Kontribusi matapelajaran Fisika pada pembangunan karakter bangsa

  Kontr ibusi matapelajaran Fisika pada pendidikan karakter Oleh Sutopo, Fisika FMI PA UM sutopo1 9 0 [email protected] , sutopo@fisik a.um.ac.id Ditulis pada sekitar M ei 2011 Diunggah pada 3 Desember 2011 PENDAHULUAN

  Penggalakan pendidikan karakt er yang belakangan ini dicanangkan pemerint ah dan didukung secara luas oleh para t okoh bangsa sebenarnya bukan merupakan gerakan penggeseran at au perubahan (ke arah baru) t ujuan pendidikan nasional kit a. M elainkan, lebih sebagai penekanan at au penyadaran kembali akan t ujuan mulia sist em pendidikan kita sebagaimana telah diamanat- kan oleh UU No 20 Tahun 2003 Tent ang Sist em Pendidikan Nasional. Pasal 3 undang-undang t ersebut menyat akan bahw a “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membent uk w at ak sert a peradaban bangsa yang bermart abat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bert ujuan unt uk berkembangnya potensi pesert a didik agar menjadi manusia yang beriman dan bert akw a kepada Tuhan Yang M aha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilm u, cakap, kreat if, mandiri, dan menjadi w arga negara yang demokrat is sert a bert anggung jaw ab.” Karakt er merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang M aha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang t erw ujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkat aan, dan perbuat an berdasarkan norma-norma agama, hukum, t at a krama, budaya, dan adat ist iadat (Sudrajad, 2010). Pendidikan karakt er perlu (harus) dilaksana- kan secara simult an-int egrat if melibat kan semua mat apelajaran. Berart i, pelajaran Fisika juga harus memberikan sumbangan nyat a t erhadap penyiapan generasi masa depan Indonesia yang berkarakt er kuat .

  Secara yuridis-konsept ual, keharusan mat apelajaran fisika menumbuhkembangkan karakt er sisw a sudah diamanat kan dalam perat uran perundangan t erkait . M isalnya, dalam Permendik- nas nomor 22 t ahun 2006 t ent ang st andar isi, khususnya unt uk rumpun mat apelajaran Ilm u Penget ahuan dan Teknologi di mana pelajaran fisika t ermasuk di dalamnya, dinyat akan bahw a kelompok mat a pelajaran ilmu penget ahuan dan t eknologi dimaksudkan unt uk (1) mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu penget ahuan dan t eknologi (unt uk jenjang SD), memperoleh kompet ensi dasar (unt uk jenjang SM P) dan kompet ensi lanjut (unt uk jenjang SM A) ilm u penge- t ahuan dan t eknologi, sert a (2) menanamkan kebiasaan (unt uk jenjang SD) dan membudayakan (unt uk jenjang SM P dan SM A) berpikir dan berperilaku ilm iah yang krit is, kreat if dan mandiri. Dalam Permendiknas no 23 Tahun 2006 t ent ang SKL (St andar Kom pet ensi Lulusan), khususnya pada SKL rumpun mat apelajaran Ilmu Penget ahuan dan Teknologi, dinyat akan bahw a lulusan SM A harus menunjukkan sejumlah kemampuan dan sikap, ant ara lain: (1) berpikir logis, krit is, kreat if, dan inovat if secara mandiri, (2) mengembangkan budaya belajar unt uk pem berdayaan diri, (3) kompet it if, sport if, dan et os kerja unt uk mendapat kan hasil yang t erbaik dalam bidang ipt ek, (4) menganalisis dan memecahkan masalah kompleks, (5) menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing, (5) memanfaat kan lingkungan secara produkt if dan bert anggung jaw ab, dan (6) berkomunikasi dan berint eraksi secara efekt if dan sant un melalui berbagai cara t ermasuk pemanfaat an t eknologi informasi. Khusus unt uk pelajar- an Fisika, Permendiknas t ent ang st andar isi menyat akan bahw a t ujuan pelajaran Fisika di SM A adalah agar pesert a didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut . (1) M embent uk sikap posit if t erhadap fisika dengan menyadari ket erat uran dan keindahan alam sert a menga- gungkan kebesaran Tuhan Yang M aha Esa. (2) M emupuk sikap ilm iah yait u jujur, obyekt if, t erbuka, ulet , krit is dan dapat bekerjasama dengan orang lain. (3). M engembangkan pengalaman unt uk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipot esis melalui percobaan, merancang dan merakit inst rumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan dat a, sert a mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan t ert ulis. (4) M engembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis indukt if dan dedukt if dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika unt uk menjelaskan berbagai perist iw a alam dan menyelesaian masalah baik secara kualit at if maupun kuant it at if. (5) M enguasai konsep dan prinsip fisika sert a mempunyai ket eram pilan mengembangkan penget ahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal unt uk melan- jut kan pendidikan pada jenjang yang lebih t inggi sert a mengembangkan ilmu penget ahuan dan t eknologi. Berdasarkan t elaah beberapa perat uran perundangan t ersebut dapat disimpulkan bahw a pelajaran Fisika di SM A (at au IPA di jenjang SD dan SM P) juga berfungsi unt uk menyiapkan generasi muda Indonesia yang berkarakt er kuat . M eskipun kat a “ karakt er” t idak dinyat akan secara eksplisit , banyak indikat or manusia berkarakt er yang muncul dalam rum usan-rum usan t ersebut . M isalnya mengagungkan kebesaran Tuhan Yang M aha Esa (sebagai salah sat u indi- kat or ket aqw aan t erhadap Tuhan), memiliki kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah (jujur, obyekt if, t erbuka, ulet , krit is, kreat if, dan mandiri), percaya diri dan beret os kerja t inggi unt uk mendapat kan hasil kerja yang t erbaik, bert anggung jaw ab dalam memanfaat kan lingkungan secara produkt if; dan dapat bekerjasama dengan orang lain (berkomunikasi dan berint eraksi secara efekt if dan sant un).

