Fenomena Fonologi pada Penutur Bahasa Su

1

Fenomena Fonologi pada Penutur Bahasa Sunda dalam Melafalkan Bahasa
Jawa

Makalah ini disusun guna memenuhi Ujian Akhir Sekolah mata kuliah Linguistik
Umum 1
Dr. Suhandano, M. A

Riris Sumarna

15/389048/PSA/07902
Linguistik Kelas B

PROGRAM PASCASARJANA LINGUISTIK
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2016

2


Pendahuluan
Pada dasarnya otak manusia telah memiliki suatu perangkat bahasa yang
dimilikinya semenjak lahir. Chomsky menyebutnya sebagai Language Acquisition
Devices (LAD). Dalam perangkat tersebut tersimpan berbagai konsep dan sistem
kebahasaan pada manusia yang befungsi untuk memproduksi kata-kata berbentuk
ujaran. Sistem tersebut meliputi sistem gramatika, sintaksis dan sistem fonologi.
Sistem gramatika berhubungan tata bahasa, sistem sintaksis berhubungan dengan
susunan kalimat, dan sistem fonologi merupakan kaidah pelafalan atau ujaran. Selain
perangkat kebahasaan yang dikemukakan oleh Chomsky, untuk menghasilkan sebuah
ujaran diperlukan kerjasama organ bicara yang sehat sehingga sistem yang berkonsep
yang diproduksi dalam otak akan di teruskan ke dalam organ berbicara, sehingga
bunyi ujaran akan sama seperti yang telah diproduksi oleh otak.
Meskipun manusia mempunyai perangkat bahasa yang sama, tak jarang dalam
proses penuturan bahasa tertentu terjadi kejanggalan, karena penutur bahasa tidak asli
melafalkan kata yang tidak sama seperti yang dilafalkan oleh penutur asli. Contohnya
penutur bahasa Sunda melafalkan kata sênțoƞ yang dalam Bahasa Jawa mempunyai
arti ruangan yang digunakan untuk tidur, atau orang zaman sekarang menyebutnya
sebagai “kamar tidur” sedangkan kata sênțoƞ orang Sunda akan melafalkan dengan
sêntoƞ.
Perbedaan dalam pelafalan tersebut sangatlah wajar karena pada dasarnya

manusia dapat melafalkan semua bunyi-bunyi yang ada, akan tetapi sistem bahasa
pertama dalam masyarakatlah yang membentuk dapat atau tidaknya melafalkan.
Kridalaksana menyebutkan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena para anggota
masyarakat (Sunda) dalam kapasistas sebagai pengguna bahasa memiliki seperangkat
aturan yang sangat kental yang menentukan struktur apa yang diucapkan dan
ditulisnya (Kridalaksana, 2011:24). Aturan yang sangat kental tersebut yang
menyebabkan penutur bahasa Sunda sulit untuk melafalkan kosakata bahasa lain
meskipun menurut penutur sudah benar dalam melafalkannya, padahal sesungguhnya
terjadi kejanggalan.

3

Bunyi /ț/ dan /t/ pada bahasa Jawa pada dasarnya berasal dari sebuah sebuah
fonem yang sama yaitu fonem /t/. Fonem adalah satuan bunyi yang membedakan arti
(Cahyono, 1995:103). Sedangkan /ț/ dan /t/ adalah realisasi dari sebuah fonem. Chaer
menyebutnya sebagai alofon yang sama dan memiliki kemiripan fonetis yang
mempunyai kesamaan dalam pengucapannya (2012:127). Selain bunyi /ț/ dan /t/
terdapat beberapa alofon yang sama dari sebuah fonem contohnya /d/ dan /ḑ/, /e/ dan /
ê/ dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui fenomena fonologi

