Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Januari 2015, Vol. 4, No. 01, hal 87 - 99

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan
Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Nurul Aida
TKPERMATASBY@yahoo.com
Fakultas psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Rr. Amanda Pasca Rini
Amanda.pasca@gmail.com
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstract. This study aims to contain a statement that proves the influence the play of
role methods to social skills of children. The subjects were 15 children and the
characteristics of the subjects are: a ) children aged 4-5 years ( group A ) , b )
indicates a low social skills. The study design used one group pre - test - post - test
design. Measuring instruments in this study used the Social Ability Scale from Likert
Scale adaptation ( Scale Social Ability ) . Method of analysis used Mann - Whitney /

Wilcoxon , to know descriptives Statistics for different test scores of pre - test and post test . The Results of Mann - Whitney / Wilcoxon inter- rater high enough ( pre - test and
post-test 86.80 154.07 . Results of Mann - Whitney / Wilcoxon shows that learning to
play of role method can improve social skills of early childhood ( p = 0.000 ).
Keywords : To play of role methods , Social skills in early childhood
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk memuat pernyataan yang membuktikan adanya
pengaruh metode bermain peran terhadap kemampuan bersosialisasi anak. Subjek
penelitian ini adalah 15 anak dan karakteristik subjek di antaranya: a) anak usia 4-5
tahun (kelompok A), b) mengindikasikan kemampuan bersosialisasi yang rendah.
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-test – post-test design. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kemampuan Bersosialisasi
adaptasi dari Skala Likert (Skala Kemampuan Bersosialisasi). Metode analisis data
yang digunakan adalah Uji Mann-Whitney/Wilcoxon, untuk mengetahui Descriptives
Statistics untuk menguji beda skor pre-test dan post-test. Hasil Uji MannWhitney/Wilcoxon antar rater yang cukup tinggi (pre-test 86.80 dan post-test 154.07.
Hasil Uji Mann-Whitney/Wilcoxon menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi anak usia dini (p =
0.000).
Kata kunci: Metode bermain peran, Kemampuan bersosialisasi anak usia dini
halus maupun kasar, konsep diri, disiplin, seni
serta nilai moral dan agama. Sekolah
merupakan salah satu tempat yang tepat untuk

mengembangkan kemampuan yang dimiliki
anak yang dibawa. sejak anak lahir. Sekolah
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mendidik seseorang untuk dapat mempelajari
bidang tertentu secara formal. Sementara itu, di
dalam kehidupan ada berbagai lembaga

PENDAHULUAN
Pada masa anak-anak awal merupakan
masa peka pada anak, anak sensitive untuk
menerima berbagai rangsangan sebagai upaya
untuk mengembangkan seluruh potensi dalam
diri anak. Masa anak-anak awal merupakan
masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa,
sosial-emosional, fisik motorik baik motorik
87

Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini


pendidikan informal untuk mendidik seseorang
menjadi mandiri, berdaya guna dan berhasil.
Kemampuan bersosialisasi perlu dimiliki
sejak anak masih kecil sebagai suatu pondasi
bagi
perkembangan
kemampuan
anak
berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih
luas. Ketidakmampuan anak berperilaku sosial
yang diharapkan lingkungannya, dapat
berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak
terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri,
menarik diri dari lingkungan, dan sebagainya.
Akibatnya anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan selanjutnya.
Taman Kanak-Kanak bukan merupakan
sekolah, seperti halnya Sekolah Dasar (SD)
yang menjadikan calistung (baca, tulis, hitung)
sebagai tujuan utama dalam pembelajaran,

tetapi merupakan tempat yang menyenangkan
bagi anak usia Taman Kanak-Kanak. Taman
Kanak-Kanak adalah tempat bermain sambil
belajar bagi anak-anak dan tempat yang disukai
oleh anak- anak. Pada kenyataannya, tidak
sedikit yang lebih mementingkan kemampuan
kognitif
anak
tanpa
memperhatikan
kemampuan anak yang lain. Tuntutan dari
orangtua yang menginginkan anaknya mampu
calistung mengakibatkan perkembangan anak
yang lain kurang mendapat perhatian. Guru dan
orang tua lebih memperhatikan kemampuan
kognitif anak, sehingga guru dan orang tua
kurang memperhatikan perkembangan anak
yang lain, seperti : perkembangan sosial,
bahasa, fisik baik fisik motorik halus maupun
kasar, nilai agama dan moral, dan

perkembangan seni, seharusnya guru dan
orangtua menyeimbangkan antara kemampuan
kognitif serta kemampuan lain yang dimiliki
anak karena setiap kemampuan yang dimiliki
anak memiliki keterkaitan dengan kemampuan
lain yang dimiliki oleh anak.
Manusia terlahir sebagai mahluk sosial,
mahluk sosial yang memerlukan kehadiran
orang lain, manusia berhubungan dengan orang
di sekitarnya dan cara manusia berhubungan

dengan lingkungannya disebut sosialisasi.
Dalam melakukan hubungan dengan orang atau
manusia di sekitarnya atau di lingkungannya
manusia akan mengalami yang namanya
perkembangan sosial. Perkembangan sosial
merupakan proses belajar menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok bekerja sama
dan adat kebiasaan, belajar bekerja sama,
saling berhubungan dan merasa bersatu dengan

