LAPORAN PENDAHULUAN BPH YUNITHA. docx
LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DISUSUN OLEH :
YUNITHA LEO LEDE
NIM : SN162218
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
A. KONSEP PENYAKIT
1.
Definisi
BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut,
yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada epitel prostat
dan daerah transisi jaringan fibromuskular pada daerah periuretral yang
bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang tertahan.
Benigna Prostat Hiperplasia atau lebih dikenal dengan BPH adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan
obstruksi dan retriksi pada jalan urine (uretra), (Setih Setio). Secara
histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai pembesaran nodular secara
regional dengan kombinasi poliferasi stromadan grandular yang berbeda
(Berry SJ,2009)
2.
Etiologi
Penyebab timbulnya BPH adalah :
1) Adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan
esterogen pada usia lanjut
2)
Peranan dari faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan
stroma kelenjar prostat
3) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel
yang mati
4) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi yang
normal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan
sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3.
Manifestasi Klinik
Kompleks gejala obstruktif dan iritatif mencangkup peningkatan
frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen tegang,
volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine
tidak lancar, dimana urine uterus meets setelah berkemih (dribbling), rasa
seperti kandung kemih tidak kissing dengan baik, retensi urine akut (bila
lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam kandung kemih setelah
berkemih) dan kekambuhan infeksi saluran kemih. Pada akhirnya, dapat
terjadi azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal
dengan retensi urine kronis dan volume residu yang besar. Gejala
generalisata juga mungkin tampak termasuk keletihan, anoreksia, mual
dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik. (Smeltzer, 2009)
4.
Komplikasi
1) Retensi urine, kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan
urin dari vesika urinaria
2) Hidronefrosis, pelebaran pasu pada ginjal serta pengerutan
jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai kantong yang berisi
kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter ke
ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine
dan urine tidak bisa dikeluarkan
3) Pielonefritis, infeksi pada ginjal yang diakibatkan oleh bakteri
yang masuk ke ginjal dan kandung kemih
4) Azotemia, ditandai dengan terjadinya peningkatan ureum,
fenolamin dan metabolik lain serta racun-racun sisa metabolisme
5) Uremia,
peningkatan
ureum
di
dalam
darah
akibat
ketidakmampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum
6) Anemia, terjadi karena pendarahan massif dan terus-menerus dari
saluran kemih yang mengalami iritasi dan pecahnya pembuluh
darah akibat penegangan berlebihan oleh kelenjar prostat. (Arief
Mansjoer, 2008)
5.
Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Penatalaksanaan medis
Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker seperti : doxazosin,
prazosin tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan
pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih
mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju
aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini
adalah berkurangnya gairah seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan
antibiotik.
Pembedahan:
1) Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur
pembedahan
yang
dilakukan
melalui
endoskopi
TUR
dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang
langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit
jaringan yang mengalami reseksi sehingga pendarahan yang
besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak
terlalu lama.
2)
Prostatektomi
suprapubis
adalah
salah
satu
metode
mengangkat kelenjar prostat dari uretra melalui kandung
kemih.
3) Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat
melalui suatu insisi dalam perineum yaitu diantara skrotum
dan rektum.
4) Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati
kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih
tanpa memasuki kandung kemih.
5) Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan
dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
6) Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang
dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur,
dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma
dan mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang
jarum yang menancap dijaringan prostat.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2012)
1) Mandi air hangat
2) Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul
3) Menghindari minuman beralkohol
4) Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada
malam hari
5) Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan
beberapa jam sebelum tidur.
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya
masalah/penyakit,
berpengaruh
terhadap
dan
tingkat
pengetahuan
masalahnya/penyakitnya.
b.
Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolik
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola kognitif – perseptual
7) Pola persepsi konsep diri
8) Pola hubungan peran
9) Pola seksualitas resproduksi
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai dan kepercayaan
c.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan/penampilan umum
2) Kepala
pendidikan
klien
dapat
tentang
3) Muka
4) Leher
5) Dada
6) Abdomen
7) Genetalia
8) Rektum
9) Ekstremitas
d.
Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/ laboratorium)
1) Laboratorium: Sedimen Urin, Kultur Urin
2) Pencitraan:
Foto polos
abdomen,
IVP
(Intra Vena
Pielografi), Ultrasonografi (trans abdominal dan trans
rektal), dan Systocopy
2.
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Resiko infeksi
3) Defisit pengetahuan
3.
Perencanaan
keperawatan
(tujuan,
kriteria
hasil,
dan
tindakan
keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)
N
o
1.
Tujuan dan Kriteri
Diagnosa
Nyeri akut
NOC:
Definisi
Intervensi
Hasil
1.
Manajemen nyeri
-Tingkat
-
Kaji
Pengalaman sensori kenyamanan
komprehensif
dan
emosi
tidak
-Kontrol nyeri
nyeri, meliputi: lokasi,
3.
-Tingkat nyeri
karakteristik dan onset,
durasi,
frekuensi,
adanya Tujuan dan Kriteria kualitas,
kerusakan jaringan Hasil:
yang
tentang
yang
2.
menyenangkan
akibat
secara
aktual
atau Setelah
intensitas/beratnya nyeri,
dilakukan dan
faktor-faktor
potensial,
atau tindakan keperawatan presipitasi.
digambarkan
selama
dengan
istilah nyeri
seperti
klien
jam
Ø - Gunakan komunkasi
teratasi, terapeutik agar pasien
dengan indicator:
(International
dapat
· Tingkat kenyamanan.
Association for theØ
Study
...x24
of
Dapat
melakukan
mengekspresikan
nyeri
-
Kaji
tingkat
Pain); aktivitas seperti biasa keetidaknyamanan
awitan yang tiba- tanpa harus merasakan pasien
dan
catat
tiba atau perlahan nyeri.
perubahan dalam catatan
dengan
medik dan informasikan
intensitas·
Kontrol nyeri
ringan sampai beratØ
Mampu
mengenali kepada seluruh tenaga
dengan akhir yang faktor penyebab
dapat
yang menangani pasien
diantisipasiØ Mampu melaporkan - Tentukan dampak dari
atau
dapat gejala
diramalkan
durasinya
pada
tenaga ekspresi nyeri terhadap
dan kesehatan
kurangØ
dari enam bulan.
kualitas
Mampu
mengenali tidur,
gejala-gejala nyeri
· Tingkat nyeri
Batasan
hidup:
nafsu
makan,
aktifitas kognisi, mood,
relationship,
pekerjaan,
Ø Mampu melaporkan tanggungjawab peran.
karakteristik
·
Subjektif
Ø
Melaporkan
adanya
frekuensi
nyeri, - Kontrol faktor-faktor
nyeri
dan lingkungan yang dapat
atau episode lamanya nyeri. mempengaruhi
mengungkapkan
Tanda-tanda
vital pasien
respon
terhadap
secara verbal (nyeri) kembali normal.
ketidaknyamanan
dengan isyarat
temperatur
·
Objektif
Ø
Posisi
pola
(ex:
ruangan,
penyinaran, dll).
untuk
- Modifikasi tindakan
menghindari nyeri
mengontrol
nyeri
Ø Perubahan tonus oto
berdasarkan
respon
(dari rentang lemas
tidak
bertenaga
pasien.
-
Tingkatkan
sampai kaku)
Ø
tidur/istirahat
Perubahan
selera
makan
Ø
distraksi
untuk mengurangi nyeri
mondar-
(farmakologi,
mandir,
mencari
nonfarmakologi,
orang,
akivitas
interpersonal).
;
berulang)
dan
- Kolaborasikan dengan
Wajah
topeng
(nyeri)
Ø
cukup.