penutur bahasa Sunda ketika melafalkan kosakata bahasa Jawa. Fenomena tersebut
meliputi kesalahan atau penyimpangan dalam pelafalan fonem yang merupakan satu
alofon maupun bentuk penyimpangan dalam menirukan pelafalan, kemudian
kecenderungan fonem apakah yang mengalami perubahan dalam pelafalan. Dalam
menganalisis makalah penelitian ini penulis menggunakan kajian diskriptif kualitatif
dalam menganalisis data yang ada. Menurut Bogdan dan Taylor via Endraswara
kajian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (2006:85).
Dalam menganalisis makalah ini penulis menganalisis fenomena fonologi yang ada
yang benar-benar diucapkan oleh orang Sunda ketika menirukan orang Jawa
melafalkan bahasa Jawa. Kemudian, mendiskripsikan bunyi-bunyi apakah yang
cenderung terjadi penyimpangan dalam pelafalan yang meliputi pelafalan fonem yang
merupakan satu alofon maupun bentuk penyimpangan lain ketika menirukan orang
Jawa melafalkan kosakata tertentu.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan 200 kosakata swadesh yang
telah diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Dalam penerjemahan dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa penulis menggunakan kamus Indonesia-Jawa online.
Setelah itu dilakukan teknik rekam. Teknik rekam tersebut dilakukan untuk merekam
ketika penulis melafalkan kosakata bahasa Jawa yang kemudian ditirukan oleh orang
Sunda. Kemudian menulis transkripsi fonetiknya untuk mempermudah analisis,

karena transkripsi fonetik bentuk ortografi merefleksikan suara (Yavas, 2005:1).

4

Selain itu dalam menirukan pelafalan kosakata bahasa Jawa penutur Sunda tidak
diperkenankan untuk bertanya kembali mengenai bunyi apa yang baru saja
diperdengarkan.. Setelah dilakukan teknik rekam penulis melakukan teknik catat,
yakni mencatat kembali pelafalan penutur Sunda yang telah direkam sebelumnya.
Responden dalam penelitian ini merupakan dua penutur asli Sunda yang
berdomisili di Bogor Jawa barat. Penutur memilih dua responden tersebut karena
keduanya merupakan penutur bahasa Sunda yang wilayahnya sangat mendukung
untuk berbicara bahasa Sunda setiap hari, jauh dari kontak bahasa Jawa dalam
lingkunganya, dan seluruh keluarganya adalah asli Sunda. Dalam penulisan makalah
penelitian ini penulis membagi makalah ini menjadi beberapa bagian. Pertama adalah
pendahuluan, kedua adalah analisis dan pembahasan, terakhir adalah kesimpulan.

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis. Penyimpangan pelafalan penutur bahasa Sunda
dalam melafalkan bahasa Jawa terjadi pada fenomena berikut ini:
1. Perubahan pelafalan bunyi dari satu fonem yang sama menjadi alofonnya.

Menurut Nijhoff (1978:47) dikatakan sebagai satu fonem apabila mempunyai
korespondensi antara fitur dari bentuk kata dan fitur makna kata. Dalam penelitian
ini fonem-fonem yang kecenderungannya memiliki pelafalan salah oleh penutur
Sunda dapat dilihat pada contoh tabel berikut ini:
Tabel 1
No

Fonem

alofo

Pelafalan awal

Perubahan

arti dalam bahasa Indonesia

.
1.


/d/

n
/ḑ/

ḑalan

pelafalan
dalan

jalan

ƞiḑu

ƞidu

meludah

waḑon


wadon

perempuan

ḑɔndɔm

dɔndɔm

menjahit

uḑan
ǰagoƞ

udan
ǰagɔƞ

hujan
duduk

2.


/o/

/ɔ/

5

sêgoro

sêgɔrɔ

laut

ora

ɔra

tidak

megɔ

tutɔk

awan
memukul

kêtol
Teko

tumpul
datang

3.

/t/

/ț/

mego
țuțɔk


4.

/e/

/ê/

kêțol
têko

2. Kesamaan pelafalan kosakata yang memiliki kesepadanan kata dengan bahasa
Indonesia.
Selain fenomena perubahan dari satu fonem yang sama menjadi alofonnya ,
kesalahan penutur Sunda adalah ketika mengucapkan kosakata yang memiliki bentuk
yang sama dengan bahasa Indonesia. Misalnya kata ‘tikus’ bahasa Jawanya ‘tikus’
adalah ‘tikus’. Secara ortografi keduanya memiliki bentuk yang sama. Akan tetapi
dalam melafalkan ‘tikus’ menjadi /tikos/. Dalam suku ultima atau suku akhir
mengalami penuruban bunyi menjadi /o/. Ketika penutur Sunda menirukan kata
/tikos/ penutur tersebut akan mengucapkan /tikus/. Pelafalannya akan disamakan
dengan bahasa Indonesia. Fenomena terjadi secara berulang-ulang seperti kata-kata
berikut ini:

Tabel 2
No.