  Bagaimana mengakt ualkan dalam prakt ik pendidikan Fisika di sekolah? M enurut hemat penulis, ada dua st rageri yang dapat dit empuh dan keduanya harus dilaksanakan secara sinergis (saling memperkuat ). Kedua st rat egi it u adalah melalui ket eladanan para guru fisika dan melalui pem- belajaran fisika it u sendiri. Berikut diuraikan lebih t erperinci masing-masing st rat egi t ersebut .

  PEM UPUKAN KARAKTER M ELALUI KETELADANAN GURU FISIKA

  M enurut hemat penulis, pendidikan karakt er t idak bisa hanya dilakukan dengan kat a-kat a, nasehat , at au slogan. Ket eladan adalah yang paling diperlukan sisw a. Dalam kont eks pendidikan karakter melalui pelajaran Fisika, maka keteladan guru fisika sangat menentukan keberhasilannya. Secara t eoret is, berdasarkan Undang Undang Guru dan Dosen sert a Permendiknas nom or 16 t ahun 2007 t ent ang St andar Kualifikasi Akademik dan Kompet ensi Guru, guru fisika semest inya t elah memiliki sejumlah kompet ensi yang pant as dit eladankan ke para sisw a. Sebagai misal, t erkait dengan kompet ensi kepribadian, guru fisika dit unt ut : (1) bert indak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan t eladan bagi pesert a didik dan masyarakat , (3) m enampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berw ibaw a, (4) menunjukkan etos kerja, t anggungjaw ab yang t inggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan (5) menjun- jung t inggi kode et ik profesi guru. Jika guru fisika senant iasa menunjukkan kepribadian t ersebut di hadapan para sisw a, maka set iap hari sisw a akan melihat ket eladanan it u sehingga secara alami akan menyerap karakt er t ersebut . Beberapa ket eladanan lain yang bisa dit unjukkan guru fisika ant ara lain sebagai berikut .

  1. Senantiasa menunjukkan sikap positif terhadap fisika

  Guru fisika perlu senant iasa menunjukkan sikap posit ifnya t erhadap fisika sekaligus apresiasinya t erhadap ket erat uran alam cipt aan Tuhan. Guru fisika perlu menyipt akan sebanyak mungkin ke- sempat an unt uk menunjukkan sikap it u seraya mengajak sisw anya unt uk bersikap yang sama. Guru fisika juga perlu senant iasa menunjukkan sikap ilmiah (jujur, objekt if, cermat , selalu ingin t ahu, t idak mudah percaya t erhadap opini yang belum t eruji, t erbuka t erhadap pandangan orang lain, dan mau bekerjasama) sebagai buah dari sikap posit ifnya t erhadap fisika. Ket eladanan sepert i it u sangat diperlukan sisw a. Jika guru menunjukkan sikap sebaliknya, maka segala nasehat dan ajakan guru t ent ang it u sangat sulit bisa diikut i sisw a. Adalah sangat t idak mungkin mengharapkan sisw a mem iliki sikap-sikap it u jika gurunya sendiri t idak mem ilikinya, apalagi menunjukkan perilaku yang sebaliknya.

  2. Senantiasa menunjukkan perilaku sebagai profesional

  Guru fisika perlu secara konsist en menunjukkan et os kerja yang t inggi dan bert anggungjaw ab t erhadap t ugasnya. Guru fisika memiliki peluang lebih besar menunjukkan sikap profesional it u sebab mereka harus melakukan banyak upaya unt uk bisa menyiapkan pembelajaran fisika yang baik. M isalnya menyiapkan set -up percobaan, m enghadirkan fenomena nyat a ke dalam kelas, dan melayani sisw a dengan berbagai lat ar belakang kemampuan agar bisa belajar fisika dengan baik. Sebagai profesional, guru fisika hendaknya juga selalu menunjukkan mot ivasi yang t inggi unt uk meningkat kan w aw asan, kemampuan, dan ket rampilannya. Semakin sering sisw a melihat ket eladan it u dari guru semakin besar peluang sisw a menyerap sikap profesional t ersebut .