- Lakukan teknik variasi
Perilaku
(misal
Ø
yang
pasien, orang terdekat
dan tenaga profesional
Perilaku
menjaga
dan sifat melindungi
Ø Bukti nyeri yang
dapat diamati
lain untuk memilh tenik
non farmakologi
Pemberian analgetik
- Cek catatan medis untuk
Ø Berfokus pada diri
sendiri
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Ø Gangguan tidur
pemberian
analgetik.
- Kaji adanya alergi obat.
Faktor
yang
Ø - Monitor tanda vital
berhubungan
sebelum
Agens-agens
pemberian
penyebab
cedera
dan
narkotik
sesudah
analgetik
saat
pertama
(misalnya biologis,
kali atau jika muncul
kimia,
tanda
fisik,
psikologis)
dan
yang
tidak
biasanya.
- Kaji kebutuhan akan
kenyamanan
aktivitas
membantu
untuk
atau
lain
yang
relaksasi
memfasilitasi
respon analgetik.
- Evaluasi kemampuan
pasien
untuk
berpartisipasi
dalam
pemilihan
jenis
analgetik, rute, dan dosis
yang akan digunakan.
- Pilih analgetik atau
kombinasi
yang
analgetik
sesuai
ketika
menggunakan lebih dari
satu obat.
- Tentukan pilihan jenis
analgetik (narkotik, nonnarkotik,
atau
NSAID/obat
anti
inflamasi non steroid)
bergantung dari tipe dan
beratnya nyeri.
- Berikan analgetik sesuai
jam pemberian.
- Dokumentasikan respon
analgetik dan efek yang
muncul.
- Kolaborasikan dengan
dokter jika obat, dosis,
dan rute pemberian, atau
perubahan
interval
diindikasikan,
rekomendasi
berdasar
pada
buat
spesifik
prinsip
kesamaan analgetik
HE
Sertakan dalam instruksi
pemulangan pasien obat
khusus
yang
diminum,
harus
frekuensi
pemberian, kemungkinan
efek
samping,
kemungkinan
interaksi
obat,
kewaspadaan
khusus ketika meminum
obat tersebut
Instruksikan pasien untuk
menginformasikan
kepada
perawar
jika
nyeri
tidak
peredaan
dapat dicapai
Informasikan
kepada
pasien tentang prosedur
yang
dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping
yang disarankan
Perbaiki
presepsi
kesalahan
terhadap
analgesik narkotik
Berikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan
berlangsung
Ajarkan penggunaan tenik
Resiko infeksi
2.
Definisi
·
Resiko
infeksi·
adalah
beresiko
terhadap
nonfarmakologis
Pengendalian infeksi
NOC:
Status imun
Keparahan infeksi
bila diperlukan
Ø
infeksi Setelah
organisme patogen
Ø Berikan terapi antibiotik,
di
Bersihkan
lakukan dengan
tindakan
lingkungan
benar
dipergunakan
setelah
masing-
keperawatan ....x 24 masing pasien
Faktor resiko
jam
Penyakit kronis
infeksi akan hilang di isolasi, bila diperlukan
Penekanan
faktor
sistem buktikan oleh
imun
Ø
Status imun :
Ketidakadekuatan ·
imunitas dapatan
Pertahanan
tidak
Perlindungan infeksi
Mengindikasikan
Ø Pantau tanda dan gejala
kulit kasus gastrointestinal, infeksi ( misal; suhu
jaringan,penurunan
urinaria
genito tubuh, denyut jantung,
dan
imun drainase,
statis dalam batas normal.