Arti

dalam

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Indonesia
Kulit
Usus
piker/mikir
Rambut
daging
Lyamuk
Langit
tipis
Jantung
kuping
Angina

bahasa

Pelafalan Jawa

Pelafalan Sunda

/kulet/
/usos/
/miker/
/rambot/
/ dageƞ/
/ñamok/
/langet/
/tipes/
/jantong/
/ kupeƞ/
/aƞen/

/kulit/
/usus/
/mikir/
/rambut/
/ dagiƞ/
/ñamuk/
/langit/
/tipis/
/jantung/
/kupiƞ/
/aƞin/

6

3.

Perubahan pelafalan /k/ menjadi /g/.
Kesalahan pelafalan juga terjadi pada perubahan pelafalan /k/ menjdi /g/. Selain
itu perubahan pelafalan /k/ menjadi /g/ secara teratur ditemukan di akhir kata.Jika
dilihat dari fitur keduanya, /k/ dan /g/ merupakan fonem velar stop. Dengan adanya
persamaan fitur tersebut kesalahan tersebut dapat dikatakan sebagai kewajaran.
Kesalahan pelafalan dapat dilihat pada kata-kata berikut ini:
Tabel 3
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Arti bahasa Indonesia
Bahu
Melihat
Atap
Menggali
Ikan

Pelafalan Jawa
/pundak/
/nḑêlɔk/
/ Êmpyak/
/ñedok/
/iwak/

Pelafalan Sunda
/pundag/
/delɔg/
/ êmpyag/
/ñedug/
/iwag/

4. Diantara dua konsonan mengalami perubahan pelafalan.
Sering sekali dijumpai perubahan pelafalan diantara dua huruf konsonan. Akan
tetapi perubahan ini terjadi secara acak. Sehingga tidak konsisiten ditemukan disemua
huruf diantara dua vokal. Contoh perubahan pelafalan diantara dua konsonan
diantaranya dapat dilihat pada kosakata berikut ini:
Tabel 4
No.

Arti

dalam Pelafalan Jawa

Pelafalan Sunda

1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
Selain

bahasa Indonesia
kaki
/sikel/
/sikil/
debu
/ blêḑʌk/
/ blêḑuk/
hidung
/iroƞ/
/iruƞ/
kecil
/čilek/
/čilik/
menggaruk
/ Kukor/
/kukur/
menanam
/nanḑor/
/nandur/
burung
/manok/
/manok/
kering
/gareƞ/
/gariƞ/
beberapa kesalahan pengucapan yang telah disebutkan diatas.

Fenomena terjadi pula pada dua deret konsonan . Selain itu bunyi /ƞ/ diawal kata pada

7

bahasa Jawa akan hilang bila diucapkan penutur Sunda. Beberapa Contoh dapat
dilihat pada pelafalan kosakata berikut ini:
Tabel 5
No

arti dalam bahasa Pelafalan Jawa

Pelafalan Sunda

.
1.
2.
3.
4.
5.