3. Bersama sisw a membangun komunitas belajar yang sehat

  Tercipt anya kelas sebagai komunit as belajar yang sehat memungkinkan set iap sisw a bisa ber-

  part isipasi akt if dalam berbagai bent uk kegiat an belajar yang berlangsung di kelas. Unt uk men- cipt akan komunit as belajar sepert i it u, guru perlu memberi cont oh bagaimana menghargai pendapat dan pemikiran sisw a, bet apa pun naifnya pemikiran it u. Guru juga perlu memberikan penguat an terhadap int eraksi posit if ant ar siswa sert a mencegah berkembangnya suasana negat if yang menyebabkan sisw a t idak nyaman mengemukan pendapat . Ket eguhan mencipt akan dan menjaga komunit as belajar yang sehat sekaligus dapat mendidik sisw a unt uk berint eraksi dengan orang lain dengan baik.

  PEM UPUKAN KARAKTER M ELALUI PEM BELAJARAN FISIKA

  Pelajaran Fisika sangat berpot ensi menumbuhkembangkan karakt er sisw a, t erut ama t erkait dengan nilai, sikap, dan kebiasaan posit if dalam berpikir, bert indak, dan berint eraksi dengan Tuhan, alam, maupun orang lain. Pernyat aan tersebut didasarkan pada berbagai pemikiran sebagai berikut .

   Berdasarkan rum usan st andar isi pelajaran fisika maupun sains, sebagaimana t elah disebut - kan di depan, t erlihat jelas bahw a fungsi pelajaran fisika t idak hanya unt uk membekali sisw a dengan penget ahuan fisika (fisika sebagai produk), melainkan juga unt uk membekali sisw a dengan kemampuan, sikap, dan nilai yang secara t eoret is bisa (sangat bisa) dikembangkan melalui pembelajaran Fisika. Bahkan, t erkait dengan nilai, pelajaran fisika di Indonesia juga diarahkan unt uk memupuk nilai-nilai keTuhanan; suat u yang jarang dit emui di negara maju (USA misalnya). Hal tersebut mengisyaratkan bahwa para perumus standar isi pelajaran fisika/ sains t ersebut menyadari bet ul bahw a pelajaran fisika sangat berpot ensi unt uk menyiapkan generasi muda Indonesia yang berkarakt er kuat .

   Selain berguna unt uk mengembangkan kemampuan int elekt ual, Fisika (sains) juga dapat mengembangkan moral sepert i kemampuan berpikir mandiri, ket ekunan, ket ulusan, dan kesediaan meninggalkan pendapat nya yang kemudian t ernyat a salah (Helbert Spencer, dalam Hinduan, 2011).

   Dengan st rat egi dan met ode pembelajaran yang sesuai, melalui pelajaran fisika sisw a dapat mengembangkan sejumlah kemampuan yang selalu menduduki peringkat t erat as dalam hasil survey t ent ang kecakapan yang diperlukan dalam dunia kerja, yait u kemampuan problem solving , int erpersonal, dan berkomunikasi (Heuvelen, 2001).

   Pembelajaran fisika yang selaras dengan hakekat fisika sebagai ingkuiri dapat mendorong sisw a mengembangkan penget ahuan dan pemahaman t ent ang ide-ide sains sert a mema- hami bagaimana para saint is mempelajari alam . M elalui ingkuiri sisw a berlat ih menjelaskan objek at au perist iw a, mengajukan pert anyaan, merumuskan jaw aban melalui observasi/ eksperimen, menguji jaw aban sement ara berdasarkan penget ahuan ilmiah yang t ersedia, dan mengomunikasikan pikiran/ pandangnnya ke orang lain. Sisw a juga t erbiasa mengident i- fikasi asumsi, menggunakan cara berpikir logis dan krit is, sert a mempert imbangkan berbagai alt ernat if penjelasan. (Nat ional Academy of Sciences, 1996).

   Pembelajaran fisika berpot ensi mengembangkan kemahiran fisika generik yang kelak sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi mereka yang akan menit i karier dalam bidang sains maupun yang t idak. Kemahiran fisika generik yang dimaksud adalah: (1) kemahiran mengamat i (langsung maupun t ak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of

  scale ), (3) kemahiran menggunakan bahasa simbolik, (4) kemahiran menggunakan logika

  t aat asas, (5) kemahiran melakukan inferensi logika, (6) kem ahiran menggunakan hukum sebab-akibat , (7), kemahiran mengembangkan model matematik, dan (8) kemahiran mengem- bangkan konsep (Hinduan, 2011). Secara konsept ual, pot ensi pelajaran fisika unt uk membangun karakt er bangsa (generasi muda) Indonesia t elah dipaparkan. Hal pent ing yang perlu dirumuskan berikut nya adalah bagaimana mew ujudkannya di kelas pembelajaran. Berikut diajukan beberapa pemikiran t ent ang it u.

