  Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp252.500.000,00.

  Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00

  DJP

  Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00)

  menerbitkan

  Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00) SKPLB

  Pasal 17 UU KUP

PENERBITAN SKPLB

  Per. Menkeu No. 10/PMK.03/2013

  ayat 2

  Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak , menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak

yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan .

  Dalam hal terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak dipungut dan pajak yang salah dipotong/dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, WP yang melakukan pemotongan/pemungutan atau PKP yang melakukan pemungutan tidak dapat meminta kembali pajak yang salah dipotong atau dipungut tsb.

  PPh yang salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak

yang dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan .

  PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP yang dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan atau belum dibebankan sebagai biaya .

  Pengembalian dapat dilakukan melalui WP/PKP yang memotong/memungut, dalam

SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)

  POKOK PAJAK Rp10.000.000,00 JUMLAH KREDIT PAJAK Rp10.000.000,00 PAJAK NIHIL Rp --

  Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

  (Pasal 1 angka 18 UU KUP)

  POKOK PAJAK Rp -- JUMLAH KREDIT PAJAK Rp -- PAJAK NIHIL Rp --

  Pasal 17A UU KUP Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan , menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah

PENERBITAN SKPN

  kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak .

  untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak; untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang

  Contoh

  PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tgl 30 April 2009 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb: Rugi Neto

  Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

  Rp -- Kredit Pajak Rp -- Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil

  Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil.

  DJP menerbitkan SKPN

  Pokok Pajak Rp -- Jumlah Kredit Pajak Rp -- Pajak Nihil Rp --

SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)

  Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda .

  (Pasal 1 angka 20 UU KUP)

Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama

dengan surat ketetapan pajak. (Pasal 14 angka 2 UU KUP)

  sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan

  Pasal 14 (1) UU KUP

PENERBITAN STP

  

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai b akibat salah tulis dan/atau salah hitung; c Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga; pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak d

membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak e

secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984

dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya ; atau 2. identitas

  

pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya , dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran; f PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak; atau PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan g

  Pasal 14 UU KUP

PENERBITAN STP

  surat untuk melakukan tagihan pajak a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak b sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung; serangkaian

  Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam

  kegiatan yang

  STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

  dilakukan untuk

  dan huruf b ditambah dengan sanksi

  menilai administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua kelengkapan persen) per bulan untuk paling lama 24 pengisian Surat (dua puluh empat) bulan , dihitung sejak saat

  Pemberitahuan dan

  terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,

  lampiran-

  bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai

  lampirannya dengan diterbitkannya STP. termasuk penilaian

(Pasal 14 ayat (3) UU KUP)

tentang kebenaran penulisan dan

  Contoh

PPh Pasal 25 Tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh

  tempo tiap tanggal 15. Bulan Juni 2008, dibayar tepat waktu sebesar Rp40.000.000,00.

  Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar Rp60juta.

  Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan STP pada tanggal 18 September 2008 dengan penghitungan sbb:

  Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2008 Rp60.000.000,00 Bunga =

  3 x 2% x Rp60.000.000,00 Rp 3.600.000,00

  Jumlah yang harus dibayar Rp63.600.000,00

  1 Juli 2008 – 18 September 2008 = 3 bulan

  Contoh

  SPT Tahunan PPh tahun 2008 (tahun takwim) yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009 setelah dilakukan

  penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00.

  Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada tanggal

12 Juni 2009 dengan penghitungan sbb:

  • Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00
  • Bunga = 6 x 2% x Rp1.000.000,00= Rp 120.000,00
  • Jumlah yang harus dibayar Rp1.120.000,00

  1 Januari 2009 – 12 Juni 2009 = 6 bulan

  Pasal 14 UU KUP

PENERBITAN STP

  surat untuk melakukan tagihan

  sanksi administrasi berupa bunga

  Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar; Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar; :

  Pasal 9 ayat 2a KUP pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo; :

  Pasal 9 ayat 2b KUP pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan

  

Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut

ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar; Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak; Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal WP menunda penyampaian SPT Tahunan yang penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

Pasal 14 ayat 1 huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan

  CONTOH PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada

tanggal 20 Februari 2010, yang semula menyatakan jumlah pajak

terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,

dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta

dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Februari 2010.