Indonesia
tertawa
berarburu
bela
melempar
meniup

/guyu/
/goleki/
/belo/
/uncal/
/damu/

/ ƞguyu/
/ƞgolei/
/mbelo/
/ƞuncal/
/nḑamu/

Kesimpulan
Penutur bahasa Sunda sering sekali mengalami kesalahan pelafalan dalam
melafalkan kosakata bahasa Jawa. Kesalahan ini merupakan sebuah fenomena yang
wajar karena anggota masyarakat (Sunda) dalam kapasistas sebagai pengguna bahasa
memiliki seperangkat aturan yang sangat kental yang menentukan struktur apa yang
diucapkan dan ditulisnya (Kridalaksana, 2011:24). Aturan ini seperti tidak adanya
fonem tertentu dalam bahasa Sunda sedangkan dalam bahasa Jawa ada.
Berdasarkan hasil analisis, fonem-fonem yang cenderung secara konsisten
salah dilafalkan oleh orang Sunda pada hasil penelitian adalah fonem /d/, /o/,/t/, /e/.
Fonem-fonem tersebut dilafalkan dengan alofon /d/ menjadi /ḑ/, /o/ menjadi /ɔ/, /t/
menjadi /ț/, dan /o/ menjadi /ê/. Selain itu fonem /k/ pada akhir konsonan cenderung
dilafalkan dengan /g/, akan tetapi fonem /k/ jika berada di awal atau tengah kata akan
tetap sama dilafalkan dengan /k/. Fenomena fonologi juga terjadi pada pelafalan
kosakata bahasa Jawa yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia.
Meskipun terjadi perubahan dalam melafalkannya, penutur Sunda sering sekali
melafalkan dengan lafal bahasa Indonesia. Seperti /laƞet/ yang memiliki arti ‘langit’
penutur Sunda akan mengucapkan dengan /laƞit/.
Fenomena menghilangnya dua deret konsonan diawal kata dan bunyi /ƞ/
diawal kata juga terjadi. Contohnya /ƞguyu/ menjadi /guyu/ dimana dalam bahasa

8

Indonesia memiliki arti ‘tertawa’, /mbelo/ menjadi /belo/ dalam bahasa Indonesia
memiliki arti ‘bela atau membela’. Vokal diantara dua konsonan di suku terakhir juga
mengalami perubahan. Perubahan ini tidak terjadi secara konsisten dan cenderung
berubah sehingga tidak dapat di generalisasikan. Contohnya / Sikel/ menjadi /sikil/,
dalam kata tersebut /e/ berubah menjadi /i/ diantara dua vokal, akan tetapi di lain
posisi seperti kata /ndelil/ akan tetap sama diucapkan dengan /ndelik/.

Referensi
Cahyono, B. Y. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Malang: Airlangga University
Press.
Chaer, Abdul.2012. Lingusitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Endaswara, S. 2006. Metode, Teori,Teknik Penelitian Kebudayaan: Idiologi,
Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kridalaksana. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nijhoff, M. 1978. Studies in Javanese Morphology. Diterjemahkan oleh Uhlenbeck,
E.M

(translation series 19). Land-en Volkenkunde: Koninklijk Instituut

Voor Tall.
Yavas, Mehmet 2006. Applied English Phonology. Victoria: Blackwell Publising.
Kamus Indonesia-Jawa Online.

9

Lampiran
No.

Bahasa
Indonesia

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Tangan
Kiri
Kanan
Kaki
Jalan
Jalan
Datang
Belok
Renang(ber-)
Kotor
Debu
Kulit
Punggung
Perut
Tulang
Usus
Hati
Susu
Bahu
Tahu
Pikir(ber-)
Takut
Darah
Kepala
Leher
Rambut

Arti dalam bahasa
Jawa

Pelafalan
penutur Jawa

Tangan
Kiwo
Tengen
Sikil
Mlaku
Dalan
Teka
Menggok
Renang
Reget
Bleduk
Kulit
Geger
Weteng
Balung
Usus
Ati
Susu
Pundak
Ngerti
Mikir
Wedi
Getih
Sirah
Gulu
Rambut

taƞan
Kiwo
Têƞên
Sikel
Mlaku
ḑalan
Têko
meƞgok
Renaƞ
Rêgêt
blêḑʌk
Kulet
Gêgêr
Wêteƞ
Baloƞ
Usos
Ati
Susu
pundak
Ƞêrti
Miker
weḑi
Gêteh
Sirah
Gulu
Rambot

Pelafalan
penutur
Sunda 1
Taƞan
kiwo
têƞên
sikil
mlaku
dalan
teko
meƞgok
Renaƞ
rəgət
blêḑuk
Kulit
gêgêr
wêteƞ
baloƞ
Usus
Ati
susu
pundag
ƞêrti
mikir
wedi
Gêteh
sirah
gulu
rambut