1. Pemupukan nilai-nilai Agama dan KeTuhanan

  Fisika merupakan ilm u penget ahuan yang dibangun, dikembangkan, dan dipelajari manusia unt uk memahami dunia fisik. Keberhasilan manusia mengungkap dan m erumuskan perilaku dunia fisik (meskipun masih jauh dari lengkap dan sempurna), menunjukkan bahw a benda- benda di alam ini t unduk pada suat u hukum (dalam art i luas, at au at uran) t ert ent u yang dit e- t apkan unt uknya. Ada hukum yang khas unt uk benda yang khas (misalnya air, H O, mendidih

  2 o

  pada suhu 100 C pada t ekanan normal), ada juga hukum yang berlaku umum unt uk semua benda yang memiliki karakt erist ik t ert ent u (misalnya ant ara dua sebarang benda bermasa selalu t arik-menarik). Tanpa ada ket erat uran yang langgeng pada perilaku benda-benda fisik niscaya manusia t idak akan pernah berhasil membangun fisika, apalagi menyempurnakannya. Namun, ada sat u hal pent ing yang perlu dihindari dalam menggunakan fisika unt uk meningkat - kan penghayat an nilai-nilai keagamaan, yait u mencoba “ membenarkan” agama dengan fisika. Sebab Fisika adalah karya manusia yang kedudukannya jauh lebih rendah dari hukum -hukum agama yang dicipt akan Tuhan.

  Ada beberapa nilai keagamaan yang bisa disisipkan dalam pembelajaran fisika, ant ara lain sebagai berikut .

   Kesadaran akan keteraturan alam dan rasa takjub akan kebesaran Tuhan . M eningkat kan

  kesadaran (penghayat an) akan ket erat uran dan keindahan alam unt uk mengagungkan ke- besaran Tuhan Yang M aha Esa merupakan salah sat u t ujuan mat apelajaran fisika (sains) di Indonesia. Hal it u dinyat akan secara eksplisit dalam st andar isi mat apelajaran Fisika (sains). Bagaimana mew ujudkannya dalam pem belajaran? Kesadaran akan suat u nilai hanya akan t erbent uk melalui pemahaman yang mendalam akan keberadaan dan makna nilai-nilai t er- sebut . Para ahli psikologi menyarankan bahw a pemahaman yang mendalam akan t erbent uk melalui pengulangan berkali-kali pada sit uasi yang berbeda-beda (mult iple exposure) (Heuvelen, 2001). Jadi, salah sat u cara yang bisa dit empuh adalah guru senant iasa mengajak sisw a melakukan refleksi (perenungan) t erhadap ket erat uran alam dan Keagungan Tuhan Sang Pencipt a Alam dalam berbagai kesempat an. M isalnya manakala sisw a t elah berhasil menjelaskan fenomena alam dengan menggunakan t eori/ prinsip/ hukum fisika, berhasil me- mecahkan masalah melalui eksperimen, berhasil memahami ket erkait an beberapa t eori/ hukum/ prinsip fisika, dan berhasil memahami penerapan fisika dalam t eknologi maupun kehidupan sehari-hari (sebagai buah dari ket erat uran alam yang t elah berhasil diungkap dan dimanfaat kan manusia). Perenungan sepert i it u hampir selalu dapat dilakukan pada set iap pert emuan yang membahas t opik (pokok bahasan) baru.

   Ketaatan (ketaqw aan) terhadap Tuhan . Bert aqwa kepada Tuhan merupakan karakter utama

  sekaligus falsafah bangsa Indonesia. Sebagai umat beragama, set iap w arga Indonesia meya- kini adanya kehidupan setelah mat i. M ereka yakin bahwa kemuliaan pada kehidupan setelah mat i it u dit ent ukan oleh perilaku saat hidup di dunia ini. M ereka juga percaya bahw a ket aqw aan t erhadap Tuhan merupakan jaminan akan kemuliaan dalam kehidupan set elah mat i t ersebut . Yang menjadi masalah adalah bahw a manusia cenderung melupakan keyakinan it u.

  Pelajaran fisika berpot ensi mengingat kan guru dan sisw a, bahkan mampu mendorong me- ningkat kan ket aqw aan it u. Bagaimana bisa? Jika guru dan sisw a sering melakukan refleksi: “ Jika benda-benda objek penyelidikan fisika saja (yang t idak dit unt ut pert angungjaw aban) selalu taat t erhadap ketentuan yang diberlakukan kepadanya, maka betapa bodoh/ sombong- nya manusia yang t idak mau t aat pada Tuhan; padahal kelak mereka past i dit unt ut pert ang- gungjaw aban” maka mereka sangat mungkin akan t erdorong unt uk lebih meningkat kan ket aqw aannya kepada Tuhan. Sepert i t elah dinyat akan, refleksi t ersebut perlu dilakukan berulangkali dalam berbagai kont eks yang berbeda.

2. Pemupukan Akhlak M ulia

  Berakhlak mulia merupakan karakt er bangsa Indonesia yang senant iasa perlu dipupuk dan di- w ariskan dari generasi ke generasi. Karena it u, UU Sisdiknas secara eksplisit menyat akan bahw a salah sat u t ujuan pendidikan nasional Indonesia adalah mengembangkan pot ensi pesert a didik “ agar menjadi manusia yang beriman dan bert akw a kepada Tuhan Yang M aha Esa, berakhlak mulia, …” Upaya mew ujudkan t ujuan it u t idak bisa dibebankan pada beberapa mat apelajaran saja, misalnya PPKN dan Pendidikan Agama. Sebagai bagian dari suat u sist em, mat apelajaran Fisika (sains) juga harus bisa memberi sumbangan berart i. Bagaimana pelajaran Fisika bisa memupuk akhlak mulia? Berikut disajikan beberapa pemikiran t ent ang it u.