tubuh, Keparahan infeksi :
perubahan
pH ·
sekresi,
dan gejala
Terbebas
dan
gangguan
infeksi
peristalsis)
·
Pertahanan
Terapkan kewaspadaan
universal
primer adekuat
pernapasan,
airan
tehnik
hygine personal yang bila diperlukan
luka,trauma
silia,
Pertahankan
Memperlihatkan
Ø Batasi jumlah pengunjung
adekuat·
(misalnya
kerja
resiko
Ø
penampilan
luka sekresi, penampilan
urine, suhu kulit, lesi
dari kulit,
keletihan,
dan
tanda malaise)
Ø Lindungi pasien terhadap
Menggambarkan kontaminasi silang dan
lapis faktor
yang tidak
menugaskan
kedua yang tidak menunjang penularan perawat yang sama untuk
memadai (misalnya infeks
hemoglobin
trun, ·
leukopenia, supresi atau
respon inflamasi)
serta
pasien yang lain yang
Melaporkan tanda mengalami infeksi dan
gejala
infeksi memisahkan
mengikuti perawat dan pasien
ruang
Peningkatan
prosedur
screaning Pengendalian infeksi
pemajanan
dan pemantauan
Ø Kaji faktor yang dapat
lingkungan terhadap
meningkatkan
patogen
kerentanan
Prosedur infasif
infeksi
Malnutrisi
HE
Agen farmasi
terhadap
Ø Jelaskan pada pasien dan
Kerusakan jaringan
keluarga mengapa sakit
trauma
atau terapi menigkatkan
resiko infeksi
Ø
Instruksikan
untuk
menjaga
higiene
personal
untuk
melindungi
tubuh
terhadap infeksi
Ø
Ajarkan
mencuci
pasien
cara
tangan
yang
benar
Ø
Ajarkan
kepada
pengunjung
untuk
mencuci tangan sewaktu
masuk
meninggalkan
5.
NOC
pengetahuan
Pengetahuan
Ø
Definisi
kurang
kognitif
ruang
pasien
Penyuluhan individual
Defisiensi
Tidak
dan
Tentukan
kebutuhan
belajar pasien
ada
atau Setelah
di
informasi tindakan
lakukan
Ø
Lakukan
terhadap
penilaian
tingkat
tentang keperawatan ....x 24 pengetahuan pasien saat
topik tertentu
jam
pasien
dapat ini
menunjukkan
·
Ø
Ø
Tentukan
Batasan
pemahamannya
karakteristik
tentang penyakit yang mempelajari
Subjektif
pasien
dapat dibuktikan ;
Mengungkapkan·
masalah
Pengetahuan:
untuk
informasi
khusus
Ø Tentukan motivasi pasien
secaraØ Pasien dan keluarga untuk
verbal
kemampuan
mempelajari
akan mengidentifikasi informasi tertentu
·
Objektif
Ø
Tidak
kebutuhan
mengikuti informasi
instruksi
terhadap Penyuluhan
tambahan prosedur/terapi
yang tentang program terapiØ
diberikan
secaraØ
akurat
:
Pasien
Beri informasi tentang
akan sumber-sumber
memperlihatkan
komunitas yang dapat
Ø Perfoma uji tidak kemampuan
menolong pasien dalam
akurat
mempertahankan
Ø Perilaku yang tidak
sesuai atau telalu
program terapi
Ø Rencanakan penyesuaian
berlebihan
dalam
terapi
bersama
pasien dan dokter untuk
Faktor
yang
memfasilitasi
berhubungan
·
kemampuan
Keterbatasan
untuk
kognitif
·
memahami
HE
Ø Beri penyuluhan sesuai
informasi yang ada
dengan
Kurang
pengalaman
·
Ø
didalam belajar
Kurang
kemampuan
tingkat
pemahaman pasien
Kurang perhatian
·
mengikuti
program terapi
Kesalahan dalam
·
pasien
Bina hubungan saling
percaya
Ø
Gunakan
berbagai
pendekatan penyuluhan,
rekomendasi,
dan
mengingat kembali
·
Kurang familier
dengan
sumber-
sumber informasi
berikan
umpan
balik
secara verbal dan tertulis
Ø Beri waktu pada pasien
untuk
mengajukan
beberapa pertanyaan
4.
Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu
ditetapkan dan situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :
a.
Nyeri berkurang/ hilang
b.
Tidak terjadi infeksi
c.
Pengetahuan menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF)
Sunardi. 2008. Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta. EGC
McCloskey,
Joanne
C,.
Bulecheck,
Gloria
M.
2008.