Pelafalan
penutur
Sunda 2
Taƞan
kiwo
têƞên
sikil
mlaku
dalan
teko
meƞguk
Renaƞ
rəgət
blêḑuk
Kulit
Gêgêr
Wêteƞ
Baloƞ
Usus
Ati
Susu
pundag
Ƞêrti
Mikir
Wedi
Gêteh
Sirah
Gulu
Rambut

10

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67

Hidung
bernafas
Cium
Mulut
Gigi
Lidah
Tertawa
Nangis(me-)
Muntah
Meludah
Makan
Mengunyah
Masak(me)
Minum
Menggigit
Hisap(me-)
Telinga
Mendengar
Mata
Melihat
Menguap
Tidur
Berbaring
Mimpi(ber-)
Duduk
Berdiri
Orang
laki-laki
Perempuan
Anak
Suami
Istri
Ibu
Bapak
Rumah
Atap
Nama
Berkata
Tali
Mengikat
Menjahit

Irung
Ambekan
Ngambu
Cangkem
Untu
Ilat
Guyu
Nangis
Muntah
Ngidu
Mangan
Mamah
Masak
Ngombe
Nyokot
Ngisep
Kuping
Krungu
Mripat
Delok
Angop
Turu
Nglekar
Ngimpi
Jagong
Ngadhek
Uwong
Lanang
Wadon
Anak
Bojo
Bojo
Ibu
Bapak
Omah
Empyak
Jeneng
Ngomong
Tali
Naleni
Dondom

Iroƞ
ambekan
Ngambu
Caƞkem
Untu
Ilat
Ƞguyu
naȠes
muntah
Ƞiḑu
maȠan
Mamah
Masak
Ƞombe
Ñokot
Ƞisêp
Kupeñ
Kruƞu
Mripat
nḑêlɔk
aƞɔp
turu
ƞlekar
ƞimpi
ǰagoƞ
ƞaḑek
Uwoƞ
Lanaƞ
waḑon
Anak
Boǰo
Boǰo
Ibu
bapak

Omah
Êmpyak
ǰênêƞ
ƞɔmɔƞ
Tali
Naleni
ḑɔndɔm

Iruƞ
ambekan
Ngambu
Caƞkem
Untu
Ilat
Guyu
nangis
muntah
Ƞidu
maȠan
Mamah
Masag
ƞombe
Ñokot
Ƞisêp
Kupiñ
kruƞu
mripat
delɔg
aƞɔp
Turu
ƞlekar
Ƞimpi
ǰagɔƞ
Ƞadeg
uwong
Lanaƞ
wadon
Anak
Bouǰo
Bouǰo
Ibu
Bapak
Omah
êmpyag
ǰênêƞ
ƞɔmɔƞ
Tali
Naleni
dɔndɔm

Iruƞ
ambekan
Ngambu
Caƞkem
Untu
Ilat
Guyu
Nangis
muntah
Ƞidu
maȠan
Mamah
Masag
ƞombe
Ñokot
Ƞisêp
Kupiñ
kruƞu
mripat
delɔg
aƞɔp
Turu
ƞlekar
Ƞimpi
ǰagɔƞ
Ƞadeg
uwong
Lanaƞ
wadon
Anak
Buǰok
Bouǰo
Ibu
Bapak
Omah
êmpyag
ǰênêƞ
ƞɔmɔƞ
Tali
Naleni
dɔndɔm

11

68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108

Jarum
Berburu
Nembak(me-)
Menikam
Memukul
Mencuri
Membunuh
Mati
Hidup
Menggaruk
Memotong
Kayu
Bela(me-)
Tajam
Tumpul
Kerja(be-)
Menanam
Milih(me-)
Tumbuh(ber-)
Bengkak
Meras(me-)
Memegang
Menggali
Membeli
Buka(me-)
Ngetuk(me-)
Melempar
Jatuh
Anjing
Burung
Ayam
Telur
Bulu
Sayap
Terbang
Tikus
Daging
Lemak
Ekor
Ular
Cacing

