Antisipasi Implementasi MP3EI di Jawa T
Angelina Ika Rahutami
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata
12 Desember 2011
• IndustrI atau sektor apa yang akan menjadi pendorong terbaik
pertumbuhan ekonomi, namun pada saat yang sama juga bersifat inklusif,
yang berarti pengurangan kemiskinan?
•
• Hal-hal yang menjadi penting:
1.
2.
3.
Struktur ekonomi Jawa Tengah potensi pengembangannya, termasuk
pada aspek perdagangan dan investasi
Penyerapan tenaga kerja
Kemiskinan
• Dari ketiga hal tersebut maka perlu dilakukan periksa silang dengan
RPJMD
Pertanyaannya siapkah kita?
Sumber : Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development
2011, Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia
Sejalankah dengan struktur ekonomi Jawa Tengah dan
Kebijakan yang selama ini diambil?
Sumber : Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development
2011, Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia
• Konsep pertumbuhan yang mengacu pada suatu
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
• Peluang ekonomi yang dihasilkan dapat dinikmati atau
terdistribusi ke semua lapisan masyarakat, termasuk kaum
miskin dan termarjinalkan, baik sekarang maupun masa
yang akan datang,
• Dengan demikian terdapat dua hal pokok dalam
pertumbuhan inklusif
• Inklusi (penyertaan), yang berarti terdapat adanya difusi
peluang bagi semua, yang berarti juga memberikan peluang
ekonomi kepada mereka yang dalam pertumbuhan saat ini
tersingkirkan
• Pertumbuhan yang berkelanjutan, yang berarti bahwa proses
tidak akan berhenti pada saat ini tetapi juga pada masa yang
akan datang
•
Trade and development board, Geneva 2010
•
•
•
Habito (2009) dengan menggunakan data 15 negara asian
•
•
•
•
•
Dari sisi produksi, pertumbuhan inklusif akan menjadi terbaik bila berasal dari sektor dan
industri yang bersifat labor intensive dan atau proses produksinya memiliki keterkaitan
backward dan forward dalam ekonomi domestik,
Membutuhkan kebijakan khusus dan intervensi pemerintah
kualitas kepemerintahan, pengeluaran publik untuk jasa sosial dan komposisi sektoral dari
pertumbuhan PDB memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi inklusif
Kontrbusi sektor pertanian penting untuk kurangi kemiskinan desa
Perlu dikembangkan ke agroindustri dan pariwisata agar pertumbuhan lebih luas
Promosi dan pengembangan SME penting
Chatterjee (2005)
•
•
•
•
•
•
•
Infrastruktur desa memegang peran penting
Partisipasi pemerintah dan desentralisasi penting
Komposisi sektoral dari pertumbuhan adalah penting, ketia kemiskinan desa masih tinggi dan
kemungkinan transformasi struktural rendah, maka pertumbuhan pertanian penting
Pertumbuhan yang menyerap tenaga kerja adalah penting,