Nursing
Intervention
Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2014-2015),
Philadelphia.
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DISUSUN OLEH :
YUNITHA LEO LEDE
NIM : SN162218
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
A. KONSEP PENYAKIT
1.
Definisi
BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut,
yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada epitel prostat
dan daerah transisi jaringan fibromuskular pada daerah periuretral yang
bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang tertahan.
Benigna Prostat Hiperplasia atau lebih dikenal dengan BPH adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan
obstruksi dan retriksi pada jalan urine (uretra), (Setih Setio). Secara
histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai pembesaran nodular secara
regional dengan kombinasi poliferasi stromadan grandular yang berbeda
(Berry SJ,2009)
2.
Etiologi
Penyebab timbulnya BPH adalah :
1) Adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan
esterogen pada usia lanjut
2)
Peranan dari faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan
stroma kelenjar prostat
3) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel
yang mati
4) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi yang
normal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan
sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3.
Manifestasi Klinik
Kompleks gejala obstruktif dan iritatif mencangkup peningkatan
frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen tegang,
volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine
tidak lancar, dimana urine uterus meets setelah berkemih (dribbling), rasa
seperti kandung kemih tidak kissing dengan baik, retensi urine akut (bila
lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam kandung kemih setelah
berkemih) dan kekambuhan infeksi saluran kemih. Pada akhirnya, dapat
terjadi azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal
dengan retensi urine kronis dan volume residu yang besar. Gejala
generalisata juga mungkin tampak termasuk keletihan, anoreksia, mual
dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik. (Smeltzer, 2009)
4.
Komplikasi
1) Retensi urine, kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan
urin dari vesika urinaria
2) Hidronefrosis, pelebaran pasu pada ginjal serta pengerutan
jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai kantong yang berisi
kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter ke
ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine
dan urine tidak bisa dikeluarkan
3) Pielonefritis, infeksi pada ginjal yang diakibatkan oleh bakteri
yang masuk ke ginjal dan kandung kemih
4) Azotemia, ditandai dengan terjadinya peningkatan ureum,
fenolamin dan metabolik lain serta racun-racun sisa metabolisme
5) Uremia,
peningkatan
ureum
di
dalam
darah
akibat
ketidakmampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum
6) Anemia, terjadi karena pendarahan massif dan terus-menerus dari
saluran kemih yang mengalami iritasi dan pecahnya pembuluh
darah akibat penegangan berlebihan oleh kelenjar prostat. (Arief
Mansjoer, 2008)
5.
Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Penatalaksanaan medis
Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker seperti : doxazosin,
prazosin tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan
pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih
mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju
aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini
adalah berkurangnya gairah seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan
antibiotik.
Pembedahan:
1) Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur
pembedahan
yang
dilakukan
melalui
endoskopi
TUR
dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang
langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit
jaringan yang mengalami reseksi sehingga pendarahan yang
besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak
terlalu lama.
2)
Prostatektomi
suprapubis
adalah
salah
satu
metode
mengangkat kelenjar prostat dari uretra melalui kandung
kemih.
3) Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat
melalui suatu insisi dalam perineum yaitu diantara skrotum
dan rektum.
4) Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati
kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih
tanpa memasuki kandung kemih.
5) Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan
dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
6) Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang
dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur,
dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma
dan mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang
jarum yang menancap dijaringan prostat.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2012)
1) Mandi air hangat
2) Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul
3) Menghindari minuman beralkohol
4) Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada
malam hari
5) Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan
beberapa jam sebelum tidur.
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya
masalah/penyakit,
berpengaruh
terhadap
dan
tingkat
pengetahuan
masalahnya/penyakitnya.
b.
Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolik
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola kognitif – perseptual
7) Pola persepsi konsep diri
8) Pola hubungan peran
9) Pola seksualitas resproduksi
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai dan kepercayaan
c.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan/penampilan umum
2) Kepala
pendidikan
klien
dapat
tentang
3) Muka
4) Leher
5) Dada
6) Abdomen
7) Genetalia
8) Rektum
9) Ekstremitas
d.
Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/ laboratorium)
1) Laboratorium: Sedimen Urin, Kultur Urin
2) Pencitraan:
Foto polos
abdomen,
IVP
(Intra Vena
Pielografi), Ultrasonografi (trans abdominal dan trans
rektal), dan Systocopy
2.
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Resiko infeksi
3) Defisit pengetahuan
3.
Perencanaan
keperawatan
(tujuan,
kriteria
hasil,
dan
tindakan
keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)
N
o
1.
Tujuan dan Kriteri
Diagnosa
Nyeri akut
NOC:
Definisi
Intervensi
Hasil
1.
Manajemen nyeri
-Tingkat
-
Kaji
Pengalaman sensori kenyamanan
komprehensif
dan
emosi
tidak
-Kontrol nyeri
nyeri, meliputi: lokasi,
3.
-Tingkat nyeri
karakteristik dan onset,
durasi,
frekuensi,
adanya Tujuan dan Kriteria kualitas,
kerusakan jaringan Hasil:
yang
tentang
yang
2.
menyenangkan
akibat
secara
aktual
atau Setelah
intensitas/beratnya nyeri,
dilakukan dan
faktor-faktor
potensial,
atau tindakan keperawatan presipitasi.
digambarkan
selama
dengan
istilah nyeri
seperti
klien
jam
Ø - Gunakan komunkasi
teratasi, terapeutik agar pasien
dengan indicator:
(International
dapat
· Tingkat kenyamanan.
Association for theØ
Study
...x24
of
Dapat
melakukan
mengekspresikan
nyeri
-
Kaji
tingkat
Pain); aktivitas seperti biasa keetidaknyamanan
awitan yang tiba- tanpa harus merasakan pasien
dan
catat
tiba atau perlahan nyeri.
perubahan dalam catatan
dengan
medik dan informasikan
intensitas·
Kontrol nyeri
ringan sampai beratØ
Mampu
mengenali kepada seluruh tenaga
dengan akhir yang faktor penyebab
dapat
yang menangani pasien
diantisipasiØ Mampu melaporkan - Tentukan dampak dari
atau
dapat gejala
diramalkan
durasinya
pada
tenaga ekspresi nyeri terhadap
dan kesehatan
kurangØ
dari enam bulan.
kualitas
Mampu
mengenali tidur,
gejala-gejala nyeri
· Tingkat nyeri
Batasan
hidup:
nafsu
makan,
aktifitas kognisi, mood,
relationship,
pekerjaan,
Ø Mampu melaporkan tanggungjawab peran.
karakteristik
·
Subjektif
Ø
Melaporkan
adanya
frekuensi
nyeri, - Kontrol faktor-faktor
nyeri
dan lingkungan yang dapat
atau episode lamanya nyeri. mempengaruhi
mengungkapkan
Tanda-tanda
vital pasien
respon
terhadap
secara verbal (nyeri) kembali normal.
ketidaknyamanan
dengan isyarat
temperatur
·
Objektif
Ø
Posisi
pola
(ex:
ruangan,
penyinaran, dll).
untuk
- Modifikasi tindakan
menghindari nyeri
mengontrol
nyeri
Ø Perubahan tonus oto
berdasarkan
respon
(dari rentang lemas
tidak
bertenaga
pasien.
-
Tingkatkan
sampai kaku)
Ø
tidur/istirahat
Perubahan
selera
makan
Ø
distraksi
untuk mengurangi nyeri
mondar-
(farmakologi,
mandir,
mencari
nonfarmakologi,
orang,
akivitas
interpersonal).
;
berulang)
dan
- Kolaborasikan dengan
Wajah
topeng
(nyeri)
Ø
cukup.
