Strategi Pengembangan Industri Kreatif Pada Subsektor Fesyen Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Yogyakarta

  

Strategi

Pengembangan Industri Kreatif

Pada Subsektor Fesyen Berbasis

Kearifan Lokal

  

Di Kota Yogyakarta

  Si Mariah, Sri Wahyu Andayani, Endang Wani Karyangsih Unversitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

  

Abstrak

Peneli an ini didasarkan pada keberadaan industri krea f di Kota

Yogyakarta yang sangat potensial untuk dikembangkan, yang diperkirakan

mampu menyumbang pendapatan daerah, namun masih membutuhkan

kerjasama yang baik antara para stakeholders yang berperan didalamnya.

  

Metode Peneli an yang digunakan adalah survei, observasi dan

wawancara terstruktur pada industri fesyen non mas produc on. Teknik

analisis data menggunakan Analisis SWOT Model EXCEL.

Hasil peneli an menunjukkan: 1) Industri krea f sub sektor Fesyen di Kota

Yogyakarta memiliki kualitas produk yang baik, unik dan varia f

diantaranya yang menonjol; 2) Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan industry krea f sub sector

festen di Kota Yogyakarta adalah: Strategi Compara ve Advantages,

Strategi Mobiliza on, Strategi Divestment/Investment, dan Strategi

mengendalikan kerugian;

  

Kata Kunci: Industri krea f, fesyen

PENDAHULUAN

  Yogyakarta merupakan trendse er industri krea f di Indonesia dengan ga pilar utamanya yaitu budaya, pariwisata dan pendidikan sebagai fondasi tumbuhnya industri krea f. Salah satu potensi pasar yang sangat besar di Yogyakarta pada industri krea f adalah subsektor fesyen. Fesyen adalah kegiatan krea f yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. Dukungan kekayaan budaya dan etnik yang luar biasa seper ba k, lurik, dan tenun, menjadi modal potensial bagi Yogyakarta untuk mewujudkan “Fesyen Trendse er”.

  Kearifan lokal yang menonjol di Yogyakarta adalah ikh ar dan kerja tanpa kenal lelah (sepi ing pamrih ramé ing gawé). Ini berar bahwa se ap orang harus ulet dalam bekerja. Keuletan serta produk vitas kerja dipandang sebagai hal berharga dengan semangat untuk senan asa berinovasi dan meningkatkan kinerja. Dalam hal ini bekerja dak boleh sembarangan, tergesa-gesa, atau asal jadi, melainkan harus teli , cermat, dan penuh perhitungan, supaya memperoleh hasil maksimal (alon-alon waton kelakon, kebat kliwat, gancang pincang).

  Kekuatan ide dan daya kreasi adalah modal utama industri krea f subsektor fesyen. Maka perlu dirumuskan strategi pengembangan sumberdaya manusia (pengrajin) dari aspek krea vitas, produksi dan pemasarannya dengan diberi sentuhan teknologi dan ketrampilan SDM untuk memperoleh nilai tambah (added value) produk fesyen-nya. Untuk merumuskan strategi pengembangan industri krea f subsektor fesyen harus diketahui terlebih dahulu kondisi industri fesyen di Yogyakarta melalui analisis Strength, Weaknesses, Opportuni es, and Threaths (SWOT), rantai nilai industri krea f dalam kreasi, produksi, distribusi, dan komersialisasinya.

  TUJUAN

  Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan peneli an ini sebagai berikut: 1). Mendeskripsikan profil industri krea f subsektor fesyen di Yogyakarta dan 2). Merumuskan strategi pengembangan industri krea f subsektor fesyen berbasis kearifan lokal di Kota Yogyakarta dengan mengop malkan peran budaya, pendidikan, dan pariwisata.

METODE PENELITIAN

  Peneli an ini dilakukan di Kota Yogyakarta selama 6 bulan. Data peneli an berupa data primer yang diperoleh langsung dari pengusaha industri krea f subsektor fesyen dan instansi terkait (Dinas Kopperindag dan Kadin) serta data sekunder menggunakan data BPS serta Dinas Kopperindag Kabupaten/Kota.

  Populasi pada peneli an ini adalah seluruh unit usaha yang ada dalam industri fesyen non mass produk on yang berada di Kota Yogyakarta. Pemilihan sampel responden dilakukan secara purposif diambil berdasarkan pada subsektor 18101, yaitu Industri Pakaian Jadi dari Teks l dan Perlengkapannya.

  Metode yang digunakan: (a) Observasi dan wawancara terstruktur pada industri fesyen non mas produc on untuk memperoleh informasi tentang kreasi, produksi, distribusi, dan komersialisasi; (b) observasi dan wawancara pada pengrajin dan pengelola industri fesyen untuk memperoleh Informasi tentang hambatan dan harapan pengembangan industry krea f subsector fesyen; (c) wawancara dengan key informa on pada instansi pemerintah Dinas Kopperindag dan Kadin; serta (d) penyebaran kuesioner dan dokumentasi.

  Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis Deskrip f Persentase. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai profil dan kondisi SDM, teknologi, pemasaran dan modal pada industri krea f sub sector fesyen di Kota Yogyakarta.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil Industri Krea f Sub Sektor Fesyen di Kota Yogyakarta

1. Produk

  Produk industry krea f fesyen di njau dari aspek kualitas, originalitas, desain produk, dan inovasi produk.

  Tabel 1. Kualitas Produk Industri Krea f Fesyen di Kota Yogyakarta (Sumber: Data primer diolah tahun 2015) Tabel dan histogram 1 menunjukkan indikator kualitas, originalitas, desain, inovasi produk industry krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta berada pada kategori sangat baik (54,55%), kategori baik (36,36%), dan sedikit (9.09%) produk dinilai kategori masih kurang baik. Data tersebut menunjukan bahwa produk industry krea f fesyen dinilai sudah sangat baik, karena para pelaku industry krea f fesyen sangat memperha kan kualitas, desain, originalitas, dan inova f. Produk-produk fesyen yang dibuat sangat terbatas “limited edi on” sehingga aspek kualitas, desain, originalitas dan inovasi sangat diperha kan. Seper halnya dengan produk “kaos lukis” yang hanya dibuat 1 piece se ap modelnya. Namun produk-produk industry fesyen tersebut sering di ru dan diproduksi secara masal oleh industry-industri kecil lainnya, sehingga bermunculan produk industry krea f fesyen ruan atau sering disebut produk “KW”.

2. Pengelolaan usaha industry krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta

  Pengelolaan usaha industry krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta di njau dari aspek kepemimpinan, manajemen sumber daya, dan pembukuan keuangan.

  

Tabel 2. Profil Pengelolaan Industri krea f sub sector Fesyen di Kota Yogyakarta

(Sumber: Data primer diolah tahun 2015)

  Tabel dan histogram 2 menunjukkan indikator pengelolaan industri krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta, yang di njau pada aspek kepemimpinan, manajerial, dan pembukuan keuangan berada pada kategori sangat baik hanya 9,09%, kategori baik 36,36%, dan masih kurang baik mencapai 54,55%.

  Data di atas menunjukkan bahwa industry krea f fesyen di Kota Yogyakarta belum dikelola dengan baik. Industri tersebut pada umumnya merupakan industry rumahan yang dikelola sendiri oleh pelaku industry yang seringkali merangkap sebagai pengrajin, pengelola, bahkan memasarkan sendiri produknya. Demikian pula dengan pengelolaan dan pembukuan keuangan, banyak industry krea f fesyen yang belum memiliki pembukuan keuangan yang baik.

3. Profil Pemasaran Produk Industri Krea f Sub Sektor Fesyen

  Pemasaran produk krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta di njau dari aspek wilayah pemasaran, media pemasaran, dan komersialisasi.

  Tabel 3. Profil Pemasaran Produk Industri krea f sub sector Fesyen di Kota Yogyakarta (Sumber: Data primer diolah tahun 2015)

  Tabel dan histogram 3 menunjukkan indikator pemasaran industri krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta, yang di njau pada aspek wilayah pemasaran, media pemasaran, dan komersialisasi berada pada kategori sangat baik hanya 10%, kategori baik 10%, dan masih kurang baik mencapai 50%, bahkan ada kategori dak baik hingga 30%.

  Pemasaran produk krea f fesyen di Kota Yogyakarta pada umumnya masih dalam wilayah lokal dan nasional, masih sedikit yang sudah merambah wilayah Internasional. Demikian pula dengan media pemasaran, pada umumnya hanya mengandalkan kedatangan wisatawan ke gerai-gerai industri krea f fesyen. Namun komersialisasi sudah sangat baik, karena harga yang ditawarkan cukup bersaing. Para pelaku industri krea f fesyen sangat memperha kan kualitas dan kepuasan pelanggan, sehingga bagi konsumen yang sudah tertarik pada produknya akan membeli dengan kepuasan tersendiri. Produk yang “limited edi on” pun menjadi keunikan tersendiri dalam hal pemasaran produk krea f fesyen.

4. Profil permodalan Industri krea f Sub Sektor Fesyen

  Data hasil peneli an tentang permodalan usaha industry krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta di njau dari aspek sumber modal, akses modal, dan bantuan modal.

  Tabel 4. Profil Permodalan Industri krea f sub sector Fesyen di Kota Yogyakarta (Sumber: Data primer diolah tahun 2015)

  Tabel dan histogram 4 menunjukkan indikator permodalan industri krea f sub sektor fesyen di Kota Yogyakarta, yang di njau pada aspek sumber modal, akses modal, dan bantuan modal berada pada kategori sangat baik 22,27%, kategori baik 45,45%, dan masih kurang baik mencapai 22,27%.