Dom
Goleki
Nembak
Tujes
Thuthuk
Nyolong
Mateni
Mati
Urip
Kukur
Ngethok
Kayu
Bela
Landhep
Kethul
Kerja
Nandur
Milih
Tuwuh
Abuh
Meres
Nyekel
Ngedhuk
Tuku
Bukak
Ngetuk
Uncal
Tiba
Asu
Manuk
Pitik
Endhog
Wulu
Suwiwi
Mabur
Tikus
Daging
Lemak
Buntut
Ula
Cacing

ḑom
ƞgolei
nembak
Tuǰês
țuțɔk
ñʌlʌƞ
Mateni
Mati
Urep
Kukor
ƞêtɔk
Kayu
Mbelo
Landep
Kêțol
kerǰɔ
Nanḑor
MilƐh
Tuwuh
Aboh
Meres
Ñekel
Ñedok
Tuku
mbukak
ƞețok
ƞuncal
tibɔ
Asu
Manok
Pitek
ênḑog
Wulu
Suwiwi
Mabor
tikos
ḑageƞ
lêmak
buntot
ulo
caceƞ

Dom
Golei
Nembak
tujês
tutɔk
ñʌlʌƞ
mateni
Mati
urip
kukur
ƞêtɔk
Kayu
Belo
Landep
Kêtol
kerja
nandur
MilƐh
tuwuh
aboh
mêrês
ñekel
ñedug
tuku
buka
ƞetok
uncal
tibɔ
Asu
manuk
pitik
ênḑog
Wulu
Suwiwi
Mabor
tikus
dagiƞ
lemak
buntot
ulo
Caciƞ

Dom
Golei
Nembak
tujês
tutɔk
ñʌlʌƞ
mateni
Mati
urip
kukur
ƞêtɔk
Kayu
Belo
Landep
Kêtol
Kerjak
nandur
MilƐh
Tuwuh
Aboh
Meres
Ñekel
Ñedug
Tuku
Buka
Ƞetok
Uncal
tibɔ
Asu
manuk
pitik
ênḑog
Wulu
Suwiwi
Mabor
tikus
dagiƞ
lemak
buntot
ulo
Caciƞ

12

109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149

Kutu
Nyamuk
Laba-laba
Ikan
Busuk
Batang
Daun
Akar
Bunga
Buah
Rumput
Tanah
Batu
Pasir
Air
Mengalir
Laut
Garam
Danau
Hutan
Langit
Bulan
Bintang
Awan
Kabut
Hujan
Guntur
Kilat
Angin
Meniup
Panas
Dingin
Kering
Basah
Berat
Api
Membakar
Asap
Abu
Hitam
Putih

Tuma
Nyamuk
Angga
Iwak
Bosok
Pang
Godong
Oyot
Kembang
Woh
Suket
Lemah
Watu
Wedhi
Banyu
Mili
Segara
Uyah
Tlaga
Alas
Langit
Wulan
Lintang
Mega
Pedhut
Udan
Guntur
Kilat
Angin
Damu
Panas
Adem
Garing
Teles
Abot
Geni
Ngobong
Keluk
Awu
Ireng
Putih

tumʌ
ñamok
ʌƞgo
Iwak
bʌsʌk
Paƞ
gɔdɔƞ
ɔyɔt
Kêmbaƞ
wɔh
Sukêt
Lemah
Watu
weḑi
Bañu
mili
sêgoro
uyah
tlogo
alas
langet
wulan
Lintaƞ
mego
peḑut
uḑan
guntur
kilat
aƞen
nḑamu
panas
aḑêm
gareƞ
Têlês
abot
gêni
ƞoboƞ
Kêlut
Awu
Ireƞ
Puteh

tumʌ
ñamuk
ʌƞgo
iwag
bʌsʌg
Paƞ
gɔdɔƞ
ɔyɔt
Kêmbaƞ
wɔh
Sukêt
Lemah
Watu
wedi
Bañu
mili
sêgɔrɔ
uyah
tlaɔgɔ
alas
langit
wulan
Lintaƞ
megɔ
Pedut
Udan
guntur
kilat
aƞin
damu
Panas
adêm
gariƞ
Têlês
abot
gêni
ƞoboƞ
Kêlut
Awu
Ireƞ
puteh

tumʌ
ñamuk
ʌƞgo
iwag
bʌsʌg
Paƞ
gɔdɔƞ
ɔyɔt
Kêmbaƞ
wɔh
Sukêt
Lemah
Watu
wedi
Bañu
mili
sêgɔrɔ
uyah
tlaɔgɔ
alas
langit
wulan
Lintaƞ
megɔ
Pedut
Udan
guntur
kilat
aƞin
damu
Panas
adêm
gariƞ
Têlês
abot
gêni
ƞoboƞ
Kêlut
Awu
Ireƞ
puteh