- Lakukan teknik variasi
Perilaku
(misal
Ø
yang
pasien, orang terdekat
dan tenaga profesional
Perilaku
menjaga
dan sifat melindungi
Ø Bukti nyeri yang
dapat diamati
lain untuk memilh tenik
non farmakologi
Pemberian analgetik
- Cek catatan medis untuk
Ø Berfokus pada diri
sendiri
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Ø Gangguan tidur
pemberian
analgetik.
- Kaji adanya alergi obat.
Faktor
yang
Ø - Monitor tanda vital
berhubungan
sebelum
Agens-agens
pemberian
penyebab
cedera
dan
narkotik
sesudah
analgetik
saat
pertama
(misalnya biologis,
kali atau jika muncul
kimia,
tanda
fisik,
psikologis)
dan
yang
tidak
biasanya.
- Kaji kebutuhan akan
kenyamanan
aktivitas
membantu
untuk
atau
lain
yang
relaksasi
memfasilitasi
respon analgetik.
- Evaluasi kemampuan
pasien
untuk
berpartisipasi
dalam
pemilihan
jenis
analgetik, rute, dan dosis
yang akan digunakan.
- Pilih analgetik atau
kombinasi
yang
analgetik
sesuai
ketika
menggunakan lebih dari
satu obat.
- Tentukan pilihan jenis
analgetik (narkotik, nonnarkotik,
atau
NSAID/obat
anti
inflamasi non steroid)
bergantung dari tipe dan
beratnya nyeri.
- Berikan analgetik sesuai
jam pemberian.
- Dokumentasikan respon
analgetik dan efek yang
muncul.
- Kolaborasikan dengan
dokter jika obat, dosis,
dan rute pemberian, atau
perubahan
interval
diindikasikan,
rekomendasi
berdasar
pada
buat
spesifik
prinsip
kesamaan analgetik
HE
Sertakan dalam instruksi
pemulangan pasien obat
khusus
yang
diminum,
harus
frekuensi
pemberian, kemungkinan
efek
samping,
kemungkinan
interaksi
obat,
kewaspadaan
khusus ketika meminum
obat tersebut
Instruksikan pasien untuk
menginformasikan
kepada
perawar
jika
nyeri
tidak
peredaan
dapat dicapai
Informasikan
kepada
pasien tentang prosedur
yang
dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping
yang disarankan
Perbaiki
presepsi
kesalahan
terhadap
analgesik narkotik
Berikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan
berlangsung
Ajarkan penggunaan tenik
Resiko infeksi
2.
Definisi
·
Resiko
infeksi·
adalah
beresiko
terhadap
nonfarmakologis
Pengendalian infeksi
NOC:
Status imun
Keparahan infeksi
bila diperlukan
Ø
infeksi Setelah
organisme patogen
Ø Berikan terapi antibiotik,
di
Bersihkan
lakukan dengan
tindakan
lingkungan
benar
dipergunakan
setelah
masing-
keperawatan ....x 24 masing pasien
Faktor resiko
jam
Penyakit kronis
infeksi akan hilang di isolasi, bila diperlukan
Penekanan
faktor
sistem buktikan oleh
imun
Ø
Status imun :
Ketidakadekuatan ·
imunitas dapatan
Pertahanan
tidak
Perlindungan infeksi
Mengindikasikan
Ø Pantau tanda dan gejala
kulit kasus gastrointestinal, infeksi ( misal; suhu
jaringan,penurunan
urinaria
genito tubuh, denyut jantung,
dan
imun drainase,
statis dalam batas normal.