orang-orang di sekitarnya.
Pada dasarnya anak usia TK memiliki
keinginan yang kuat untuk dapat diterima oleh
kelompoknya. Anak akan terus berusaha untuk
dapat bergabung dan diakui oleh kelompok
sebayanya. Bila anak itu tidak diakui oleh
kelompoknya, maka anak akan mencari cara
lain untuk dapat diterima dalam kelompok
sebaya tersebut. Keinginan yang kuat pada
anak untuk diakui menuntut sejumlah
kemampuan sosial yang perlu dimilikinya.
Tidak semua anak mampu menunjukkan
perilaku sosial seperti yang diharapkan, dan
tidak semua anak mampu berinteraksi dengan
kelompoknya secara baik.
Kemampuan bersosialisasi pada anak
usia Taman Kanak-kanak memiliki arti
kemampuan anak untuk mencapai perilaku
yang sesuai dengan lingkungan sosial. Pada
umumnya, perkembangan sosial anak usia dini

yaitu : sudah dapat mengontrol dirinya sendiri,
sudah dapat merasakan kelucuan misalnya ikut
tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada
hal-hal yang lucu. Rasa takut dan cemas mulai
berkembang, dan hal ini akan berlangsung
sampai usia 5 tahun. Keinginan untuk berdusta
mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk
melakukannya. Anak sudah dapat mempelajari
mana yang benar dan salah dan mampu
menenangkan diri. Pada usia ini, anak-anak
mulai mengungkapkan pilihan atas anak-anak
yang akan jadikan sebagai teman bermain dan
anak-anak yang tidak mereka suka menjadi
teman bermain. Para guru perlu mengetahui
struktur hubungan sosial yang terjadi di antara
88

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini


cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan dan penghayatan anak didik.
Bermain peran termasuk salah satu jenis
bermain aktif, yang diartikan sebagai
pemberian atribut tertentu terhadap benda,
situasi dan anak memerankan tokoh yang
dipilih. Perilaku yang dilakukan anak
ditampilkan dalam setiap tingkah laku yang
nyata dan dapat diamati dan biasanya
melibatkan
penggunaan
bahasa.
Anak
melakukan impersonalisasi terhadap karakter
yang dikaguminya atau ditakutinya baik yang
ia temui dalam kehidupan sehari-hari maupun
dari tokoh yang ia tonton di film. Misalnya
peran sebagai pedagang. Anak harus mampu
berperan sebagai pedagang sebagaimana yang
ia lihat di sekitarnya, misalnya di pasar.

Ataupun sebagai pembeli. Melalui peran
sebagai pedagang, anak harus dapat
berinteraksi dengan orang-orang yang datang
untuk
membeli
dagangannya.
Sebagai
pedagang
harus
mampu
menawarkan
dagangannya sehingga pembeli tertarik untuk
membeli dagangannya.
Kegiatan
bermain
peran
jarang
dilakukan di TK Permata Kecamatan Rungkut
Surabaya. Para guru biasanya hanya
mengobservasi anak yang sedang bermain

peran ketika jam istirahat berlangsung, dan
tidak pernah memasukkan kegiatan bermain
peran ini dalam program pembelajaran.
Kalaupun ada, penerapan kegiatan bermain
peran di TK lebih dominan dilakukan hanya
untuk bermain peran dengan ukuran
sebenarnya, seperti anak yang memakai baju
dokter atau anak yang berperan sebagai guru.
Kegiatan bermain peran ini tampak lebih
efektif untuk digunakan sebagai kegiatan yang
dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara, karena dengan bermain
peran melibatkan beberapa anak untuk
berinteraksi dan berbicara satu sama lain.
Sejak anak-anak usia TK masalahmasalah
bersosialisasi
sudah
dapat

anak-anak di ruang kelas. Peran guru sangat

diperlukan untuk membantu anak-anak
memahami perasaan anak-anak lain dan
mengembangkan rasa hormat terhadap orang
lain.
Proses pembelajaran di TK hendaknya
diselenggarakan
secara
menyenangkan,
inspiratif, menantang, memotivasi anak untuk
berpartisipasi aktif memberi kesempatan untuk
berkreasi dan kemandirian sesuai dengan tahap
perkembangan fisik dan psikis anak. Oleh
karena itu upaya meningkatkan kemampuan
bersosialisasi anak sangat penting. Pendidikan
merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat
terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar
merupakan proses pribadi dan juga proses
sosial ketika anak berhubungan dengan anak
lainnya dalam membangun pengertian dan
pengetahuan bersama. Sebagai salah satu upaya
mengembangkan kemampuan bersosialisasi
anak TK, guru dapat menggunakan metode
bermain peran. Dengan metode bermain peran
diharapkan dapat mengembangkan interaksi
sosial anak tentunya dengan menggunakan
strategi, materi dan media yang menarik
sehingga mudah diikuti oleh anak, karena
dengan bermain peran anak akan memiliki
kesempatan menjadi pribadi yang lain dari
dirinya, maupun tokoh yang diinginkan.
Bermain peran mulai tampak sejalan
dengan tumbuhnya kemampuan anak untuk
berpikir simbolik. Dalam bermain peran
bersama teman-teman sebaya akan menjadi
tonggak penting dalam perkembangan sosial
anak. Melalui kegiatan sosial diharapkan sifat
egosentrisme anak akan semakin berkurang,
dan anak secara bertahap berkembang menjadi
mahluk sosial yang dapat bergaul dan
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan
sosialnya. Kegiatan bermain peran ditandai
dengan adanya interaksi dengan orang di
sekeliling anak, sehingga akhirnya anak
mampu terlibat dalam kerjasama dalam
bermain. Metode bermain peran adalah suatu
89

Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

diidentifikasikan dari berbagai perilaku yang
ditampakkan anak, diantaranya anak selalu
ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat
marah, setiap keinginannya selalu harus
dituruti, membangkang bahkan menarik diri
dari lingkungannya serta tidak mau bergaul
dengan
teman-temannya.
Berdasarkan
observasi awal yang dilaksanakan pada awal
tahun ajaran baru bulan oktober 2014 di TK
Permata Kecamatan Rungkut Surabaya,
terutama pada anak TK kelompok A,
ditemukan rata-rata kemampuan sosial anak
masih sangat rendah, hal ini bisa dilihat ketika
anak belum menunjukkan sikap mandiri dalam
kegiatan, belum mau berbagi dan membantu
teman, belum menunjukkan antusiasme dalam
melakukan
permainan,
belum
mampu
kerjasaman dan , belum mampu mengendalikan
perasaan, menghargai orang lain dan belum
bisa menunjukkan rasa percaya diri, hal ini
akan berpengaruh pada perkembangan
sosialnya.
Permasalahan-permasahan
di
atas,
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
pembelajaran yang kurang bervariasi, tahapan
bermain anak menurut Kurniawati (2008) pada
usia 2-4 tahun ditandai dengan bermain khayal
dan bermain pura-pura, akan tetapi tahapan
bermain tersebut di kelompok A belum
berkembang dan belum terstimulus secara
optimal, perkembangan anak pada usia ini
masih bersifat egosentris seperti berebut
mainan, dan ingin mendapatkan perhatian guru
untuk dirinya sendiri baik guru maupun teman.
Mencermati fenomena seperti di atas,
maka dicoba untuk meningkatkan kemampuan
bersosialisasi anak melalui metode bermain
peran
sebagai
upaya
meningkatkan
kemampuan bersosialisasi anak sehingga
mereka memperoleh sesuatu yang bermakna
bagi anak. Bermain peran dapat dilakukan
dalam berbagai macam peranan. Seseorang
dapat memerankan berbagai peran dalam satu
harinya, misalnya sebagai seorang guru,

penjual, pembeli, dan sebagainya. Pada setiap
peranan tersebut seorang anak harus dapat
berprilaku sesuai dengan peran yang
dilakukannya. Metode bermain peran biasanya
menyampaikan suatu masalah sebelum
memberikan pemecahan atas masalah itu.
Anak-anak yang memainkan peran itu
menunjukkan apa yang akan mereka lakukan,
bagaimana reaksi mereka terhadap suatu
kejadian atau situasi. Ketidakmampuan anak
dalam bersosialisasi akan mengakibatkan anak
menjadi pemalu, kurang rasa percaya diri, tidak
mampu berkomunikasi dengan teman, dan
memiliki egoisme yang tinggi. Sehubungan
dengan itu penelitian ini perlu dilakukan dan
hasil penelitian ini akan memberikan informasi
pada masyarakat dalam menyikapi anak kurang
mampu dalam bersosialisasi. Peneliti tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh penerapan metode
bermain
peran
dalam
meningkatkan
kemampuan bersosialisasi anak kelompok A di
TK Permata Kecamatan Rungkut Surabaya.
Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu
yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental
bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa
ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
manusia (Nurani 2009).
Anak usia dini adalah sosok individu
yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental
bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa
ini proses pertumbuhan dan perkembangannya
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
cepat dalam rentang perkembangan hidup
manusia (Berk, 1992). Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada
90

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun
Hurlock
(1978)
mengutarakan
bahwa
kemampuan
bersosialisasi
merupakan
perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai
dengan tuntunan sosial. “Sosialisasi adalah
kemampuan bertingkah laku sesuai dengan
norma, nilai atau harapan sosial”.

anak harus memperhatikan karakteristik setiap
tahap perkembangan anak.
Mentessori dalam Seldin (2004)
menyatakan bahwa pada rentang usia lahir
sampai 6 tahun anak mengalami masa
keemasan (the golden year) yang merupakan
masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk
menerima berbagai rangsangan. Masa peka
adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik
dan psikis, anak telah siap merespon stimulasi
yang diberikan oleh lingkungan.

Bermain Peran
Menurut Nugraha (2006) anak senang
bermain “khayalan” berakting sebagai orang
tua, meniru tokoh kartun atau menjadi bayi.
Kegiatan bermain peran merupakan kegiatan
bermain tahap selanjutnya setelah bermain
fungsional. Main peran melibatkan interaksi
secara verbal atau bercakap-cakap, dan
interaksi dengan orang lain.
Sudirman, (2001) mengatakan metode
bermain peran adalah cara mengajar yang
dilakukan oleh guru dengan jalan menirukan
tingkah laku dari sesuatu situasi sosial. Metode
bermain peran lebih menekankan pada
keikutsertaan pada murid untuk bermain
peran/sandiwara dalam hal menirukan masalahmasalah sosial. Sedangkan Uno (2008)
menguraikan proses bermain peran dapat
memberikan contoh kehidupan perilaku
manusia yang berguna sebagai sarana bagi
anak untuk: a) menggali perasaannya, b)
memperoleh inspirasi dan pemahaman yang
berpengaruh terhadap sikap, nilai dan
persepsinya, c) mengembangkan keterampilan
dan sikap dalam memecahkan masalah, d)
mendalami mata pelajaran dengan berbagai
macam cara.

