Dampak Home schooling untuk Meningkatkan

Bab I: Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang

Tuhan berfirman kepada manusia untuk menaklukan bumi serta
memelihara bumi (Kej. 1: 28), amanat tersebut harus dipatuhi karena
manusia merupakan ciptaan-Nya yang telah diberikan akal budi untuk
mengelola dan memelihara bumi. Tuhan juga memberikan talenta pada tiaptiap pribadi yang harus digunakan secara bijaksana dalam mengatur seluruh
isi bumi. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh
dalam mengelola, mengatur, dan mengurus sumber daya alam sehingga
dapat berfungsi secara produktif, efektif dan efisien.
Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas membutuhkan
proses yang kompleks, salah satunya adalah melalui pendidikan. Istilah
sumber daya manusia dalam dunia pendidikan adalah bakat dari tiap-tiap
anak didik. Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu
kecakapan,
Menciptakan

pengetahuan

sumber

dan
daya

keterampilan
manusia

khusus

yang

(Lucy,

berkualitas

2010).
berarti

mengembangkan dan mengasah bakat dari tiap-tiap anak didik. Untuk itu,

permerintah menawarkan berbagai cara pembelajaran yang dinyatakan
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 13 tentang sistem
pendidikan nasional, yakni:
1. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Page 1 of 13

2. Pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui
tatap muka atau melalui jarak jauh.
Penggalian bakat anak telah diterapkan dalam dunia pendidikan di
Indonesia, baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pengasahan
dan pengembangan bakat anak terutama pada usia kanak-kanak tengah (6-9
tahun) sangatlah diperhatikan karena dengan mengetahui bakat anak maka
anak dapat berkontribusi dalam memajukan bangsa melalui bakat yang
dimilikinya. Untuk membawa bangsa Indonesia lebih berkembang lagi
maka pendidikan di Indonesia membuat sistem pendidikan yang sedemikian
rupa agar anak dapat menggali dan memaksimalkan bakat yang dimilikinya.
Namun kenyataan yang terjadi disekitar kita sangatlah berbeda, banyak anak
didik sulit menemukan bakat yang ada dalam diri mereka dan tidak mampu
mengoptimalkan bakat yang mereka miliki.

Berdasarkan penelitian disekolah, ditemukan kurang lebih 40% anak
berbakat, tetapi tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang
sebenarnya dimiliki (Lucy, 2010). Akibatnya sekalipun berkemampuan
tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi. Firman Tuhan
dalam perumpamaan tentang talenta juga menegaskan bahwa manusia harus
bertanggung jawab dalam mempergunakan dengan bijaksana talenta yang
telah diberikan Tuhan untuk memuliakan nama-Nya. Talenta yang diberikan
Tuhan kepada manusia akan diambil dari dalam dirinya jika tidak pernah
digunakan. Oleh karena itu, untuk menggali, mengasah dan memaksimalkan
bakat yang dimiliki anak, homeschooling menjadi pilihan yang efektif.

Page 2 of 13

Berdasarkan hasil penelitian Bunda Lucy, seseorang yang
memiliki dan menyadari bakat dalam dirinya, rata-rata akan lebih
sukses dibanding yang tidak berbakat dan tidak mengetahui bakatnya.
Karena orang tersebut akan memiliki perasaan nyaman dan memiliki
semangat kuat untuk terus memperdalam hal yang ia lakukan melalui
bakatnya.
Berdasarkan latarbelakang diatas, penulis memilih judul

“Dampak homeschooling untuk meningkatkan bakat anak didik usia
kanak-kanak tengah”. Alternatif homeschooling memberikan berbagai
macam fasilitas dalam upaya meningkatkan minat bakat anak yang
dapat diasah pada usia kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dengan
berfokus pada potensi yang ada dalam diri anak agar menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas dengan tujuan membangun
bangsa Indonesia untuk lebih maju lagi.
1.2.

Rumusan Masalah

a. Bagaimana dampak homeschooling untuk meningkatkan bakat anak
didik usia kanak-kanak tengah?

1.3.

Tujuan Penulisan

a. Mengetahui dampak homeschooling untuk meningkatkan bakat anak
didik usia kanak-kanak tengah.