  Pelajaran Fisika bisa digunakan unt uk memupuk akhlak mulia yang berkait an dengan aspek int erpersonal (berint eraksi dengan orang lain) dan aspek int rapersonal (m isalnya jujur, cermat , ulet , rasa ingin t ahu, t idak mudah percaya t erhadap pernyat aan yang belum jelas kebenaran- nya, dan bersedia meninggalkan pandangan yang t ernyat a t erbukt i salah). Pelajaran fisika bisa mengembangkan karakt er-karakt er t ersebut melalui pemahaman dan pemerolehan (akuisisi). Tent u saja guru dit unt ut menyiapkan dan merencanakannya dengan baik.

  . Pemahaman terhadap nilai-nilai akhlak mulia bisa dilakukan melalui diskusi dan

  Pemahaman

  refleksi mendalam manakala hal itu muncul dalam pembelajaran. M isalnya, pent ingnya menaat i perat uran lalulint as dan berhat i-hat i dalam berkendaraan (unt uk melindungi keselamat an diri dan orang lain) perlu didiskusikan saat membahas t opik gerak at au t um bukan. Pada t opik gerak, misalnya, perlu dibahas secara mendalam hal-hal berikut. (1) Berapa jauh kendaraan akan melaju t anpa kendali (nyelonong) jika kit a lengah selama 0,5 det ik saja pada saat mengemudikan ken- daraan dengan laju 60 km/ jam? (2) Berapa jarak aman iring-iringan mobil saat melaju dengan kecepat an 80 km/ jam ? (3) M engapa kecepat an maksimum dalam kot a rat a-rat a 40 km/ jam? Selain membahas aspek keselamat an, melalui diskusi t ersebut sisw a perlu belajar meningkat - kan kesadarannya akan skala (sense of scale) t ent ang besaran-besaran t erkait . M isalnya sebera- pa cepat kah 40 km/ jam it u, berapa kisaran kecepat an orang berjalan at au berlari, berapa kisaran w akt u respon manusia t erhadap kejadian-kejadian mendadak, dan berapa kisaran perlambat an (pengereman) t erbesar sebelum menyebabkan int erlocking. Pada t opik t umbukan, misalnya, perlu dibahas secara mendalam hal-hal berikut : (1) pent ingnya menggunakan sabuk keselamatan (safet y belt ) saat berkendaraan sert a melengkapi mobil dengan kant ung udara (air bag), (2) pengaruh ukuran m obil t erhadap keselamat an penumpang saat t erjadi kecelakaan (semakin panjang dan semakin berat akan semakin aman), dan (3) sekurang-kurangnya ada t iga jenis t umbukan saat t erjadi t abrakan, yait u t umbukan ant ara mobil dengan benda yang dit abrak, t umbukan ant ara penum pang dengan bagian-bagian mobil, dan t umbukan ant ar -organ dalam t ubuh. Kesadaran akan skala t ent ang besaran-besaran t erkait juga pent ing dibahas. M isalnya, t ingkat kerusakan (besarnya gaya impuls) berdasarkan kecepat an saat t erjadi t abrakan. Dengan menghit ung gaya impuls pada berbagai kecepat an saat suat u mobil bert abrakan dan gaya impuls yang dialami mobil it u jika dijat uhkan dari ket inggian t ert ent u (misalnya dari lant ai 1, lantai 2, lantai 3 dst suatu bangunan) kemudian membandingkan keduanya, siswa akan memiliki “ gambaran” t ingkat kerusakan at au kerasnya bent uran yang diakibat kan t abrakan pada kece- pat an t ert ent u.

  Pemahaman juga dapat dilakukan dengan m engambil met afora at au analogi dari perilaku alam unt uk dikait kan dengan bagaimana seharusnya kit a berhubungan dengan orang lain. Cont oh, sebagai akibat dari prinsip “ set iap benda memerlukan ruang” maka kit a akan sulit mengisi bot ol dengan air apabila udara dalam bot ol t idak diberi kesempat an unt uk meninggalkan t empat nya (keluar dari bot ol). Semakin t ergesa-gesa kit a menuangkan air, semakin banyak air yang tert olak dan semakin sedikit air yang berhasil masuk ke dalam bot ol. Hal serupa juga t erjadi saat kit a ingin memasukkan pot ongan kert as kecil ke dalam t abung mendat ar dengan cara meniup. Semakin keras kit a meniup semakin sulit kert as masuk. Bahkan kert as akan t erpent al dan “ menampar” muka kit a. Dari fenomena it u dapat diambil pelajaran, misalnya, mengajak orang lain unt uk berubah perlu dilakukan dengan hat i-hat i, perlahan (bert ahap), dan dengan st art egi yang t epat. Cara front al, apalagi dengan kekerasan, sangat kecil kemungkinan berhasilnya. Cont oh lain: berdasarkan hukum New t on, set iap aksi selalu ada reaksi yang seimbang. Dari hukum it u dapat dipet ik pelajaran: “ jangan berharap kebaikan dari orang lain jika t idak pernah berbuat baik kepada orang lain at au bahkan sering berbuat aniaya kepada orang lain” , at au “ hargai dan hormat i orang lain jika ingin orang lain menghargai dan menghormat i kit a” , at au “ selalulah berprasangka baik kepada orang lain jika ingin orang lain berprasangka baik kepada kit a” . Sat u cont oh lagi. Berdasarkan prinsip resonansi, yait u resonansi hanya akan t erjadi jika ada kesamaan frekuensi, dapat diambil pelajaran misalnya sebagai berikut . Jika ingin bisa kerjasama secara baik dengan orang lain, carilah kesamaan kemudian gunakan sebagai dasar bekerja sama, sepert i dikat akan Presiden Obama saat berkunjung ke Indonesia bulan November 2010: “ W e can choose t o be defined by our differences, and give in to a f ut ure of suspicion and