Kemampuan Bersosialisasi
Kemampuan
bersosialisasi
adalah
kemampuan
perilaku
anak
dalam
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
masyarakat di mana anak itu berada.
Kemampuan bersosialisasi diperoleh anak
melalui kematangan dan kesempatan belajar
dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi
anak usia dini, kegiatan bermain menjadi
fungsi sosial anak semakin berkembang.
Tatanan sosial yang baik dan sehat dapat
membantu anak dalam mengembangkan sikap
konsep diri yang positif sehingga menjadikan
perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih
optimal. Hurlock (1987) mengemukakan
bahwa mulai usia 2 sampai 6 tahun anak
belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul
dengan orang-orang di luar lingkungan rumah,
terutama dengan anak-anak yang umurnya
sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dan
bekerja sama dalam kegiatan bermain.
Kemampuan bersosialisasi merupakan
bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang
ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi
dengan orang lain disertai dengan ketepatan
dan
kecepatan
sehingga
memberikan
kenyamanan bagi orang yang berada
disekitarnya (Chaplin dalam Suhartini, 2004).
Mehibin (1999) mengatakan bahwa
kemampuan bersosialisasi merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam
masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,

HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang persoalan
serta landasan teori yang telah dipaparkan di
atas maka, hipotesis penelitian yang diajukan
adalah penerapan metode bermain peran
effektif
efektif
untuk
meningkatkan
kemampuan bersosialisasi pada anak usia dini.

91

Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

dari hasil wawancara tersebut penulis
memadukan dengan teori dari Hurlock dan
menuangkannya dalam bentuk skala, dan
dari poin-poin pernyataan angket tersebut
diharapkan mampu mengungkap sejauh
mana kemampuan sosialisasi anak-anak
berdasarkan atas pengakuan dan pernyataan
dari pihak sekolah. Sedangkan isi dari
angket kemampuan sosialisasi terdiri dari
19 pernyataan favourable dan 21
pernyataan unfavourable.
3. Skala
dan
Skoring
kemampuan
bersosialisasi
Alat ukur kemampuan bersosialisasi
berupa skala yang berisikan kumpulan
pertanyaan tentang aktivitas. Prosedur
pengukuran
skala
kemampuan
bersosialisasi pada penelitian ini disusun
dengan menggunakan alternative jawaban
yang telah disediakan. Alternative jawaban
yang digunakan sesuai dengan skala Likert.
Jawaban yang diajukan berupa frekuensi
subyek dalam menyikapi atau melakukan
suatu kegiatan. Pernyataan favourable yaitu
pernyataan yang berisi tentang hal-hal yang
postif mengenai sikap obyek, yaitu kalimat
yang sifatnya mendukung atau memihak
pada sikap obyek sebagai berikut: untuk
jawaban SL (Selalu) nilainya 5, SR (Sering)
nilainya 4, KK (Kadang-kadang) nilainya 3,
J (Jarang) nilainya 2, TP (Tidak Pernah)
nilainya 1. Sebaliknya pernyataan yang
unfavourable adalah pernyataan yang berisi
hal-hal yang negatif mengenai sikap obyek,
yaitu kalimat yang sifatnya tidak
mendukung ataupun kontra terhadap sikap
obyek yang hendak diungkap. Jawaban
untuk alternative jawabannya SL (Selalu)
nilainya 1, SR (Sering) nilainya 2, KK
(Kadang-kadang) nilainya 3, J (Jarang)
nilainya 4 dan TP (Tidak Pernah) 5 (Azwar.
1998).

METODE
Subyek
Subjek penelitian adalah anak-anak TK
di TK Permata Kecamatan Rungkut Surabaya.
Penelitian pada anak TK Permata Kecamatan
Rungkut Surabaya ini didasarkan observasi
yang dilakukan yang menunjukan bahwa anak
didik kurang dapat berperilaku sosial dengan
teman
sebayanya.
Subjek
penelitian
eksperimen ini adalah para anak didik TK
Permata Kecamatan Rungkut Surabaya tahun
pelajaran 2014-2015, dengan jumlah 15 anak.
Variabel Penelitian dan Pengukurannnya
Dalam
penelitian
ini
mencoba
membuktikan apakah metode bermain peran
dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi
anak. Metode bermain peran menjadi variabel
bebas atau variabel independen dalam
penelitian eksperimen ini. Sedangkan yang
menjadi
variabel
tergantung
adalah
kemampuan bersosialisasi.
1. Definisi
Operasional
Kemampuan
Bersosialisasi
Kemampuan bersosialisasi adalah
suatu proses dimana seseorang memperoleh
kemampuan
sosial
untuk
dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial,
yang
diungkapkan
dengan
skala
kemampuan bersosialisasi.
2. Pengembangan
skala
Kemampuan
Bersosialisasi
Pengembangan alat ukur untuk
mengetahui kemampuan bersosialisasi,
disusun dalam sebuah blue print
berdasarkan pendapat Helms & Turner
(1984), dengan indikator: anak dapat
bekerjasama (cooperating) dengan teman,
anak mampu menghargai (altruism) teman,
anak mampu berbagi (sharing) kepada
teman, anak mampu membantu (helping
others) orang lain. Angket Kemampuan
Sosialisasi, Sebelum membuat angket
penulis mengadakan wawancara, kemudian
92