Bab II: Landasan Teori
2.1. Perkembangan Kognitif Masa Kanak-kanak Tengah
Page 3 of 13

Kata kognitif berasal dari istilah “Cognitive” yang artinya adalah pengertian
atau mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam
pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne, 2006).
Pengertian luas dari kognitif adalah aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi untuk
memperoleh pengetahuan. Menurut para ahli kognitifis, tingkah laku
seseorang anak senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal
atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Perkembangan dalam KBBI berasal dari kata dasar “kembang” yang
artinya luas, besar, banyak dan maju. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif adalah bertambah banyak atau luas proses
memperoleh, mengelola dan menata pengetahuan. Menurut Desmita (2009)
perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik
yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan

lingkungannya.
Setiap manusia pasti selalu mengalami perkembangan dari masa
kanak-kanak hingga masa dewasa baik dari segi fisik, emosi, maupun
kognitif. Teori Piaget mengenai tahapan kognitif dan intelegensi khususnya
pada masa kanak-kanak tengah akan menjadi fokus utama dalam karya
ilmiah ini. Jean Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif
menjadi 4 tahapan, yakni:
a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun).

Page 4 of 13

Pada

tahapan

ini

anak

mulai


dapat

memikirkan

dan

merencanakan perilaku dengan menggunakan kemampuan indera
dan motoriknya.
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Perkembangan kognitif dalam bahasa dan konsep yang terjadi
pada tahapan ini sangatlah pesat. Menurut Siti Rahayu Haditono
(1982), stadium pra operasional dimulai dengan penguasaan
bahasa yang sistematis, permainan simbolik, imitasi, serta
penguasaan bayangan

dalam

mental.


Semua proses

ini

menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan
tingkah laku simbolik yaitu kemampuan untuk menggambarkan
sebuah objek secara kognitif melalui scribble design.
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Masa kanak-kanak tengah dan akhir terdapat pada tahapan ini.
Rasa keingintahuan anak meningkat pada tahapan ini. Pada tahap
operasional konkret, anak sudah dapat mengurutkan stimulus
berdasarkan dimensi kuantitatif, mengklasifikasi sesuatu dan
anak sudah dapat menarik sebuah kesimpulan.
d. Tahap Operasional Formal (> 11 tahun)
Pemikiran anak menjadi lebih fleksibel dan mereka mampu
menggabungkan informasi dari sejumlah sumber yang berbeda
pada tahapan ini. Pada tahapan ini anak telah memiliki pola pikir
yang abstrak dan idealis serta telah mempunyai kemampuan
bernalar.


Page 5 of 13

Berdasarkan tahapan perkembangan Piaget, masa kanak-kanak
tengah sebagian besar berada pada tahap operasional konkret yakni tahapan
ketika anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Rasa keingintahuan
inilah yang mendasari munculnya minat dan bakat anak-anak.
2.2. Minat dan Bakat
Melakukan pekerjaan atau sesuatu yang berkaitan atau berhubungan
dengan minat terlebih lagi didukung oleh bakat atau talenta yang sesuai
akan menjadi dasar bagi seseorang dalam menikmati pekerjaan tersebut.
Dengan demikian, orang tersebut dapat mengembangkan kapabilitas untuk
bekerja secara maksimal, penuh antusias dan lebih mudah untuk mencapai
kesuksesan. Untuk itu, tiap-tiap orang perlu mengetahui minat dan bakat
yang ada dalam diri mereka. Terdapat dua teori yang menjelaskan mengenai
kecerdasan majemuk yang berkaitan dengan minat bakat seseorang.
2.2.1. Teori Sternberg
Menurut Sternberg (1986) kecerdasan adalah daya menyesuaikan
diri dengan keadaan baru yang mempergunakan alat-alat berpikir menurut
tujuannya. Sternberg membagi tingkat kecerdasan menjadi 3 tingkatan:
1. Analitikal

Kemampuan seseorang dalam menganalisa dan memecahkan masalah,
menyusun

dan

merumuskan

strategi,

serta

membandingkan

dan

mengevaluasi suatu masalah. Kecerdasan analitis mencakup proses
pengatasasn masalah, antara lain mencakup:

Page 6 of 13


a. Identifikasi masalah, yaitu mengenal dan mengidentifikasi
masalah secara benar
b. Memformulasikan strategi, yaitu melakukan perencanaan untuk
menyelesaikan masalah
c. Menyajikan informasi dan sumber secara teliti
d. Menggunakan bakat yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah.
2. Kreativitas
Kemampuan berimajinasi yang tinggi dalam mencipta dan mendesain suatu
hal yang baru. Kreativitas membutuhkan keseimbangan antara ide baru dan
proses kreativitas itu sendiri. Kreativitas mencakup dua kecerdasan lainnya
yaitu kecerdasan praktikal dan analitikal. Kreativitas memiliki beberapa ciri,
yaitu:
a.