  

m ist rust . Or w e can choose t o do t he hard work of forging comm on ground, and com m it

ourselves t o t he st eady pursuit of progress

Akuisisi . Akuisisi (pemerolehan melalui prakt ik) nilai-nilai int erpersonal dan int rapersonal dapat

difasilit asi melalui kerja lab at au melalui pembelajaran dengan inkuiri dan/ at au kolaborat if.

  Sesuai anjuran banyak ahli pendidikan sains, pembelajaran fisika seyogyanya dikembangkan dengan basis inkuiri sepert i it u. M elalui inkuiri sisw a berlat ih menjelaskan objek at au perist iw a, mengajukan pertanyaan, merumuskan jawaban melalui observasi/ eksperimen, menguji jawaban sement ara berdasarkan penget ahuan ilmiah yang t ersedia, dan mengomunikasikan pandangan/ pikirannya ke orang lain. Siswa juga terbiasa mengident ifikasi asumsi, menggunakan cara berpikir logis dan krit is, sert a mempert im bangkan alt ernat if-alt ernat if penjelasan. (Nat ional Academy of Sciences, 1996). M elalui kerja lab, sisw a berlat ih bekerja secara cermat , t elit i, dan sist emat is. Sisw a juga berlat ih bekerjasaman dan bersikap objekt if (lebih mengut amakan fakt a daripada opini). M elalui pembelajaran kolaborat if, sisw a belajar mendengar dan menghargai pandangan orang lain, belajar t idak memaksakan kehendak, dan belajar berkom unikasi secara efekt if.

3. Pemupukan sikap taat asas

  Saat ini mudah sekali dit emukan fenomena pelanggaran t aat -asas di Indonesia, baik dalam bent uk prakt ik pelanggaran hukum maupun dalam bent uk inkonsistensi dalam sist em perat uran perundangan. Bukt i t erjadinya inkonsist ensi dalam sist em perat uran perundangan adalah banyaknya perat uran daerah yang t erpaksa dibat alkan oleh pemerint ah pusat karena t idak sesuai dengan perat uran perundangan yang sudah ada. Juga masih bisa dijumpai perat uran yang t idak konsist en tat api t et ap diberlakukan. Sebagai misal, di bidang pendidikan, adalah perat uran t ent ang sert ifikasi guru dan dosen. Undang-undang t ent ang guru dan dosen dengan t egas menyat akan bahw a syarat memperoleh sert ifikat pendidik profesional adalah berkualifikasi minimum S1 at au D-4 unt uk guru dan S-2 unt uk dosen. Dalam perjalanannya, t erbit perat uran yang memungkinkan guru yang belum S1/ D-4 serta dosen yang belum S-2 pun bisa memperoleh serifikat . Beberapa perat uran yang mengat ur kew ajiban dan hak dosen (dosen biasa, dosen yang mendapat t ugas t ambahan -sebagi rekt or misalnya, dan dosen t ugas belajar) juga t idak saling t aat asas. M isalnya, ekivalensi w akt u mengajar penuh (EWM P) dosen yang mendapat t ugas t ambahan sebagai rekt or dan yang mendapat t ugas st udi lanjut sama-sama diset arakan dengan 12 sks. Tet api, menurut perat uran yang lain, hak keduanya sangat berbeda meskipun EWM P keduanya sama. Jika dosen yang mendapat t ugas st udi lanjut dihent ikan t unjangan fungsionalnya (meskipun digant i dengan t unjangan t ugas belajar yang sama besarnya) dan semua karya yang diperoleh dalam masa st udi t idak diakui angka kredit nya, t idak demikian halnya dengan rekt or. Rekt or t et ap mendapat t unjangan fungsional dosen dan semua karya akademiknya selama menjadi rekt or juga diakui penuh.