Perlu kebijakan untuk mengurangi rigiditas penyerapan tenaga kerja, termasuk struktur
dualistik dan mempromosikan transformasi struktural yang cepat
Pentingnya lembaga keuangan mikro
Pembangunan human capital harus intensif
70,000,000
60,000,000
Juta Rp
50,000,000
40,000,000
2006
30,000,000
2007
20,000,000
2008
10,000,000
2009
3.79%
11.28%
Pertanian
5.45%
2010*
2011*
18.62%
Pertambangan
1.12%
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Konstruksi
21.75%
31.22%
PHR
Pengangkutan, komunikasi
5.92%
Keuangan
Jasa-jasa
Sumber: KER Jateng, data diolah
Jasa-jasa
Keuangan
Pengangkutan, komunik
asi
PHR
Konstruksi
Listrik, gas dan air
bersih
Industri pengolahan
4 besar industri
pengolahan, PHR,
pertanian, dan jasa
sejalan dengan
MP3EI, namun
perlu cek
penyerapan tenaga
kerjanya
Pertambangan
Pertanian
0
0.85%
PDRB 2011*
120,000,000
100,000,000
Juta Rp
80,000,000
60,000,000
2006
40,000,000
2007
20,000,000
2008
Ekspor barang dan jasa
Pembentukan modal tetap
domestik bruto
Konsumsi pemerintah
PDRB 2011*
2009
Impor barang dan jasa (-/-)
Hati-hati dengan
konsumsi
pemerintah dan
Investasi yang
relatif rendah
proporsinya
Konsumsi Nirlaba
Konsumsi Rumah tangga
-
2010*
2011*
Konsumsi Rumah tangga
23.54%
Konsumsi Nirlaba
34.11%
Konsumsi pemerintah
24.61%
Pembentukan modal tetap
domestik bruto
7.48%
9.48%
0.78%
Ekspor barang dan jasa
Impor barang dan jasa (-/-)
Sumber: KER Jateng, data diolah
Pertanian
Pertambangan
Industri
LGA
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Keuangan
Jasa
EMPLOY
MENT
∆ PDRB
AGT 2009
2009
37.04
0.77
16.78
0.18
6.49
21.86
4.38
5.49
1.84
5.55
6.77
6.01
4.3
0.98
11.6
6.96
7.78
7.85
PROPORSI EMPLOY
∆ PDRB
PDRB
MENT
AGT
2009
2010
2010
19.89
35.53
2.50
1.11
0.74
7.10
30.82
17.81
6.90
0.84
0.12
8.40
5.86
6.62
6.90
21.50
21.43
6.10
5.27
3.81
10.89
4.2
1.14
12.41
6.70
5.00
7.40
PROPORSI
PROPORSI EMPLOY
∆ PDRB
PDRB
PDRB
MENT
2010
FEB 2011
2011
19.27
1.13
31.14
0.86
5.92
21.56
36.05
0.45
18.22
0.18
5.99
20.92
2.57
5.70
6.43
4.03
6.13
7.10
18.64
1.12
31.25
0.85
5.93
21.78
5.32
3.79
11.06
3.78
1.24
13.17
8.73
6.27
8.27
5.45
3.79
11.29
Industri cenderung belum mampu menjadi
penyerap tenaga kerja terbesar
Sumber: KER Jateng, data diolah
2011
Tahun
PDRB (Juta rupiah)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Miskin Kota ∆ Miskin
Kota (%)
(%)
2.958,10
2.687,30
-9,15
2.556,50
-4,87
2.420,90
-5,30
2.258,94
-6,69
2.092,51
-7,37
∆ PDRB (%)
150.682.654,74
159.110.253,76
167.790.369,85
175.685.267,57
185.875.013,09
197.083.276,38
5,59
5,46
4,71
5,80
6,03
Miskin Desa ∆ miskin
desa (%)
(%)
4.142,50
3.869,90
-6,58
3.633,10
-6,12
3.304,80
-9,04
3.110,22
-5,89
3.014,85
-3,07
Perlu cek penurunan kemiskinan disebabkan oleh apa?