Berani mengambil resiko

b. Memainkan peran yang positif
c. Berfikir kreatif
d. Merumuskan dan mengidentifikasi masalah
e. Kemampuan mengatasi masalah berkembang
f. Menghargai sesama dan lingkungan sekitar.

3. Praktikal
Seseorang yang mempunyai kecerdasan ini pandai dalam membawa
diri dan mampu bertahan dalam hidup karena dapat mengatasi perubahan.
Kecerdasan praktikal adalah kemampuan yang berorientasi pada tindakan
seperti menggunakan, mengaplikasi dan mengimplementasi.
Page 7 of 13

Teori Sternberg ini disebut model triarchic yang dilandasi
penyelesaian masalah yang mencakup antara lain:
a.

Analitikal yaitu dapat membandingkan dua hal yang sifatnya
kontra, mampu menganalisa, mengevaluasi dan berpikir
kritis.

b.

Kreatifitas mencakup segi imaginatif, pengembangan dan
penciptaan.

c.

Praktis mencakup pengaplikasian dan praktek.

Sternberg

mengakui

bahwa

seseorang

individu

tidak

hanya

mempunyai satu kecerdasan saja. Terdapat pula individu yang mempunyai
ketiga-tiganya kecerdasan tersebut. Melalui teori Sternberg, seseorang dapat
memilih profesi pekerjaan mereka sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki.
2.2.2. Teori Kecerdasan Majemuk Gardner
Setiap individu dilahirkan dengan suatu bakat yang menonjol. Bakat
tersebut dapat dianalisis melalui teori Gardner yaitu teori mengenai delapan
kecerdasan majemuk. Gardner (2009) mengelompokkan kecerdasan yang
dimiliki manusia menjadi delapan kategori, yakni:
1. Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan yang berorientasi pada
kata-kata dan bahasa seperti memanipulasi struktur bahasa,
fonologi, arti kata dan juga menguasai banyak bahasa.

Page 8 of 13

2. Kecerdasan logika-matematika yaitu kepekaan terhadap pola
logika dan kemampuan dalam mengola angka-angka serta
berpikir secara rasional dan abstrak.
3. Spasial adalah kecerdasan yang mencakup kepekaan terhadap
warna, bentuk dan ruang. Kemampuan ini akan sesuai dengan
gaya belajar visual.
4. Kinestetik yakni keahlian yang mencakup kegiatan yang
melibatkan keterampilan fisik seperti kekuatan, ketangkasan,
keseimbangan, fleksibilitas, dan kecepatan.
5. Musikal yaitu kemampuan dalam merasakan, membedakan,
mengubah, dan mengekspresikan musik. Kemampuan ini
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap ritme, melodi, ketukan
dan nada sebuah karya musik.
6. Interpersonal mencakup kepekaan terhadap perasaan orang lain.
Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat menikmati
keberadaannya dalam suatu kelompok serta baik dalam bekerja
sama dengan orang lain.
7. Intrapersonal adalah kemampuan pemahaman diri sendiri yang
peka terhadap kelemahan dan kekuatan diri, kesadaran akan
suasana hati, tempramen dan keinginan diri sendiri.
8. Naturalistik memiliki keahlian dalam mengklasifikasikan spesies
yang ada di lingkungan sekitar. Orang yang mempunyai
kecerdasan ini, memiliki kepekaan terhadap fenomena-fenomena
alam.

Page 9 of 13

Setiap individu pada dasarnya mempunyai kedelapan kecerdasan
majemuk yang tiap-tiap kecerdasan tersebut berbeda-beda levelnya. Ada
individu yang memiliki satu kecerdasan yang paling menonjol, dibanding
tujuh kecerdasan lainnya. Ada pula individu yang memiliki dua kecerdasan
yang menonjol dibanding enam kecerdasan lainnya. Teori delapan
kecerdasan majemuk tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan anak didik
tetapi juga bermanfaat untuk guru. Guru akan lebih efektif dalam mengajar
ketika mereka mengetahui bakat atau kecerdasan yang menonjol dari anak
didik mereka, karena mereka telah menemukan gaya belajar yang sesuai
bagi anak didiknya.
2.3.

Homeschooling
2.3.1. Pengertian Homeschooling

Mendidik anak bukan hanya mengajarkan mereka mengenai
pelajaran menghitung, membaca atau menghafal materi yang diberikan.
Bukan juga sekedar mengajarkan mereka tentang matematika, sains, IPS
ataupun

pendidikan

kewarganegaraan.

