MAKALAH PANCASILA SISTEM POLITIK INDONES

MAKALAH PANCASILA
SISTEM POLITIK INDONESIA
Dosen Pengampu :
Drs. H. Rusman Pausin, M.PdI

Oleh :
Adi Fahrian Hidayat (1695114038)
Sapridin (1695114057)
Muhammad Muhajir A. (1695114042)
Ahmad Refi (1695114062)
Immas Anggung M. K. (1695114047)
Ahmad Ervan Satria (1695114066)
Mochammad Panji S. (1695114051)
Aditiya Firmansyah (1695114070)

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah tentang Sistem
Politik Indonesia ini.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini pada kesempatan selanjutnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan semua
pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami, pembaca maupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Jombang, 10 November 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. ..................................................................................................................1
1.2. ..................................................................................................................1
1.3. ..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. ...................................................................................................................3
2.2. ...................................................................................................................3
2.3. ...................................................................................................................3
BAB III PENUTUP
3.1. ...................................................................................................................6
3.2. ...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................iii

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di masa ini Partai Politik di Indonesia semakin marak di kalangan masyarakat.
Hal ini membuktikan bahwa sistem politik di Indonesia telah berkembang dengan pesat.
Dalam sejarah Indonesia, perkembangan sistem politik mengalamai pasang surut.
Suatu sistem politik tersebut merupakan wadah insan politik dan melakukan
partisipasi, politik telah berjalan lama sejak berdirinya RI, bahkan organisasi ini telah ada
sebelum merdeka, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa politik merupakan
organisasi yang tidak sehat, oleh karena itu diharapkan melalui karya tulis ini kita dapat
mengetahui secara jelas tentang sistem politik di Indonesia.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui tujuan pembahasan tentang sistem politik di Indonesia, maka
sebagai perumusan dalam penyusunan adalah :
1.

Apa yang dimaksud dengan sistem politik ?

2.

Apakah tujuan dari sistem politik ?


3.

Apakah unsur-unsur sistem politik ?

1.3 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi ;
1.3.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurangkurangnya dapat berguna sebagai sumber informasi khususnya tentang sistem politik
Indonesia
1.3.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis tentang sistem politik Indonesia, untuk selanjutnya
dijadikan sebagai acuan dalam pembahasan yang sama.
b. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi dan pengetahuan mengenai sistem politik Indonesia.
c. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai sumber informasi dan acuan apabila ingin mengembangkan lebih lanjut.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Definisi Sistem Politik
Secara umum kegiatan politik menyangkut tujuan masyarakat. Dapat dikatakan
bahwa sistem politik merupakan kegiatan dalam berwarganegara untuk melaksanakan
tujuan tersebut. David Easton berpendapat bahwa sistem politik sebagai interaksi yang
diabstraksikan dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai tersebut diabaikan secara
otoritas kepada masyarakat. Konsep pokok politik adalah :
1.

Negara (State)

2.

Kekuasaan (Power)

3.

Pengambilan Keputusan

4.


Kebijakan

5.

Pembagian
Politik juga dapat diartikan sebagai interaksi antara pemerintah dan masyarakat

dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

2.2. Struktur
Menurut Imanuel Kart, struktur politik merupakan keadaan dan hubungan dari
suatu organisasi yang membentuk tujuan yang sama secara keseluruhan.

A. Suprastruktur Politik
Suprastruktur Politik merupakan mesin politik resmi di suatu negara sebagai
penggerak politik formal. Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umunya
elit

politik


pemerintah

dibagi

undang), legislatif (pembuat

dalam

kekuasaan eksekutif (pelaksana

undang-undang),

dan yudikatif

(yang

undangmengadili

pelanggaran undang-undang).

Suprastruktur diatur dalam UUD 1945. Suprastruktur politik pemerintahan antara
lain:









MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Presiden dan Wakil Presiden
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
MA (Mahkamah Agung)
MK (Mahkamah Konstitunsi)
KY (Komisi Yudisial)


Fungsi Suprastruktur




Pengambilan keputusan oleh lembaga Legislatif dan Eksekutif
Pelaksanaan keputusan oleh lembaga eksekutif dan aparat birokrasi
Pengawasan pelaksanaan oleh badan Yudikatif

B. Infrastruktur Politik
Infrastruktur Politik

merupakan

suasana

kehidupan

politik


rakyat

yang

berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam kegiatannya
dapat memengaruhi kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi
serta kekuasaannya.
1. Partai Politik
Partai politik secara mendasar adalah sebuah organisasi atau institusi yang mewakili
beberapa golongan masyarakat yang memiliki tujuan sama, yang kemudian bersamasama berusaha untuk mencapai tujuannya tersebut.
Tujuan Partai Politik





Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan.
Berusaha melakukan pengawasan.
Berperan untuk menyerap tuntutan-tuntutan yang masih mentah.