  Permodalan industri krea f sub sektor fesyen di Kota yogyakarta setengahnya sudah menunjukkan indikator baik, namun masih ada industri krea f fesyen yang modalnya masih sangat terbatas. Pada umumnya sumber utama modal didapatkan dari modal pribadi, hanya beberapa industri yang sudah mendapat bantuan modal. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi dan pembinaan dari pihak terkait dalam hal mengakses permodalan untuk industri kecil. Selain itu rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi dan kurang pemahaman para pelaku industri dalam mengakses bantuan modal dari pihak-pihak terkait.

  Temuan di lapangan, kondisi industri perak di kota gede banyak yang sudah gulung kar. Tidak ada data yang secara akurat dapat menjawab permasalahan yang di hadapi industry tersebut, sehingga sampai gulung kar karena informan belum dapat dihubungi. Demikian pula keterangan yang di dapat dari Disperindagkop kota Yogyakarta, belum ada pendataan industry krea f, karena karakteris k industrinya dak permanen atau sering berpindah-pindah sehingga sulit untuk dilakukan pendataan.

  Temuan lainnya dari hasil wawancara dengan pelaku industry krea f “kaos

  KESIMPULAN

  lukis” yang berlokasi di wilayah Tamansari. Produk dengan keunikan dan originalitas nggi tersebut banyak dibuat pengrajin-pengrajin lainnya dengan kualitas dan desain yang jauh dai standar. Harga produk dipasaran cenderung dikendalikan oleh pramuwisata atau travel agent, di mana turis-turis yang dibawanya akan di arahkan pada industry yang memberikan fee lebih banyak. Meskipun produk dari industry tersebut hanya berstandar “KW”. Demikian pula keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan pameran atau even-even yang yang menampilkan produk-produk krea f fesyen, seringkali mendapat in midasi dari para pelaku wirawisata untuk dak ikut menggelar produk hasil karyanya. Namun demikian, peminat dan pelanggan produk “kaos lukis” yang original selalu berdatangan dengan sendirinya, karena produk yang terjamin originalitasnya maupun kualitasnya.

  a) Profil industri krea f sub sektor Fesyen di Kota Yogyakarta memiliki kualitas produk yang baik, unik dan varia f diantaranya yang menonjol yaitu: produk busana bridal dengan paduan kain ba k yang mewah, produk lukis kaos dengan mo f unik dan pewarnaan yang tahan lama, aksesoris dan millinieris dari kulit ikan pari dan perak, serta kain jumputan dengan mo f beraneka ragam. Semua produk dibuat “hand made” dan “limited edi on”. Ketrampilan serta bakat pengrajin dalam menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan.

  b) Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan diantaranya:

  • Strategi Compara ve Advantages: mengop malkan kekuatan untuk meraih peluang
  • Strategi Mobiliza on: mengop malkan kekuatan untuk mengan sipasi Ancaman menjadi peluang
  • Strategi Divestment/Investment: melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain atau memaksakan menggarap peluang (investasi).
  • Strategi mengendalikan kerugian sehingga dak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan (WT)

  SARAN

  a) Ditujukan kepada para pelaku industry krea f sub sector fesyen untuk terus mengembangkan inovasi kreasi produknya yang lebih mengangkat kearifan local kota yogyakarta.

  b) Ditujukan kepada Pemerintah kota Yogyakarta, khususnya dinas terkait (Disperindagkop) untuk melakukan pendataan produk krea f sub sector fesyen yang potensial berkembang, mengiden fikasi dan memberikan perha an terhadap pengembangan industry krea f.

  c) Ditujukan kepada Stakeholder (travel agent, budayawan, lembaga pendidikan, investor) untuk membagun wahana komunikasi dengan pelaku usaha industry krea f sub sektor fesyen agar dapat berkembang;

  REKOMENDASI

  Peneli an ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang op mal dan terarah melalui penyiapan program dan kegiatan yang lebih relevan, strategis, dan sistema s dalam pengambilan kebijakan pada SKPD Kota Yogyakarta pada Biro Administrasi Pembangunan Bidang Pariwisata dan Kebudayaan dalam menentukan strategi pengembangan industri krea f berdasarkan:

  1. Rantai nilai pada industri krea f yang melipu : (a) Kreasi (Khas); (b) Technology (produksi); (c) Bahan baku (khas lokal), (d) Komersialisasi (Pemasaran).

  2. Op malisasi peran budaya (cendekia, prak si), pendidikan, dan pariwisata dalam pengembangan industri krea f subsektor fesyen di Yogyakarta dengan memberikan perha an khusus dan pewarisan di bidang industry krea f subsektor fesyen agar dak stagnan, melalui pembentukan wadah Jogja Crea vity

  Training Centre (JCTC).

DAFTAR PUSTAKA

  Comunian, Roberta. Chapain, Caroline. Cli on, Nick. (2010). Loca on, loca on, loca on: exploring the complex rela onship between crea ve industries and place. Crea ve Industries Journal Volume 3 Number 1. United Kingdom.

  Departemen Perdagangan RI. (2008). Studi industri krea f Indonesia. Departemen Perdagangan RI. (2009). Rencana pengembangan ekonomi krea f Indonesia 2025.