13

150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175

Merah
Kuning
Hijau
Kecil
Besar
Pendek
Panjang
Tipis
Tebal
Sempit
Lebar
Sakit
Malu
Tua
Baru
Baik
Jahat
Benar
Malam
Hari
Tahun
Kapan
Sembunyi
Naik
Di
Di dalam

Abang
Kuning
Ijo
Cilik
Gedhe
Cendhek
Dawa
Tipis
Kandel
Ciut
Amba
Lara
Isin
Tua
Anyar
Apik
Ala
Bener
Bengi
Dina
Taun
Kapan
Ndelik
Munggah
Ing, ning, neng
Ning jero

176
177
178
179
180
181
182
183
184

Di atas
Di bawah
Ini
Itu
Jauh
Jantung
Di mana
Saya
Kamu, engkau

Ning dhuwur
Ning ngisor
Iki
Kuwi
Adoh
Jantung
Ning endi
Aku
Kowe

185
186
187
188

Kita, kami
Dia
Mereka
Apa

Awake dhewe
Dheweke
Dheweke
Apa

Abaƞ
Kuneƞ
Iǰo
čilek
geḑe
čêndƐk
ḑowo
Tipes
Kandel
Ciot
ɔmbɔ
lɔlɔ
Isen
tuo
añar
Apek
ɔlɔ
bênêr
bêƞi
dinɔ
Taun
Kapan
Ndelik
Muƞgah
Iƞ, niƞ, neƞ
Niƞ ǰêro
Niƞ nduwur

Abaƞ
kuning
iǰǰo
čilik
gede
čêndƐk
Dowo
tipis
Kandel
ciut
ɔmbɔ
lɔlɔ
isin
tuo
añar
Apek
ɔlɔ
bênêr
bêƞi
dinɔ
Taun
Kapan
Ndelik
Muƞgah
Iƞ, niƞ, neƞ
Niƞ ǰêro
Niƞ nduwur

Niƞ ƞisor
Iki
kuwi
adɔh
jantong
Niƞ enḑi
Aku
kowe
Awake deweke

Niƞ ƞisor
Iki
kuwi
adɔh
jantung
Niƞ endi
aku
kowe
Awake
deweke
Deweke
Dheweke
Opo

Deweke
Dheweke
Opo

Abaƞ
kuning
iǰǰo
čilik
gede
čêndƐk
Dowo
tipis
Kandel
ciut
ɔmbɔ
lɔlɔ
isin
tuo
añar
Apek
ɔlɔ
bênêr
bêƞi
dinɔ
Taun
Kapan
Ndelik
Muƞgah
Iƞ, niƞ, neƞ
Niƞ ǰêro
Niƞ
nduwur
Niƞ ƞisor
Iki
kuwi
adɔh
jantung
Niƞ endi
aku
kowe
Awake
deweke
Deweke
Dheweke
Opo

14

189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200

Siapa
Lain
Semua
Dan
Jika
Bagaimana
Tidak
Hitung
Satu
Dua
Tiga
Empat

Sapa
Liya
Kabeh
Lan
Nek
Piye
Ora
Etung
Siji
Loro
Telu
Papat

Sopo
Liyo
Kabeh
Lan
Nek
Piye
Ora
Etong
Siji
Loro
Telu
Papat

Sopo
Liyo
Kabeh
Lan
Nek
Piye
ɔra
Etung
Siji
Loro
Telu
Papat

Sopo
Liyo
Kabeh
Lan
Nek
Piye
ɔra
Etung
Siji
Loro
Telu
Papat

15

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5