Sistem Kepartaian
Menurut Maurice Duverger, partai politik suatu negara digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu :




Sistem Monopartai (Sistem Satu Partai)
Sistem Dwipartai (Sistem Dua Partai)
Sistem Multipartai (Sistem Banyak Partai)

2. Golongan Kepentingan (Interest Group)
Kelompok kepentingan merupakan kelompok yang berusaha mempengaruhi
kebijakan pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik, kelompok ini tidak
berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung.
Gabriel A. Almond mengidentifikasi kelompok kepentingan ke dalam jenis-jenis
kelompok :
a. Interest Group Asosiasi
Interest group ini khusus didirikan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan
tertentu dari masyarakat atau golongan, namun masih mencakup beberapa yang luas.
Misalnya NU, Muhamadiyah, Kadin, SPSI, dll
b. Interest Group Institusional
Interest group ini pada umumnya terdiri atas berbagai kelompok manusia berasal dari
lembaga yang ada, dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan
orang-orang yang menjadi anggota lembaga yang dimaksudkan. Misalnya PGRI, IDI, dan
organisasi seprofesinya.
c. Interest Group Nonasosiasi
Interest group ini didirikan secara khusus dan kegiatannya juga tidak dijalankan
secara teratur, tetapi aktivitasnya kelihatan dari luar apabila masyarakat memerlukan dan
dalam keadaan mendesak. Yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini, dapat

berwujud masyarakat setempat tinggal, masyarakat seasal pendidikan, masyarakat
seketurunan, dll.

d. Interest Group Anomik
Interest group ini dapat terjadi secara mendadak dan tidak bernama. Aktivitas pada
umumnya berupa aksi-aksi demontrasi atau aksi-aksi bersama. Untuk mencegah dampak
aktivitas buruk kelompok ini, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang nomor 9 tahun
1998 tentang hak mengeluarkan pendapat dimuka umum.

3. Media Komunikasi Politik (Political Communication Media)
Media komunikasi politik adalah salah satu instrumen politik yang berfungsi
menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah kepada
masyarakat maupun sebaliknya.
Fungsi alat komunikasi politik antara lain :
a. Fungsi Informasi
Media dijadikan sarana diseminasi informasi yang terkait dengan politik dengan
kekuasaan, serta sosialisasi politik.
b. Fungsi Edukasi
Media dijadikan sebagai sarana pendidikan politik melalui pesan-pesan politik yang
disampaikan media.
c. Fungsi Korelasi
Media dijadikan penghubung antara aktor politik dan khalayak melalui isi media yang
berkaitan dengan aktivitas aktor poltik.
d. Fungsi Kontrol Sosial
Media sebagai agen kritik atau koreksi terhadap aktor politik atau kegiatan politik.
e. Fungsi Pembentukan Opini Publik berkaitan dengan Persoalan Politik

4. Kelompok Penekan (Pressure Group)
Golongan penekan adalah sekelompok manusia yang tergabung menjadi anggota
suatu lembaga kemasyarakatan dengan aktivitas yang tampak dari luar sebagai golongan
yang sering mempunyai kemauan untuk memaksakan kehendaknya kepada pihak
penguasa.
Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yaitu :







Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
b. Organisasi-organisasi sosial keagamaan,
c. Organisasi Kepemudaan,
Organisasi Lingkungan Hidup,
Organisasi Pembela Hukum dan HAM, serta
Yayasan atau Badan Hukum lainnya.

5. Tokoh Politik (Political Figure)
Tokoh politik adalah rang-orang yang lalu lalang, atau yang bekerja di dunia politik,
dan eksis di kalangan masyarakat, berperang penting dalam mengambil keputusankeputusan yang berpengaruh dalam suatu wilayah.
Menurut Letser G. Seligman, proses pengangkatan tokoh politik akan berkaitan
dengan beberapa aspek, yaitu :





Legitimasi elit politik,
b.
Masalah kekuasaan,
c.
Representativitas elit politik, dan
Hubungan antara pengangkatan tokoh-tokoh politik dengan perubahan politik.

2.3

Sistem Politik Indonesia
Menurut Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell sistem politik dapat

dikategorikan menjadi 3 yaitu :
a. Sistem Primtif yang Intermittent
b. Sistem Tradisional.
c. Sistem Modern.
Menurut Alfian sistem tradisional dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a. Menjunjung otoritas
b. Anarki
c. Demokrasi
d. Demokrasi dalam transisi

Beberapa sistem politik pada negara berkembang antara lain :
a.

Otokrasi tradisional yaitu :




b.