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

penyusunan modul penelitian dilaksanakan
selama satu minggu.
1. Penjaringan
Penjaringan dan pengelompokan
dilaksanakan di TK Permata yang
dilakukan pada tanggal 10 Nopember 2014
di kelompok A. hasil dari penjaringan ini
akan digunakan sebagai subyek pilihan.
Adapun jumlah anak yang mengikuti
penjaringan 15 anak yang mempunyai
kemampuan bersosialisasi rendah.
2. Pretest dan posttest
Pelaksanaan pretest dan posttest
tersebut dilakukan dengan cara bermian
peran. Adapun tujuan dari pretest dan
posttest ini untuk menilai kemampuan anak
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
atau tindakan 4 indikator yang terdiri dari
anak
dapat
bekerjasama,
mampu
menghargai teman, mampu berbagi kepada
teman, dan mampu membantu orang lain.
3. Pelaksanaan perlakuan
Adapun bemain peran
yang
diperkenalkan pada pelaksanaan tindakan
ada 3 permainan peran, dimana anak dapat
memilih dikelompok peran mana yang akan
diperan, dengan ketentuan masing-masing
kelompok ada 5 anak. Hasil pengamatan
menunjukkan
bahwa
penerapan
pembelajaran kemampuan bersosialisasi
dengan menggunakan metode bermain
peran dapat meningkatkan semangat dan
motivasi anak dalam berinteraksi dengan
teman sebayanya. Hal ini terlihat pada hari
pertama pemberikan perlakuan anak sangat
antusias memperhatikan tampilan yang
disajikan. Bahkan, sebagian besar anak
memperlihatkan ketertarikannya. Terlihat
seluruh
anak
fokus
pada
peran
dikelompokknya dan tidak terlihat ada anak
yang melakukan aktivitas lain atau
melakukan permainan lain.
Trainer
yang
nantinya
akan
memimpin jalannya pemberian perlakuan

Desain dan Pelaksanaan Eksperimen
Desain penelitian yang digunakan
adalah eksperimental one group pretestposttest design. Desain eksperimental ini hanya
menggunakan satu kelompok subjek, kelompok
ini terlebih dahulu dilakukan pretest kemudian
dilakukan posttest setelah menjalani intervensi
eksperimen yaitu bermain peran.
Pengumpulan data dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
seleksi subjek,dan tahap pelaksanaan. Tahap
Persiapannya berupa kegiatan yang dilakukan
dalam tahap persiapan ini meliputi observasi
untuk pengambilan data awal yang berkaitan
dengan kurangnya perilaku bersosialisasi anak
TK, penentuan subjek penelitian, penyususnan
instrumen penelitian, penggandaan instrumen,
pembuatan media yang digunakan untuk
bermain peran, disiapkan desain modul
bermain peran dan pengurusan surat ijin
penelitian. Selanjutnya dilakukan tahap uji ahli
untuk memastikan bahwa desain buku panduan
bermain peran yang direncanakan telah sesuai
untuk penelitian ini. Tahap Seleksi subjek
dilaksanakan
dengan
pemberian
skala
kemampuan bersosialisasi untuk mengetahui
kurangnya kemampuan bersosialisasi pada
anak TK. Dimana subjek yang memiliki
rentang nilai skala kemampuan bersosialisasi
sedangdan rendah akan dipilih sebagai subjek
eksperimen. Tahap Pelaksanaan eksperimen
atau pemberian tindakan berupa kegiatan
bermain peran dengan menggunakan modul
bermain peran ini mencakup beberapa tahapan
yaitu observasi dan wawancara, pelaksanaan
kegiatan bermain peran dan evaluasi.
Sebelum pelaksanaan penelitian maka
dilakukan penyusunan modul ekperimen yang
berisi skenario pelaksanaan pembelajaran
mulai dari kegiatan pretest sampai pada
kegiatan
prosttest,
langkah-langkah
pelaksanaan tindakan mulai dari aktivitas
pembuka sampai aktivitas penutup. Begitu pula

93

Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

bermain
peranterhadap
kemampuan
bersosialisasi pada anak yang telah
diberikan selama tahapan eksperimen.
Rater melakukan pengamatan selama 9 hari
yang dilakukan dimulai dari masuk kelas
hingga
sekolah
usai
menggunakan
pedoman observasi. Hasil pencatatan
observasi
kemudian
diskor
untuk
mengetahui
peningkatan
kemampuan
bersosialisasi pada anak jika dibandingkan
dengan data pretest.
Analisis data yang digunakan yaitu
menggunakan perhitungan statistik Uji MannWhitney terhadap gain scor. Uji Mann-Whitney
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
sebelum dan sesudah menggunakan metode
bermain peran. Gain score merupakan
perubahan skor atau selisih antara skor pretest
dan posttest (Azwar,2010).
Uji gain dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan hasil belajar anak
antara sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran
dilakukan.
Rumus
yang
digunakan untuk menghitung besarnya
peningkatan (gain) hasil belajar menurut
Meltzer (2002) dalam Ramdania (2010) adalah
sebagai berikut :
Skor posttest – pretest
=
Skor maksimum – skor pretest