  Sat u ciri yang melekat pada negara maju adalah berkembangnya budaya taat -asas yang tercermin pada budaya t ert ib dan t aat hukum. Oleh sebab it u, jika negeri ini benar -benar ingin menjadi negara maju, maka ket aat -asasan harus menjadi gerakan nasional hingga berkembang di semua lapisan masyarakat . Bagaimana pelajaran fisika m emupuk ket aat -asasan? Kemampuan menggunakan logika t aat asas merupakan salah sat u dari 8 kemampuan generik yang dapat dikembangkan melalui pelajaran Fisika (sains). Pemupukan ket aat -asasan dapat dilakukan berulang kali pada sit uasi yang berbeda-beda dalam hampir set iap jam pelajaran. Saat mempelajari hukum at au t eori fisika, guru perlu menyadarkan sisw a bahw a set iap t eori dan hukum fisika memiliki bat asan keberlakuan baik dalam kont eks maupun kondisi yang dipersyarat kan. Sebagai cont oh, hukum -hukum gerak New t on dibangun unt uk menjelaskan gerakan part ikel-part ikel bermassa, hanya berlaku pada kecepat an rendah, dan kerangka acuan yang digunakan adalah kerangka acuan inersial. Penyadaran it u dapat diulang lagi pada saat sisw a berlat ih memecahkan berbagai persoalan fisika.

  Ket aat -asasan juga dapat dikembangkan saat sisw a melakukan manipulasi mat em at ika at au membuat model dalam m emecahankan masalah. Salah sat u kaedah yang harus dipenuhi adalah: set iap suku dan ruas dalam suat u persamaan harus memiliki dimensi yang sama, juga jenis yang sama (skalar semua, at au vekt or semua). Lebih khusus, jika angka-angka sudah dimasukkan maka set iap suku dan ruas harus memiliki sat uan yang sama. Ket ika ada sisw a membuat kesalahan t erkait kaedah it u, misalnya menjumlahkan kecepat an dengan percepat an at au t erbalik dalam menyat akan rumus (misalnya , at au ), guru dapat

  = / = /

  menggunakan kesempat an it u unt uk mengulang lagi kaedah t ersebut dan mendorong sisw a unt uk senant iasa mengecek pekerjaannya agar sesuai dengan kaedah t ersebut . Guru juga dapat memromosikan manfaat yang dapat dipet ik dari t aat asas. M isalnya dapat t erhindar dari kesalahan mendasar yang t idak perlu.

  Ket aatan t erhadap hal-hal baik yang sudah disepakat i juga dapat dipahamkan dan dikembangkan melalui pelajaran Fisika. M isalnya ketaat an menggunakan SI. M elalui pembahasan sat uan-sat uan int ernasional, sisw a bisa diajak memahami kerugian yang akan terjadi jika masing-masing negara at au bangsa bersikukuh menggunakan sat uan yang dikembangkan sendiri dan t idak mau meng- gunakan sat uan int ernasional.

4. Pengembangan kecerdasan

  Pengembangan kecerdasan merupakan fungsi yang paling ut ama pelajaran fisika di sekolah. Ini membaw a implikasi bahw a pengembangan proses berpikir lebih ut ama daripada penguasaan kont en fisika. Hal ini sesuai dengan t emuan Heuvelen (2001) bahw a penguasaan konsep/ kont en fisika menduduki posisi paling bawah dalam daft ar kompetensi yang diperlukan dunia kerja, baik yang bergerak dalam bidang yang memerlukan fisika maupun t idak. Sebaliknya, kemam puan memecahkan masalah, bekerja sama, dan kemampuan berkom unikasi menduduki peringkat t erat as. Bagaimana prakt ik pembelajaran fisika sejauh ini? M engut ip pandangan John Dew ey, Heuvelen (2001) menyat akan bahw a “ pembelajaran sains selama ini t elah gagal karena t erlalu banyak menyajikan penget ahuan jadi, t erlalu banyak mem bahas fakt a dan hukum, dan kurang sekali menerapkan met ode inkuiri yang efekt if unt uk menemukan konsep at au hukum dalam suat u pokok bahasan. Sisw a belajar konsep melalui membaca buku at au mendengarkan penjelasan guru. Akibat nya, kepercayaan sisw a t erhadap sains dibent uk melalui pemberit ahuan orang lain, t idak melalui pengamat an at au pemodelan yang dilakukan sendiri. Suat u proses yang persis dengan proses yang mereka lalui dalam meyakini ajaran agama.” Hal serupa t ampaknya juga t erjadi di Indonesia.

  Bagaimana mew ujudkan fungsi mat apelajaran fisika unt uk mencerdaskan bangsa? Berikut diajukan beberapa pemikiran.

  