Maret 2009
Kota
Desa
Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2)
Garis Kemiskinan
Bahan Makanan
Bukan Bahan Makanan
Total
Sumber: KER Jateng, data diolah
Maret 2010
Kota
Desa
Maret 2011
Kota
Desa
2,56
3,34
2,09
2,86
2,46
2,64
0,62
0,85
0,50
0,69
0,66
0,66
133.948
46.034
179.982
158.524
63.907
222.430
139.875
56.603
196.478
126.183
43.129
169.312
146.107
59499
205.606
148.284
50.526
198.814
30
8000
7000
25
20
5000
4000
15
%
Miskin Desa
Miskin Kota
proporsi miskin kota (RA)
3000
10
2000
1000
5
30
0
0
25
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
proporsi miskin desa (RA)
2011
20
1. Kemiskinan desa yang jauh
lebih tinggi dibandingkan
dengan kemiskinan kota
membutuhkan kebijakan
khusus
2. Walaupun proporsinya
menurun namun jumlahnya
masih relatif besar
15
%
Ribu Orang
6000
10
5
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
% miskin kota 20.5 19.6 17.5 17.2 18.9 17.2 16.3 15.4 14.3 14.1
% miskin desa 24.9 23.1 23.6 23.5 25.2 23.4 21.9 19.8 18.6 17.1
% miskin
23.0 21.7 21.1 20.4 22.1 20.4 19.2 17.7 16.5 15.7
Sumber: KER Jateng, data diolah
2,500,000
2,000,000
1,924,966
1,773,841
1,612,675
1,500,000
1,518,949
1,424,922
1,000,000
500,000
707,247
645,312
578,176
435,916
624,790
513,063
525,347
459,830
476,508
0
2006
2007
2008
2009
2010
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Kayu, Barang dari Kayu, dan Barang Anyaman
Berbagai Barang Hasil Pabrik
Mesin dan Pesawat Mekanik, Perlengkapan Elektonik dan Bagiannya
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan Tembakau
Alas Kaki, Tutup Kepala, Payung, dan Bunga Tiruan
Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet
Produk Industri Kimia dan Industri Sejenis
Binatang Hidup, Produk Hewani
Produk Nabati
2011*
Karakteristik ekspor
(jenis barang)
• Tekstil dan barang
tekstil (#1)
• Makanan, Minuman,
Minuman Keras dan
tembakau (#5)
Detil (SITC)
• Pakaian (#1)
• Barang tenun, kain
tekstil dan hasilnya
(#2)
• Kopi, teh coklat (#13)
• Tembakau dan
olahannya (#14)
• Buah dan sayuran
(#17)
Sumber: KER Jateng, data diolah
Ekspor - Kelompok barang
Impor - Kelompok Barang
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Produk Nabati
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan
Tembakau
Ekspor - SITC
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Produk Nabati
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan
Tembakau
Impor - SITC
Benang Tenun, Kain Tekstil dan HasilBenang Tenun, Kain Tekstil dan Hasil-Hasilnya Hasilnya
Serat Tekstil dan Sisa-sisanya
Gula,Olahan Gula dan Madu
Hasil Susu dan Telur
Tembakau dan Olahan Tembakau
Tembakau dan Olahan Tembakau
Perlu berhati-hati karena selain eksportir,
Jawa Tengah juga importir
RPJMD
2010-2014
RPJMD
2015-2019
RPJMD
2020-2024
• Pengembangan peran UMKM yang berorientasi ekspor
• Pengembangan struktur perekonomian daerah yang berbasis potensi dan produk unggulan
melalui sinergi sektor hulu dan hilir,
• Pengembangan produk pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan yang bertumpu pada
sistem agribisnis
• Pengembangan diversifikasi produk, peningkatan kinerja kelembagaan dan sarana-prasarana
pendukung sektor perindustrian, perdagangan, dan pariwisata,
• Penguatan UMKM yang berorientasi ekspor melalui pengembangan akses pasar,
• Penguatan struktur perekonomian daerah yang berbasis produk unggulan yang komparatif dan
kompetitif
• Penguatan kelembagaan agribisnis guna menjamin petersediaan pangan dan ekspor,
• Penguatan sektor perindustrian, perdagangan, dan pariwisata guna menghasilkan produk yang
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif
• Pemantapan UMKM yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar global