Namun

juga

harus

dapat

mengembangkan setiap potensi dan talenta yang telah di anugerahkan
Tuhan kepada setiap anak. Karena setiap pribadi memiliki potensi yang unik
dan berbeda-beda yang harus dikembangkan dengan maksimal..
Homeschooling menurut Sumardiono (2007, h. 4), yaitu model
pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab
sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis
pendidikannya. Homeschooling bukan sesuatu yang asing lagi. Bentuk
pendidikan ini memberikan kesempatan kepada anak didik terutama anakPage 10 of 13

anak usia tengah (6-9 tahun) dalam menemukan dan menonjolkan potensi
serta bakat yang ada dalam diri mereka karena pada masa tersebut anak
cenderung aktif dan memiliki keingintahuan yang tinggi. Komariah (2007,
h. 5) menyatakan bahwa:
Homeschooling adalah proses

layanan pendidikan secara sadar,

teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau di
tempat-tempat lain, dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung
dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar potensi anak yang
unik dapat berkembang secara maksimal.

Homeschooling sebagai lembaga pendidikan alternatif, memberikan
layanan pendidikan yang dapat mempermudah siswanya untuk belajar
kapan saja dan dimana saja dalam upaya meningkatkan keterampilan dan
potensi yang berbeda-beda dalam diri anak didik dengan berfokus pada
minat bakat anak. Penyelenggaraan pendidikan anak oleh keluarga yang
dilakukan oleh keluarga homeschooling adalah sebuah kegiatan yang legal
dan dijamin oleh hukum. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat dijamin
haknya oleh UU No. 20/ 2003 untuk menyelenggarakan pendidikan bagi
putra-putrinya.
Perkembangan homeschooling sangat pesat terjadi di berbagai belahan
dunia karena sebagian besar orang tua yang berpendapat bahwa melalui
homeschooling dapat memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak sesuai
dengan yang direncanakan dan diharapkan.
2.3.2 Jenis-jenis Homeschooling

Page 11 of 13

Pada dasarnya homeschooling bersifat unik dan khusus. Adapun
jenis-jenis homeschooling menurut Mulyadi (2007) adalah sebagai berikut:
A. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan
oleh orang tua tanpa melibatkan pihak lainnya. Homeschooling jenis
ini biasa dipilih karena alasan khusus yang mungkin tidak dapat
dikompromikan dengan pihak luar seperti komunitas homeschooling
lainnya.
B. Homeschooling majemuk adalah jenis

homeschooling yang

dilakukan oleh dua keluarga atau lebih namun untuk aktifitas yang
pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
C. Komunitas homeschooling adalah jenis homeschooling yang
merupakan gabungan dari beberapa homeschooling majemuk yang
menyusun dan membentuk silabus, bahan ajar, kegiatan pokok,
sarana/prasarana dan jadwal belajar.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Direktorat Pendidikan
Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional, ada sekitar 600 peserta
homeschooling di Indonesia. Sebanyak 83,3 % atau sekitar 500 orang
mengikuti homeschooling majemuk dan komunitas. Sebanyak 16,7 % atau
sekitar 100 orang mengikuti jenis homeschooling tunggal.
2.3.3 Kelebihan Homeschooling
Homeschooling sebagai pendidikan informal selain memberikan
kemandirian dan kretivitas pada setiap peserta didik juga memberikan
peluang untuk memiliki kompetensi individual semaksimal mungkin,

Page 12 of 13

membantu anak untuk semakin berkembang, memahami dirinya sendiri
serta perannya dalam dunia nyata serta kebebasan untuk berpendapat
menolak atau menyepakati suatu nilai tertentu tanpa adanya perasaan takut
tertolak oleh orang-orang sekitar. Potensi anak dapat benar-benar
dikembangkan melalui homeschooling karena kurikulum yang dapat
dimodifikasi dengan berbagai bidang kurikulum dan disesuaikan dengan
minat dan bakat peserta didik.
Homeschooling menjadi suatu kebutuhan setelah menyadari adanya
keterbatasan dalam pendidikan formal dan homeschooling hadir untuk
memenuhi hak anak dalam pendidikan serta hak untuk berkembang sesuai
dengan potensi dan keunikan masing-masing. Namun untuk keberhasilan
pendidikan ini diperlukan adanya komitmen dan kedisiplinan dari orang tua
karena dalam hal ini peran orang tua sangatlah besar. Berbagai prosedur
pelaksanaan dari sudut pandang hukum dan teknis juga harus diketahui serta
dipahami dengan mendalam agar pendidikan mandiri ini dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan.

Page 13 of 13