Kebaikan bersama
Identitas bersama
Hubungan kekuasaan
Totaliter
Yaitu menggunakan cara paksa dalam berpolitik. Totaliter dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu politik komunis dan fasis.
Menurut Carl J. Freidriech dan Zbiegniew B adalah ciri diktator moder memiliki :




Ideologi resmi
Pengawasan pemerintah
Monopoli media di kontrol oleh penguasa dan partai




Pengendalian terpusat melalui birokrasi
Kotrol yang ketat terhadap militer

3. Sistem Demokrasi
Adalah sistem yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsensus.
Hanya mentalis konflik yang tidak menghancurkan mekanisme.

4. Sistem din Negara Berkembang
Politik ini menerapkan trial dan erras yang mencari sistem yang sesuai dalam
sistem ini perlu adanya hubungan yang bersifat kasual dan organis.

2.4. Dinamika Politik Indonesia
Dalam tinjauan teoritis banyak terdapat pengertian politik. Menurut “Hoogowerf”
adalah usaha manusia tidak hanya menyesuaikan diri secara pasif terhadap perubahanperubahan dalam lingkungannya, melainkan dengan cara aktif memberi kontrol serta
mengarahkan kebijakan kepada rakyat.
Politik merupakan suatu proses untuk menentukan dan melaksanakan tujuan
hidup bersama. Sedangkan dinamika politik Indonesia adalah perjuangan insan politk
yang subtansinya secara embrional. Dinamika politik Indonesia sejak merdeka hingga
sekarangan ditinjau dari perkembangan bisa dibedakan menjadi beberapa fase yakni :







Fase perang kemerdekaan (1945 – 1949)
Fase RIS (1949)
Fase UUDS (1950 – 1959)
Fase demokrasi politik (1959 – 1965)
Fase orde baru (1966 – 1998)
Fase reformasi

Bila suatu negara menginginkan pemerintahan demokratis harus mengupayakan
SDM terlebih dahulu agar mampu menjadi pengontrol negara.

2.5

Perilaku Politik Yang Sesuai Aturan
Perilaku politik adalah perilaku seseorang dalam kaitan dengan kekuasaan. Pada

dasarnya ada 5 alasan yaitu :
1.

Ingin mendapat materi

2.

Untuk mengejar prestise atau kehormatan

3.

Ikut-ikutan teman

4.

Tuntutan universal

5.

Sesuai dengan aturan yang berlaku

Perilaku politik pada dasarnya bersifat individual, hal ini dapat dilihat dari sifat
geraknya sebagai berikut :
a. Perilaku Politik Radikal
Radikal adalah aliran politik yang menginginkan perubahan dalam masyarakat secara
drastis untuk mendapat tujuan yang diinginkan. Ciri radikal adalah lebih mementingkan
emosi dari pada rasional agar tujuan yang diinginkan terwujud.
b. Perilaku Politik Liberal
Perilaku ini lebih mengutamakan kebebasan dalam memperjuangkan kepentingannya,
tapi tertumpu pada aturan yang berlaku dan selalu menghormati HAM.
c. Moderat
Moderat adalah perilaku sebisa mungkin mengakomodasi semua kepentingan dan
selalu menghindari sikap ekstrim / kelompok tengah dan kelompok ini mempertahankan
prinsip dengan cara akomodatif dan persuatif.
d. Perilaku Politik Status Qou
Merupakan perilaku untuk mempertahankan agar kekuasaan yang dimiliki tidak
lepas.

e. Perilaku Politik Reaksioner
Yaitu perilaku politik yang selalu meletakkan diri pada posisi kontes dengan aksi
massa walaupun tidak dilakukan dengan kekerasan.
f. Perilaku Politik Konservatif
Adalah sikap politik yang menginginkan tradisi lama yang stabil dan selalu
menghindari perubahan secara radikal.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemikiran yang jernih tentang sistem politik dan menanggapi aspirasi yang disuarakan
rakyat.
2. Dapat mengerti dan mengetahui tentang perilaku politik yang sesuai dengan aturan
yang berlaku.
3. Kita dapat mengetahui beberapa sistem politik.

3.2. Saran
Mungkin dari kesimpulan di atas dapat dipetik salah satu yang paling penting
adalah perlunya manusia Indonesia agar mempunyai pengetahuan yang luas dalam
bidang tertentu seperti bidang kewarganegaraan yang harus berfikir profesional. Karena
dalam bidang inilah yang harus diperhatikan lebih.
Untuk itu penulis mekalah ini jauh dari kesempurnaan dan demi kemajuan karya
tulis ini saya mengharap kritik dan saran. Apabila ada kesalahan dalam penulisan bahasa,
penyusunan atau makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Sudarso, H. 2003. Dinamika Politik Indonesia. Yogyakarta : Mata Bangsa Edisi 1

2.

Juli 2003.
Syachrir. 1999. Struktur Sistem Politik. Jakarta : Airlangga.
http://anggunfatmawati.blogspot.co.id/2014/10/suprastruktur-dan-infrastruktur-

3.

politik_19.html