yang berbasis teknologi informasi,
• Pemantapan struktur perekonomian yang didukung oleh produk-produk unggulan
• Pemantapan pembangunan pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan
• Pemantapan kualitas dan pemasaran produk pada sektor perindustrian, perdagangan, dan
pariwisata
PERMASALAHAN
PERINDUSTRIAN
PROGRAM
TARGET
Ketergantungan terhadap impor
bahan baku industri
Pengembangan IKM berbasis
sumberdaya lokal
Rendahnya daya saing dan nilai
tambah
Lemahnya struktur industri dan
keterkaitan hulu hilir
Terbatasnya teknologi dan R&D, serta
infrastruktur industri di pedesaan
Terbatasnya kesediaan SDM,
kompetensi, etos, profesionalitas
PERDAGANGAN
Pengembangan sentra/klaster
industri potensial
•Pengembangan 35 jenis produk unggulan,
•Penurunan kandungan bahan baku impor
pada IKM 20-40%,
Pengembangan 6 klaster dan pendukung
klaster lainnya,
Penataan struktur industri
Pembinaan terhadap 1,500 IKM,
Peningkatan kemampuan
teknologi
Peningkatan SDM, pelatihan
dan bantuan peralatan industri
Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap
1,000 IKM
Pendidikan dan pelatihan terhadap 3,000 IKM
dan penyaluran bantuan peralatan
Terbatasnya akses dan perluasan
pasar ekspor, lemahnya daya
saing, belum optimalnya desain
Peningkatan dan
pengembangan ekspor
Lemahnya jaringan perdagangan
dalam dan luar negeri
Belum optimalnya ketersiedaan dan
distriusi kebutuhan pokok
Ketersediaan dan distribusi
Peningkatan kerjasama
perdagangan
Peningkatan efisiensi
perdagangan dalam negeri
Perdagangan dalam
•Pertumbuhan ekspor non migas 8-8,5% per
tahun
•Jumlah komoditas ekspor meningkat 15 jenis
•Sertifikasi mutu barang 350 jenis
Pengembangan kerjasama, dan promosi di 10
negara tujuan ekspor utama
Pembinaan 5,000 unit usaha
Pengembangan sarana pasar 25 unit
Strategi
Regulasi
• Pemasaran yang lebih
efektif untuk
memenuhi pasar
domestik
• Menaikkan
penggunaan SNI dan
branding/labeling yang
kuat untuk menaikkan
ekspor regional dan
menciptakan value
added
• Reformasi
Kebijakan, mis. Bea
masuk
• Tarif untuk bahan
dasar seperti
tepung, kentang, susu,
coklat lebih rendah
dari tarif barang tsb
• Review kebijakan
turunkan biaya
packaging
SDM dan
teknologi
• Rekrut SDM yang
berkualifikasi baik
dari dalam maupun
luar negeri
• Meningkatkan
pendidikan dan
pelatihan
Regulasi
Infrastruktur
• Meningkatkan kerjasama
bilateral dengan negara
pengimpor tekstil
• Review UU No 13/2003
ttg ketenagakerjaan
• Memberi intensif bagi
aktivitas tekstil dengan
value added tinggi
• Pasar domestik
• Monitoring masuknya
tekstil impor legal/tidak
legal
• Menaikkan supply listrik
agar dapat berkompetisi
dengan China dan
Vietnam
• Meningkatkan efisiensi
waktu untuk pelabuhan
utama
• Menurunkan biaya
transport (terminal
handling charge) agar
lebih rendah dari negara
ASEAN lainnya
SDM dan
Teknologi
• Pendidikan vokasi
untuk disain produk
tekstil
• Provisi dan dukungan
untuk meningkatkan
mesin tekstil
• Meningkatkan inovasi
teknologi
Struktur ekonomi:
industri, pertanian, jasa
Kemiskinan desa
dominan
penyelarasan RPJPD, RPJMD, dengan MP3EI
Penyerapan TK di
pertanian
Mengikutii skema MP3EI berbasis potensi
yang ada
pembangunan ekonomi lokal perbaikan
distribusi
Peningkatan kualitas dan kuantitas
infrastruktur
keterkaitan antara industri hulu dan hilir
libatkan yang bersifat agribisnis
Intervensi lebih banyak untuk kemiskinan
Fokus kebijakan
perlu direvitalisasi
Dorong ke arah
investment dan
government
expediture
Pendidikan dan training
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata
12 Desember 2011
• IndustrI atau sektor apa yang akan menjadi pendorong terbaik
pertumbuhan ekonomi, namun pada saat yang sama juga bersifat inklusif,
yang berarti pengurangan kemiskinan?