adalah 1 orang pengajar di TK Permata, 1
komite dan 1 guru dan pakar psikologi
Ubaya. Pendidikan terakhir tiga di antara
mereka adalah sarjana. Pelatihan untuk
trainer dilaksanakan tanggal 25 Oktober
2014, pukul 10.00 – 11.00 WIB. Peneliti
sebagai trainer membagikan modul,
berceramah, dan mengadakan simulasi.
Perlengakapan yang digunakan dalam
simulasi sama dengan yang akan digunakan
dalam pemberian perlakuan, namun saat
simulasi.
Pretest terhadap limabelas subjek
dilakukan tanggal 17 Nopember 201 pukul
07.30 – 08.30 WIB bertempat di ruang
Sentra Drama. Selama jalannya pretest,
tidak jarang peneliti harus memberikan
motivasi atau sekedar berbincang dengan
subjek untuk menjaga mood subjek dan
mencegah subjek bosan. Hasil pretest nilai
akhir terendah 81 dan nilai pertinggi 97
dengan rata-rata 86.80
Posttest dilaksanakan pada tanggal
24 Nopember – 11 Desember 2014 di ruang
Sentra Drama pukul 07.30 – 08.30 WIB.
Sama halnya dengan pretest, peneliti
sebagai tester. perlakuan hanya bisa
dilakukan setiap hari Selasa, Rabu, dan
Kamis.
Teknik Analisis Data
1. Data pretest yang dilakukan untuk
mengetahui muncul atau tidaknya suatu
perilaku anak berdasarkan pedoman
observasi. Rater melakukan pengamatan
selama dua hari yang dilakukan dari pagi
ketika anak mulai masuk sekolah hingga
sekolah selesai. Hasil dari pencatatan
observasi kemudian digunakan untuk
menentukan subjek penelitian.
2. Data posttest dilakukan setelah tahapan
eksperimen usai, yaitu dengan cara
pengamatan. Pengamatan yang dilakukan
berguna untuk mengetahui efektivitas

Uji Mann-Whitney/Wilcoxon merupakan
alternatif
bagi
uji-t.
Uji
Mann
Whitney/Wilcoxon
merupakan uji nonparametrik
yang
digunakan
untuk
membandingkan dua mean populasi yang
berasal dari populasi yang sama. Uji MannWhitney juga digunakan untuk menguji apakah
dua mean populasi sama atau tidak.
HASIL
Uji Wilcoxon dilakukan untuk menguji
skor membaca permulaan pretest dan posttest
pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil
94

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

168, ada peningkatan 28 dengan nilai rata-rata
154.07.
2. Hasil analisis Mann-Whitney U Test
Tabel 3
Hasil Analisa Mann-Whitney U Test
N
Post
Meann
Sum of
Rank
Ranks
15
8.00
120.00
Pre
15
23.00
345.00
Post
Total
30

analisis dengan menggunakan Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) Version
12.0 untuk uji T sampel berpasangan adalah
sebagai berikut:
1. Hasil Descriptives Statistics
Tabel 1
Hasil Data Pretest dan Postest
SUBYEK
PRETEST POSTEST
1
81
153
2
86
165
3
85
165
4
82
164
5
88
169
6
87
163
7
86
167
8
83
154
9
86
161
10
87
161
11
97
156
12
87
167
13
90
168
14
87
169
15
90
171

Tabel Ranks memaparkan nilai Mean
Ranks dan Sum of Rank. Nilai rata pada
Mean Rank pada pretest adalah 8.00 dan
postest 23.00, sedangkan jumlah kumulatif
disebut Sum of Ranks pada pretest 120 dan
pada postest 345.00.
Tabel 4
Test Statistics
pre
.000
Mann-Whitney U
120.000
Wilcoxon W
Z
-4.676
.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: post
b. Not corrected for ties.
Terlihat bahwa pada kolom Asymp.
Sig. (2-tailed)/ asymptotic significance
untuk uji dua sisi adalah 0,000, atau
probabilitas dibawah 0,05 (0,000 < 0,05).
Maka H0 ditolak atau memang ada
perbedaan penerapan metode bermain
peran terhadap kemampuan bersosialisasi
anak usia dini. Dari output Rank, dapat kita
lihat bahwa nilai mean untuk anak pada
postest (140) lebih kecil daripada nilai
mean anak pada prettest (8.00 < 23.00).
Dari Nilai uji Mann-Whitney U Test, dapat
kita lihat pada output “Test Statistic”
dimana nilai statistik uji Z yang kecil yaitu
- 4676 dan nilai sig.2-tailed adalah 0,000 <
0,01 Karena itu hasil uji signifikan secara

Tabel 2
Descriptives Statistics
Perlakuan

Jumlah
Subjek

Mi
n.

Ma
x.

Mean

Std.
Deviati
on

pretest
Posttest

15
15

Valid N
(listwise)

15

81
140

97
168

86.80
154.0
7

3.802
8.102

Hasil analisis skor kemampuan
bersosialisasi menunjukkan ada peningkatan
kemampuan bersosialisasi yang signifikan pada
subjek yang mendapat perlakuan berupa
metode bermain peran. Ditunjukkan oleh nilai
terendah pada pretest 81 dan nilai tertinggi 97,
ada peningkatan 16 dengan rata-rata 86.80.
Pada postest nilaiterendah 140 dan tertinggi
95

Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran
Hasil yang diperoleh dari pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh
dari penerapan metode bermain peran efektif
untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi
pada anak usia dini. Ditunjukkan dengan
adanya
peningkatan
skor
kemampuan
bersosialisasi yang signifikan antara sebelum
dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan
metode bermain peran. Analisis data
menggunakan teknik statistik nonparametrik
Mann-Whitney Test.
Hasil dari uji analisis di atas
menunjukkan bahwa hipotesis yang telah
ditulis pada bab sebelumnya ditolak, yang
artinya ada perbedaan peningkatan yang
signifikan pada kemampuan bersoisalisai pada
saat setelah diberi perlakuan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa penerapan metode
bermain peranefektif untuk meningkatkan
kemampuan bersoasialisasi pada anak usia
dini.. Dari hasil penelitian menggunakan Mann
Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara pretest dan posttest.
Taraf signifikansi yang didapat dari hasil nilai
Z sebesar -4,676 dan p=0,000 (p < 0,05). Hal
ini membuktikan bahwa ada perbedaan
peningkatan skor kemampuan antara pretest
dan postest yang signifikan sehingga hipotesis
diterima. Hal ini membuktikan bahwa metode
bermain peran atau dapat meningkatkan
kemampuan bersosialisasi anak.
Mengoptimalkan tercapainya tujuan
pendidikan pada anak usia dini diperlukan
penggunaan metode yang tepat. Oleh karena itu
guru perlu menyiapkan suatu metode bermain
peran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak.
Ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode
bermain peran ini sangat penting karena bisa
berdampak signifikan terhadap cara dan proses
pembelajaran anak selanjutnya. Hal ini berarti
penggunaan metode bermain peran yang tepat
dan sesuai dengan dunia anak akan dapat

statistik, dengan demikian kita dapat
menolak H0 dimana
ada perbedaan
distribusi skor pada pretest maupun postest.
Diterima
atau
ditolak
kita dapat
membandingkan nilai U test hitung
dibanding dengan U test table atau
membandingkan nilai signifikansi dengan
nilai alfa (0,05).
Berdasarkan kedua hasil tersebut
menunjukkan adanya perbedaan setelah
diberi perlakuan. Hasil tersebut juga
menunjukkan adanya peningkatan skor
kemampuan bersosialisasi pada postest
yang lebih besar dibandingkan pretest,
sehingga dapat dikemukakan bahwa
kemampuan bersosialisasi pada pretest
setelah menggunakan metode bermain
peran lebih tinggi dibanding postest yang
tidak mendapat perlakuan menggunakan
metode bermain peran.
DISKUSI
Kegiatan pengajaran bersosialisasi yang
berlangsung di TK Permata sudah dilakukan
sejak tahun pertama yaitu pada kelompok A
(nol kecil) dan akan lebih ditekankan di
semester I. Di tahun pertama semester pertama,
stimulasi untuk bersosialisasi diawali dengan
permainan kelompok.
Kegiatan bermain peran ini dilakukan
kurang lebih 9 kali pertemuan dalam 3 minggu,
dalam waktu satu jam pada jam pelajaran
pertama. Dapat disimpulkan bahwa pada
semester pertama pengajaran bersosialisasi
kurang ditekankan karena guru lebih terfokus
pada bagaimana menciptakan suasana kelas di
sekolah yang menyenangkan.
Hasil
pelaksanaan
pembelajaran
bersosialisasi dengan menggunakan metode
bermain peran memperlihatkan peningkatan
motivasi anak dalam bersosialisasi dengan
temannya, hal ini dapat dilihat dari
kerjasamanya, mau berbagi dan menghargai
dengan teman, serta mau saling membantu
96

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

yang sangat pesat. Oleh karena itu, pada saat
prasekolah, anak harus diberikan banyak
kesempatan untuk bersosialisasi dan banyak
melihat dari orang sekitar agar anak dapat
cakap dalam bersosialisasi dan agar anak tidak
takut ketika bersosialisasi dengan orang lain.
Pembelajaran anak melalui metode
bermain peran membuat anak semangat dalam
belajar. Anak tidak merasa bosan karena
mereka merasa mereka bermain. Bermain
adalah dunia mereka, sehingga ketika mereka
melakukan kegiatan tersebut mereka sangat
menikmati dan merasa senang. Anak juga tidak
banyak mengeluh ketika melakukan kegiatan
tersebut. Dengan metode ini diharapkan agar
lebih membantu anak yang sebelumnya kurang
terampil dalam bersosialisasi menjadi lebih
terampil ketika mendapat perlakuan bermain
peran.
Pemberian metode bermain peran di TK
Permata Kecamatan Rungkut Surabaya
menunjukkan hasil yang signifikan dalam
meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada
anak. Kegiatan-kegiatan yang diberikan ketika
bermain peran yaitu anak-anak diminta untuk
memperagakan suatu adegan yang telah
ditentukan sebelumnya di dalam modul. Setiap
adegan mempunyai tema yang berbeda-beda,
diantaranya yaitu bermain peran libur kepantai,
bermain peran penjual makanan, dan bermain
peran kesekolah . Setiap tema yang dibuat
mempunyai tujuan yang berbeda-beda untuk
mengungkap aspek-aspek pada kemampuan
bersosialisasi.

memfasilitasi perkembangan berbagai potensi
dan kemampuan anak secara optimal serta
tumbuhnya sikap dan perilaku positif yang
mendukung pengembangan berbagai potensi
dan kemampuan anak tersebut, namun
sebaliknya kekeliruan dalam menggunakan
metode bermain peran dapat menghambat
potensi-potensi anak secara optimal dan
menumbuhkan persepsi-persepsi yang keliru
pada anak tentang aktivitas belajar itu sendiri.
Adanya
perbedaan
kemampuan
bersosialisasi pada anak dapat dipengaruhi oleh
beberapa
faktor.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi kemampuan bersosialisasi
diantaranya yaitu latar belakang budaya,
inteligensi,
pola
hubungan
keluarga,
kesempatan berinteraksi dan bersosialisasi
yang baik untuk ditiru. Model yang baik yang
dapat ditiru dan kesempatan untuk berlatih
menjadi faktor yang paling penting dalam
mengembangkan perilaku yang sesuai dengan
aspek kemampuan bersosialisasi. Anak yang
diberikan stimulus bermain peran untuk
mengembangkan kemampuan bersosialisasi
secara terus menerus, maka kemampuan
bersosialisasi anak akan lebih baik, terutama
pada anak pra sekolah atau Taman Kanakkanak sebagai tambahan pembelajaran.
Pada usia dini memang sangat
dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat
membantu anak dalam bersosialisasi dengan
lingkungan barunya dan dapat bergaul dengan
baik dengan teman-temannya. Pada masa ini
anak sebaiknya dipersiapkan untuk dapat
berinteraksi dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu
anak harus diberikan metode yang sesuai untuk
membantu anak dalam bersosialisasi sehingga
dapat
berinteraksi
dengan
baik
di
lingkungannya yaitu dengan memberikan
metode bermain peran.Anak pada masa
prasekolah sangat cepat menangkap pada saat
belajar. Pada saat usia prasekolah, anak itu
mengalami perkembangan dan pertumbuhan