tubuh, Keparahan infeksi :
perubahan
pH ·
sekresi,
dan gejala
Terbebas
dan
gangguan
infeksi
peristalsis)
·
Pertahanan
Terapkan kewaspadaan
universal
primer adekuat
pernapasan,
airan
tehnik
hygine personal yang bila diperlukan
luka,trauma
silia,
Pertahankan
Memperlihatkan
Ø Batasi jumlah pengunjung
adekuat·
(misalnya
kerja
resiko
Ø
penampilan
luka sekresi, penampilan
urine, suhu kulit, lesi
dari kulit,
keletihan,
dan
tanda malaise)
Ø Lindungi pasien terhadap
Menggambarkan kontaminasi silang dan
lapis faktor
yang tidak
menugaskan
kedua yang tidak menunjang penularan perawat yang sama untuk
memadai (misalnya infeks
hemoglobin
trun, ·
leukopenia, supresi atau
respon inflamasi)
serta
pasien yang lain yang
Melaporkan tanda mengalami infeksi dan
gejala
infeksi memisahkan
mengikuti perawat dan pasien
ruang
Peningkatan
prosedur
screaning Pengendalian infeksi
pemajanan
dan pemantauan
Ø Kaji faktor yang dapat
lingkungan terhadap
meningkatkan
patogen
kerentanan
Prosedur infasif
infeksi
Malnutrisi
HE
Agen farmasi
terhadap
Ø Jelaskan pada pasien dan
Kerusakan jaringan
keluarga mengapa sakit
trauma
atau terapi menigkatkan
resiko infeksi
Ø
Instruksikan
untuk
menjaga
higiene
personal
untuk
melindungi
tubuh
terhadap infeksi
Ø
Ajarkan
mencuci
pasien
cara
tangan
yang
benar
Ø
Ajarkan
kepada
pengunjung
untuk
mencuci tangan sewaktu
masuk
meninggalkan
5.
NOC
pengetahuan
Pengetahuan
Ø
Definisi
kurang
kognitif
ruang
pasien
Penyuluhan individual
Defisiensi
Tidak
dan
Tentukan
kebutuhan
belajar pasien
ada
atau Setelah
di
informasi tindakan
lakukan
Ø
Lakukan
terhadap
penilaian
tingkat
tentang keperawatan ....x 24 pengetahuan pasien saat
topik tertentu
jam
pasien
dapat ini
menunjukkan
·
Ø
Ø
Tentukan
Batasan
pemahamannya
karakteristik
tentang penyakit yang mempelajari
Subjektif
pasien
dapat dibuktikan ;
Mengungkapkan·
masalah
Pengetahuan:
untuk
informasi
khusus
Ø Tentukan motivasi pasien
secaraØ Pasien dan keluarga untuk
verbal
kemampuan
mempelajari
akan mengidentifikasi informasi tertentu
·
Objektif
Ø
Tidak
kebutuhan
mengikuti informasi
instruksi
terhadap Penyuluhan
tambahan prosedur/terapi
yang tentang program terapiØ
diberikan
secaraØ
akurat
:
Pasien
Beri informasi tentang
akan sumber-sumber
memperlihatkan
komunitas yang dapat
Ø Perfoma uji tidak kemampuan
menolong pasien dalam
akurat
mempertahankan
Ø Perilaku yang tidak
sesuai atau telalu
program terapi
Ø Rencanakan penyesuaian
berlebihan
dalam
terapi
bersama
pasien dan dokter untuk
Faktor
yang
memfasilitasi
berhubungan
·
kemampuan
Keterbatasan
untuk
kognitif
·
memahami
HE
Ø Beri penyuluhan sesuai
informasi yang ada
dengan
Kurang
pengalaman
·
Ø
didalam belajar
Kurang
kemampuan
tingkat
pemahaman pasien
Kurang perhatian
·
mengikuti
program terapi
Kesalahan dalam
·
pasien
Bina hubungan saling
percaya
Ø
Gunakan
berbagai
pendekatan penyuluhan,
rekomendasi,
dan
mengingat kembali
·
Kurang familier
dengan
sumber-
sumber informasi
berikan
umpan
balik
secara verbal dan tertulis
Ø Beri waktu pada pasien
untuk
mengajukan
beberapa pertanyaan
4.
Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu
ditetapkan dan situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :
a.
Nyeri berkurang/ hilang
b.
Tidak terjadi infeksi
c.
Pengetahuan menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF)
Sunardi. 2008. Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta. EGC
McCloskey,
Joanne
C,.
Bulecheck,
Gloria
M.
2008.
Nursing
Intervention
Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2014-2015),
Philadelphia.