•
• Hal-hal yang menjadi penting:
1.
2.
3.
Struktur ekonomi Jawa Tengah potensi pengembangannya, termasuk
pada aspek perdagangan dan investasi
Penyerapan tenaga kerja
Kemiskinan
• Dari ketiga hal tersebut maka perlu dilakukan periksa silang dengan
RPJMD
Pertanyaannya siapkah kita?
Sumber : Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development
2011, Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia
Sejalankah dengan struktur ekonomi Jawa Tengah dan
Kebijakan yang selama ini diambil?
Sumber : Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development
2011, Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia
• Konsep pertumbuhan yang mengacu pada suatu
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
• Peluang ekonomi yang dihasilkan dapat dinikmati atau
terdistribusi ke semua lapisan masyarakat, termasuk kaum
miskin dan termarjinalkan, baik sekarang maupun masa
yang akan datang,
• Dengan demikian terdapat dua hal pokok dalam
pertumbuhan inklusif
• Inklusi (penyertaan), yang berarti terdapat adanya difusi
peluang bagi semua, yang berarti juga memberikan peluang
ekonomi kepada mereka yang dalam pertumbuhan saat ini
tersingkirkan
• Pertumbuhan yang berkelanjutan, yang berarti bahwa proses
tidak akan berhenti pada saat ini tetapi juga pada masa yang
akan datang
•
Trade and development board, Geneva 2010
•
•
•
Habito (2009) dengan menggunakan data 15 negara asian
•
•
•
•
•
Dari sisi produksi, pertumbuhan inklusif akan menjadi terbaik bila berasal dari sektor dan
industri yang bersifat labor intensive dan atau proses produksinya memiliki keterkaitan
backward dan forward dalam ekonomi domestik,
Membutuhkan kebijakan khusus dan intervensi pemerintah
kualitas kepemerintahan, pengeluaran publik untuk jasa sosial dan komposisi sektoral dari
pertumbuhan PDB memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi inklusif
Kontrbusi sektor pertanian penting untuk kurangi kemiskinan desa
Perlu dikembangkan ke agroindustri dan pariwisata agar pertumbuhan lebih luas
Promosi dan pengembangan SME penting
Chatterjee (2005)
•
•
•
•
•
•
•
Infrastruktur desa memegang peran penting
Partisipasi pemerintah dan desentralisasi penting
Komposisi sektoral dari pertumbuhan adalah penting, ketia kemiskinan desa masih tinggi dan
kemungkinan transformasi struktural rendah, maka pertumbuhan pertanian penting
Pertumbuhan yang menyerap tenaga kerja adalah penting,
Perlu kebijakan untuk mengurangi rigiditas penyerapan tenaga kerja, termasuk struktur
dualistik dan mempromosikan transformasi struktural yang cepat