  

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sesuai dengan Pasal 8 ayat 2

UU KUP sebesar: 2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00 Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 20 Februari 2010 = 10 bulan. DJP menerbitkan STP untuk menagih sanksi administrasi berupa bunga tersebut

  Pasal 14 UU KUP

PENERBITAN STP

  surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi

  berupa denda

  Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

Pasal 14 ayat 1 huruf e: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak

mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya ; atau

2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam

  

Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya , dalam hal

penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;

  Pasal 14 ayat 1 huruf f: PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak; atau

Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi

denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan administrasi berupa Pajak . (Pasal 14 ayat 4 UU KUP)

  Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak

  Contoh

  Pengusaha Kena Pajak A pada tanggal 30 Mei 2008 menyerahkan Barang Kena Pajak dengan harga jual Rp10juta kepada Pengusaha Kena Pajak B. Pelunasan dilakukan oleh A pada tanggal 2 Juli 2008 dan bersamaan dengan itu PKP A menerbitkan Faktur Pajak Standar tertanggal 2 Juli 2008.

  PKP A terlambat membuat Faktur Pajak Standar yang seharusnya paling lambat tanggal 30 Juni 2008.

  Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal melalui pemeriksaan, maka PKP A dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% x DPP

  DJP menerbitkan STP

  Pasal 14 (1) UU KUP

PENERBITAN STP

  Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak .

  (Pasal 14 ayat 5 UU KUP)

  e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya ; atau 2. identitas pembeli

serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)

huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya , dalam hal penyerahan

dilakukan oleh PKP pedagang eceran;

  Merupakan Faktur Pajak Sederhana Catatan

  Pasal 14 UU KUP

  Catatan

PENERBITAN STP

  Pasal 14 ayat 1 huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya. Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 14 ayat 5 UU KUP) Wajib Pajak Marzuki menerima SKPKB sebesar Rp60.000.000,00 yang

diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009

dengan batas akhir pelunasan tanggal

  1 Februari 2009. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur

pembayaran pajak dalam jangka waktu

5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesarRp12.000.000,00. Berapa sanksi administrasi yang dikenakan kepada WP? produk hukum apa yang diterbitkan DJP

  SKPKB sebesar Rp60.000.000 terbit

tanggal 2 Januari 2009 dan batas akhir

pelunasan tanggal 1 Pebruari 2009. Wajib Pajak diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak sampai dengan tanggal 30 Agustus 2009. Berapa sanksi administrasi yang dikenakan kepada WP? produk hukum apa yang diterbitkan DJP? Sebutkan dasar hukumnya.

  PT ZERO melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2007 (rugi sebesar Rp15.000.000) pada tanggal 8 Juni 2009 dan KPP telah mengirimkan Surat Teguran untuk menyampaikan SPT paling

lambat tanggal 2 Juni 2009. Berdasarkan hasil

pemeriksaan ternyata Penghasilan Kena Pajak

sebesar Rp100.000.000,00 dengan PPh yang masih harus dibayar Rp10.000.000,00. Atas kekurangan pembayaran pajak tersebut DJP menerbitkan produk hukum pada tanggal 2 Maret 2010. Sebutkan produk hukum yang dikenakan kepada WP, berapa sanksi administrasi yang harus ditagih kepada WP? Berapa jumlah pajak yang masih harus

KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

  PAJAK YANG TERUTANG < KREDIT PAJAK Pajak yang telah dibayar oleh WP Kredit Pajak untuk PPh adalah pajak yang yang bukan merupakan objek pajak dibayar sendiri oleh WP (+) pokok pajak yang yang terutang atau kesalahan terutang dalam STP karena PPh dalam tahun pemotongan atau pemungutan yang berjalan tidak atau kurang dibayar (+) pajak mengakibatkan pajak yang dipotong yang dipotong atau dipungut (+) ditambah atau dipungut lebih besar daripada dengan pajak atas penghasilan yang dibayar pajak yang seharusnya dipotong atau atau terutang di luar negeri (-) pengembalian dipungut berdasarkan ketentuan pendahuluan kelebihan pajak. peraturan perundang-undangan Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak perpajakan atau bukan merupakan Masukan yang dapat dikreditkan setelah objek pajak. (PMK No. 10/PMK.03/2013) dikurangi dengan pengembalian pendahuluan Pembayaran dapat diminta kelebihan pajak atau setelah dikurangi kembali dengan mengajukan dengan pajak yang telah dikompensasikan. permohonan. Permohonan restitusi dilakukan melalui SPT

  

Permohonan RESTITUSI dalam SPT

SELAIN WP dgn kriteria tertentu dan WP yg memenuhi persyaratan tertentu; (Pasal 17B)

  WP YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU (Pasal 17D) PEMERIKSAAN Surat Ketetapan Pajak PENELITIAN Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima, harus diterbitkan: tidak berlaku thd WP yg sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan. paling lambat: 3 bulan sejak permohonan diterima untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN, diterbitkan

  Apabila setelah lewat jangka waktu tsb Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.

  WP DENGAN KRITERIA TERTENTU (Pasal 17C) serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan

  (Pasal 17B

  Permohonan RESTITUSI oleh WP SELAIN WP dgn kriteria

UU KUP)

  tertentu dan WP yg memenuhi persyaratan tertentu;