Pembelajaran fisika harus mengutamakan pengembangan kemampuan memecahkan masalah

  (problem solving). Delapan kemampuan generik sains, sebagaimana telah disebutkan, memegang peran pent ing dalam pemecahan masalah. Kemampuan berpikir dengan simbol, kemampuan berinferensi logis, kemampuan berpikir sebab-akibat , dan kemampuan berpikir t aat asas berpe- ran langsung dalam problem solving. Kemampuan melakukan pengamat an (langsung maupun t idak langsung) seringkali juga diperlukan dalam pemecahan masalah, misalnya dalam rangka mengumpulkan bukt i unt uk menguji kesimpulan sement ara at au dalam rangka mengident ifikasi akar masalah. Kesadaran akan skala juga berguna unt uk mengevaluasi derajad kelogisan hasil pemecahan masalah. Dengan demikian, pembelajaran fisika perlu diarahkan unt uk menguasai secara parsial berbagai kemampuan generik sains kemudian mengint egrasikannya dalam pemecahan masalah. M asalah-masalah yang dilat ih-pecahkan, menurut Heuvelen (2001), hendaknya merupakan per- soalan yang berhubungan dengan dunia nyat a, bukan sepert i soal-soal yang lazim dit emui di bagian akhir set iap bab pada buku-buku t eks. Persoalan yang berhubungan dengan dunia nyat a memiliki karakt erist ik ant ara lain sebagai berikut . (1) Soal t idak menyatakan secara jelas besaran apa yang harus dit emukan, sehingga t ugas sisw a t idak sekedar menemukan besaran yang belum diket ahui. (2) Seringkali merupakan gabungan dari beberapa permasalahan yang lebih kecil, meskipun hal it u t idak secara jelas dinyat akan dalam soal. Sisw a dit unt ut mampu membagi persoalan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, mampu mengident ifikasi informasi yang sudah diket ahui besarnya dan informasi yang harus dit emukan, sert a memut uskan sendiri konsep/ prinsip/ t eori yang diperlukan untuk memecahkannya. (3) Seringkali memerlukan kemam- puan menduga dan melakukan penghampiran (aproksimasi). (4) Seringkali t erdapat berbagai kemungkinan solusi, beberapa lebih baik daripada lainnya. (5) M enunt ut ranah kemampuan t ingkat t inggi (analisis) dalam t aksonom i Bloom.

  

Penguasaan konten fisika penting, tetapi tidak terutama . Kemampuan generik sains t idak dapat

  dikembangkan t anpa dasar penget ahuan. Namun bukan berart i siswa harus menguasai sebanyak mungkin kont en. Pembelajaran t ent ang kont en lebih sebagai sarana unt uk membant u sisw a belajar berfikir, belajar unt uk belajar, dan mengakuisisi berbagai kemampuan generik sains yang kelak lebih berguna. M encoba menyelesaikan sat u bab (konsep besert a soal-soalnya) set iap minggu misalnya, bukan cara yang t epat unt uk mengembangkan ket erampilan berpikir. Ini berart i bahw a cakupan mat eri pelajaran perlu dibat asi pada konsep/ prinsip/ hukum/ t eori yang esensial saja t et api perlu dibahas secara mendalam dengan mengint egrasikan aspek fakt ual, konsept ual, prosedural, dan met akognit if menurut t aksonomi Bloom revisi.

  Bagaimana membahas kont en secara mendalam? Heuvelen (2001) menyarankan perlunya mult i eksposur (pengulangan berkali-kali dalam sit uasi yang berbeda dan dalam w akt u yang relat if lama) dan menggunakan mult irepresent asi (verbal, gambar, grafik, dan mat emat is). Selain it u, pembelajaran fisika perlu diimplement asi dengan mengint egrasikan pendekat an inkuiri epist emologis.

  PENUTUP

  Pelajaran fisika mampu memberikan kont ribusi berart i t erhadap pendidikan karakt er manakala pembelajarannya dilaksanakan sesuai hakekat fisika sebagai sains, yait u berbasis pada inkuiri. Pembelajaran dengan inkuiri dipadukan dengan ket eladan yang konsist en dari para guru fisika memungkinkan bert umbuhkembangnya karakt er sisw a sebagaimana diharapkan dalam t ujuan pendidikan nasional. Tujuan pelajaran Fisika di SM A sebagaimana t ert uang dalam st andar isi sepenuhnya relefan dengan misi pendidikan karakt er. Oleh sebab it u, dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran fisika, hendaknya guru memperhat ikan secara sungguh-sungguh t ujuan t ersebut . M erujuk pada daft ar kompet ensi dan SKL saja t idaklah cukup.

  KEPUSTAKAAN

  Heuvelen, A.V. 2001. M illikan Lect ure 1999: The Workplace, St udent M inds, and Physics Learning Syst ems . Am.J.Phys.69(11)

  Hinduan, A. 2011. Unt uk apa mengajarkan sains/ fisika di sekolah? Bahan kuliah Pembelajaran Fisika Sekolah, S3 Pendidikan IPA SPS UPI

  Nat ional Academy of Sciences. 1996. Nat ional Science Educat ion St andard. Washingt on DC: Nat ional Academy Press

  Permendiknas no 23 Tahun 2006 t ent ang St andar Kompet ensi Lulusan unt uk Sat uan Pendidikan Dasar dan M enengah

  Permendiknas nom or 16 t ahun 2007 t ent ang St andar Kualifikasi Akademik dan Kompet ensi Guru

  Permendiknas nom or 22 t ahun 2006 t ent ang st andar isi unt uk Sat uan Pendidikan Dasar dan M enengah

  Sudrajad, A. 2010. Tent ang Pendidikan Karakt er. Tersedia di laman

  

ht t p:/ / akhmadsudrajat .w ordpress.com/ 2010/ 08/ 20/ pendidikan-karakt er-di-smp ,

  diunggah pada 20 Agust us 2010 The W hit e House, Office of t he Press Secret ary. 2010. Remarks by t he President at t he Universit y of Indonesia in Jakart a, Indonesia , Nov 10. UU No 20 Tahun 2003 Tent ang Sist em Pendidikan Nasional

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22