Pentingnya lembaga keuangan mikro
Pembangunan human capital harus intensif
70,000,000
60,000,000
Juta Rp
50,000,000
40,000,000
2006
30,000,000
2007
20,000,000
2008
10,000,000
2009
3.79%
11.28%
Pertanian
5.45%
2010*
2011*
18.62%
Pertambangan
1.12%
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Konstruksi
21.75%
31.22%
PHR
Pengangkutan, komunikasi
5.92%
Keuangan
Jasa-jasa
Sumber: KER Jateng, data diolah
Jasa-jasa
Keuangan
Pengangkutan, komunik
asi
PHR
Konstruksi
Listrik, gas dan air
bersih
Industri pengolahan
4 besar industri
pengolahan, PHR,
pertanian, dan jasa
sejalan dengan
MP3EI, namun
perlu cek
penyerapan tenaga
kerjanya
Pertambangan
Pertanian
0
0.85%
PDRB 2011*
120,000,000
100,000,000
Juta Rp
80,000,000
60,000,000
2006
40,000,000
2007
20,000,000
2008
Ekspor barang dan jasa
Pembentukan modal tetap
domestik bruto
Konsumsi pemerintah
PDRB 2011*
2009
Impor barang dan jasa (-/-)
Hati-hati dengan
konsumsi
pemerintah dan
Investasi yang
relatif rendah
proporsinya
Konsumsi Nirlaba
Konsumsi Rumah tangga
-
2010*
2011*
Konsumsi Rumah tangga
23.54%
Konsumsi Nirlaba
34.11%
Konsumsi pemerintah
24.61%
Pembentukan modal tetap
domestik bruto
7.48%
9.48%
0.78%
Ekspor barang dan jasa
Impor barang dan jasa (-/-)
Sumber: KER Jateng, data diolah
Pertanian
Pertambangan
Industri
LGA
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Keuangan
Jasa
EMPLOY
MENT
∆ PDRB
AGT 2009
2009
37.04
0.77
16.78
0.18
6.49
21.86
4.38
5.49
1.84
5.55
6.77
6.01
4.3
0.98
11.6
6.96
7.78
7.85
PROPORSI EMPLOY
∆ PDRB
PDRB
MENT
AGT
2009
2010
2010
19.89
35.53
2.50
1.11
0.74
7.10
30.82
17.81
6.90
0.84
0.12
8.40
5.86
6.62
6.90
21.50
21.43
6.10
5.27
3.81
10.89
4.2
1.14
12.41
6.70
5.00
7.40
PROPORSI
PROPORSI EMPLOY
∆ PDRB
PDRB
PDRB
MENT
2010
FEB 2011
2011
19.27
1.13
31.14
0.86
5.92
21.56
36.05
0.45
18.22
0.18
5.99
20.92
2.57
5.70
6.43
4.03
6.13
7.10
18.64
1.12
31.25
0.85
5.93
21.78
5.32
3.79
11.06
3.78
1.24
13.17
8.73
6.27
8.27
5.45
3.79
11.29
Industri cenderung belum mampu menjadi
penyerap tenaga kerja terbesar
Sumber: KER Jateng, data diolah
2011
Tahun
PDRB (Juta rupiah)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Miskin Kota ∆ Miskin
Kota (%)
(%)
2.958,10
2.687,30
-9,15
2.556,50
-4,87
2.420,90
-5,30
2.258,94
-6,69
2.092,51
-7,37
∆ PDRB (%)
150.682.654,74
159.110.253,76
167.790.369,85
175.685.267,57
185.875.013,09
197.083.276,38
5,59
5,46
4,71
5,80
6,03
Miskin Desa ∆ miskin
desa (%)
(%)
4.142,50
3.869,90
-6,58
3.633,10
-6,12
3.304,80
-9,04
3.110,22
-5,89
3.014,85
-3,07
Perlu cek penurunan kemiskinan disebabkan oleh apa?