KESIMPULAN
Penelitian tentang penerapan metode
bermain
peran
untuk
meningkatkan
kemampuan bersosialisasi pada pendidikan
anak usia dini adalah salah satu penelitian yang
penting untuk diterapkan, karena keterampilan
hidup yang mendasar dan perlu dilatih
semenjak usia dini bagi setiap individu.
Perkembangan sosial anak ditandai oleh
97

Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

kemampuan dalam menyesuaikan diri dan
and Circle Time (BCCT) dalam
Dimensi PAUD. Bandung: Rizqi Press.
mengembangkan tingkah laku sosialnya
sehingga dapat bersosialisasi dengan baik. Hal Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
ini pula yang mendorong dikerjakannya
Berk,L.E, (1992). Children’s Private Speech :
penelitian ini.
An Overview Of Theory And The
Status Of Research. In R.M. Diaz &
SARAN
L.E. Berk (Eds), Private Speech : From
1. Bagi Pengajar TK Permata Kecamatan
Social Interaction To Self Regulation.
Rungkut Surabaya
UK : Lawrance Erlbaum Associates
Banyak metode pembelajaran yang
berkembang saat ini yang bisa diterapkan di Chaplin, J.P. (2004). Kamus Psikologi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
sebuah
lembaga
pendidikan
untuk
meningkatkan kemampuan bersosialisasi Depdikbud.1994 Kurikulum Taman Kanakkanak. Jakarta.
namun kesiapan untuk menerapkan sebuah
metode belajar terutama metode bermain Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.
peran harus sangat diperhatikan karena
Pedoman
Pembelajaran
Bidang
penerapan metode belajar yang kurang
Pengembangan Kognitif Pendidikan
maksimal berdampak pada hasil yang
Taman Kanak-kanak
Elizabeth
B.
(1978).
Child
kurang optimal pada anak. Persiapan ini Hurlock,
th
Development. 6 Ed. Tokyo: McGraw
meliputi kecakapan dari guru untuk
Hill Inc. International Student Ed.
menerapkan metode ini dengan prosedur
Hurlock, B. Elizabeth. (1997). Perkembangan
yang sesuai.
Anak Jil. I. Jakarta Erlangga
Hurlock, E.B. (2005). Perkembangan Anak Jilid
2. Bagi Peneliti Lain
2. Alih Bahasa: Dr. Medmeitasari
Peneliti menambah jumlah subjek
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga
penelitian, sehingga dapat melakukan
penelitian dengan metode yang sama Hurlock, E.B. (2008). Perkembangan Anak Jilid
dengan menggunakan kelompok kontrol
1 Edisi Keenam Alih Bahasa: Meitasari
Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih.
sebagai pembanding. Selain itu peneliti
Jakarta. Erlangga
dapat
menggunakan
skala
perilaku
bermasalah juga, sehingga bisa diketahui Helms, D. B & Turner, J.S., (1983), Exploring
Child Behavior, New York : Holt
peningkatan keterampilan sosial anak-anak
Rinehartand Winston.
usia prasekolah diikuti juga dengan
penurunan
perilaku
bermasalahnya. Kemendiknas, (2012). Kurikulum Taman
Perbaikan yang dapat dilakukan dalam hal
Kanak-kanak Pedoman Pengembangan
Program Pembelajaran di TK. Jakarat
waktu pelaksanaan, di mana sebaiknya
jarak antara pretest dan posttest dirancang Mehibin, S. (1995). Psikologi Belajar, Ciputra:
Logos Wacana Ilmu
sedemikian rupa agar tidak berlangsung
Nugraha A, (2006). Metode Pengembangan
terlalu lama.
Sosial Emosional. Jakarta. UT
Nurani, Sujiono, Yuliani (2009). Konsep dasar
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Abidin, Y. (2009). Bermain Pengantar bagi
PT Indek
Penerapan Pendekatan Beyond Centers

98

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

Seto,

Mulyadi. 2004. Bermain dan
Kreativitas, Upaya mengembangkan
Kreativitas Anak melalui Kegiatan
Bermain, Jakarta:Papas SinarSinanti
SkalaLikert,http://id.wikipedia.org/wiki/Skala
_Likert, akses 2 Nopember 2014
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus
Besar Bahasa IndonesiaEdisi Kedua,
Cetakan
Kesepuluh.
Jakarta:
BalaiPustaka.
Undang-undang No.20 Tahun 2003. Pasal1
angka
14.
Tentang
Pendidikan
Nasional.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran,
Bumi Aksara

99

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65