Maret 2009
Kota
Desa
Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2)
Garis Kemiskinan
Bahan Makanan
Bukan Bahan Makanan
Total
Sumber: KER Jateng, data diolah
Maret 2010
Kota
Desa
Maret 2011
Kota
Desa
2,56
3,34
2,09
2,86
2,46
2,64
0,62
0,85
0,50
0,69
0,66
0,66
133.948
46.034
179.982
158.524
63.907
222.430
139.875
56.603
196.478
126.183
43.129
169.312
146.107
59499
205.606
148.284
50.526
198.814
30
8000
7000
25
20
5000
4000
15
%
Miskin Desa
Miskin Kota
proporsi miskin kota (RA)
3000
10
2000
1000
5
30
0
0
25
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
proporsi miskin desa (RA)
2011
20
1. Kemiskinan desa yang jauh
lebih tinggi dibandingkan
dengan kemiskinan kota
membutuhkan kebijakan
khusus
2. Walaupun proporsinya
menurun namun jumlahnya
masih relatif besar
15
%
Ribu Orang
6000
10
5
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
% miskin kota 20.5 19.6 17.5 17.2 18.9 17.2 16.3 15.4 14.3 14.1
% miskin desa 24.9 23.1 23.6 23.5 25.2 23.4 21.9 19.8 18.6 17.1
% miskin
23.0 21.7 21.1 20.4 22.1 20.4 19.2 17.7 16.5 15.7
Sumber: KER Jateng, data diolah
2,500,000
2,000,000
1,924,966
1,773,841
1,612,675
1,500,000
1,518,949
1,424,922
1,000,000
500,000
707,247
645,312
578,176
435,916
624,790
513,063
525,347
459,830
476,508
0
2006
2007
2008
2009
2010
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Kayu, Barang dari Kayu, dan Barang Anyaman
Berbagai Barang Hasil Pabrik
Mesin dan Pesawat Mekanik, Perlengkapan Elektonik dan Bagiannya
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan Tembakau
Alas Kaki, Tutup Kepala, Payung, dan Bunga Tiruan
Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet
Produk Industri Kimia dan Industri Sejenis
Binatang Hidup, Produk Hewani
Produk Nabati
2011*
Karakteristik ekspor
(jenis barang)
• Tekstil dan barang
tekstil (#1)
• Makanan, Minuman,
Minuman Keras dan
tembakau (#5)
Detil (SITC)
• Pakaian (#1)
• Barang tenun, kain
tekstil dan hasilnya
(#2)
• Kopi, teh coklat (#13)
• Tembakau dan
olahannya (#14)
• Buah dan sayuran
(#17)
Sumber: KER Jateng, data diolah
Ekspor - Kelompok barang
Impor - Kelompok Barang
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Produk Nabati
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan
Tembakau
Ekspor - SITC
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Produk Nabati
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan
Tembakau
Impor - SITC
Benang Tenun, Kain Tekstil dan HasilBenang Tenun, Kain Tekstil dan Hasil-Hasilnya Hasilnya
Serat Tekstil dan Sisa-sisanya
Gula,Olahan Gula dan Madu
Hasil Susu dan Telur
Tembakau dan Olahan Tembakau
Tembakau dan Olahan Tembakau
Perlu berhati-hati karena selain eksportir,
Jawa Tengah juga importir
RPJMD
2010-2014
RPJMD
2015-2019
RPJMD
2020-2024
• Pengembangan peran UMKM yang berorientasi ekspor
• Pengembangan struktur perekonomian daerah yang berbasis potensi dan produk unggulan
melalui sinergi sektor hulu dan hilir,
• Pengembangan produk pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan yang bertumpu pada
sistem agribisnis
• Pengembangan diversifikasi produk, peningkatan kinerja kelembagaan dan sarana-prasarana
pendukung sektor perindustrian, perdagangan, dan pariwisata,
• Penguatan UMKM yang berorientasi ekspor melalui pengembangan akses pasar,
• Penguatan struktur perekonomian daerah yang berbasis produk unggulan yang komparatif dan
kompetitif
• Penguatan kelembagaan agribisnis guna menjamin petersediaan pangan dan ekspor,
• Penguatan sektor perindustrian, perdagangan, dan pariwisata guna menghasilkan produk yang
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif
• Pemantapan UMKM yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar global
yang berbasis teknologi informasi,
• Pemantapan struktur perekonomian yang didukung oleh produk-produk unggulan
• Pemantapan pembangunan pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan
• Pemantapan kualitas dan pemasaran produk pada sektor perindustrian, perdagangan, dan
pariwisata
PERMASALAHAN
PERINDUSTRIAN
PROGRAM
TARGET
Ketergantungan terhadap impor
bahan baku industri
Pengembangan IKM berbasis
sumberdaya lokal
Rendahnya daya saing dan nilai
tambah
Lemahnya struktur industri dan
keterkaitan hulu hilir
Terbatasnya teknologi dan R&D, serta
infrastruktur industri di pedesaan
Terbatasnya kesediaan SDM,
kompetensi, etos, profesionalitas
PERDAGANGAN
Pengembangan sentra/klaster
industri potensial
•Pengembangan 35 jenis produk unggulan,
•Penurunan kandungan bahan baku impor
pada IKM 20-40%,
Pengembangan 6 klaster dan pendukung
klaster lainnya,
Penataan struktur industri
Pembinaan terhadap 1,500 IKM,
Peningkatan kemampuan
teknologi
Peningkatan SDM, pelatihan
dan bantuan peralatan industri
Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap
1,000 IKM
Pendidikan dan pelatihan terhadap 3,000 IKM
dan penyaluran bantuan peralatan
Terbatasnya akses dan perluasan
pasar ekspor, lemahnya daya
saing, belum optimalnya desain
Peningkatan dan
pengembangan ekspor
Lemahnya jaringan perdagangan
dalam dan luar negeri
Belum optimalnya ketersiedaan dan
distriusi kebutuhan pokok
Ketersediaan dan distribusi
Peningkatan kerjasama
perdagangan
Peningkatan efisiensi
perdagangan dalam negeri
Perdagangan dalam
•Pertumbuhan ekspor non migas 8-8,5% per
tahun
•Jumlah komoditas ekspor meningkat 15 jenis
•Sertifikasi mutu barang 350 jenis
Pengembangan kerjasama, dan promosi di 10
negara tujuan ekspor utama
Pembinaan 5,000 unit usaha
Pengembangan sarana pasar 25 unit
Strategi
Regulasi
• Pemasaran yang lebih
efektif untuk
memenuhi pasar
domestik
• Menaikkan
penggunaan SNI dan
branding/labeling yang
kuat untuk menaikkan
ekspor regional dan
menciptakan value
added
• Reformasi
Kebijakan, mis. Bea
masuk
• Tarif untuk bahan
dasar seperti
tepung, kentang, susu,
coklat lebih rendah
dari tarif barang tsb
• Review kebijakan
turunkan biaya
packaging
SDM dan
teknologi
• Rekrut SDM yang
berkualifikasi baik
dari dalam maupun
luar negeri
• Meningkatkan
pendidikan dan
pelatihan
Regulasi
Infrastruktur
• Meningkatkan kerjasama
bilateral dengan negara
pengimpor tekstil
• Review UU No 13/2003
ttg ketenagakerjaan
• Memberi intensif bagi
aktivitas tekstil dengan
value added tinggi
• Pasar domestik
• Monitoring masuknya
tekstil impor legal/tidak
legal
• Menaikkan supply listrik
agar dapat berkompetisi
dengan China dan
Vietnam
• Meningkatkan efisiensi
waktu untuk pelabuhan
utama
• Menurunkan biaya
transport (terminal
handling charge) agar
lebih rendah dari negara
ASEAN lainnya
SDM dan
Teknologi
• Pendidikan vokasi
untuk disain produk
tekstil
• Provisi dan dukungan
untuk meningkatkan
mesin tekstil
• Meningkatkan inovasi
teknologi
Struktur ekonomi:
industri, pertanian, jasa
Kemiskinan desa
dominan
penyelarasan RPJPD, RPJMD, dengan MP3EI
Penyerapan TK di
pertanian
Mengikutii skema MP3EI berbasis potensi
yang ada
pembangunan ekonomi lokal perbaikan
distribusi
Peningkatan kualitas dan kuantitas
infrastruktur
keterkaitan antara industri hulu dan hilir
libatkan yang bersifat agribisnis
Intervensi lebih banyak untuk kemiskinan
Fokus kebijakan
perlu direvitalisasi
Dorong ke arah
investment dan
government
expediture
Pendidikan dan training